Anda di halaman 1dari 22

SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


BIOLOGI LANJUT
Dosen Pengampu : Atika Anggraini, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 8

1. Lailatul Rahmawati (21208043)


2. Rindyana Kusuma (21208046)

PROGRAM STUDI TADRIS IPA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Biologi Lanjut ini tentang “Sistem Kekebalan Tubuh”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Biologi Lanjut.
Besar harapan kami dengan terselesaikannya laporan ini dapat menjadi bahan tambahan
bagi penilaian dosen bidang studi Biologi Lanjut dan mudah-mudahan isi dari makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat dijadikan bahan referensi pembelajaran Biologi Lanjut bagi semua pihak
yang membaca laporan ini.
Dalam penyusunan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ibu Atika Anggraini, M.Pd yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada penyusun,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
2. Teman-teman yang sudah membantu dalam mengerjakan tugas makalah ini.
3. Semua rekan-rekan di Kelas B Program Studi Tadris IPA Fakultas Tarbiyah.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Kami sangat menyadari apa yang kami susun ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bisa membangun kami
dalam upaya memperbaiki karya-karya kami selanjutnya.

Kediri, 19 Oktober 2022

TIM PENYUSUN

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 2
BAB I ....................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................3
C. Tujuan .........................................................................................................................................3
BAB II ..................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
A. Sistem Kekebalan Tubuh...........................................................................................................4
B. Komponen Sistem Kekebalan Tubuh .......................................................................................6
C. Jenis Pertahanan Sistem Kekebalan Tubuh ..........................................................................11
D. Jenis-Jenis Sistem Kekebalan Tubuh .....................................................................................17
E. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh...................................18
F. Gangguan Akibat Sistem Kekebalan Tubuh .........................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dan vertebrata lainnya memiliki system pertahanan tubuh yang berperan
untuk melindungi dirinya dari serangan agen-agen penyebab penyakit. Sistem ini
disebut sebagai sistem kekebalan tubuh atau system imun. Sistem kekebalan vertebrata
merupakan suatu jaringan yang melibatkan banyak molekul dan sel dengan satu tujuan
: membedakan antara unsur dirinya sendiri dan unsur asing. Fungsi utamanya adalah
melindungi manusia dan vertebrata terhadap mikroorganisme (virus, bakteri dan
parasit) (Stryer, 2000).
Kekebalan timbul akibat interaksi antara antigen dan antibody. Sistem imun dapat
membedakan substansi yang masuk ke dalam tubuh sebagai “self” dan “nonself”
melalui proses pengenalan yang rumit. Antigen self (dari tubuh orang yang
bersangkutan) biasanya ditoleransi oleh system kekebalan tubuh, sedangkan antigen
“nonself” atau dari luar tubuh diidentifikasi sebagai penyusup dan diserang oleh system
kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan system kekebalan tubuh ?
2. Bagaimana komponen system kekebalan tubuh ?
3. Apa saja jenis pertahanan system kekebalan tubuh ?
4. Apa saja jenis system kekebalan tubuh ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan system kekebalan tubuh ?
6. Apa saja gangguan-gangguan yang terjadi akibat system kekebalan tubuh ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan system kekebalan tubuh.
2. Mengetahui komponen system kekebalan tubuh.
3. Mengetahui jenis pertahanan system kekebalan tubuh.
4. Mengetahui jenis-jenis system kekebalan tubuh.
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan system kekebalan tubuh.
6. Mengetahui gangguan-gangguan yang terjadi akibat system kekebalan tubuh.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Kekebalan Tubuh


Ilmu yang mempelajari tentang imunistas atau kekebalan akibat adanya rangsangan
dari molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh disebut dengan Immunology.
Tubuh dapat terhindar dari berbagai penyakit, pathogen sejenis virus, bakteri, parasite
dan jaur sebab didalam tubuh memiliki system pelacakan dan penjagaan terhadap benda
asing yang dikenal dengan system kekebalan tubuh (Bratawidjaya, 2012).
.Meningkatnya kemajuan imunologi yang telah dicapai, maka konsep imunologi dapat
diartikan dengan suatu mekanisme yang bersifat kodrati atau otomatis yang melengkapi
tubuh manusia ataupun hewan dengan suatu kemampuan untuk mengenal suatu zat yang
asing terhadap dirinya, yang selanjutnya tubuh akan melakukan reaksi dalam bentuk
netralisasi, melenyapkan, atau bahkan memasukkan nya dala proses metabolisme yang
dapat menguntungkan dirinya atau menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri.
Setiap hari jutaan pathogen seperti bakteri, virus, mikroba dan molekul jahat
lainnya berusaha masuk kedalam tubuh. Sebab demikian tubuh harus memiliki pertahan
berlapis terhadap berbagai macam pathogen yang ingin masuk. Dalam hal ini system
kekebalan tubuh sangat diperlukan. Berbagai jenis pathogen yang masuk kedalam tubuh
akan segera dilenyapkan dala waktu beberapa menit atau jam oleh mekanisme kekbalan
tubuh bawaan lahir yang sudah ada. .Sedangkan organisme lain yang mampu bertahan
atau menghindarkan diri dari mekanisme ini akan menyebabkan berbagai penyakit
apabila di biarkan masuk kedalam tubuh kecuali dilenyapkan oleh imunitas adaptif.
Mikroogranisme yang tidak berbahaya biasanya diabaikan oleh system imun bawaan
lahir.
System kekebalan tubuh pada mahkluk hidup meliputi :
1. System Kekebalan Tubuh Pada Invertebrata
Invertebrata memiliki sistem kekebalan bawaan yang juga ditemukan pada semua
hewan. Kekebalan bawaan terdiri dari semua barier fisik, kimia dan mekanik serta
jalur selular sejak lahir yang melawan benda asing. Aktivitas berbagai pertahanan
internal ini mengandalkan pada pengenalan patogen. Sel-sel kekebalan bawaan
menghasilkan sekelompok kecil protein reseptor langsung jadi yang melakukan tugas
ini. Setiap reseptor kekebalan bawaan mengikat suatu molekul atau struktur yang
tidak terdapat pada tubuh hewan, namun umum ditemukan pada sekelompok besar
mikroba. Dengan cara ini, sistem kekebalan bawaan mendeteksi berbagai mmacam
patogen.
Serangga mengandalkan pada eksoskeletonnya sebagai baris pertama pertahanan
melawan infeksi. Eksoskeleton, yang sebagian besar tersusun dari polisakarida kitin,
memberikan pertahanan penghalang yang efektif terhadap sebagian besar patogen.
Penghalang berbasis kitin juga terdapat didalam usus serangga, yang menghalangi
infeksi oleh banyak mikroba yang tertelan bersama makanan. Patogen apa pun yang
mampu menembus pertahanan penghalang serangga akan menghadapi sejumlah
pertahanan kekebalan internal. Sel-sel kekebalan yang disebut hemosit bersirkulasi

