AUTOIMUN
Disusun Oleh:
FAKULTAS FARMASI
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan ridho-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah IMUNOLOGI tentang “AUTOIMUN”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
serta masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran sangat di nantikan guna
penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi kami
maupun pembaca. Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Autoimun................................................................................................................3
2.2 Sistem Imun...............................................................................................................................3
2.2 Antigen Dan Antibodi ……………………………………………………………………..…………………………………….. 6
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh,
terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu cabang yang luas
dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada
semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam
keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi karakteristik fisik,
kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah
akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga
merangsang demam dan sintesis protein.
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia.
Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh
manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic
spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga
respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler
mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Keutuhan tubuh dipertahankan oleh system pertahanan yang terdiri dari system imun
nospesifik dan spesifik. Sistem kekebalan tubuh khusus sebagai pelindung dari agen-agen asing
sehingga melindungi tubuh terhadap infeksi. Secara historis, autoimunitas atau reaktivitas system
kekebalan tubuh untuk self-antigen (melindungi) yang dianggap sebagai respon yang
menyimpang. Baru-baruini, para peneliti telah menyadari bahwa autoimunitas adalah fenomena
alam, dengan antibody diri reaktif dan sel-sel autoimun ada di dalam semua orang normal.
Adapun kombinasi predisposisi genetic dan faktor lingkungan berkontribusi terhadap
4
pengembangan penyakit autoimun. Meskipun penyakit autoimun individu relative jarang.
Penyakit autoimun dapat terjadi pada usia yang relative muda dan terus sepanjang hidup.
Memahami mekanisme yang menyebabkan disregulasi dari respon imun yang menyebabkan
penyakit autoimun adalah diperlukan untuk mengembangkan terapi yang lebih baik untuk
mengobati dan mungkin bahkan mencegah penyakit ini.
B. RumusanMasalah
C. TujuanPenulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Imun
Sistem imun adalah kekebalan yang ada dalam diri seseorang sejak lahir. Bukan hanya
manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan pun memiliki sistim ini untuk menopang dirinya dari
serangan musuh dari luar. Secara teknis, system kekebalan tubuh adalah sebuah sistem yang
terdiri dari jaringan organ tubuh, tissue dan sel yang melindungi tubuh dari musuh yaitu bakteri,
jamur, virus parasit dan mikroorganisme lain. Bukan itu saja, system kekebalan dapat menjaga
tubuh dari serangan dari dalam tubuh.
Apakah Anda hati-hati atau tidak terhadap musuh-musuh tubuh kita, system ini mampu
melakukan pertahanan terhadap diri kita dari serangan yang bisa menimbulkan penyakit.Salah
satu keunikan utama dari system ini adalah bahwa system ini dapat membedakan antara "self"
dan "non-self." Artinya, sel-sel dalam system ini dapat membedakan mana sel-sel yang
merupakan bagian dari diri kita dan mana yang bukan.
B. Autoimmune
6
Perkembangan penyakit autoimun tergantung pada kombinasi faktor genetic dan
lingkungan. Kebanyakan penyakit autoimun dianggap poligenik, yang melibatkan lebih dari satu
gen. Gagasan bahwa individu secara genetic cenderung untuk mengembangkan autoimun.
Penyakit ini muncul dari laporan klinis bahwa pasien sering menggambarkan riwayat keluarga
penyakit autoimun. Misalnya sebagai contoh, pasien dengan penyakit tiroid autoimun, Penyakit
Graves atau tiroiditis Hashimoto, memiliki keluarga sejarah mengembangkan satua tau yang lain
dari penyakit ini.
7
perempuan Kaukasia. Jika penyakit ini baru muncul pada usia di atas 60 tahun, biasanya akan
lebih mudah untuk diatasi.
SLE ditandai dengan autoantibodi dalam sirkulasi terhadap asam deoksiribonukleat (DNA).
