Imunopatologi
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas berupa makalah
“Imunopatologi” sebagai tugas pengganti ketidak hadiran saya dalam Kuliah .
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan kedepannya.
Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih
kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati saya dengan kelancaran dalam
pembuatan makalah
2. dr. Krisna Murti, Sp.PA.,M.Biotech.,Stud.,Ph.D sebagai ketua Blok 11 yang
telah memberi saya izin dan disertai dengan tugas pengganti
3. dr. Aspitriani,Sp.PA sebagai dosen yang memberi tugas pengganti
4. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD gamma 2017
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung saya dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan
Tuhan.
Penulis
Imunopatologi
I. Reaksi hipersensitivitas
II. Autoimun
III.Imunodefisiensi
I. Reaksi Hipersensitvitas
a. Pengertian
Reaksi hipesensitivitas adalah reaksi -reaksi dari system kekebalan yang
terjadi ketika jaringan tubuh yang nor,al mengalami cedera/terluka. Mekanisme
dimana system kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi
hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga
melibatkan antibodi, limfosit dan sel-sel lainnya yang merupakan komponen
dalam system imun yang berfungsi sebagai pelindung yang normal pada sistem
kekebalan. Reaksi ini terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan
mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I
hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan
dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian.
Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari sel mast dan
basofil. Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel
pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut
hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM. Kompleks
imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM)
ditemukan pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe
III. hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya
membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV
ikut serta dalam berbagai autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut
serta dalam contact dermatitis. Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan
makrofag.
b. Tipe – tipe alergi
Alergi tipe 1
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan
tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam
bereaksi secara imunologi terhadap bahanbahan yang umumnya
imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan
bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh
tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak
untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik.
Alergi Tipe II
Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan
kerusakan pada sel tubuh oleh karena antibodi
melawan/menyerang secara langsung antigen yang berada pada
permukaan sel. Antibodi yang berperan biasanya IgG
Keterangan gambar: Tipe ini melibatkan K cell atau Makrofag.
Allergen akan diikat antibodi yang berada di permukaan sel
makrofag/K Cell membentuk antigen antibodi kompleks.
Kompleks ini menyebabkan aktifnya komplemen (C2-C9) yang
berakibat kerusakan.
Kasus lain dari reaksi alergi tipe III yang perliu diketahui
menyebutkan bahwa imunisasi/vaksinasi yang menyebabkan
alergi sering disebabkan serum (imunisasi) terhadap difteri atau
tetanus. Dengan gejala yang disebut Syndroma sickness yaitu:
fever, hives/urticaria, arthritis, protein dalam urin.
Alergi tipe IV
Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan
intrinsic/internal (“self”). Reaksi ini melibatkan sel-sel
imunokompeten, seperti makrofag dan sel T.
Keterangan: Makrofag mengikat allergen pada permukaan sel
dan akan mentransfer allergen pada sel T, sehingga sell T
merelease interleukin yang akan menyebabkan berbagai gejala,
salah satunya demam.
II. Autoimun
a. Pengertian
Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri
yang disebabkanoleh menkanisme normal yang gagal berperan untuk
mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Respon imun
terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun,menyerang bagian dari tubuh
tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistemkekebalan tubuh yang
membuat badan menyerang jaringannya sendiri.
b. Penyebab Autoimun
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
c. Mekanisme
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan ketahanan
berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam upaya
melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan
penyakit. untuk melakukan hal tersebut secara efektif maka diperlukan
kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat
memberikan respon pada kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada
penyakit autoimmune terjadi kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari
dirinya
Daftar Pustaka