Anda di halaman 1dari 13

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli

PADA KUCING (Felis catus)

Oleh:
Kelompok 4/ Sub grup 2
Gelombang XXIII

Anisa Rahmadika, S.KH (1802101010145)


Indah Serly Pohan, S.KH (1802101010124)
Muhammad Hanif, S.KH (1802101010135)
Sonia Melati Suganda, S.KH (1702101010179)
Teuku Muhammad Ali Lutfi, S.KH (1602101010121)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
1. Latar Belakang
Kucing mempunyai sistem pencernaan yang sensitif dan rentan terhadap
penyakit.Terdapat beberapa agen penyebab penyakit pada sistem pencernaan kucing,
seperti: virus, bakteri, parasit, dan protozoa, Diare merupakan salah satu gejala penyakit
yang sangat sering muncul dengan berbagai faktor penyebab. Diare yang tidak segera
ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak fatal
Diare adalah gejala gangguan gastrointestinal yang ditandai dengan peningkatan
konsistensi, frekuensi dan volume feses, yang dapat diderita oleh anjing berbagai ras baik
pada umur muda maupun dewasa. Gangguan atau penyakit ini seringkali mengakibatkan
kematian yang cukup tinggi apabila tidak segera diobati dengan tepat sesuai penyebabnya.
Diare pada kucing dapat disebabkan antara lain a) bahan non infeksius seperti intoleransi
pakan, obat, dan b) agen infeksius teridiri dari virus, bakteri, parasit, dan fungi Salah satu
bakteri penyebab diare pada anjing adalah E. coli, dan beberapa strain E. coli yang
berperan sebagai penyebab diare pada hewan diduga kuat dapat menular kepada manusia
(bersifat zoonosis).
Jalur penularan E. coli antara hewan dan manusia kemungkinan dapat terjadi melalui
kontak langsung, kontak dengan kotoran hewan atau melalui rantai makanan yang
tercemar. Anjing dan kucing diduga memiliki peran dalam penularan Shiga toxinproducer
Escherichia coli (STEC) pada manusia melalui kontak dengan hewan. Escherichia coli
adalah salah satu bakteri yang termasuk golongan coliform dan hidup normal di dalam
kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal. Pada keadaan
normal Escherichia coli dapat tumbuh pada saluran pencernaan namun dapat bersifat
patogen serta mampu menyerang hewan dan manusia pada keadaan tertentu seperti
gangguan di dalam pencernaan serta imunosupresi pada host.
2. Sinyalemen dan Anamnesis
 Riwayat Kasus

Sampel : Swab diare pada anus kucing


Pengambilan Sampel : Senin, 18 Juli 2022

 Anamnesa dan Status Present


Nama Pemilik : Anwar
Nama Hewan : Cleo
Jenis Hewan : Kucing
Umur : 10 bulan
Jenis Kelamin : Jantan
Alamat Pasien : Lamgugob
Status Gizi : Baik
Gejala Klinis : Hewan lemah, konsistensi feses cair, anoreksia, hipertermia,
dehidrasi.

3. Pemeriksaan Klinis
Kucing saat diperiksa mengalami anoreksia, serta dehidrasi (turgor buruk) dan hewan
kurang aktif.
Status present sebagai berikut :
Bobot badan : 2,2 Kg
Suhu : 38,7 o C
Denyut Jantung : 184 x/m
Frekuensi Nafas : 35-38 x/m
Kulit dan Bulu : Rontok dan kusam
Sistem Pencernaan : Mengalami diare dan berlendir
Ekstremitas : Normal

4. Pemeriksaan Diagnostik Mikrobiologik


Pemeriksaan penunjang diagnostik dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium (uji
biokimia dan uji sensitivitas antibiotik).
1) Inokulasi Bakteri pada Media Nutrient Broth (NB)
Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan adalah swab anus kucing yang
mengalami diare. Sampel diinokulasikan ke dalam Nutrien broth. Sampel diinkubasi di
dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah 24 jam, terjadi perubahan
warna pada Nutrient Broth menjadi keruh dan koloni tumbuh di bawah media (anaerob)
yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri pada media.

