240210170056
lebih kuat pada jaringan sel dengan membentuk senyawa kompleks iodin-violet.
Iodin ini ketika berikatan dengan kristal violet membentuk senyawa kompleks iodin
yang menyebabkan kristal violet masuk ke dinding sel dan iodin mengikat warna
ungu tersebut sehingga bakteri yang tidak berwarna menjadi warna ungu.
(Vasanthakumari, 2007)
Lalu warna pada apusan dihilangkan dengan alkohol 95% selama 10 detik
hingga 20 detik. Pemberian alkohol bermaksud untuk mencuci zat warna yang
terdapat pada dinding sel. Alkohol ini dapat mendehidrasi peptidoglikan sel gram
positif sehingga menyebabkan kedap terhadap kristal violet-iodin. Pemberian
alkohol tidak boleh melebihi dua puluh detik karena zat warna yang terdapat pada
bakteri gram positif akan larut, juga tidak boleh terlalu singkat karena akan
menyebabkan zat warna yang diserap oleh bakteri gram negatif tidak akan larut.
(Murwani, 2015)
Setelah itu, apusan diwarnai dengan zat safranin sebagai zat pewarna bakteri
gram negatif berwarna merah. Mekanisme kerja safranin berbeda dengan bakteri
gram positif dan negatif. Penambahan safranin pada bakteri gram positif tidak akan
mengalami perubahan warna pada kristal-violet karena senyawa kompleks kristal-
violet tetap terikat pada dinding sel. Lain halnya dengan bakteri gram negatif yang
akan mengubah warna ungu pada bakteri karena senyawa kompleks kristal-violet
dan iodin larut dan dinding sel kemudian mengikat zat warna safranin ini.Setelah
itu apabila preparat telah siap, dilakukan pengamatan pada mikroskop dengan
menggunakan lensa objektif minyak imersi. Pada sampel A dengan perbesaran 10x
lensa objektif, didapatkan bakteri berwarna ungu dan berbentuk coccus. Sesuai
dengan warnanya, maka bakteri ini termasuk dalam bakteri gram positif. Dilihat
dari cara berkoloni, bentuk, dan jenis gramnya maka dapat diperkirakan bakteri ini
adalah bakteri Lactobacillus sp. Bakteri ini memiliki bentuk batang, gram positif,
anaerobik fakultatif dan katalase negatif. Jenis bakteri ini dapat ditemukan dalam
makanan, misalnya pada permukaan sayuran, dan produk-produk susu (Sukarminah
et al, 2016)
Sampel B diamati dengan pembesaran 40x dan terlihat warna ungu yang
berarti bakteri gram positif. Sedangkan warna merah yang terdapat pada sampel
adalah warna latar belakang akibat pewarnaan safranin. Dari sampel yang diamati,
Muhammad Fadly Sonjaya
240210170056
tidak terlihat dengan jelas bentuk dari bakteri tersebut akibat bakteri terlalu
menumpuk satu sama lain, hal ini bisa disebabkan akibat apusan yang terlalu tebal
sehingga bentuk bakteri kurang terlihat dengan baik, namun bentuk bakteri yang
paling mendekati adalah batang (basil). Berdasarkan dengan bentuk dan jenis
gramnya dapat diprediksi bahwa bakteri ini adalah bakteri Lactobacillus sp.
Sampel C diamati dengan pembesaran 100x dan memiliki bentuk yang
terlihat jauh lebih jelas daripada sampel-sampel yang lain. Sampel C terlihat
berwarna ungu yang berarti bakteri ini termasuk dalam jenis gram positif dan
memiliki bentuk bulat (coccus) yang lebih jelas daripada sebelumnya. Dari sampel
yang diamati, dari jenis gram positif dan bentuknya, bakteri ini menyerupai dengan
bakteri Staphylococcus aureus. Jenis bakteri ini termasuk dalam famili
Micrococcaceeae berbentuk bulat, gram positif, terdapat dalam bentu tunggal,
berpasangan, tetrad atau kelompok seperti anggur. S. Aureus memproduksi pigmen
warna kuning dan orange juga bersifat pathogen dan mampu memproduksi
enterotoksin yang tahan panas, memproduksi koagulase, bersifat proteolitik dan
lipolitik (Sukarminah et al, 2016)
4.2 Pengamatan Kapang
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kapang
Kel. Sampel Gambar Keterangan
1 Kapang Warna: Bening
Roti Rusak Pembesaran Lensa Objektif:
40x
Jenis: Rhizopus
Bentuk: Hifa
z
Muhammad Fadly Sonjaya
240210170056
kertas saring. Dalam cawan petri ini diletakkan obyek dan kaca penutup lalu
kemudian disterilisasi dengan metode sterilisasi kering. Lalu, diteteskan media agar
PDA (Potato Dextrose Agar) diatas gelas objek dan dibiarkan hingga membeku.
