Anda di halaman 1dari 13

Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus dan

Jamur Helminthosporium sp
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadhirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Koasistensi Mikrobiologi yang berjudul Identifikasi
Bakteri Staphylococcus aureus dan Jamur Helminthosporium sp. Sholawat beriring salam senantiasa
kami sanjungkan ke pangkuan nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang
penuh ilmu pengetahuan. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan dan dukungan kepada:
1. drh. Zakiah Heryawati Manaf, MS
2. drh. Fakhrurrazi, MP
3. Dr. drh. Darmawi, M.Si
4. Dr.drh. Mahdi Abrar, M.Sc
6. drh. Darniati
7. Maryulia Dewi, SKM
8. Seluruh teman-teman koasistensi mikrobiologi PPDH gelombang IV.
Semoga laporan koasistensi mikrobiologi ini dapat menambah wawasan keilmuan penulis dan pihak-
pihak yang lain pada umumnya.
Darussalam, 15 Februari 2011
Penulis
PENDAHULUAN
Kulit merupakan penghalang masuknya beberapa macam bakteri dalam tubuh yang dilengkapi
dengan cairan yang berupa lendir dan zat-zat kimia. Apabila kulit rusak, misalnya luka atau lecet,
kemungkinan bakteri akan masuk. Sel darah putih keluar dari kapiler dan melawan bakteri yang
masuk. Apabila sel darah putih tidak mampu bertahan dengan rusaknya jaringan, maka dapat
menimbulkan bengkak dan bernanah.
Sel darah putih menghancurkan bakteri dengan cara menggumpalkan bakteri sebelum masuk ke
sistem sirkulasi. Jika terdapat bakteri yang masuk ke dalam sirkulasi dan ikut dalam aliran darah
maka akan ditangkap oleh makrofag. Untuk mencegah infeksi, luka harus dirawat dengan baik. Luka
perlu diberi obat untuk membunuh bakteri. Selain itu, perlu dibalut dengan kain pembalut yang bersih
dan steril. Luka yang agak dalam perlu diberikan suntikan anti tetanus serum secepat mungkin
karena kemungkinan bakteri tetanus masuk kedalam luka.
Proses penyembuhan luka akan cepat terjadi apabila jumlah bakteri pada luka berkurang atau sedikit.
Bakteri pada luka yang umum di temukan dalam luka terinfeksi adalah Staphylococcus
aureus, Enterococcus,Escherichia coli , Pseudomonas aeruginosa, Haemolytic
streptococci, Klebsiella, Citrobacter dan Morganella.
RIWAYAT KASUS I
1. ANAMNESA
Nama Pemilik : Muhammad Zeen
Jenis Hewan : Sapi
Jenis Kelamin : Jantan
Alamat Pasien : Desa limpok, Darussalam
Lama Menderita sakit : 14 Hari
Status gizi : Kurang baik
Gejala Klinis : Bulu kusam, Kurang Nafsu Makan,luka
Sampel : Luka bernanah
Pengambilan sampel : 05 Februari 2011
1. METODELOGI
A. Cara Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan lidi kapas steril dan di swab pada luka bernanah, dimasukkan
ke mediaNutrient Broth, lidi dipatahkan untuk menghindari kontaminasi serta dihomogenkan. Sampel
dimasukkan ke dalam termos, dibawa menuju Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Hewan. Lakukan pewarnaan sederhana untuk memastikan ada tidaknya bakteri, kemudian inkubasi
pada inkubator dengan suhu 37
o
C selama 18 24 jam.
B.Metode yang dilakukan:
a) Pewarnaan Sederhana
Dibuat sediaan, fiksasi di atas api .
Warnai dengan Methilen Blue selama 1 2 menit.
Buang sisa zat warna menggunakan air mengalir.
Objek glass dikeringkan dengan cara diangin anginkan.
Amati dibawah mikroskop.
b) Penanaman pada Media Nutrient Agar
Media ini berfungsi untuk melihat warna koloni, bentuk koloni dan untuk mendapatkan koloni yang
terpisah dari biakan koloni.