Gambar 1. Bakteri pada media NB

2) Pewarnaan Sederhana
Nutrien broth yang telah diinkubasi, kemudian diamati dan dilakukan pewarnaan
sederhana. Pewarnaan sederhana merupakan uji pewarnaan pada bakteri dengan
menggunakan satu zat warna untuk melihat bentuk selular dan bentuk dasar bakteri. Pada
pewarnaan sederhana terlihat bakteri berbentuk basil. Tujuan dari pewarnaan sederhana
adalah untuk melihat ada atau tidaknya bakteri yang tumbuh pada media NB.
Gambar 2. Pewarnaan sederhana dibawah mikroskop perbesaran 1000x

3) Inokulasi Bakteri pada Media McKonkey


Bakteri yang telah didapatkan kemudian ditanam pada media differensial yaitu
media McKonkey dengan teknik goresan T. Spesimen diambil menggunakan osse
sengkelit yang steril dan digoreskan pada media McKonkey, kemudian diberi label,
setelah itu diinkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37 oC selama 24 jam. Hasil
penanaman pada media McKonkey ditemukan koloni berwarna merah muda dan
berbentuk bulat. Tujuan penanaman pada media differensial adalah untuk mendapatkan
koloni bakteri yang terpisah. Hasil yang didapat setelah dilakukan penanaman pada
media McKonkey adalah koloni yang tumbuh berwarna merah muda.

Gambar 3. Hasil pengamatan secara makroskopis pada media McKonkey


4) Pewarnaan Gram
Koloni yang tumbuh terpisah pada media McKonkey diamati morfologinya.
Pewarnaan gram dilakukan dengan cara, koloni terpisah diambil meggunakan osse
sengkelit yang steril dan dibuat sediaan pada objek glass Pewarnaan Gram merupakan
metode pewarnaan diferensial yang kerap digunakan dalam laboratorium mikrobiologi
dengan tujuan untuk mengidentifikasi spesies bakteri tertentu secara mikroskopik. Prinsip
dari pewarnaan ini adalah mengidentifikasi bakteri berdasarkan konsentrasi lipid dan
ketebalan lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri tersebut. Hasil yang didapat
pada pewarnaan gram adalah bakteri berwarna merah muda dan dominan berbentuk
batang pendek.

Gambar 4. Hasil pewarnaan Gram perbesaran 1000x dibawah mikroskop

5) Inokulasi Bakteri pada Media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA)


Koloni yang tumbuh terpisah pada media McKonkey kemudian ditanam pada
media selektif yaitu Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) apabila bakteri yang ditemukan
berwarna merah batang pendek. Koloni yang terpisah diambil menggunakan osse
sengkelit yang steril dan ditanam pada media EMBA dengan teknik goresan T,
selanjutnya diinkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37 oC selama 24 jam. Media Eosin
Methylen Blue Agar mengandung laktosa yang dapat mengidentifikasi bakteri
berdasarkan kemampuan fermentasi laktosanya. Hasil yang didapat pada media EMBA
ialah bakteri berwarna hijau metalik, elevasi cembung dan tepi rata.
Gambar 5. Koloni bakteri E. coli pada media EMBA

6) Inokulasi Bakteri pada Nutrient Agar (NA) Miring


Koloni yang tumbuh terpisah pada media EMBA ditanam pada media NA miring
dengan cara koloni diambil menggunakan osse sengkelit steril dan ditanam pada media
NA miring dengan teknik goresan yang berkelok-kelok pada permukaan agar. NA miring
diinkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam. Tujuan dari penanaman
pada NA miring adalah untuk memperbanyak bakteri.

7) Uji Biokimia

Gambar 6. Hasil uji biokimia bakteri E. coli


7.1 IMVIC
 Indol
Koloni yang tumbuh pada NA miring dilakukan uji indol dengan cara mengambil
koloni pada NA miring menggunakan osse sengkelit steril dan dimasukkan ke dalam
larutan indol kemudian dihomogenkan. Larutan indol diinkubasi di dalam inkubator
dengan suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diinkubasi ditetesi reagen Kovacs sebanyak
1-2ml, hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin ungu. Tujuan dari uji indol
adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri memecah asam amino triptofan
membentuk senyawa indol.