Media Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan karena media ini umum digunakan
untuk menganalisis jenis dan jumlah kapang pada produk makanan. Masalah yang
sering dihadapi dengan penggunaan media ini adalah seringnya terjadi kegagalan
dalam pengamatan morfologi dan penghitungan jumlah koloni kapang akibat
tumbuhnya koloni yang menyebar sehingga menghambat atau menutupi koloni
yang lain. (Indriati, dkk. 2010) Setelah agar membeku dan terlihat menggembung,
dipotong kira-kira satu per tiga sisi agar dan potongan tersebut dipisahkan. Lalu,
diambil satu ose ose kapang dan ditekan pada tepi agar yang telah dipotong tadi.
Lalu, dioleskan vaselin pada ke empat ujung cover glass untuk melekatkan cover
glass dengan object glass . Kemudian akuades diteteskan pada kertas saring untuk
memberikan suasana lembab pada kapang karena kapang hidup dalam lingkungan
yang lembab. Setelah itu, kultur kapang diinkubasi selama 48 jam dan diamati
hasilnya. Pada 48 jam setelah pembuatan kultur, terdapat kapang yang masih
tergolong muda sehingga beberapa hifa dan morfologinya tidak terlihat dengan
jelas. Karena itu, pengamatan kedua dilakukan 48 jam setelahnya dan mendapatkan
hasil yang lebih jelas dibandingkan pengamatan pertama.
Pada sampel kapang roti rusak yang diamati oleh kelompok satu,
didapatkan kapang jenis Rhizopus dan terdapat hifa dengan warna bening pada
pembesaran 40x. Berdasarkan bentuk, jenis, dan asalnya maka kapang ini
menyerupai Rhizopus stolonifer. Rhizopus stolonifer dikenal sebagai jamur hitam
pada roti (black bread mold). Merupakan salah satu jamur yang menyebabkan
busuk pada bahan makanan buah dan sayuran dan sering disebut juga Rhizopus
nigricans. Kelompok jamur ini memiliki sifat heterotrof, non-motile, berserabut,
hidup dari bahan organik. Tersebar di seluruh dunia, sebagian besar saprofit pada
roti, acar, keju, makanan basah, kulit, buah-buahan dan sayuran. (Natawijaya, 2015)
Secara morfologi, sporangia Rhizopus berukuran besar dan berwarna hitam.
Kolumela berbentuk agak bulat dan aposfisisnya berbentuk seperti cangkir. Salah
satu keunikan Rhizopus juga mampu tumbuh dengan cepat dan membentuk
miselium seperti kapas (Sukarminah, 2016)
Muhammad Fadly Sonjaya
240210170056
Pada sampel kapang tempe yang diamati oleh kelompok tiga, didapatkan
kapang berwarna hitam kecoklatan dengan jenis rhizopus dan terdapat hifa pada
pembesaran 10x. Berdasarkan jenis, warna, dan bentuk hifanya, sampel ini sangat
menyerupai dengan Rhizopus oligospora. R.oligosporus biasanya memiliki rhizoid
yang pendek, sporangium dengan diameter 80 –120 m dan pada saat 7 hari akan
pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan diameter 25-75 m.
Kapang jenis ini juga tumbuh optimum pada suhu 30-35o C dan tumbuh baik pada
suasana asam dengan pH 3,4-6. yang memegang peranan utama pada proses
fermentasi kedelai menjadi tempe. Rhizopus oligosporus termasuk dalam
Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari proses
fermentasi kacang kedelai, karena R. oligosporus yang menghasilkan enzim
fitase yang memecah fitat membuat komponen makro pada kedelai dipecah
menjadi komponen mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya
lebih mudah terserap tubuh dan dapat memfermentasi substrat lain,
memproduksi enzim, dan mengolah limbah. (Khanza, 2016)
Pada sampel kapang oncom didapatkan warna hifa bening pada pembesaran
lensa objektif 40x sehingga dapat diidentifikasi berdasarkan dokumentasi hasil
pengamatan dan literatur bahwa jenis kapang yang diamati merupakan jenis
Neurospora dan dalam hal ini adalah Neurospora sitophila. Kapang ini merupakan
salah satu spesies dari genus Neurospora yang memiliki spora berbentuk seperti
urat saraf berloreng-loreng (Alexopaulos, 1979). Neurospora sitophila sering
terdapat pada produk-produk bakeri dan menyebabkan kerusakan sehingga
biasanya disebutbakery mold atau red bread-mold. Neurospora sithophila juga
dikenal sebagai jamur oncom. Dalam proses fermentasi Neurospora
sitophila berkembang biak dan menjadikan makanan menjadi berwarna kuning-
kemerahan.