Kelompok ini meliputi SLE, skleroderma, polimiositis, arthritis rheumatoid, dan sindrom
Sjogren. Gangguan-gangguan ini seringkali memiliki gejala yang saling tumpang tindih satu
dengan yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis menjadi semakin
sulit untuk ditegakkan secara akurat. SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan ringan sampai
suatu gangguan yang bersifat fulminan dan mematikan. Namun, keadaan yang paling sering
ditemukan adalah keadaan eksaserbasi atau hampir remisi yang berlangsung untuk waktu yang
lama. Diagnosis SLE dipastikan dari hasil tes yang positif terhadap faktor antinuklear (ANA)
(suatu uji skrining yang berguna) dan uji yang lebih spesifik untuk antibodi anti-DNA.
C. Mekanisme Autoimun
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan ketahanan berupa respon
immune untuk melawan substansi tersebut dalam upaya melindungi dirinya sendiri dari kondisi
yang potensial menyebabkan penyakit. Untuk melakukana hal tersebut secara efektif maka
diperlukan kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat memberikan respon pada
kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada penyakit autoimmune terjadi kegagalan untuk
mengenali beberapa bagian dari dirinya.
Usaha perlindungan terhadap pejamu berjalan efektif jika semua tipe komponen ada dan
berfungsi sepenuhnya, dan masing – masing berfungsi dengan semestinya. Kegagalan dalam
memberikan respon bisa terjadi jika ada satu subkelompok sel , reseptor, atau factor yang
disekresi menghilang. Ada beberapa factor yang imun yang berperan seperti, genetic,
sequested antigen, gangguan presentasi, dan kehilangan toleransi.
Toleransi adalah Suatu keadaan saat seseorang tidak mampu mengembangkan suatu repons imun
melawan suatu antigen yang spesifik. Toleransi diri secara khusus menunjukan kurangnya
responsivitas imun terhadap antigen jaringannya sendiri. toleransi-diri semacam itu diperlukan
jika jaringan kita dapat hidup secara harmonis dengan pasukan limfosit yang merusak.
Mekanisme terjadinya autoimun adalah pada saat ada salah satu factor diatas yang tidak
terpenuhi, toleransi diri respon imun akan hilang kemudian sel – sel system imun tidak dapat
mengenali sel – sel tubuh sendiri. Sehingga sel tubuh sendiri di anggap sebagai antigen. Sel – sel
8
system imun berproliferasi kemudian menuju jaringan yang cedera dan menyerang
jaringan
9
sekunder akibat kerusakan jaringan rusak dan melepas self. antigen yang dapat menimbulkan
respon yang sementara (misalnya akibat infark jantung).
10
napas. Timbulnya miastenia gravis berhubungan dengan timus. Pada umumnya penderita
menunjukkan timoma atau hipertrofi timus dan bila kelenjar timus diangkat, penyakit kadang-
kadang dapat menghilang .
c. Tirotoksikosis
Autoantibody dibentuk terhadap reseptor hormone. Di sini dibentuk antibody terhadap reseptor
thyroid stimuling hormone. Autoantibody dapat menembus plasenta sehingga ibu dengan
tirotoksikosis dapat melahirkan bayi dengan hiperreaktifitas tiroid. Bila autoantibody pada
bayi tersebut dihancurkan beberapa minggu kemudian; tanda- tanda hiperreaktivitas tiroid juga
akan hilang.
11
E. Diagnosa
Pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga sebagai gangguan
autoimun. Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR) seringkali meningkat, karena protein yang
dihasilkan dalam merespon radang mengganggu kemampuan sel darah merah (eritrosit) untuk
tetap ada di darah. Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia) karena radang
mengurangi produksi mereka. Tetapi radang mempunyai banyak sebab, banyak di antaranya
yang bukan autoimun. Dengan begitu, dokter sering mendapatkan pemeriksaan darah untuk
mengetahui antibodi yang berbeda yang bisa terjadi pada orang yang mempunyai gangguan
autoimun khusus. Contoh antibody ini ialah antibodi antinuclear, yang biasanyaada di lupus
erythematosus sistemik, dan faktor rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP)
antibodi, yang biasanya ada di radang sendi rheumatoid. Antibodiini pun kadang-kadang
mungkin terjadi pada orang yang tidak mempunyai gangguan autoimun, oleh sebab itu dokter
biasanya menggunakan kombinasi hasil tes dan tanda gejala orang untuk mengambil keputusan
apakah ada gangguan autoimun.
