Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Adsorpsi Larutan Oleh Zat Padat

Ferdyansah Setiawan*, Afifah Hasna Nirwan, Imamah Khuriyatun Nissa, Muhammad Isro’,
Noor Asiyah, Sakhiyyah Afifah, Tsaniya Shaquilla Yemima P. Kelompok IV, Kelas A, Jurusan
Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 65145, Indonesia

ABSTRAK: Adsorpsi merupakan sebuah fenomena dimana sebagian besar spesies molekul
berkumpul di suatu permukaan cairan atau fasa padat. Proses adsorpsi timbul karena adanya
kekuatan tidak seimbang pada permukaan fasa cair atau padat. Percobaan adsorpsi dilakukan
untuk menentukan luas permukaan spesifik dengan mengukur angka iodine, menentukan
persamaan adsorpsi pada suhu tetap dan mempelajari sifat adsorpsi larutan oleh zat padat.
Larutan iodine dan asam asetat ditritrasi dan direaksikan dengan karbon aktif untuk mengukur
konsentrasi larutan. Semakin besar konsentrasi larutan, semakin banyak jumlah zat larut yang
dapat diadsorpsi hingga kesetimbangan tertentu dicapai.
Kata kunci: Adsorpsi

I. PENDAHULUAN
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat tertentu
yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan
zat padat tanpa meresap kedalam. Bila gas atau uap bersentuhan dengan permukaan padatan yang
bersih, maka gas atau uap tadi akan teradsorpsi pada permukaan padatan tersebut. Permukaan
padatan disebut sebagai adsorben, sedangkan gas atau uap disebut sebagai adsorbat (Chang, 2008)
Dibawah kondisi normal, permukaan dari sebuah padatan tertutupi oleh suatu zat yang
berkecenderungan untuk menyerap (seperti karbon,hidrokarbon,sulfur, dan air ) yang utamanya
berasal dari gas atmosphere. Suatu padatan, menyerap gas pada awalnya membutuhkan permukaan
padatan yang bersih. Untuk menghasilkan permukaan yang bersih, salah satu cara yaitu pemanasan
padatan yang kuat menggunakan vacuum.prosedur tersebut disebut outgassing. Meskipun dengan
pemanasan tidak semua kontaminan dapat terserap. Cara yang lebih baik adalah menguapkan
padatan pada vacuum dan mengkondensasikannya seperti lapisan tipis pada permukaan sebuah
padatan (Levine, 2009)
Adsorpsi biasanya digambarkan melalui isoterm , yaitu, fungsi yang menghubungkan jumlah
adsorbat pada adsorben . Distribusi logam ion antara fase cair dan fase padat dapat dijelaskan oleh
beberapa model isoterm seperti Langmuir dan Freundlich . Langmuir isoterm mengasumsikan
adsorpsi monolayer ke permukaan yang mengandung jumlah terbatas.Situasi 𝑛 > 1 adalah yang
paling umum dan mungkin karena distribusi pada permukaan atau faktor yang menyebabkan
penurunan interaksi adsorben-absorbat dengan meningkatkan densitas permukaan (Handayani &
Sulistiyono, 2009)
Pengaruh konsentrasi suatu zat yang dapat diabsorbsi oleh absorben dinyatakan oleh Monk
(2004) :
Persamaan Freundlich
Untuk menghitung daya absorbsi pada suhu tertentu digunakan persamaaan v= k Pa (1.1) dimana
k dan a adalah konstanta dengan (1< a < 0). Persamaan 1.1 dapat dinyatakan
log v = log k + a log P
Persamaan Freundlich tidak valid pada tekanan yang sangat tinggi tetapi sangat akurat pada tekanan
yang medium. Persamaan Freundlich di sering gunakan pada absorbsi larutan dari zat cair maupun
zat padat. Dalam persamaan tersebut P adalah konsentrasi dari zat sehingga dapat diganti C.
Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, FMIPA, UB 1
Laporan Praktikum Kimia Fisik
Sedangkan v sendiri merupakam massa zat yang diapsorbsi (x) dibagi massa absorben (m).
Sedangkan a sendiri adalah 1/n. Sehingga didapatkan persamaan :
log (x/m) = log k + log C
intersep dan slope didapatkan dari memplotkan log v dengan log P .sehingga nilai k dan n dapat
dihitung.
Persamaan Langmuir
Pada isoterm ini secara teoritis menganggap bahwa hanya sebuah monolayer gas yang teradsorbsi,
selain itu adsorpsi molekul zat terlarut terlokalisasi, yaitu sekali adsorpsi, molekul-molekul ini tidak
dapat bergerak disekeliling permukaaan padatan. Selain pernyataan di atas isoterm ini juga
mengasumsikan bahwa panas adsorbsi, Δ𝐻𝐻 adsorpsi, tidak bergantung pada luas permukaan yang
ditutupi gas [1].
C/q = k/qo + 1/qoC
Dimana :
C = konsentrasi zat terlarut pada saat kesetimbangan
q = masa zat terlarut diadsorpsi per masa adsorben
𝐾= Konstanta adsorpsi yang didapat dari percobaan (intersept)
qo = daya adsorpsi maksimum