4
di dalam hemolimfe, cairan sirkulasi serangga yang setara dengan darah. Sebagian
hemosit melaksanakan pertahanan selular yang disebut fagositosis. Pertemuan
dengan patogen-patogen di dalam hemolimfe juga menyebabkan hemosit dan sel-sel
lain tertentu menyekresikan peptida antimikroba. Dalam mengenali sel-sel asing, sel-
sel respons kekebalan serangga mengandalkan pada molekul-molekul unik pada
lapisan terluar fungi dan bakteri. Respon-respon kekebalan berbeda-beda untuk
kelas-kelas patogen yang berbeda-beda.

Jadi Invertebrata dilindungi oleh penghalang fisik dan kimiawi serta pertahanan
berbasis-sel. Pada serangga, mikroba yang menembus pertahanan penghalang dicerna oleh
sel-sel di dalam hemolimfe yang juga melepaskan peptida antimikroba. Aktivasi respons
kekebalan bawaan terhadap suatu kelas patogen mengandalkan pada protein pengenalan.
Peptida antimikroba
Beberapa dari moiekul-molekul pertahanan ini berfungsi seperti peptida antimikroba
dari serangga, merusak berbagai kelompok patogen dengan mengganggu integritas
membran. Molekul-molekul pertahanan lain, termasuk interferon dan protein komplemen,
bersifat unik bagi sistem kekebalan vertebrata.
- Interferon
Adalah protein-protein yang memberikan pertahanan bawaan melawan infeksi
virus. Sel-sel tubuh yang terinfeksi oleh virus menyekresikan interferon,
menginduksi sel-sel tak-terinfeksi di dekatnya untuk menghasilkan zat-zatyang
menghambat reproduksi virus.
- Sistem komplemen
Terdiri dari sekitar 30 protein dalam plasma darah yang berfungsi bersama-sama
untuk memerangi infeksi. Protein-protein ini bersirkulasi dalam kondisi inaktif dan
teraktivasi
oleh zat-zat pada permukaan banyak mikroba.

5
2. Sistem Kekeblan Tubuh Pada Vertebrata
System kekebalan tubuh pada vertebrata terdiri dari 2 komponen yaitu system
pertahanan non-spesifik dan system pertahanan spesifik. Ketika tubuh mengalami
infeksi mikroba pantogen, mekanisme kekbalan non-spesifik akan bekerja untuk
menghentikan proses infeksi tersebut. Jika mekanisme tersebut tidak bekeja efektif
maka akan berkelanjutan dan terjadilah gejala penyakit. Pada saat bersamaan respon
kekbalan spesifik terjadi, jika tubuh mampu bertahan pada saat tersebut maka akan
terbentuklah antibody. Antibody tersebut menciptakan suatu memori khusus
sehingga Ketika tubuh terkena penyakit sejenis maka tubuh akan kebal dan mampu
menhan infeksi karena terjadi respon kekebalan tubuh sekunder sebagai efek booster.

3. System Kekebalan Tubuh Pada Tanaman


Perwakilan dari semua kelas patogen yang menginfeksi manusia juga
menginfeksi tanaman. Bakteri, jamur, virus, nematoda, dan serangga dapat
menyebabkan penyakit tanaman. Seperti halnya hewan, tumbuhan juga diserang oleh
serangga dan patogen lainnya. Patogen ini menjalani reaksi metabolisme kompleks
yang memicu bentuk perlindungan terhadap konstituen kimia yang melawan infeksi
dan membuat tanaman tidak menarik bagi serangga dan herbivora lainnya.
Seperti invertebrata, tanaman tidak menghasilkan antibodi, respons sel T, atau
sel kultur yang mendeteksi keberadaan patogen. Ketika terinfeksi, bagian tanaman
dihilangkan dan diganti. Membentuk dinding atau memisahkan bagian tanaman
dapat mencegah penyebaran infeksi.Kebanyakan respon imun tanaman melibatkan
sinyal kimia sistemik yang dikirim oleh tanaman. Tanaman menggunakan reseptor
pengenalan pola untuk mengidentifikasi patogen dan memicu respons mendasar yang
menghasilkan sinyal kimia yang membantu melindungi terhadap infeksi.
B. Komponen Sistem Kekebalan Tubuh
1. Makrofag

