240210170101
Kelompok 17
V. Hasil Pengamatan
5.1 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang pengamatan bentuk bakteri, kapang,
dan khamir. Pada prinsipnya, praktikum dilakukan dengan mengoleskan
mikroorganisme ke gelas objek secara hati-hati dan aseptik.
A. Bakteri
Pada penelitian bakteri kali ini, dilakukan pembuatan film atau apusan
bakteri dan pewarnaan gram. Pada pembuatan apusan, yang harus dilakukan
pertama kali adalah membersihkan gelas objek dengan kapas yang sudah diberi
alkohol sebelum dikeringkan. Hal ini bertujuan agar gelas objek tersebut dalam
keadaan steril, supaya tidak ada mikroba lain yang tumbuh di dalam gelas objek.
Begitu pula ketika satu suspense bakteri diambil dengan Ose. Langkah ini harus
dilakukan secara aseptik setelah Ose disterilisasi. Suspensi bakteri juga harus
dioles dan disebarkan setipis mungkin karena jika terlalu tebal, maka akan terjadi
penumpukan mikroba, sehingga akan sulit diamati. Jika terlalu tipis juga akan
sulit diamati karena bentuknya tidak jelas. (Anonim, 2012) Kemudian dilakukan
fiksasi. Fiksasi adalah proses pengawetan dan pelekatan atau penempelan struktur
sel mikroorganisme pada suatu posisi. iksasi dilakukan setelah olesan pada kaca
preparat sudah kering. Jika olesan belum kering akan menyebabkan sel-sel
mikroorganisme yang bersangkutan menjadi tidak beraturan bentuknya. Tujuan
dari fiksasi adalah pelekatan bakteri supaya pada saat pencucian, bakteri tersebut
tidak ikut hilang tercuci. Fiksasi yang dilakukan tidak boleh terlalu panas dan
lama, karena bakteri yang ada pada preparat bisa hangus terpanggang dan terjadi
perubahan bentuk dan penyusutan sel. (Anonim, 2012.)
Setelah dilakukan pembuatan apusan, dilakukan pewarnaan gram. Pada
umumnya pewarnaan gram berfungsi untuk mengidentifikasi bagian-bagian
struktural sel mikroorganisme, mengamati dengan lebih baik tampang morfologi
mikroorganisme secara kasar, dan membantu mengidentifikasi atau membedakan
organisme yang serupa. Pada praktikum kali ini, pewarnaan gram dilakukan untuk
mengidentifikasi bakteri tersebut tergolong bakteri gram negatif atau bakteri gram
positif. Bakteri gram positif terlihat berwarna ungu karena asam-asam ribonukleat
pada sitoplasma sel-sel gram positif membentuk ikatan yang lebih kuat dengan
kompleks ungu kristal violet sehingga ikatan kimiawi tersebut tidak mudah
Aurel Andita Shafira
240210170101
Kelompok 17
merah dari safranin. Adapun pencucian di setiap akhir satu pewarnaan berfungsi
untuk menghilangkan sisa pewarna yang tidak terserap oleh sel bakteri.
Dari hasil pewarnaan gram, ditemukan bahwa bakteri A, bakteri B dan bakteri
C merupakan bakteri gram positif. Ketiga bakteri tersebut di dalam mikroskop
terlihat berwarna ungu dan berbentuk basil. Bakteri A diidentifikasi sebagai
Lactobacillus casei, bakteri B sebagai Streptococcus thermophillus, dan bakteri C
sebagai Bacillus subtilis.
B. Kapang
Praktikum yang kedua adalah pengamatan bentuk kapang. Kapang adalah
fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada substrat
mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan
terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Ali, 2005).
Menurut Fardiaz (1992), kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari
filamen yang bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu
jalinan yang disebut miselium.
Dalam pengamatan kapang, gelas objek harus dibersihkan terlebih dahulu
dengan kapas dan alkohol 70%. Hal ini dilakukan agar object glass terbebas dari
debu dan kotaminan lain seperti pada pengamatan bakteri. Pada praktikum dengan
sampel kapang, dilakukan metode Moist Chamber. Metode ini ditujukan untuk
mengamati bentuk kapang secara menyeluruh (Sukarminah, dkk, 2008)..
Kemudian, mengalasi cawan petri dengan kertas saring dan meletakkan gelas
objek di dalam cawan petri. Setelah itu, meneteskan media agar PDA di atas gelas
objek, ditunggu dan biarkan hingga membeku. Berbeda dari bakteri, kapang harus
ditimbuhkan lebih dahulu pada media agar PDA karena nutrisi sangat dibutuhkan
kapang untuk kehidupan dan pertumbuhannya, yakni sebagai sumber karbon,
sumber nitrogen, sumber energi, dan faktor pertumbuhan (mineral dan vitamin)
(Waluyo, 2004) Setelah membeku, sepertiga bagian agar dipotong dan di bagian
yang besar dioleskan kapang. Lalu, diberi olesan vaselin pada tiga bagian sisi kaca
penutup, dengan bagian yang diberi vaselin tepat di atas agar yang telah ditanami.