Ambil 1 ose steril sampel dari biakan Nutrient Broth, kerjakan dekat api bunsen.
Goreskan pada media Nutrient Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37
0
C selama 18 24 jam.
Amati bentuk, tepi, permukaan, warna, diameter dan aspek koloni.
c) Pewarnaan Gram
Tujuan dari Pewarnaan Gram adalah untuk membedakan dunia bakteri menjadi dua kelompok yaitu
Gram positif (+) dan Gram (-). Adapun cara pewarnaan dilakukan sebagai berikut:
Teteskan NaCl fisiologis pada objek glass, selanjutnya diambil koloni yang terpisah dari Nutrient Agar
dengan menggunakan ose steril dan campurkan pada NaCl di atas objek glass. Aduk dan fiksasi di
atas api bunsen.
Kemudian pada objek glass tersebut tambahkan Kristal Violet selama 3-5 menit, bilas dengan air
mengalir.
Teteskan larutan lugol selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
Lunturkan dengan alkohol 96 % selama 10 detik hingga zat warna menghilang, cuci dengan air
mengalir.
Teteskan larutan Fuchsin atau Safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
Keringkan dan amati di bawah mikroskop.
Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna biru kristal violet sehingga dibawah mikroskop
terlihat warna ungu, sedangkan bakteri gram negatif zat warna kristal violet akan larut oleh
penambahan alkohol 95 % dan mengikat zat warna kedua yaitu Safranin/fuchsin sehingga dibawah
mikroskop akan terlihat berwarna merah.
d) Uji Katalase
Teteskan H2O2 3 % diatas objek glass.
Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient Agar dan
homogenkan dengan H2O2 3 %.
Amati hasil yang diperoleh.
e) Penanaman pada Nutrient Agar Miring
Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari Nutrient Agar.
Bekerja secara asepsis di dekat lampu spiritus.
Tanamkan pada media Nutrient Agar Miring membentuk zig zag.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37
o
C selama 24 jam.
f) Uji Gula gula (Glukosa dan Manitol)
Larutan glukosa dan manitol dimasukkan kedalam tabung yang berisi tabung durham yang telah
dibalik.
Ambil 1 ose steril biakan dari koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient Agar.
Masukkan ose ke dalam tabung yang berisi glukosa, kocok hingga bakteri terlepas dari ose.
Ose disterilkan kembali dan diambil bakteri dari koloni yang sama, dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi Manitol.
Inkubasikan pada inkubator selama 18 24 jam dengan suhu 37
o
C.
Tujuan dari uji gula-gula yaitu untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasikan glukosa
dan Mannitol, hasil proses fermentasi berupa asam akan menurunkan pH media dan merubah warna
indikator.
g) Penanaman pada Blood Agar
Dengan menggunakan ose steril, ambil bakteri dari koloni terpisah (koloni yang sama) yang terdapat
pada media Nutrient Agar.
Ditanam pada media Blood Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan dalam inkubator selama 18 24 jam pada suhu 37
o
C
h) Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika
Sehari sebelum dilakukan uji sensitivitas, lakukan biakan dari Nutrient Agar disegarkan kembali
kedalam Nutrient Broth dan diinkubasikan kedalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37
0
C.
Lidi kapas steril dicelupkan kedalam biakan bakteri Nutrient Broth, kemudian diswab merata
keseluruh permukaan media Muller-Hinton Agar (MHA).
Diamkan beberapa saat, setelah itu letakkan pada permukaan media MHA beberapa jenis cakram
antibiotik untuk melihat sensitivitas bakteri tersebut terhadap antibiotik.
Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37
o
C dalam inkubator.
Kemudian diamati dan diukur diameter zona yang terbentuk disekitar cakram antibiotik.