Makrofag merupakan komponen sel darah putih yang berfungsi sebagai system
imun. Mekanisme kerja nya yaitu dnegan cara melakukan fagositosis terhadap
bahan-bahan asing atau bakteri yang masuk kedalam tubuh. Proses ini terjadi
dengan cara mengelilingi bakteri kemudian memakan atau bahkan mengancurkan
antigen tersebut. Proses masuknya makrofag kedalam jaringan tubuh disebut dengan
Diapedesis. Dimana sel makrofag dapat masuk kedalam jaringan tubuh terkecil
bahkan ukuran celah masuknya itu lebih kecil dari struktur tubuh sel makrofag.
Untuk mengatasi infeksi makrofag berinterasi dengan limfosit. Makrofag terdapat
ditempat-tempat strategis tubuh dan organ tubuh yang berinteraksi dengan aliran

6
darah atau didaerah paru-paru yang menerima udara dari luar. Makrofag memiliki
peran penting dalam imunitas adaptif. Dalam hal ini makrofag mengambil antigen
dan mengantarkannya untuk dihancurkan oleh komponen-komponen imun lain
dalam system imun adaptif.
Makrofag diproduksi di sumsum tulang belakang dari sel induk mieloid yang
mengalami proliferasi dan dilepaskan ke dalam darah sesudah atau satu periode
melalui fase monoblas-fase promonosit-fase monosit. Monosit yang telah
meninggalkan sirkulasi darah akan mengalami perubahanperubahan untuk
kemudian menetap di jaringan sebagai makrofag. Fagositosisi merupakan awal
aktivasi yang kemudian dipacu oleh sitokin yang dilepas sel Th dan oleh mediator
respon inflamasi. Menurut fungsinya, makrofag dibedakan menjadi 2, Makrofag
sebagai fagosit professional dan makrofag sebagai APC. Makrofag sebgai sel fagosit
mampu membunuh kuman mellaui 2 mekanisme, yaitu :
a. Proses Oksidatif (oxygen dependent mechanicsm)
Proses ini terjadi berupa peningkatan penggunaan oksigen dan hydrogen serta
senyawa lainnya. Reaksi ini menghasilkan metabolit oksigen yang toksik
sehingga dapat digunakan unutk membunuh kuman.
b. Proses Non-Oksidatif (oxygen idependent mechanicsm)
Proses ini terjadi sebab bantuan berbagai jenis proten seperti hydrolyc enzyme,
defenins, lysozyme dan nitric oxide synthase (NOS). Proses ini dapat
meningkatkan produksi NO dari makrofag di organ limfa.

2. Limfosit

Limfosit merupakan sel darah putih yang berfungsi megidentifikasi dan


mengahncukan antigen. Limfosit dibentuk di sumsum tulang tetapi mengalami
penuaan yang berbeda. Limfosit yang mengalami penuaan di sekitar sumsum
adalah limfosit B atau sel B. limfosit T atau sel T mengalami penuaan di timus.
Limfosit T yang disebut sitoksik (sel beracun) atau limfosit T pembuhun. Sel T
secara langsung dapat membunuh sel yang mempunyai antigen spesifik pada bagian
permukaannya yang sudah terdeteksi oleh sel T sebelumnya. Limfosit T penolong
mengontrol kekuatan dan kualitas dari semua respon imun. Sel-sel limfosit dewasa
secara konstan bergerak sepanjang darah menuju kelenjar getah bening dan
Kembali ke darah lagi untuk memonitor tubuh terhadap penyerbu.
Sel B terdiri dari :

7
a) Sel B plasma, berfungsi membentuk antibody.
b) Sel B pengingat, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk kedalam
tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi
kedua.
c) Sel B pembelah, berfungsi sebagai membentuk sel B plasma dan sel B
pengingat.
Sel T terdiri dari :
a) Sel T pembunuh, berfungsi menyerang pathogen yang masuk ke tubuh, ke
sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
b) Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel
T lainnya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
c) Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun
dengan cara menurunkan produksi antibody dan mengurangi aktivitas sel T
pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

3. Reseptor Antigen

Karakteristik dari imunitas adaptif yaitu kekhususan spesifikasi. Spesifikasi


memiliki arti yaitu setiap zat yang dihasilkan oleh tubuh hanya mampu untuk
melawan antigen tertentu. Stelah limfosit dewasa, ia akan memproduksi satu
reseptor antigen yaitu struktur khusus yang berada pada bagian permukaan sel
limfosit. Reseptor antigen memiliki struktur yang spesifik untuk berkaitan dengan
yang sesuai dengan struktur antigen seperti kunci dan gemboknya. Berjuta-juta
reseptor antigen dihasilkan dari limfosit

4. Antibodi

8
Antibody akan terbentuk jika ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada pathogen sel asing atau sel kanker. Sel B dan
sel T mengenali antigen menggunakan reseptor spesifik-antigen yang tertanam
dalam membran-membran plasmanya. Satu limfosit B tau T memiliki sekitar
100.000 reseptor antigen pada permukaannya. Sel sel B terkadang memunculkan sel
plasma yang merupakan hasil sekresinya. Hasil dari sekresi dari Sel B disebut
dengan antibody atau immunoglobulin. Antibody merupakan senyawa protein yang
berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya kemudian ditangkap dan
dihancurkan oleh mikrofag. Respons sel yang pertama terhadap antibody adalah
pembentukan atibodi IgM oleh sel, kemudin dilanjutkan denagn pembentukan
antibody lainnya seperti IgG, IgA, IgD, dan IgE.
a. IgM