Luas permukaan zat padat dapat diperkirakan dengan menggunakan satandart tertentu
tergantung sejauhmana proses adsorbsi berlangsung. Makna angka standart tertentu adalah jumlah
milligram ion chrom dalam larutan yang mampu diserap oleh sejumlah miligram zeolit. Dengan
demikian angka standar tertentu dapat dipandang sebagaikapasitas monolayer yang dapat
digunakan untuk memperkirakan luas permukaan spesifik zeolit. Luas permukaan spesifik zeolit
dapat dihitung dengan persamaan: S = ( Xm / M ) .N.Am . 10-20
dimana:
S = luas permukaan
Xm = kapasitas monolayer per gram adsorben
M = massa molekul relatif adsorben (gram/mol)
N = bilangan Avogadro
Am = luas yang tertutupi satu molekul adsorben pada lapisan monolayer sempurna
Dari persamaan tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa pada proses adsorbsi jumlah zat
yang dapat diserap oleh adsorben mempunyai perbandingan tertentu tergantung pada sifat zat yang
diserap, jenis adsorben dan suhu adsorbsi. Semakin besar konsentrasi larutan, semakin banyak
jumlah zat terlarut yang dapat diadsorbsi sehingga tercapai keseimbangan tertentu, dimana laju zat
yang diserap sama dengan zat yang dilepas dari adsorben pada suhu tertentu (Bird, 2007).
Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum kimia fisik tentang adsorpsi larutan oleh zat padat adalah dapat
ditentukan permukaan spesifik secara sederhana berdasarkan bilangan iodin, sifat adsorpsi larutan
zat padat dapat dipelajari oleh praktikan, dan persamaan adsorpsi pada suhu tetap dapat ditentukan
oleh praktikan.

II. METODOLOGI

II.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kimia fisik tentang adsorpsi larutan oleh zat padat
adalah Erlenmeyer 250 mL 12 buah , gelas kimia 250 mL 4 buah , buret 50 mL 2 buah, pipet
Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, FMIPA, UB 2
Laporan Praktikum Kimia Fisik
volume 5 mL 2 buah, pipet volume 10 mL sebanyak 2 buah, pipet ukur 5 mL 1 buah, pipet ukur
10 mL 1 buah, hot plate 1 buah, shaker 1 buah, corong gelas 4 buah kertas saring, dan piknometer.

II.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kimia fisik tentang adsorpsi larutan oleh zat padat
adalah karbon aktif, larutan HCL 5%, larutan iodine 0,05 M, KI padatan, larutan natriu tiosulfat,
larutan amilum, larutan asam asetat, larutan standar NaOH 0,25 M, Indikator phenolphthalein (PP).