1. HASIL PENGAMATAN
a) Pewarnaan Sedarhana
Setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri yang berbentuk kokus, seperti kumpulan
anggur. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa terdapat bakteri, seperti yang terlihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Pewarnaan Sederhana
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan
kontras antara mikroorganisme dengan sekelilingnya dengan tujuan melihat ada atau tidaknya bakteri
sebelum pemeriksaan selanjutnya dilakukan. Lazimnya pewarnaan ini menggunakan zat warna basa
seperti kristal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malachit.
b) Pengamatan Pada Media Nutrient Agar
Hasil pengamatan pada media Nutrient Agar, didapatkan beberapa koloni terpisah dan hasil
pengamatan pertumbuhan koloni dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Biakan bakteri pada media Nutrient Agar
Dari hasil pengamatan koloni yang terpisah dan sifat koloni diperoleh :
a) Ukuran : 2 mm
b) Bentuk : Bulat
c) Konsistensi : Lunak
d) Warna : Putih kekreman
e) Permukaan : Halus
f) Aspek : mengkilat
g) Tepi koloni : Rata
h) Elevasi : Cembung
i) Sifat tembus cahaya : Opaque
c) Pewarnaan Gram
Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1883 yang merupakan ahli
bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram positif, berbentuk kokus
bergerombol membentuk untaian seperti buah anggur. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Pewarnaan Gram pada pembesaran 1000x
Ada tiga tujuan pewarnaan gram bakteri, yaitu untuk mengamati penampakan morfologi bakteri lebih
baik karena telah memiliki warna, mengidentifikasi organel-organel sel bakteri yang bisa diamati,
serta mempermudah proses identifikasi dan membedakan organisme yang memiliki ciri-ciri serupa.
d) Uji Katalase
Hasil dari uji katalase yaitu katalase positif, dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Terbentuk gelembung O2 pada uji katalase
Pada Gambar 4. terlihat gelembung udara ( katalase positif), karena H2O2 bersifat toksik bagi bakteri,
sehingga bakteri akan menghasilkan enzim katalase untuk menetralisirkan H2O2 menjadi O2 dan H2O.
Terbentuklah gelembung O2 pada permukaan objek glass.
e) Pengamatan pada Nutrient Agar Miring
Penanaman bakteri pada media Nutrient Agar miring dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Koloni yang tumbuh pada Nutrient Agar miring
Pada Gambar 5. Terlihat bakteri dengan ciri-ciri pertumbuhan yang menyebar memenuhi seluruh
permukaan agar dan tampak seperti bergelombang.
f) Uji Gula-gula (manitol dan glukosa)
Hasil pengamatan pada uji gula-gula (manitol dan glukosa) menunjukkan adanya perubahan pada
manitol, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hasil uji Gula-gula pada Manitol (A) dan Glukosa (B)
Pada Gambar 6. Terlihat manitol positif karena terjadi fermentasi glukosa ditandai dengan terjadinya
perubahan warna larutan dari warna ungu menjadi kuning. Sedangkan glukosa negatif, tidak terjadi
fermentasi yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna larutan.
g) Pengamatan pada Blood Agar
Hasil penanaman pada media Blood Agar yang diambil dari biakan media Nutrient Agar dapat dilihat
pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil Penanaman pada Media Blood Agar
Pada Gambar 7. Terlihat media Blood Agar jernih artinya terjadi hemolisis sel-sel darah secara
lengkap disebut juga hemolisis beta. Media Blood Agar merupakan media untuk pertumbuhan
mikroorganisme yang sulit untuk dibiakkan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme
yang melisis atau tidak melisiskan sel darah merah. Beberapa bakteri menghasilkan sitolisin yang
dapat melarutkan sel darah merah.
h) Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika
Hasil uji sensitivitas antibiotik dapat dilihat pada Tabel 1.


Gambar 8. Zona hambat antibiotik
Keterangan:
1. Zona hambat Gentamicin
2. Zona hambat Tetraciclin
3. Zona hambat Vancomycin
4. Zona hambat Penicillin
5. Zona hambat Ampicilin
Pada Gambar 8. Terlihat bahwa kelima antibiotik yang digunakan menunjukkan adanya zona hambat.
Akan tetapi pada antibiotik Gentamicin, Tetraciclin dan Vancomicin memperlihatkan zona hambat
yang lebih luas dibandingkan dengan Penicillin dan Ampicilin. Antibiotik Penicillin dan Ampicillin
mempunyai luas zona hambat 6 mm dan 4 mm, sehingga Penicillin dan Ampicillin resisten terhadap
bakteri tersebut.