Nama M berasal dari makro-globulin dan berat molekul IgM adalah 900.00
dalton. IgM adalah immunoglobulin terbesar dan memiliki rumus bangun
pentameter. IgM seringkali digunakan sel B dalam mengekspresikan respon
antigen di permukaan. Pada respon imun primer immunoglobulin yang lebih
dahulu dibentuk adalah IgM. IgM termasuk immunoglobulin predominan yang
diproduksi oleh janin. IgM dapat mencegah Gerakan mikroorganisme pathogen,
memudahkan fagositosisi dan termasuk dalam aglutinator poten antigen.
b. IgG

IgG merupakan komponen uatama immunoglobulin serum, dengan berat


molekul 160.000 dalton. Kadarnya dalam darah sekitar 13 mg/ml, merupakan
75% dari semua immunoglobulin. IgG dapat ditemukan di berbagai cairan
seperti darah dan urine. IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan

9
berperan pada imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. Imunoglobulin G pada
tubuh manusia terdiri dari 4 sub kelas, yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4.
Perbedaan dari keempatnya adalah terletak pada rantai H yang masing-masing
terdiri dari 1, 2, 3, dan 4, perbedaan ini berkaitan dengan beberapa fungsi
biologis.
c. IgA

IgA dengan berat molekul 165.000 dalton ditemukan dalam serum dengan jumah
sedikit. Kadarnya terbanyak ditemukan dalam cairan sekresi saluran nafas, cerna
dan kemih, air mata, keringat, ludah dan dalam air susu ibu yang lebih dominan
oleh sekresi Imunoglobulin A. Dalam cairan lambung ditemukan Imunoglobalin
yang paling besar adalah IgA sebanyak 80%, lalu ada IgM 13% dan IgG 7%.
Imunoglobulin A terdiri dari 2 subkelas yaitu IgA1 dan IgA2. Sekresi
immunoglobulin A mampu melindungi tubuh dari pathogen yang masuk
kedalam tubuh.
d. IgD

Imunoglobulin D memiliki jumlah yang sedikit didalam serum.


Immunoglobulin D merupakan penanda permukaan pada sel B telah mengalami
kematangan. Imunoglobulin D dibentuk secara bersamaan dengan
Imunoglobulin M oleh sel B normal, karena untuk membedakan unit dari RNA.

10
Imunoglobulin D tidak mengikat komplemen dan mempunyai aktivtas antibody
terhadap antigen berbagai makanan dan autoantigen berupa komponen nucleus.
e. IgE

Jumlah Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum. Imunoglobulin E


dibentuk oleh sel plasma dalam selaput lendir saluran nafas dan cerna. Kadar
Imunoglobulin E yang tinggi ditemukan pada infeksi cacing, skitosomiasis,
trikinosis, penyakit hidatid, serta ampuh untuk melawan berbagai jenis parasite.
C. Jenis Pertahanan Sistem Kekebalan Tubuh
1. Pertahanan Tubuh Bawaan (Non-Spesifik)
System Pertahanan Tubun Non-Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak
membedakan mikroba pathogen satu dengan mikroba pathogen yang lainnya.
Respon imun bawaan terjadi terhadap zat asing walaupun pada tubuh sebelumnya
tidak pernah terpapar oleh zat tersebut. System pertahanan ini berperan paling awal
dalam pertahanan tubuh melawan panthogen atau zat asing yang mencoba masuk
kedalam tubuh dengan menghalangi masuknya pathogen dengan cara
mengeliminasi pathogen yang masuk ke jaringan tubuh.
System Pertahanan Tubuh Non-Spesifik diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :
a. Pertahanan Non-Spesifik Eksternal
1. Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh kulit dan membrane mukosa yang
berada di lapisan luar kulit. Keduanya berfungsi menghalangi jalan
masuknya pathogen yang akan masuk ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit
tersusun atas sel-sel epital yang sangat kecil sehingga sulit untuk ditembus.
Selain itu, sel terluar kulit juga mengandung keratin dan sedikit air yang
berfungsi sebagai menghambat pertumbuhan mikroba. Membrane mukosa
lainnya terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan dan saluran
kelamin.
2. Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh silia pada trakea dan rambut
hidung. Silia pada trakea berfungsi menyapu partikel berbahaya yang masuk

11
masuk kedalam tubuh dalam bentuk lendir yang kemudian pada akhirnya
akan dikeluarkan oleh tubuh. Sedangkan rambut hidung berfungsi untuk
menyaring partikel-partikel berbahaya yang masuk bersama oksigen
melalui hidung.
3. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh hasil dari kulit dan membrane
mukosa, yaitu keringat dan minyak. Keringat dan minyak mengandung zat
kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Keduanya
memberikan suasana asam sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Air liur, air mata dan sekresi mukosa mengandung enzim
lisozim yang mampu membunuh bakteri dengan menghidrolisis dinding sel
bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.
4. Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologis dilakukan oleh bakteri tidak berbahaya yang
hidup di membrane mukosa dan kulit. Cara bertahan hidupnya dengan
berkompetisi bersama pathogen untuk medapatkan nutrisi.

