1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk menguasai teknik
pemindahan biakan murni dari satu media ke media yang lain secara
aseptis, mempelajari cara mengisolasi bakteri dari lingkungan dengan
metode penggoresan kuadran, dan mengamati ciri-ciri koloni bakteri
tumbuh.
METODE
2.1.1 Alat
1. Tabung durham
2. Tabung reaksi
3. Inkubator
4. Pipet volumetric
5. Ose
6. Spirtus
7. Cawan petri
8. Lemari es
2.1.2 Bahan
1. Sampel air dari 4 titik yang berbeda dalam suatu boto kaca steril
2. Media Lactose Broth (LB)
3. Media Chromocult Coliform Agar (CCA)
4. Alkohol
5. Akuades steril
Disimpan dalam
lemari es sebagai
kultur stok
3.1 Hasil
Berdasarkan hasil percobaan isolasi bakteri E. coli yang dilakukan
oleh Hamida et al. (2019), pada media LB diperoleh hasil positif koliform.
Hal ini ditandai dengan terbentuknya gelembung gas yang terperangkap
pada tabung durham setelah inkubasi 24 jam pada suhu 37°C.
Isolasi dilanjutkan dengan purifikasi koloni tunggal diduga E. coli
pada media CCA dengan metode cawan gores kuadran, diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37°C didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 1. Hasil isolasi dan purifikasi E. coli pada media CCA
3.2 Pembahasan
Media CCA (Chromocult Coliform Agar) merupakan media
diferensial untuk membedakan bakteri E. coli dengan bakteri koliform
lainnya. Prinsipnya yaitu berdasarkan kemampuan bakteri menghasilkan
enzim ß-D-galactosidase dan enzim ßD-glucuronidase. Media CCA
mengandung dua substrat kromogenik yaitu Salmon-GAL (6-chloro-
3indoxyl-beta-D-galactopyranoside) dan X-beta-D-Glucuronide (5-Bromo-
4chloro-3-indoxyl-β-Dglucuronic acid, cyclohexylammonium salt
monohydrate). Media ini juga mengandung ekstrak ragi, sodium piruvat,
sodium klorida, sodium dihidrogen fosfat, sorbitol,dan tergitol. Tergitol
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan
beberapa Gram negatif tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan bakteri
koliform. Ekstrak ragi, sodium piruvat, disodium hidrogen fosfat, sodium
dihidrogen fosfat dan sorbitol berfungsi mempercepat pertumbuhan
koliform (Hamida et al. 2019).
Bakteri koliform anggota Enterobacteriaceae (Citrobacter,
Enterobacter, dan Klebsiella) mampu menghasilkan enzim β-galactosidase
yang dapat mendegradasi substrat Salmon-GAL menjadi senyawa
kromogenik sehingga koloni yang tumbuh pada media CCA berwarna
merah salmon. Genus Shigella, Salmonella, dan Yersinia tidak dapat
menghasilkan enzim β-galactosidase namun dapat menghasilkan enzim β-
Dglucuronidase menjadi senyawa kromogenik sehingga koloni yang
tumbuh pada media CCA berwarna biru muda hingga toska. E. coli mampu
menghasilkan enzim β-galactosidase dan β-D-glucuronidase, enzim β
galactosidase mendegradasi SalmonGAL dan β-D-glucuronidase
mendegradasi substrat X-glucuronida menghasilkan produk senyawa
kromogenik sehingga koloni yang tumbuh pada media CCA berwarna biru
tua. Bakteri Gram negatif lainnya non koliform tidak memiliki
βgalactosidase dan β-D-glucuronidase sehingga koloni yang tumbuh pada
media CCA tidak berwarna (colorless) karena tidak dapat mendegradasi
Salmon-GAL menjadi senyawa koromogenik dan X-glucuronida menjadi X
dan Glucuronida (Hamida et al. 2019).
Berdasarkan hasil identifikasi mikroskopik diperoleh bahwa empat
isolat berbentuk basil pendek dan tipe reaksi gram adalah Gram negatif
(Hamida et al. 2019). Hal yang sama juga dilakukan oleh Ulfah et al.
(2017), Hasil pewarnaan Gram memperlihatkan bahwa E.coli berwarna
merah muda dan berbentuk batang pendek atau bakteri golongan Gram
negatif.
Menurut Arivo dan Annissatussholeha (2017), suhu optimum untuk
pertumbuhan E.Coli adalah 37°C. pada suhu tersebut, bakteri dapat
beradaptasi untuk hidup dan tumbuh. Suhu sangat mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan mikroba, kecepatan sintes enzim dan kecepatan
inaktivasi enzim. Setiap mikroba termasuk bakteri mempunyai temperature
optimum, maksimum, dan minimum untuk pertumbuhannya (Arivo dan
Annissatussholeha 2017).
Faktor yang sangat menentukan keberhasilan pengujian
mikrobiologi adalah kontaminasi. Banyak hal yang dapat menimbulkan
kontaminasi diantaranya adalah penguasaan metode, peralatan, dan lama
waktu yang digunakan (Seniati et al. 2017).
Oleh karena itu untuk meminimalisir adanya kontaminasi
diperlukan suatu kondisi yang aseptis dalam pengerjaannya. Menurut
Oetari (2018), kondisi aseptis adalah suatu keadaan yang dirancang untuk
menghindari adanya kontaminasi oleh mikroorganisme, pirogen, ataupun
partikel, baik pada alat, kemasan, maupun bentuk sediaan selama proses
pencampuran.
Menurut PERMENKES NO. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
kualitas air bersih dan air minum, kadar maksimum E. coli yang
diperbolehkan adalah 0 . berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Hamida et al. (2019) pada air keran di kampus ISTN belum memenuhi
syarat mutu air bersih karena air tesebut mengandung E. coli.
Menurut Rompas et al. (2017), E. coli di alam terbuka hidup di
dalam tanah. Jika terjadi pencemaran (umumnya pencemaran organik yang
ditandai dengan BOD tinggi), tanah menjadi media pertumbuhan yang baik
untuk bakteri ini dan menyebabkan peningkatan konsentrasi E. coli dalam
tanah. Saat hujan turun, semakin banyak bakteri ini yang terbawa oleh air
tanah masuk ke sungai. Dengan demikian konsentrasi E. coli akan
terdeteksi tinggi di air tanah dan sungai sehingga mengindikasikan adanya
pencemaran tanah. Kuatnya pencemaran juga dipengaruhi oleh faktor
musim dan intensitas limbah kegiatan di darat. Keadaan yang demikian
disebabkan oleh konsentrasi materi organik (N dan P), perubahan salinitas
dan suhu maupun intensitas cahaya yang meningkat.
KESIMPULAN