1. DIAGNOSA
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan, sifat-sifat biakan dan sifat-sifat biokimia
dari bakteri dapat diketahui bahwa bakteri ini termasuk dalam golongan Gram positif (+), berbentuk
kokus bergerombol, mampu memfermentasikan glukosa sehingga dapat diindentifikasi bahwa bakteri
tersebut adalahStaphylococcus aureus.
1. DIFFERENSIAL DIAGNOSA
Staphylococcus epidimiris
1. PEMBAHASAN KASUS
Lebih dari 100 tahun sejak Ogston menemukan Staphylococcus, yang bisa ditemukan dimana-
mana dan bisa di isolasi dari sejumlah host termasuk manusia yang sama bagus perkembangannya
seperti di udara, debu, air dan bahan makanan. Staphylococcus bentuknya lebih dominan sebagai
flora normal pada kulit dan permukaan mukosa serta pada saat yang bersamaan juga dapat
menyebabkan infeksi yang sepele, terlokalisasi, lesi pada permukaan kulit dan kadang-kadang
bersifat lethal septikemia (Gillies, 1984; Volk dan Wheeler, 1989).
Staphylococcus adalah bakteri yang berbentuk kokus dengan diameter 1m yang tersusun tidak
teratur. Staphylococcus tumbuh dengan baik pada temperatur 37
o
C. Staphylococcus menghasilkan
katalase, yang membedakan dengan Streptococcus. Staphylococcus memfermentasikan karbohidrat
dan menghasilkan asam laktat (Adam, 1992 dan Brooks dkk., 2007).
Staphylococcus bergerombol dalam susunan yang tidak teratur mungkin sisinya agak rata karena
tertekan. Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri, berpasangan,
menggerombol dan bahkan dapat tersususn seperti rantai pendek. Staphylococcus ini tidak
bergerak, tidak berspora dan termasuk Gram positif. Tumbuh subur pada media umum, bersifat
fakultatif anaerobik. Staphylococcus menghasilkan pigmen emas dan putih (Anonimus, 1994 dan
Gibson, 1996).
Patogenesis
Patogenesitasnya merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang
dihasilkannya.Staphylococcus aureus bersifat invansif, penyebab hemolisis, membentuk koagulasi,
mencairkan gelatin, membentuk pigmen kuning emas dan meragi manitol. Selain itu Staphylococcus
dapat menyebabkan terjadinya sistitis dan pielitis, bahkan dapat pula terjadinya septikemia,
endokarditis, meningitis, abses serebri, sepsis puerpuralis, trombosis, osteomielitis dan pneumonia
(Anonimus, 1994).
Gambaran Klinis
Gambaran klinis ditemukan tanda-tanda peradangan setempat yang menyembuh setelah pus
dikeluarkan. Dinding fibrin disekitar abses dapat mencegah penyebaran kuman. Jika dinding ini
rusak, kuman dapat menyebar sehingga terjadi bakteremia. Lokalisasi sekunder dalam suatu organ
dapat menimbulkan tanda-tanda disfungsi dari organ yang bersangkutan dan tanda-tanda
peradangan. Pada penekanan flora normal dari kolon karena pemakaian antibiotik, dapat
menyebabkan terjadinya enterokolitis oleh Staphylococcus yang biasanya bersifat fatal (Djuanda,
dkk. 2005).
Pengobatan
Sebagian besar orang memiliki Staphylococcus pada kulit, lubang hidung dan tenggorokan. Bahkan
jika kulit dapat dibersihkan dari Staphylococcus (seperti pada eksema), akan segera terjadi infeksi
oleh droplet. Infeksi kulit multipel yang serius paling sering terjadi pada remaja. Pada akne, lipase
Staphylococcus dan korinebakterium melepaskan asam lemak dari lemak dan menimbulkan iritasi
jaringan. Tetrasiklin digunakan untuk terapi jangka panjang.