b. Pertahnana Non-Spesifik Internal


1. Inflamasi

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh


cedera atau kerusakan jaringan yang berfungsi untuk mengahncurkan,
mengurangi atau mengurung baik agen pencedera atau jaringan yang cedera.
Inflamasi merupakan gejala pertahanan dimana sebenarnya hasil dari
inflamasi adalah netralisasi dan pembuangan agen-agen penyerang,
penghancur, jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan
untuk pemulihan dan perbaikan. Apabila kemungkinan terjadi cedera
misalnya teriris atau tertusuk benda asing kemudian terjadi infeksi kuman,
maka pada jaringan ini akan terjadi reaksi yang memusnahkan agen yang
membahayakan jaringan atau mencegah agar kuman tidak menyebar luas.
Reaksi ini kemudian menyebabkan terjadinya perbaikan jaringan baru.
Ada beberapa faktor kimia yang menstimulasi inflamasi, yaitu histamin,
bradikin, serotonin, leukotriene, dan prostaglandinyang dilepaskan oleh sel
yang berperan sebagai mediator inflamasi di dalam system kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi oleh kuman. Inflamasi
merupakan respons protektif untuk menghilangkan bekas luka. Sel yang
berkontribusi dalam inflamasi meliputi sel dan protein dan sel plasma

12
dalamsirkulasi, sel pembuluh darah, dan sel serta matriks ekstraseluler
jaringan ikat. Sel dalam sirkulasi, meliputi leukosit, yang terdiri dari
neutrophil, eosinophil, basophil, limfosit, dan monosit, serta trombosit.
Protein dalam sirkulasi meliputi pembekuan , kininogen dan komponen-
komponen. Kemudian sel jaringan ikat meliputi sel mast, limfosit, makrofag
dan fobroblas. Kemudian komponen matriksekstraseluler meliputi kolagen
dan elastin susun fbrosa, protoglikan bentuk gel, glikoprotein adhesive
sebagai struktur penyambung.

2. Fagositosis

Fagositosis merupakan suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan sel-sel


fagosit dengan hjalan mencerna mikroorganisme/partikel asing hingga
menghancurkannya berkeping-keping. Sel fagosit terdiri dari 2 jenis, yaitu
sel fagosit mononuclear dan polimorfonuklear.
Proses fagositosis adalah sebagai berikut :
a) Recognition / pengenalan
Proses dimana mikroorganisme atau partikel asing terdeteksi oleh
sel-sel fagosit.
b) Chemotaxis / pergerakan
Setelah terjadinya pengenalan suatu mikroorganisme kemudian sel
fagosit akan bergerak menuju sel tersebut. Hal ini terjadi karena
kemungkinan bakteri atau mikroorganisme mengeluarkan semacam
zat chemo-attract seperti kemokin yang dapat memikat sel hidup
seperti fagosit untuk menghampirinya.
c) Adhesion / perlekatan
Sel fagosit yang telah mengalami pergeraka menuju microorganisme
asing, kemudian mikroorganisme asing tersebut akan melekat pada
reseptor pada membrane sel fagosit. Proses ini akan dipermudah jika
mkroorganisme berlekatan atau berdekatan dengan mediator
komplemen seperti opsosnin yang dihasilkan komplemen C3b di
dalam plasma. Kejadian ini dinamakan dengan opsonisasi.
Opsonisasi adalah proses melapisi partikel antigen oleh antibody dan

13
atau oleh komponen komplemen agar lebih mudah dan cepat
dimakan oleh fagosit.
d) Ingestion / penelanan
Setelah terjadinya pengikatan mikroorganisme asing oleh reseptor di
membrane plasma sel fagosit, pada saat itu juga sel fagosit akan
menyelubungi seluruh permukaan mikroorganisme dan menelannya
hidup-hidup menuju sitoplasma. Mikroorganisme itu akan masuk ke
dalam sitoplasma yang mirip gelembung vakuola yang dapat disebut
dengan fagosom.
e) Digestion / pencernaan
Mikroorganisme yang terletak dalam fagosom akan berinteraksi
dengan lisosom. Komponen lisosom yang berisi enzim-enzim
penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berdifusi dengan
fagosom membentuk fagolisosom. Akhirnya enzim tersebut tumpah
kedalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan mikroorganise
asing hingga hancur. Kemudian Sebagian mikroorganisme asing
tersebut akan berikatan dengan molekul kompleks yang berfungsi
untuk mempresentasikan ke permukaan. Molekul ini dikenal dengan
MHC (Major Histocompability Complex) yang kemudian akan
dikenali oleh system pertahanan spesifik.
f) Releasing / pengeluaran
Proses pengeluaran sisa mikroorganisme asing yang tidak dicerna
oleh sel fagosit.
3. Interferon

Interferon merupakan golongan protein yang secara nonspesifik mampu


mempertahankan tubuh terhadap infeksi yang disebakan oleh virus yang
sama tau sejenis yang berads di sekitar sel yang ter-infeksi. Asam nukleat
virus dapat menginduksi perangkat sel untuk membentuk interferon.
Interferon yang telah mengalami induksi dikeluarkan dalam bentuk cairan
ekstraseluler. Setelah dilepaskan, interferon akan berikatan dengan resepor
di membrane plasma sel. Atau sel saling berjauhan tetapi masih dapat
dicapai oleh peredaran darah lalu memberi sinyal untuk mempersiapkan diri

14
dari serangan virus. Interferon dapat memicu terbentuknya enzim-enzim
yang menghambat virus oleh sel hospes.