Pada sampel kapang roti rusak yang diamati oleh kelompok Sembilan,
terlihat bentuk dan warna yang tidak jauh berbeda dengan roti rusak sebelumnya.
Warna yang teramati adalah bening dengan bentuk hifa dan jenis kapang adalah
Rhizopus. Dari sumber makanan, bentuk, warna, dan jenisnya maka kapang
tersebut menyerupai dengan Rhizopus stolonifer yang juga terdapat pada kelompok
sebelumnya.
Muhammad Fadly Sonjaya
240210170056
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum “Pengamatan Bakteri, Kapang,
dan Khamir” kali ini adalah:
Bakteri adalah kelompok raksasa dari organisme hidup berukuran mikroskopik,
cenderung uniselular dengan struktur sel yang relatif sederhana.
Dalam klasifikasinya, bakteri dibagu menjadi dua, yaitu prokariotik dan
eukariotik yang mana perbedaan utamanya terdapat pada membran sel inti.
Berdasarkan morfologinya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan yaitu coccus,
bacillus, dan spiral. Berdasarkan jenis pewar
Pada sampel A dan B diperkirakan adalah bakteri Lactobacillus sp. dan pada
sampel C diperkirakan bakteri Staphylococcus aureus.
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas.
Pada sampel kapang roti rusak didapatkan kapang jenis Rhizopus stolonifer yang
berperan dalam kerusakan roti. Sedangkan pada sampel kapang tempe di
dapatkan kapang jeis Rhizopus Oryzae. Dan pada sampel kapang oncom
didapatkan jenis kapang Neurospora sitophilia.
Khamir adalah mikroorganisme eukariotik bersel tunggal yang tergolong fungi
berukuran antara 5 sampai 20 mikron yang termasuk dalam kelompok organisme
uniseluler yang bersifat aerob.
Pada sampel A, B, C diprediksi bahwa terdapat khamir jenis Saccharomyces
cereviseae yang memiliki fungsi sebagai pengembang adonan roti dan berperan
penting dalamproses fermentasi pada pembuatan tape.
Muhammad Fadly Sonjaya
240210170056
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC . Jakarta.
Aini, Rezqi. 2015 “Klasifikasi Bakteri”
https://rezqiani.wordpress.com/2015/04/26/klasifikasi-bakteri/, diakses
pada 4 April 2018 pada pukul 16.52
Anonim. 2018. “Diplobacilli Bacteria”,
http://babyshowerthankyoucards.info/14/3218924-diplobacilli-
bacteria.html, diakses pada 1 April 2018 pukul 07.03
Een Sukarminah, D. M.-I. (2016). Mikrobiologi Pangan. UNPAD PRESS.
Hermawan, Muhammad. 2013. 5 Pewarnaan Gram. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Terdapat pada:
http://www.academia.edu/6554037/5_Pewarnaan_Gram , diakses pada 31
Maret 2018 pukul 13.48.
Jutono, S. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Fakultas Pertanian
UGM Press. Yogyakarta.
Kendrick, B. 2012. “Chap 3b: Phylum Zygomycota - Zygomycetes &
Trichomycetes“, http://www.mycolog.com/CHAP3b.htm, diakses pada 1
April 2018 pukul 07.15
Khanza, Arista. 2016. Rhizopus Oligosporus dan Proses Fermentasi Pada Tempe.
Universitas Brawijaya. Malang.
Kusuma, T. 2014. “Perbedaan Gram Positif dan Gram Negatif”,
http://www.slideshare.net/titissari/7-perbedaan-gram-positif-dan-gram-
negatif, diakses pada 1 April 2018 pukul 07.10
Murwani, Sri. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. UB Press. Malang
Natawijaya, Dedi., Saeupudin, Adam., Pangesti., Dwi, Pangesti. Uji Kecepatan
Pertumbuhan Jamur Rhizopus Stolonifer dan Aspergillus niger Yang
Diinokulasikan Pada Beberapa Jenis Buah Lokal. Vol.1 Jurnal Siliwangi
Sera, A. 2017. “Morfologi Kapang, Khamir, dan Bakteri”,
https://www.slideshare.net/AgnesciaSera1/morfologi-bakteri-kapang-dan-
khamir, diakses pada 1 April 2018 pukul 07.00
Muhammad Fadly Sonjaya
240210170056
3. Sebutkan fungsi pewarna kristal violet dan safranin pada pewarnaan gram!
Jawab:
Zat pewarna kristal-violet berfungsi untuk mewarnai bakteri gram positif dengan
warna ungu, sedangkan zat pewarna safranin berfungsi untuk mewarnai bakteri
gram negatif dengan warna merah.