Abses dan lesi supuratif tertutup lainnya diobati dengan drainase, tindakan yang penting dan
pemberian terapi antimikroba. Namun, sulit untuk membasmi Staphylococcus patogen dari pasien
yang terinfeksi, karena organisme ini sangat cepat menjadi resisten terhadap berbagai obat
antimikroba. Staphylococcus aureus dengan sensitivitas intermediet terhadap vancomicin sudah
relatif jarang dan isolat strain yang resisten terhadap vankomisin telah jarang ditemukan (Brooks dkk.,
2007)
Pencegahan
Pencegahan langsung dengan kontak fisik dapat dicegah dengan kebersihan kulit, mencegah
pencemaran kuman pada luka-luka dan lecet. Cara penyebaran bahan-bahan yang infeksius dari
nasofaring perlu lebih banyak diperhatikan. Perlu diambil tindakan yang tepat terhadap para tenaga
kesehatan dan bidang lain yang banyak berhubungan dengan masyarakat, yang di dalam hidung dan
tenggorokannya mengandung Staphylococcus yang resisten terhadap penicillin (Gaman dan
Sherrington, 1992).
RIWAYAT KASUS
1. ANAMNESA
Nama Pemilik : Herman, skh
Jenis Hewan : Ayam
Alamat Pasien : Desa Limpok
Sampel : Bulu ayam DOC
Tanggal Pengambilan Sampel : 5 Febuari 2011
1. METODELOGI
1. Cara pengambilan sampel
Sampel bulu ayam DOC diambil dari kandang ayam yang berada di Desa Limpok, dengan
cara mengambil bulu rontok yang jatuh di lantai kandang, kemudian dimasukkan ke dalam plastik
steril yang telah disiapkan. Sampel tersebut dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Hewan Unsyiah. Sampel dimasukkan ke dalam Buffer Pepton Water (BPW) dan
diinkubasikan dalam inkubator selama 24 jam.
1. Metode yang dilakukan
1. Penanaman pada Sabourauds Dextrose Agar
Sampel yang ada di dalam pepton water, dihomogenkan dan didiamkan selama 1 hari pada suhu
kamar.
Kemudian diambil dengan lidi kapas steril, diswab ke dalam media Sabourauds Dextrose Agar
(SDA).
Media diinkubasikan pada suhu kamar dan diamati pada hari ke-3,5, dan 7 sampai terlihat adanya
pertumbuhan jamur.
Untuk menjaga agar media jauh dari gangguan lalat maka dimasukkan ke dalam kantung plastik,
kemudian diikat.
1. Slide Culture
Bila pertumbuhan telah nampak pada media, segera dibuat sediaan mikroskopik untuk
mengidentifikasi bentuk jamur yang ditemukan. Sediaan mikroskopik dibuat dalam bentuk slide
agar.
Media SDA yang lain yang telah beku, dipotong sebesar 1 cm
2
dan diletakkan di atas objek glass.
Koloni jamur yang telah tumbuh pada media SDA, diambil dengan ose steril kemudian ditempel
pada keempat sisi slide agar dan pada bagian atasnya ditutup dengan cover glass.
Objek glass diletakkan dalam cawan petri dengan menggunakan potongan pipet sebagai alas
kedua ujung kaca objek agar biakan berada dalam posisi menggantung.
Pada bagian pinggir kiri dan kanan objek glass diletakkan kapas yang sudah dibasahi dengan
aquadest.
Cawan petri ditutup rapat dan biakan ditempatkan suhu kamar sampai terlihat adanya
pertumbuhan jamur pada kaca penutup.
Jamur yang tumbuh diamati di bawah mikroskop.
1. HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan pada Sabourauds Dextrose Agar
Pada media biakan SDA, jamur tumbuh dengan terbentuk koloni berwarna krem keputih-putihan dan
permukaannya mengkilap seperti ragi. Adapun bentuk koloni jamur yang tumbuh pada media SDA
setelah enam hari dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Koloni jamur pada media SDA pada hari keenam.
1. Slide Culture
Hasil penanaman pada slide culture dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Koloni jamur yang tumbuh pada slide culture pada hari keenam.
Pada Gambar 10. Terlihat jamur yang tumbuh pada slide culture berwarna hitam keabu-
abuan. Setelah diamati dibawah mikroskop dan terlihat seperti pada Gambar 11.