4. Sel Natural Killer (NK)

Sel pembunuh alami atau sel NK membantu mengenali dan melenyapkan


sel-sel berpenyakit. Terkecuali pada sel darah merah, semua sel dalam tubuh
normalnya memiliki protein yang disebut molekul MHC 1 pada
permukaannya. Setelah infeksi virus menjadi tahap kanker, sel-sel NK yang
mengawasi tubuh melekat ke sel-sel penyakit dan melepaskan zat-zat kimia
yang menyebabkan kematian sel, sehingga menghambat penyebaran virus
atau kanker lebih jauh (campbell, 2012). MHC (Major Histocompability
Complex) memiliki dua kelas molekul, yaitu :
a) Molekul MHC kelas I (Class I MHC Molecule)
Molekul MHC kelas I ini ditemukan pada hampir seluruh sel tubuh,
kecuali pada sel yang tak bernukleus misalnya pada sel-sel darah merah.
Molekul ini berikatan kef ragmen peptide antigen asing yang disentesis
di dalam sel. Berkat molekul ini sel tubuh apapun yang terinfeksi atau
menjadi kanker dapat menyintesis antigen asing dan menampilkan
fragmen antigen. Molekul ini menampilkan fragmen antigen terikat
dikenali oleh subkelompok sel T yang disebut dengan Sel T Sitotoksik.
Istilah sitotoksik mengacu pada penggunaan produk gen toksik untuk
membunuh sel yang terinfeksi.
b) Molekul MHC Kelas II (Class II MHC Molecule)
Molekul MHC kelas II ini hanya diproduksi oleh beberapa tipe sel saja,
yaitu sel-sel dendritic, makrofag-makrofag, dan sel-sel B. Molekul ini
berikatan ke fragmen antigen yang berasal dari material-material asing
yang telah diinternalisasi melalui fagositosis atau endositosis. Molekul
ini juga dikenal sebagai sel penyaji antigen (antigen presenting cell)
karena perannya dalam menampilkan antigen-antigen yang
diinternalisasi. Sel penyaji antigen menampilkan antigen sebagai
pengenalan oleh sel-sel T sitotoksik dans sel T penolong.

5. Sel Mast

15
Sel mast berperan pada imunitas terhadap parasite dalam usus terhadap
invasi bakteri. Saat sel mast berperan dalam reaksi alergi dan pertahanan
penjamu, jumlahnya akan menurun pada sindrom imunodifisiensi.

2. Pertahanan Tubuh Adaptif (Spesifik)


a. Pertahanan Spesifik Seluler
Pertahanan spesifik seluler merupakan perthanan yang diperankan oleh limfosit
T dengan tanpa bantuan komponen system pertahanan lainnya. Dalam system
pertahanan ini yang berkontribusi adalah sel T dan imfosit T. Sel T memiliki
jumlah yang banyak di dalam submucosa jalan nafas dan dinding alveoli. Kedua
sel T ini mengalami proses produksi di kelenjar timus. Sel T memiliki macam-
macam jenis, yaitu :
1. sel T helper (CD4)
Sel Th mengambil peran untuk menolong sel B dalam differensiasi dan
memproduksi antibody. Sel Th mengalami interaksi secara langsung
oleh sel B dan permukaannya saling berikatan oleh reseptor MHC II,
dikarenakan memacu untuk cepat membelah dan memberi sinyal untuk
antibody untuk fungsinya. Fungsi dari sel ini seperti mengaitkan system
makrofag-monosit ke sisem limfoid. Berinteraksi dengan penguji unutk
mengendalikan Immunoglobulin. Menghasilkan sitokin.
2. Peran sel T sitotoksik (Tc)
System ini biasa dengan sebutan system pembunuh. Sel ini merupakan
satu-satnya sel T yang mampu langsung menyerang dan memebunuh sel
sendiri. target utama virus ini adalah sel yang terinfeksi. Sel T
menyerang jajanan lainnya yang terinfeksi oleh bakteri intraseluler,
parasite, sle kanker, dan sel asing lainnga yang memasuki tubuh melalui
tranfusi darah maupun transplantasi oleh organnya.
3. Sel T suppressor (Ts) (CD8)
Ts memiliki aksi untuk melepskan limpokin yang dapat menekan
aktivitas sel T dan sel B. Sel Ts akan segera menghentikan respon imun
setelah sukses mengahancurkan antigen.

