Oleh:
Kelompok 4/ Sub grup 2
Gelombang XXIII
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
1. Latar Belakang
Kucing mempunyai sistem pencernaan yang sensitif dan rentan terhadap
penyakit.Terdapat beberapa agen penyebab penyakit pada sistem pencernaan kucing,
seperti: virus, bakteri, parasit, dan protozoa, Diare merupakan salah satu gejala penyakit
yang sangat sering muncul dengan berbagai faktor penyebab. Diare yang tidak segera
ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak fatal
Diare adalah gejala gangguan gastrointestinal yang ditandai dengan peningkatan
konsistensi, frekuensi dan volume feses, yang dapat diderita oleh anjing berbagai ras baik
pada umur muda maupun dewasa. Gangguan atau penyakit ini seringkali mengakibatkan
kematian yang cukup tinggi apabila tidak segera diobati dengan tepat sesuai penyebabnya.
Diare pada kucing dapat disebabkan antara lain a) bahan non infeksius seperti intoleransi
pakan, obat, dan b) agen infeksius teridiri dari virus, bakteri, parasit, dan fungi Salah satu
bakteri penyebab diare pada anjing adalah E. coli, dan beberapa strain E. coli yang
berperan sebagai penyebab diare pada hewan diduga kuat dapat menular kepada manusia
(bersifat zoonosis).
Jalur penularan E. coli antara hewan dan manusia kemungkinan dapat terjadi melalui
kontak langsung, kontak dengan kotoran hewan atau melalui rantai makanan yang
tercemar. Anjing dan kucing diduga memiliki peran dalam penularan Shiga toxinproducer
Escherichia coli (STEC) pada manusia melalui kontak dengan hewan. Escherichia coli
adalah salah satu bakteri yang termasuk golongan coliform dan hidup normal di dalam
kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal. Pada keadaan
normal Escherichia coli dapat tumbuh pada saluran pencernaan namun dapat bersifat
patogen serta mampu menyerang hewan dan manusia pada keadaan tertentu seperti
gangguan di dalam pencernaan serta imunosupresi pada host.
2. Sinyalemen dan Anamnesis
Riwayat Kasus
3. Pemeriksaan Klinis
Kucing saat diperiksa mengalami anoreksia, serta dehidrasi (turgor buruk) dan hewan
kurang aktif.
Status present sebagai berikut :
Bobot badan : 2,2 Kg
Suhu : 38,7 o C
Denyut Jantung : 184 x/m
Frekuensi Nafas : 35-38 x/m
Kulit dan Bulu : Rontok dan kusam
Sistem Pencernaan : Mengalami diare dan berlendir
Ekstremitas : Normal
2) Pewarnaan Sederhana
Nutrien broth yang telah diinkubasi, kemudian diamati dan dilakukan pewarnaan
sederhana. Pewarnaan sederhana merupakan uji pewarnaan pada bakteri dengan
menggunakan satu zat warna untuk melihat bentuk selular dan bentuk dasar bakteri. Pada
pewarnaan sederhana terlihat bakteri berbentuk basil. Tujuan dari pewarnaan sederhana
adalah untuk melihat ada atau tidaknya bakteri yang tumbuh pada media NB.
Gambar 2. Pewarnaan sederhana dibawah mikroskop perbesaran 1000x
7) Uji Biokimia
Simmons Citrate
Koloni yang tumbuh pada NA miring dilakukan uji Simmons Citrate dengan cara
mengambil koloni pada NA miring menggunakan osse sengkelit steril dan digoreskan
dengan cara zig-zag pada media Simmons Citrate. Media tersebut diinkubasi di dalam
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan perubahan
warna hijau menjadi biru. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat kemampuan
bakteri dalam menggunakan citrate sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi.
7.2 Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Koloni yang tumbuh pada NA miring dilakukan uji TSIA dengan cara mengambil
koloni pada NA miring menggunakan osse jarum steril dan ditusukkan sampai ke dasar
tabung, kemudian digoreskan dengan cara zig-zag pada media TSIA. Media tersebut
diinkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan
dengan tidak terjadinya perubahan warna pada media. Tujuan dari uji TSIA adalah untuk
mengetahui bakteri yang menghasilakn gas H2S.