1. Sequestered antigen
Adalah antigen sendiri yang karena letak anatominya, tidak terpajan dengan sel B atau sel
T dari sistem imun. Pada sequestered antigen dilindungi dan tidak ditemukan untuk dikenal
sistem imun. Perubahan anatomik dalam jaringan seperti inflamasi, dapat memajankan
12
sequestered antigen dengan sistem imun yang tidak terjadi pada keadaan normal. Contohnya
protein lensa intraokular, sperma dan MBP (major basic protein). Uveitis pasca trauma dan
orchitis pasca vasektomi diduga disebabkan respons autoimun terhadap sequestered antigen.
MBP yang dilepas oleh infeksi dan meningkat akan mengaktifkan sel B dan T yang
imunokompeten dan menimbulkan ensefalomielitis pasca infeksi. Inflamasi jaringan dapat pula
menimbulkan perubahan struktur pada self antigen dan pembentukan determinan baru yang
dapat memacu reaksi autoimun. (§ Anatomic sequestration yaitu antigen yang tidak terpajan oleh
sistem imun karena letak anatominya (misalkan letak anatominya tersembunyi). Protein akan
keluar ketika sel rusak. Protein ini disebut protein fisik contoh penyakit yang disebabkan oleh
anatomic seguetration yaitu uveitis (radang saluran lapisan berpigmen pada mata) pasca trauma
dan orchitis (radang testis) pasca vasectomi).
2. Gangguan presentasi
Gangguan dapat terjadi pada presentasi antigen, infeksi yang meningkatkan respons
MHC, kadar sitokin yang rendah dan gangguan respons terhadap IL-1. Pengawasan beberapa sel
autoreaktif diduga bergantung pada sel Ts atau Tr. Bila terjadi kegagalan sel Ts atau Tr, maka sel
Th dapat dirangsang sehingga menimbulkan autoimunitas. Respons imun seleksi timus normal
nampaknya menghasilkan beberapa sel Th self reaktif. Kelainan dalam proses ini dapat
memproduksi sel Th self reaktif lebih bayak. Aktivasi sel T reaktif ini terjadi melalui berbagai
cara, baik sebagai aktivasi poliklonal sel B yang menginduksi respons autoimun yang
menghasilkan kerusakan jaringan. Kemungkinan besar berbagai mekanisme terlibat pada setiap
penyakit autoimun. Selular terhadap mikroba dan antigen asing lainnnya dapat juga
menimbulkan kerusakan jaringan di tempat infeksi atau pajanan antigen.
13
terhadap peptida yang berasal dari sel atau tiroid dan β mengaktifkan sel atau Tc atau ThI
terhadap self antigen.β
14
kronis serta destruksi jaringan. IL-1 dan TNF telah mendapat banyak perhatian sebagai sitokin
yang menimbulkan kerusakan. Kedua sitokin ini menginduksi ekspresi sejumlah protease dan
dapat mencegah pembentukan matriks ekstraselular atau merangsang penimbunan matriks yang
berlebihan.
G. Pengobatan
1. azathioprine
2. chlorambucil
3. cyclophosphamide
4. cyclosporine
5. mycophenolate
6. methotrexate
sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dalam jangka panjang. Obat ini
menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri
terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker.
Konsekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanke rmeningkat.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit autoimun terjadi apabila terjadi respon imun terhadap jaringan sehat à injuri
jaringan kerena reaksi imuno logis terhadap jaringan sendiri. Artinya autoimun itu penyakit
dimana system kekebalan tubuh salah mengidentifikasi benda asing dimana sel jaringan atau
organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga di rusak oleh anti bodi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan,
karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji ulang agar dapat sempurna dan
makalah ini harus digunakan sebagaimana mestinya
16