b. Pertahanan Spesifik Humoral

16
Pertahanan spesifik humoral merupakan aktivitas pertahanan yang diperankan
oleh sel limfosit B dengan tanpa bantuan sel lainnya. Dalam system pertahanan
ini yang berperan adalah sel B dan limfosit B. Tempat produksi system
pertahanan ini terjadi di sumsum tulang yaitu sel batang. Sel B bila dirangsang
oleh partikel asing akan berkembang menjadi sel plasma yang dapat
membentuk antibody. Sel Th2 ikut serta berkontribusi dalam system pertahanan
ini. Sel Th2 akan memproduksi Il-4, Il-5, Il-6 yang merangsangsel B untuk
menghasilkan immunoglobulin, menekan kerja monosit/makrophag dan respon
imun seluler. Immunoglobulin dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari
proliferasi sel B akibat kontank dengan antigen. Meskipun antibody tidak dapat
menghancurkan antigen secara langsung, tetapi dapat menginaktfkan dan
menandainya untuk dihancurkan. Hal ini disebut dengan formasi kompleks
antigen-antibody.
D. Jenis-Jenis Sistem Kekebalan Tubuh
1. Sistem Kekebalan Tubuh Aktif
System kekbalan tubuh aktif adalah kekebalan tubuh yang diperoleh dari dalam
tubuh sebab tubuh memproduksi antibody sendiri. system kekebalan tubuh aktif
terbentuk secara alami dan buatan.
a) Alami
Kekebalan aktif alami atau Natural Immunity merupakan kekebalan tubuh
seseorang yang diperoleh setelah mendapatkan serangan penyakit. Hal ini terjadi
sebab tubuh yang terserang sudah mengenali jenis partikel asing tersebut
akibatnya darah membentuk antibody untuk melawan antigen atau partikel
asing. Sebagai contoh seseorang yang telah mengalami penyakit campak,
gondongan dan cacar air mereka tidak akan terserang penyakit yang sama untuk
kedua kalinya.
b) Buatan
Kekebalan aktif buatan atau Induced Immunity merupakan kekebalan tubuh yang
diperoleh dari luar tubuh. Proses memasukkan kuman penyakit yang dilemahkan
atau dijinakkan sehingga tubuh membentuk antibody yang nantinya akan
berguna sebagai penangkal berbagai penyakit yang ingin masuk ke dalam tubuh
disebut Vaksinasi. Sebagai contoh, yaitu dengan melakukan imuniasasi. Teknik
ini dapat dilakukan kepada semua orang dan bahkan kepada smeua umur.
Contoh vaksin yang mampu melawan penyakit TBC yaitu jenis BCG, kemudian
ada vaksin TFT untuk melawan penyakit Tetanus. Tipe imunisasi ada 2, yaitu
Imunisasi Isoimun dan Imunisasi Heteroimun. Imunisasi isoimun merupakan
imunasasi yang diberikan kepada individu dari spesies yang sama. Sedangkan
imunisasi heteroimun merupakan imunisasi yang diberikan kepada individu
yang berbeda dan spesies yang berbeda.

2. Sistem Kekebalan Tubuh Pasif


System kekebalan tubuh pasif merupakan kekebalan yang diperoleh tubuh bukan
dari antibody melainkan langsung memakainya saja. Kekebalan pasif juga
terbentuk secara alami dan bautan.
a) Alami

17
System kekbalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima
antibody dari ibunya melalui plasenta ketika berada didalam kandungan.
Kemudian pada ibu yang memberi ASI pada anaknya dimana air susu itu
mengandung banyak sekali antibody.
b) Buatan
System kekebala pasif buatan dapat diperoleh dengan menyuntikkan antibody
ke dalam tubuh individu dalam bentuk serum. Kekebalan ini bekerja sangat
singkat tetapi sangat ampuh sebagai penyembuhan yang membutuhkan waktu
relative cepat. Sebagai contoh yaitu serum antibias ular yang diberikan pada
orang yang dipatuk ular berbisa.
E. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
1. Faktor Genetik
Genetis sangat berpengaruh terhadap system imun, hal ini dapat dibuktikan dengan
suatu penelitian yang dibuktikan bahwa pasangan anak kembar homozigot lebih
rentan terhadap suatu allergen dibandingkan dengan pasangan anak kembar yang
heterozigot. Hal ini membuktikan bahwa factor hereditas mempengaruhi system
imun.
2. Stres
Jadwal kerja atau kegiatan yang padat hingga beban harian dapat membuat lelah.
Rasa lelah tersebut sejalan dengan peningkatan kadar hormon stres, kortisol. Kondisi
ini mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun. Stres bahkan bisa
berdampak buruk pada produksi antibodi.
3. Usia
Usia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan anak-anak system
imun belum matang di usia muda dan system imun akan menjadi matang di usia
dewasa dan akan menurun kembali saat usia lanjut.
4. Hormone
Pada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan perempuan adalah sama,
tetapi ketika sudah memasuki masa reproduksi, system imun antara keduanya
sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai adanya beberapa hormone yang
muncul.Pada wanita telah diproduksi hormone estrogen yang mempengaruhi sintesis
IgG dan IgA menjadi lebih banyak (meningkat). Dan peningkatan produksi IgG dan
IgA menyebabkan imunitas wanita lebih kebal terhadap infeksi. Sedangkan pada pria
telah diproduksi hormone androgen yang bersifat imunosupresan sehingga
memperkecil resiko penyakit autoimun tetapi tidak membuat lebih kebal terhadap
infeksi. Oleh karena itu, wanita lebih banyak terserang penyakit autoimun dan pria
lebih sering terinfeksi.
5. Faktor nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi sistem imun yang
optimal. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh defisiensi protein-kalori dapat
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA dan protein.
Vitamin juga membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel-sel imun.
Studi menunjukkan, vitamin C, A, E, B6 dan B12 serta mineral seperti zat besi dan
seng sangat penting untuk memelihara fungi kekebalan. Semua nutrisi ini dapat
ditemukan dalam buah dan sayuran.
6. Penyalahgunaan Antibiotik