5. Diskusi
Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik mikrobiologik pada sampel swab anus
kucing yang menderita diare didapatkan bakteri Escherichia coli. Escherichia coli (E. coli)
adalah bakteri Gram negatif dengan bentuk batang pendek (kokobasil) yang tidak
membentuk spora (Dewandaru et al., 2019). Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, motil
dengan flagel peritrik yang dimilikinya namun juga terdapat beberapa yang nonmotil
(Yaddi et al., 2018). Pada kucing, E. coli menjadi penyebab beberapa jenis penyakit. Pada
infeksi intraintestin E. coli dapat menyebabkan diare (Gyles et al., 2010).
Tahapan yang dilakukan pada pemeriksaan laboratorium yaitu dengan pengambilan
sampel, penanaman pada media NB (Nutrient Broth), pewarnaan sederhana, penanaman
pada media McKonkey Agar, pewarnaan Gram, penanaman pada media EMBA (Eosin
Methylen Blue Agar), penanaman pada NA (Nutrient Agar) miring, uji biokimia yaitu uji
indol, uji pergerakan bakteri (Sulfid Indol Motility), uji citrate, uji TSIA, dan uji gula-gula,
kemudian dilakukan uji sensitivitas antibiotik. Uji MR (Methyl Red) dan uji VP (Voges
Proskauer) tidak dilakukan karena tidak tersedianya reagen dari uji tersebut di
laboratorium.
Penanaman pada media NB (Nutrient Broth) bertujuan untuk menumbuhkan biakan
secara umum. Pada media NB isolat keruh, pertumbuhan bakteri berada di dasar tabung
(Gambar 1). Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri yang
tumbuh. Pada pewarnaan sederhana yang telah dilakukan, ditemukan adanya pertumbuhan
bakteri berbentuk basil (Gambar 2). Media McConkeyAgar merupakan media selektif dan
media diferensial yang digunakan untuk mengisolasi bakteri batang gram negatif
berdasarkan kemampuan bakteri memfermentasi laktosa atau tidak. Hasil penanaman pada
media McKonkey ditemukan koloni bakteri E. coli yang berwarna merah muda dan
berbentuk bulat (Gambar 3). Hal ini sesuai dengan Harr (2002) bahwa E. coli pada media
Mckonkey berwarna merah muda, karena menfermantasi D-sorbitol pada media.
Pada pewarnaan Gram didapatkan bakteri berwarna merah muda dan dominan
berbentuk batang pendek menunjukkan gram negatif dengan karakteristik morfologi E. coli
(Gambar 4). Bakteri gram negatif dilihat dari mikroskop berwarna merah muda karena
memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis, lipid yang tebal dan permeabilitas yang cukup
tinggi sehingga mudah melepas zat warna kristal violet dan bakteri hanya menyerap zat
warna safranin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap et al. (2021) bahwa pada bakteri
Gram negatif, alkohol mengekstraksi kompleks iodine-crystal violet sehingga akan terlihat
tidak berwarna dan diwarnai oleh zat lain yaitu safranin.
Media EMBA merupakan media deferensial yang digunakan untuk membedakan 2
jenis bakteri koliform yakni bakteri fekal dan non fekal, contoh bakteri fekal adalah bakteri
yang tumbuh pada saluran pencernaan seperti E. Coli, media ini khusus digunakan untuk
menumbuhkan bakteri E. coli (Jamil et al., 2022). Pada media EMBA menunjukkan
adanya pertumbuhan E. coli yang ditandai dengan koloni berwarna hijau metalik serta
adanya titik hitam pada permukaan koloni (Gambar 5). Menurut Yaddi et al. (2018) koloni
E. coli yang berwarna hijau metalik terjadi akibat kemampuan bakteri ini dalam
memfermentasi laktosa sehingga terjadi kondisi asam. Pendapat serupa juga dikemukakan
oleh Brooks et al. (2013) yang menegaskan bahwa media EMBA mengandung sejumlah
laktosa sehingga dapat membedakan golongan bakteri dengan proses fermentasi laktosa.
Bakteri E. coli mampu memfermentasi laktosa dengan cepat dan memproduksi banyak
asam sehingga mampu menghasilkan warna koloni hijau metalik.
Penanaman pada media NA bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembakbiakkan
bakteri atau untuk memperbanyak stok bakteri. Hasil positif uji Indol bakteri E. coli,
ditunjukkan dengan kehadiran warna merah setelah penambahan reagen Earlich pada
permukaa media, hal ini menunjukkan bahwa E. coli dapat memproduksi indol (Yaddi et
al., 2020). Pada uji pergerakan bakteri (Sulfid Indol Motility) negatif pertumbuhan tidak
jauh menyebar. Uji sitrat bertujuan untuk mendeteksi kemampuan bakteri enterik dalam
memanfaatkan ammonium dihidrogen fosfat dan natrium sitrat sebagai sumber tunggal
nitrogen dan karbon pada media SCA, bakteri E. coli menghasilkan reaksi negatif pada uji
ini ditandai tidak berubahnya warna media menjadi biru dikarenakan E. coli tidak
menggunakan sitrat sebagai salah satu sumber karbon (Idroes et al., 2019). Pada uji uji
TSIA digunakan untuk membedakan bakteri enteric Gram negatif berdasarakan fermentasi
karbohidrat dan produksi hydrogen sulfida dan bakteri E.coli positif pada uji TSIA (Idroes
et al., 2019).