 Sulfid Indol Motility (SIM)


Koloni yang tumbuh pada NA miring dilakukan uji SIM dengan cara mengambil
koloni pada NA miring menggunakan osse jarum steril dan ditusukkan dengan tegak
lurus pada media SIM. Media tersebut diinkubasi di dalam inkubator dengan suhu
37oC selama 24 jam dan dilihat hasil pergerakan dari bakteri. Apabila pertumbuhan
jauh menyebar dari tusukan pada media artinya pergerakan positif dan apabila
pergerakan hanya terbatas pada garis tusukan artinya pergerakan negatif. Tujuan dari
uji SIM adalah untuk menentukan hidrogen sulfida (H2S) produksi, pembentukan
indol, dan motilitas. Media SIM digunakan untuk membedakan anggota keluarga
Enterobacteriaceae.

 Simmons Citrate
Koloni yang tumbuh pada NA miring dilakukan uji Simmons Citrate dengan cara
mengambil koloni pada NA miring menggunakan osse sengkelit steril dan digoreskan
dengan cara zig-zag pada media Simmons Citrate. Media tersebut diinkubasi di dalam
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan perubahan
warna hijau menjadi biru. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat kemampuan
bakteri dalam menggunakan citrate sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi.
7.2 Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Koloni yang tumbuh pada NA miring dilakukan uji TSIA dengan cara mengambil
koloni pada NA miring menggunakan osse jarum steril dan ditusukkan sampai ke dasar
tabung, kemudian digoreskan dengan cara zig-zag pada media TSIA. Media tersebut
diinkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan
dengan tidak terjadinya perubahan warna pada media. Tujuan dari uji TSIA adalah untuk
mengetahui bakteri yang menghasilakn gas H2S.

7.3 Uji Gula-Gula


Koloni yang tumbuh pada NA miring dilakukan uji gula-gula dengan cara
mengambil koloni pada NA miring menggunakan osse sengkelit steril dan dimasukkan ke
dalam larutan gula-gula yaitu glukosa, laktosa, sukrosa, manitol dan maltosa kemudian
dihomogenkan. Larutan tersebut diinkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37oC selama
24 jam. Hasil positif uji gula-gula ditandai dengan terjadinya perubahan warna ungu
menjadi warna kuning. Tujuan dari uji gula-gula adalah untuk melihat kemampuan
bakteri memfermentasi gula-gula.

8) Uji Sensitivitas Antibiotik


Koloni pada media NA miring ditanam ke dalam media NB menggunakan swab
steril dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37oC. Suspensi bakteri pada NB diambil
menggunakan swab steril kemudian digoreskan merata keseluruh permukaan Mueler
Hinton Agar (MHA). Disk antibiotik yang diuji (gentamycin, clindamycin dan
vancomycin) diambil menggunakan pinset dan ditempatkan pada permukaan agar. Media
diinkubasi ke dalam inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam. Tujuan dari uji ini
adalah untuk mengetahui kepekaan antibiotik terhadap bakteri secara cepat. Keaktifan
masing-masing antibioktik dilihat berdasarkan zona hambat yang terbentuk di sekitar
disk. Zona hambat yang telah dihitung diameternya dibandingkan dengan tabel Minimal
Inhibitor Consentration (MIC) untuk melihat apakah antibiotik tersebut sensitif,
intermediet atau resisten terhadap antibiotik. Hasil uji sensitivitas antibiotik menunjukkan
antibiotik clindamycin dan vancomycin mengalami resistensi, sedangkan gentasmycin
memiliki diameter zona hambat sebesar 22 mm.
Gambar 7. Uji sensitivitas dengan media MHA