18
Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak teratur bisa dapat
menyebabkan bakteri menjadi resisten, sehingga ketika bakteri menyerang lagi,
sistem kekebalan tubuhakan gagal melawannya.
F. Gangguan Akibat Sistem Kekebalan Tubuh
Walaupun kekebalan yang diperoleh menawarkan perlindungan yang signifikan
terhadap berbagai macam patogen, bukan berarti tipe kekebalan tersebut selalu berhasil.
Berikut ini beberapa gangguan akibat sistem kekebalan tubuh:
a. Alergi
Alergi adalah respon-respon yang berlebihan terhadap antigen-antigen tertentu
yang disebut alergen. Yang memunculkan gejala-gejala alergi yang khas seperti
bersin-bersin, hidungberair, mata berair, dan kontraksi otot polos yang dapat
menyebabkan kesulitan bernapas. Obat-obatan yang disebut antihistamin
mengurangi gejala-gejala alergi (dan inflamasi) dengan memblokir reseptor untuk
histamin. Respons alergi yang akut terkadang menyebabkan syok anafilaktik
(anaphylactic shock), reaksi seluruh tubuh yang mengancam jiwa dan dapat terjadi
dalam beberapa detik setelah paparan terhadap suatu alergen.
b. Penyakit-penyakit autoimun
Pada beberapa orang, sistem kekebalan menyerang molekul-molekul tertentu
dalam tubuh, menyebabkan penyakit autoimun (autoimmune disease). Jenis
kelamin, genetika, dan lingkungan semuanya memengaruhi kerentanan seseorang
terhadap gangguan
autoimun. Misalnya, anggota keluarga tertentu menunjukkan kerentanan yang lebih
tinggi terhadap gangguan autoimun tertentu. Selain itu, banyak penyakit autoimun
yang lebih sering memengaruhi perempuan daripada laki-laki. Perempuan memiliki
kemungkinan dua sampai tiga kali lebih besar menderita sklerosis multipel dan
artritis rematoid daripada laki-laki dan sembilan kali lebih mungkin mengidap lupus.
c. Kerja keras, stress, dan sistem kekebalan
Banyak bentuk kerja keras dan stres memengaruhi fungsi sistem kekebalan.
Olahraga ringan memperbaiki fungsi sistem kekebalan dan sangat mengurangi
risiko infeksi ini. Sebaliknya, olahraga hingga mencapai titik lelah menyebabkan
infeksi yang Iebih sering terjadi dan gejala yang lebih parah. Serupa dengan itu,
stress psikologis telah terbukti menggangu regulasi sistem kekebalan dengan
mengubah hubungan timbal balik antara sistem hormon, saral dan kekebalan.
d. Penyakit-penyakit imunodefisiensi
Gangguan kelainan atau ketiadaan kemampuan sistem kekebalan untuk
melindungi tubuh terhadap patogen disebut imunodefisiensi (immunodeficiency).
Imunodefisiensi
bawaan (inborn immunodeficiency) merupakan akibat dari cacat genetis atau
perkembangan di dalam sistem kekebalan. Imunodefisiensi yang diperoleh
(acquired
immunodefi ciency) berkembang belakangan setelah paparan terhadap agen
kimiawi atau biologis. Apa pun penyebab dan asal-usulnya, imunodefisiensi dapat
menyebabkan infeksi yang sering terjadi dan berulang-ulang serta peningkatan
kerentanan terhadap kanker tertentu.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Irma, dkk. 2017. “IMMUNOGLOBULIN”,


https://www.academia.edu/37205482/MAKALAH_IMUN, diakses pada 1 November 2022.
Campbell, N. A, dkk. 2010. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Eka S, Hanifah dan Winda Aristia. 2015. “SISTEM PERTAHANAN TUBUH”,
https://www.academia.edu/31062125/Sistem_imun, diakses pada 1 November 2022.
Hasbi, Ahmad. “RESPON IMUN HUMORAL DAN SELULER”,
https://www.academia.edu/25975955/RESPON_IMUN_HUMORAL_DAN_SELULER,
diakses pada 1 November 2022.
Ihsan, Burhanuddin. 2014. “MEKANISME PERTAHANAN PADA SISTEM IMUN BAWAAN
DALAM MELAWAN BAKTERI”, https://www.academia.edu/11358880/Sistem_Imun,
diakses pada 2 November 2022.
Kotamto, Okkian Wijaya. “Sel Imunitas”, https://www.academia.edu/31747278/Sel_Imunitas,diakses
pada 2 November 2022.
Lita, Marsita. 2018. “Sistem Imun Okuler Mata”, https://perpustakaanrsmcicendo.com/wp-
content/uploads/2018/05/Respons-Imun-Okular.marsita-lita.pdf, diakses pada 2 November
2022.
Made, Dharmaditha. “INFLAMASI”, https://www.academia.edu/5518518/Inflamasi, diakses pada 3
November 2022.
Nia, Florentina. “Pertahanan Tubuh Manusia”, https://www.academia.edu/20350790/imunitas, diakses
pada 3 November 2022.
Nugroho, Agung Setiadi. 2019. “Sistem Imun Manusia”,
https://www.academia.edu/40685567/Sistem_Imun_Manusia, diakses pada 4 November 2022.
Rahayu, Yeni. “IMMUNOGLOBULIN”,
https://www.academia.edu/11179007/MAKALAH_IMUNOGLOBULIN, diakses pada 4
November 2022.
Ringga, Aa. “ANTIGEN”, https://www.academia.edu/31557295/ANTIGEN_pptx, diakses pada 4
November 2022.
Ruangguru. “Sistem Pertahanan Tubuh Manusia : Nonspesifik dan Spesifik”,
https://www.ruangguru.com/blog/biologi-kelas-11-sistem-pertahanan-tubuh, diakses pada 5
November 2022.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Vol. 2 Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tok, Panji. 2018. “Pengertian Antibodi Dan Antigen”, https://www.edubio.info/2018/11/pengertian-
antibodi-dan-antigen.html, diakses pada 5 November 2022.
Wahyuningsih, Wilda. 2018. “SISTEM PERTAHANAN TUBUH PADA MANUSIA”,
https://www.academia.edu/36542266/SISTEM_PERTAHANAN_TUBUH_PADA_MANUSI
A, diakses pada 5 November 2022.

20
21

Anda mungkin juga menyukai