Vaselin bertujuan untuk memberikan suasana aerob yang dibutuhkan bagi kapang
untuk dapat tumbuh. Selanjutnya penetesan aquades steril ke atas kertas saring
Aurel Andita Shafira
240210170101
Kelompok 17
yang ada di dalam cawan petri tadi. Tujuannya adalah untuk memberikan suasana
lembab. Suasana lembab adalah suasana paling baik untuk kapang untuk dapat
berkembang dengan baik. Setelah semua langkah tersebut, cawan petri ditutup dan
diinkubasi selama dua hari di suhu kamar (24 C). Barulah setelah itu diamati
dengan mikroskop.
Sampel yang digunakan berbeda-beda, yakni roti busuk, tempe dan
oncom. Roti busuk untuk kelompok 11 dan 19, tempe untuk kelompok 13 dan
oncom untuk kelompok 16. Kelompok 13, 16 dan 19 berhasil menumbuhkan
kapang Rhizopus sp., karena saat dilihat di bawah mikroskop terdapat sekat-sekat
seperti kumpulan hifa atau miselium. Namun pada kelompok 13, kapang tidak
tumbuh dengan baik karena medium kurang beku.
C. Khamir
Praktikum yang terakhir adalah pengamatan bentuk khamir. Pada
praktikum kali ini, digunakan tiga sampel yaitu Saf Instan, Farmipan dan ragi
tape. Pertama, peralatan disterilisasi terlebih dahulu untuk mencegah adanya
mikroorganisme lain yang tidak diharapkan. Sampel yang sudah dilarutkan
dimasukkan ke dalam gelas kaca dan diambil 1 Ose suspensi khamir. Kemudian,
suspensi dioleskan pada permukaan objek glass. Setelah itu khamir langsung
diamati di bawah mikroskop karena khamir merupakan preparat basah.
Khamir dari sampel Saf Instan terlihat berwarna coklat dengan bulatan
putih dan dari sampel Farmipan terlihat berwarna coklat di luar dan bening di
dalam. Keduanya berbentuk bulat. Seperti yang dikatakan oleh Suprapti (2003),
sebagian besar khamir memiliki bentuk bulat dan bulat panjang dengan ukuran
yang jauh lebih besar daripada bakteri. Sedangkan khamir dari sampel ragi tape
tidak terlihat. Hal ini dapat disebabkan karena penggunaan mikroskop yang tidak
maksimal sehingga bentuk khamir yang didapat kurang jelas dan menyimpang.
Khamir yang diamati pada praktikum kali ini merupakan khamir jenis
Saccharomyces cerevisae.
Aurel Andita Shafira
240210170101
Kelompok 17
VI. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan.
1. Pewarnaan gram pada bakteri digunakan untuk identifikasi bakteri gram
positif atau negatif
2. Bakteri gram positif bewarna biru atau ungu karena menyerap zat kristal
violet
3. Bakteri gram negatif bewarna merah bata karena menyerap zat safranin
4. Kapang memerlukan nutrisi (PDA) untuk pertumbuhannya yang
diinkubasi selama 2 hari (48 jam) pada suhu ruangan (23 C)
5. Kapang yang diamati (Rhizopus sp.) pada mikroskop berbentuk sekat-
sekat seperti kumpulan hifa (miselium)
6. Khamir yang diamati (Saccharomyces cerevisiae) berbentuk kokus atau
bulat
7. Bentuk Bakteri, Kapang, dan Khamir diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran tertentu.
Aurel Andita Shafira
240210170101
Kelompok 17
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M. R. 2001. Microbiology of Fermented Food. New York: Elsivier
Applied Science Publisher, Ltd.
Anonim. 2008. https://munief86.wordpress.com/2008/10/05/khamir. Diakses 31
Maret 2018.
Anonim. 2012. http://artikelteknikkimia.blogspot.co.id/2012/02/tes-jurnal-
praktikum-mikrobiologi-jilid.html. Diakses 4 April 2018.
Anonim. 2013. http://veranixons.blogspot.co.id/2013/10. Diakses 4 April 2018 .
Chan, E.C.S. dan Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI Press).
Cowan, ST. 2004. Manual for the Identification of Madeical Bacteria. London:
Cambridge University Press
Dwidjoseputro. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djembatan.
Sukarminah, Een, dkk. 2008. Mikrobiologi Pangan. Universitas Padjadjaran :
Jatinangor.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Fardiaz, S. 2004. Struktur Sel Mikroorganisme. Banten: Universitas Terbuka.
Gandjar, I. 2000. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia .
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Hendro. 2012. http://analisbantul.blogspot.co.id/2012/09/pewarnaan-
gram.html?m=1. Diakses pada 29 Maret 2018.
Jutono, J. S. 1973. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen
Mikrobiologi Fakultas.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.
Pelczar, Michael dan Chan, E. C. S. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I.
Jakarta: UI Press.
Prescott, L.M. 2003. Microbiology. New York: McGraw-Hill.
Salle, A. J. 1961. Fundamental Principles of Bacteriology 5th ed. New York.
Sudarsono, A. 2008. Isolasi dan karakterisasi bakteri pada ikan laut dalam
spesies ikan gindara (Lepidocibium flavobronneum). Skripsi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Sunatmo, T. I. 2007. Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium. Bogor:
Penerbit Ardy Agency.
Volk. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga
W. A. Volk, M. F. 1993. Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UPT Penerbita UMM.
Aurel Andita Shafira
240210170101
Kelompok 17
JAWABAN PERTANYAAN