Uji gula-gula yang dilakukan yaitu manitol, sukrosa, laktosa, glukosa dan maltosa.
Pada uji gula-gula didapatkan hasil positif pada manitol, laktosa, glukosa, dan maltosa
dimana terjadi perubahan warna menjadi warna kuning (Gambar 6). Sedangkan pada
sukrosa didapatkan hasil negatif. Uji gula-gula digunakan untuk melihat kemampuan
bakteri dalam menfermentasi karbohidrat menjadi asam-asam organik, yaitu dengan
adanya perubahan warna indikator dari ungu menjadi kuning (Marzuki, 2017).
Berdasarkan uji sensitivitas antibiotik yang telah dilakukan, clindamycin dan
vancomycin mengalami resistensi (tidak memiliki zona hambat) terhadap bakteri E. coli,
sedangkan gentamycin memiliki diameter zona hambat sebesar 22 mm (Gambar 7).
Menurut Rahmaniar et al. (2019) gentamycin 10 µg sensitif pada diameter zona hambat ≥
15 mm.
6. Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan diagnosa mikrobiologis, Cleo
positif mengalami kolibasillosis yang disebabkan oleh E.coli. Kolibasillosis dapat
mengakitbatkan turunnya berat badan, pertumbuhan terhambat, jika tidak segeda ditangani
dapat menimbulkan kematian. Bakteri ini secara normal berada pada saluran pencernaan,
namun dapat menjadi patogen bila kondisi lingkungan mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G.F., Butel, S.J. dan Morse, A.S. (2001). Medical Microbiology. International Edition
22nd Ed. McGraw-Hill, New York.
Dewandaru, R.A., Indarjulianto, S., Yanuartono, Nururrozi, A., Purnamaningsih, H. dan Hayati,
R. (2019). Diare disebabkan infeksi Escherchia coli pada anjing. Jurnal Ilmu
Peternakan dan Veteriner Tropis, 9(2): 38-43.
Gyles, C.L., Prescott, J.F., Songer, J.G. dan Thoen, C.O. (2010). Pathogenesis of Bacterial
Infection in Animals. Blackwell Pub. Ames, United State.
Harahap, D.G.S., Noviantari, A., Hidana, R., Yanti, N.A., Nugroho, E.D., Nurdyansyah, F.,
Widyastuti, D.A. dan Khairi. (2021). Dasar-dasar Mikrobiologi dan Penerapannya.
Widina Bhakti Persada, Bandung.
Harr, R.R. (2002). Clinical Laboratory Science Review. EGC, Jakarta.
Idroes, R., Khairan, Wulan, N., Nurisma, Mawaddah, N., Rhegyn, R., Pradysta, G. dan Rofina.
(2019). Skrinning Aktivitas Tumbuhan yang Berpotensi sebagai Bahan Anti Mikroba di
Kawasan Ie Brok Aceh Besar. Syiah Kuala University Press, Aceh.
Ismail. M. (2019). Aplikasi Mikrosimbion Spons Dalam Bioremediasi Lingkungan. Tohar Media,
Gowa.
Jamil, S.N.A., Wijaya, A., Sendra, E., Rahman, I.W., Chairiyah, R., Ulimaz, A., Wahyuni, T.P.,
Abna, I.M. dan Raida, A.I.L. (2022). Mikrobiologi. Global Eksekutif Teknologi,
Sumatera Barat.
Rahmaniar, R.P., Widhowati, D. dan Hidayah, N. (2019). Sensitivitas antimikroba terhadap
bakteri Escherichia coli yang diisolasi dari udang di pasar keputran Surabaya. Jurnal
Kajian Veteriner, 7(2): 93-100.
Yaddi, Y., Safika. dan Pasaribu, F.H. (2020). Uji resistensi terhadap beberapa antibiotika pada
Escherichia coli yang diisolasi dari kucing di klinik hewan kota Bogor. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Peternakan Tropis, 7(3): 203-210.