Gambar11. Morfologi jamur pada hari keenam dengan pembesaran. 100x
Berdasarkan Gambar 11. Terlihat bahwa hipa bersepta, bercabang dan berwarna gelap. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa jamur tersebut merupakan jamur Helminthosporium sp (Larone,
1939). Helminthosporium sp adalah sejenis jamur yang terdapat pada tanaman pangan, seperti padi
dan jagung. Helminthosporium spyang terdapat pada bulu DOC diduga terkontaminasi, karena
kandang ayam terletak didekat area persawahan.
1. PEMBAHASAN KASUS
Terdapat lebih dari 50.000 spesies fungi, tetapi sebagian besar fungi bermanfaat bagi manusia. Fungi
terdapat di alam dan diperlukan dalam pemecahan serta daur ulang bahan organik. Infeksi fungi
disebut mikosis. Sebagian besar fungi patogen bersifat eksogen dan habitat alaminya adalah air,
tanah dan debris organik (Brooks, dkk., 2007). Helminthosporium sp adalah jamur yang terdapat
pada tanaman pangan. konidiosporaHelminthosporium sp berukuran 150 x 5 m; konidia 55-65 x
11-14 m. Sklerotia berukuran 175-580 m. Miselia hifa berwarna putih, mempunyai septa, garis
tengah hifa 2-5 m. Apabila ditumbuhkan pada media awalnya miselia berwarna putih, akhirnya
menjadi putih kehitaman pada permukaan media. Pada tanaman inang miselia berwarna putih di
dalam batang (Faiq, 2010).
Klasifikasi
Klasifikasi dari jamur Helminthosporium sp adalah sebagai berikut:
Divisio : Amastigomyceta
Sub Divisio : Deuteromycotina
Kelas : Deuteromycetes
Sub Kelas : Hyphomycetidae
Ordo : Hyphales
Family : Dematiaceae
Genus : Helminthosporium
Spesies : Helminthosporium turcicum, Helminthosporium sigmoideum dan Helminthosporium
oryzae.
Morfologi Mikroskopis
Hipa bersepta, septa bersifat konidiospora kadang bercabang, kadang bewarna gelap dengan
karakter berbukit kecil biasanya berpasangan pada konidia yang mengeras (agak keras) konidia
bewarna coklat, berbentuk oval berisi 4 atau lebih sel. Berdasarkan pengamatan morfologi jamur di
bawah mikroskop, terlihat jamur yang mempunyai blastospora berbentuk bulat, oval dan silindris.
Pseudohifa belum tampak, karena waktu pengamatan tersebut adalah enam hari setelah penanaman
pada slide culture. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pengamatn pseudohifa
adalah tujuh hari ke atas setelah penanaman pada slide culture.
Patogenesitas
Helminthosporium sp dikenal sebagai jamur kontaminan, sehingga dapt juga terinfeksi pada area
disekitar persawahan. Ratarata pertumbuhannya cepat, matang dalam waktu 5
hari. Helminthosporium sp dapat menimbulkan penyakit yang umum muncul diakhir masa
pertumbuhan tanaman padi dan jagung. Dimulai dengan bercak kecil yang tidak beraturan, berwarna
coklat kehitaman dibagian pelepah yang berdekatan dengan batas air. Kadang-kadang sklerotia
ditemukan pada batang yang terinfeksi (Sufian, 2009).

Pengendalian
Fungisida berbahan aktif difenoconazol dianjurkan untuk mengendalikan penyakit busuk
batang. Pengendalian dengan teknik pengelolaan lingkungan yang dilaporkan dapat menekan
penyakit busuk batang diantaranya adalah: jerami dan tunggul dari tanaman yang terinfeksi diangkut
keluar petakan sawah dan dibakar, pengeringan sawah secara berkala, pemupukan komplit dan
nitrogen diberikan sesuai kebutuh tanaman, jarak tanam tidak terlalu rapat, dan memilih varietas padi
yang tidak mudah rebah (Anonimus, 2011).

Anda mungkin juga menyukai