5. Diskusi
Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik mikrobiologik pada sampel swab anus
kucing yang menderita diare didapatkan bakteri Escherichia coli. Escherichia coli (E. coli)
adalah bakteri Gram negatif dengan bentuk batang pendek (kokobasil) yang tidak
membentuk spora (Dewandaru et al., 2019). Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, motil
dengan flagel peritrik yang dimilikinya namun juga terdapat beberapa yang nonmotil
(Yaddi et al., 2018). Pada kucing, E. coli menjadi penyebab beberapa jenis penyakit. Pada
infeksi intraintestin E. coli dapat menyebabkan diare (Gyles et al., 2010).
Tahapan yang dilakukan pada pemeriksaan laboratorium yaitu dengan pengambilan
sampel, penanaman pada media NB (Nutrient Broth), pewarnaan sederhana, penanaman
pada media McKonkey Agar, pewarnaan Gram, penanaman pada media EMBA (Eosin
Methylen Blue Agar), penanaman pada NA (Nutrient Agar) miring, uji biokimia yaitu uji
indol, uji pergerakan bakteri (Sulfid Indol Motility), uji citrate, uji TSIA, dan uji gula-gula,
kemudian dilakukan uji sensitivitas antibiotik. Uji MR (Methyl Red) dan uji VP (Voges
Proskauer) tidak dilakukan karena tidak tersedianya reagen dari uji tersebut di
laboratorium.
Penanaman pada media NB (Nutrient Broth) bertujuan untuk menumbuhkan biakan
secara umum. Pada media NB isolat keruh, pertumbuhan bakteri berada di dasar tabung
(Gambar 1). Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri yang
tumbuh. Pada pewarnaan sederhana yang telah dilakukan, ditemukan adanya pertumbuhan
bakteri berbentuk basil (Gambar 2). Media McConkeyAgar merupakan media selektif dan
media diferensial yang digunakan untuk mengisolasi bakteri batang gram negatif
berdasarkan kemampuan bakteri memfermentasi laktosa atau tidak. Hasil penanaman pada
media McKonkey ditemukan koloni bakteri E. coli yang berwarna merah muda dan
berbentuk bulat (Gambar 3). Hal ini sesuai dengan Harr (2002) bahwa E. coli pada media
Mckonkey berwarna merah muda, karena menfermantasi D-sorbitol pada media.
Pada pewarnaan Gram didapatkan bakteri berwarna merah muda dan dominan
berbentuk batang pendek menunjukkan gram negatif dengan karakteristik morfologi E. coli
(Gambar 4). Bakteri gram negatif dilihat dari mikroskop berwarna merah muda karena
memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis, lipid yang tebal dan permeabilitas yang cukup
tinggi sehingga mudah melepas zat warna kristal violet dan bakteri hanya menyerap zat
warna safranin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap et al. (2021) bahwa pada bakteri
Gram negatif, alkohol mengekstraksi kompleks iodine-crystal violet sehingga akan terlihat
tidak berwarna dan diwarnai oleh zat lain yaitu safranin.
Media EMBA merupakan media deferensial yang digunakan untuk membedakan 2
jenis bakteri koliform yakni bakteri fekal dan non fekal, contoh bakteri fekal adalah bakteri
yang tumbuh pada saluran pencernaan seperti E. Coli, media ini khusus digunakan untuk
menumbuhkan bakteri E. coli (Jamil et al., 2022). Pada media EMBA menunjukkan
adanya pertumbuhan E. coli yang ditandai dengan koloni berwarna hijau metalik serta
adanya titik hitam pada permukaan koloni (Gambar 5). Menurut Yaddi et al. (2018) koloni
E. coli yang berwarna hijau metalik terjadi akibat kemampuan bakteri ini dalam
memfermentasi laktosa sehingga terjadi kondisi asam. Pendapat serupa juga dikemukakan
oleh Brooks et al. (2013) yang menegaskan bahwa media EMBA mengandung sejumlah
laktosa sehingga dapat membedakan golongan bakteri dengan proses fermentasi laktosa.
Bakteri E. coli mampu memfermentasi laktosa dengan cepat dan memproduksi banyak
asam sehingga mampu menghasilkan warna koloni hijau metalik.
Penanaman pada media NA bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembakbiakkan
bakteri atau untuk memperbanyak stok bakteri. Hasil positif uji Indol bakteri E. coli,
ditunjukkan dengan kehadiran warna merah setelah penambahan reagen Earlich pada
permukaa media, hal ini menunjukkan bahwa E. coli dapat memproduksi indol (Yaddi et
al., 2020). Pada uji pergerakan bakteri (Sulfid Indol Motility) negatif pertumbuhan tidak
jauh menyebar. Uji sitrat bertujuan untuk mendeteksi kemampuan bakteri enterik dalam
memanfaatkan ammonium dihidrogen fosfat dan natrium sitrat sebagai sumber tunggal
nitrogen dan karbon pada media SCA, bakteri E. coli menghasilkan reaksi negatif pada uji
ini ditandai tidak berubahnya warna media menjadi biru dikarenakan E. coli tidak
menggunakan sitrat sebagai salah satu sumber karbon (Idroes et al., 2019). Pada uji uji
TSIA digunakan untuk membedakan bakteri enteric Gram negatif berdasarakan fermentasi
karbohidrat dan produksi hydrogen sulfida dan bakteri E.coli positif pada uji TSIA (Idroes
et al., 2019).
Uji gula-gula yang dilakukan yaitu manitol, sukrosa, laktosa, glukosa dan maltosa.
Pada uji gula-gula didapatkan hasil positif pada manitol, laktosa, glukosa, dan maltosa
dimana terjadi perubahan warna menjadi warna kuning (Gambar 6). Sedangkan pada
sukrosa didapatkan hasil negatif. Uji gula-gula digunakan untuk melihat kemampuan
bakteri dalam menfermentasi karbohidrat menjadi asam-asam organik, yaitu dengan
adanya perubahan warna indikator dari ungu menjadi kuning (Marzuki, 2017).
Berdasarkan uji sensitivitas antibiotik yang telah dilakukan, clindamycin dan
vancomycin mengalami resistensi (tidak memiliki zona hambat) terhadap bakteri E. coli,
sedangkan gentamycin memiliki diameter zona hambat sebesar 22 mm (Gambar 7).
Menurut Rahmaniar et al. (2019) gentamycin 10 µg sensitif pada diameter zona hambat ≥
15 mm.

6. Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan diagnosa mikrobiologis, Cleo
positif mengalami kolibasillosis yang disebabkan oleh E.coli. Kolibasillosis dapat
mengakitbatkan turunnya berat badan, pertumbuhan terhambat, jika tidak segeda ditangani
dapat menimbulkan kematian. Bakteri ini secara normal berada pada saluran pencernaan,
namun dapat menjadi patogen bila kondisi lingkungan mendukung.
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G.F., Butel, S.J. dan Morse, A.S. (2001). Medical Microbiology. International Edition
22nd Ed. McGraw-Hill, New York.
Dewandaru, R.A., Indarjulianto, S., Yanuartono, Nururrozi, A., Purnamaningsih, H. dan Hayati,
R. (2019). Diare disebabkan infeksi Escherchia coli pada anjing. Jurnal Ilmu
Peternakan dan Veteriner Tropis, 9(2): 38-43.
Gyles, C.L., Prescott, J.F., Songer, J.G. dan Thoen, C.O. (2010). Pathogenesis of Bacterial
Infection in Animals. Blackwell Pub. Ames, United State.
Harahap, D.G.S., Noviantari, A., Hidana, R., Yanti, N.A., Nugroho, E.D., Nurdyansyah, F.,
Widyastuti, D.A. dan Khairi. (2021). Dasar-dasar Mikrobiologi dan Penerapannya.
Widina Bhakti Persada, Bandung.
Harr, R.R. (2002). Clinical Laboratory Science Review. EGC, Jakarta.
Idroes, R., Khairan, Wulan, N., Nurisma, Mawaddah, N., Rhegyn, R., Pradysta, G. dan Rofina.
(2019). Skrinning Aktivitas Tumbuhan yang Berpotensi sebagai Bahan Anti Mikroba di
Kawasan Ie Brok Aceh Besar. Syiah Kuala University Press, Aceh.
Ismail. M. (2019). Aplikasi Mikrosimbion Spons Dalam Bioremediasi Lingkungan. Tohar Media,
Gowa.
Jamil, S.N.A., Wijaya, A., Sendra, E., Rahman, I.W., Chairiyah, R., Ulimaz, A., Wahyuni, T.P.,
Abna, I.M. dan Raida, A.I.L. (2022). Mikrobiologi. Global Eksekutif Teknologi,
Sumatera Barat.
Rahmaniar, R.P., Widhowati, D. dan Hidayah, N. (2019). Sensitivitas antimikroba terhadap
bakteri Escherichia coli yang diisolasi dari udang di pasar keputran Surabaya. Jurnal
Kajian Veteriner, 7(2): 93-100.
Yaddi, Y., Safika. dan Pasaribu, F.H. (2020). Uji resistensi terhadap beberapa antibiotika pada
Escherichia coli yang diisolasi dari kucing di klinik hewan kota Bogor. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Peternakan Tropis, 7(3): 203-210.

Anda mungkin juga menyukai