II.3. Prosedur kerja

II.3.1. Penentuan Bilangan Iodine


Praktikum adsorpsi larutan oleh zat padat dengan penggunaan penentuan bilangan iodine
dapat dilakukan dengan cara ditimbangkan karbon aktif sebanyak … gram dan dimasukan pada
labu Erlenmeyer 250 mL. Kemudian, ditambahkan HCl 5% sebanyak 5 ml, ditutupi dengan
aluminium foil. Larutan diaduk selama 15 menit dengan alat shaker. Langkah kedua, ditambahkan
15 mL larutan iodine 0,5 M dan ditutup serta dikocok selama 1 menit lalu disaring. Selanjutnya,
diambilkan filtrat 5 mL yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat sehingga terjadi
perubahan warna kuning. Apabila terjadi perubahan warna maka ditambahan larutan amilum
sebanyak 1 mL dan dititrasi kembali hingga tidak berwarna. Terakhir dicatat setiap volume larutan
penite.

II.3.2. Penentuan Daya Adsorpsi


Praktikum adsorpsi larutan oleh zat padat dengan penggunaan daya adsorpsi dapat dilakukan
dengan langkah awal yaitu disiapkan larutan asam asetat dengan konsentrasi masing – masing 0,1
M;0,8 M; 0,6 M; 0,4 M; 0,2 M; 0,1 M, dimana larutan asam asetat diambil sebanyak 5 mL dengan
konsentrasi 0,6 – 1,0 M dan dimasukan pada labu Erlenmeyer 250 mL. Langkah selanjutnya,
tambahkan dengan indicator pp sebanyak 3 tetes, lalu larutan dititrasi dengan NaOH 0,25 M serta
10 mL untuk konsentrasi 0,1-0,2 M. jika titrasi telah selesai, hasil titrasi dicatat sebagai konsentrasi
asam asetat mula-mula. Kemudian, dilakukan uji dengan karbon aktif sebanyak 1 gram yang
ditambahkan pada setiap larutan dengan volume 25 mL. Selanjutnya, larutan dikocok dan ditutupi
hingga didiamkan selama satu jam. Masing – masing larutan disaring dengan kertas saring untuk
diambil filtrat dengan penentuan volume sebanyak 10 mL. Dalam percobaan konsentrasi asam
asetat sisa dilakukan cara dititrasikan lalu NaOH 0,25 dengan ditambahkan indikator fenolftalein
(PP). Jika telah diketahui, dihitung adsorpsi asam asetat tersebut

II.3.3. Penentuan berat jenis padatan ( karbon aktif )


Diambil alat piknometer 5 mL yang bersih dan kering kemudian ditimbang. Piknometer
diisi dengan aquades hingga penuh sampai tidak ada udara yang terjebak pada alat piknometer.
Keringkan permukaan yang ada diluar piknometer dan ditimbang kembali. Setelah ditimbang
ambil aquades sebanyak kurang lebih 3 mL dan benda padat yang diketahui sebesar kurang lebih
0,5 gram dimasukan pada alat piknometer. Diamkan hingga padatan pada alat piknometer turun
kedasar. Tambahkan aquades sampai penuh dan keringkan bagian luar piknometer dan
ditimbang. Catat semua hasil dan masukan pada data perhitungan

Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, FMIPA, UB 3


Laporan Praktikum Kimia Fisik
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Fungsi Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum Kimia Fisik tentang Adsorpsi Larutan oleh Zat Padat
adalah Erlenmeyer 250 ml, gelas kimia 250 ml, buret 50 ml, pipet volum 10 ml dan 25 ml, pipet
ukur 5 ml dan 10 ml, shaker, corong gelas, kertas saring, gelas arloji, spatula besi, statif dan klem,
neraca analitik, pipet tetes, bola hisap dan piknometer.
Erlenmeyer berfungsi sebagai wadah larutan untuk titrasi asam asetat dengan NaOH dan
larutan HCl + karbon aktif dengan Natrium Tiosulfat. Gelas kimia berungsi sebagai wadah
pelarutan asam asetat dengan aquades menjadi konsentrasi yang berbeda-beda. Buret digunakan
untuk wadah larutan titran yaitu NaOH dan Natrium Tiosulfat. Pipet volum dan pipet ukur
berfungsi sebagai alat untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Pipet tersebut digunakan
dengan alat bantu berupa bola hisap yang berfungsi sebagai alat vacuum cairan agar dapat masuk ke
dalam pipet. Shaker memiliki fungsi untuk alat pengaduk larutan asam asetat dengan konsentrasi
tertentu dengan karbon aktif agar semua karbon aktif dapat bereaksi sempurna dengan larutan asam
asetat. Corong gelas digunakan sebagai alat bantu agar larutan dapat masuk ke dalam buret dan
sebagai alat penyaring larutan karbon aktif + asam asetat yang telah diaduk selama 1 jam. Kertas
saring berfungsi sebagai pemisah fasa padat berupa karbon aktif dengan fasa cair berupa larutan
asam asetat. Gelas arloji digunakan sebagai wadah karbon aktif saat ditimbang dengan neraca
analitik. Sedangkan neraca analitik digunakan untuk menentukan massa karbon aktif. Spatula besi
berfungsi sebagai alat untuk mengambil dan memasukkan karbon aktif ke dalam wadah tertentu.
Statif dan klem berfungsi sebagai penyangga buret agar dapat digunakan untuk titrasi. Pipet tetes
berfungsi untuk mengambil larutan dengan ukuran tetes. Piknometer merupakan alat yang
digunakan untuk mencari massa jenis dari karbon aktif.

III.2. Fungsi Bahan


Pada percobaan ini dibutuhkan beberapa bahan yang memiliki fungsinya masing-masing.
Karbon aktif digunakan untuk media adsorben yaitu sebagai pengadsorpsi dari asam asetat dan
larutan iodine. Kemudian ada Larutan HCl 5% untuk aktivator karbon aktif yang berfungsi agar
karbon aktif dapat dengan efektif mengadsorpsi suatu zat. Larutan iodine 0,05 M digunakan untuk
mengetahui seberapa besar karbon aktif dapat menyerap larutan iodine yang dapat kita gunakan
sebagai data angka iodine. Fungsi larutan amilum 1% dan phenolphthalein digunakan sebagai idikator
perubahan warna yang terjadi pada saat titrasi dengan NaOH 0,25 M. Larutan asam asetat itu
digunakan sebagai adsorbat yaitu suatu zat yang akan diadsorpsi oleh adsorben (karbon aktif).
Larutan natrium tiosulfat yang digunakan untuk mendeteksi iodine yang ada pada suatu larutan,
jika terdapat iodine pada suatu larutan maka akan terbentuk suatu warna hitam pada larutan.
Aquades digunakan untuk menstrerilkan peralatan.

III.3. Data Hasil Pengamatan

III.3.1. Tabel Pengamatan Penentuan Angka Iodine

Karbon Aktif : 1 gram


HCl 5% : 5 ml
Iodine 0.05M : 15 ml
Amylum 1% : 1 ml

Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, FMIPA, UB 4


Laporan Praktikum Kimia Fisik

Volume Akhir Natrium Tiosulfat


Volume awal Natrium Tiosulfat (ml)
(ml)
18.6 21.2

III.3.2. Tabel Pengamatan Penentuan Daya Adsorpsi

Konsentrasi Asam Asetat Volume Awal Titrasi Volume Akhir Titrasi


No
(M) (ml) (ml)
1 1 34.8 50
2 0.8 3.6 32.3
3 0.6 2.7 18.3
4 0.4 25.6 47.4
5 0.2 18.3 34.3
6 0.1 31.9 50

III.4. Perhitungan

III.4.1. Pengenceran CH3COOH 1 M

 [CH3COOH] = 0.8 M
M1.V1 = M2.V2
1M.V1 = 0.8M . 100 ml
V1 = 80 ml
 [CH3COOH] = 0.6 M
M1.V1 = M2.V2
0.8M.V1 = 0.6M.100 ml
V1 = 75 ml
 [CH3COOH] = 0.4 M
M1.V1 = M2.V2
0.6M.V1 = 0.4M.100 ml
V1 = 67 ml
 [CH3COOH] = 0.2 M
M1.V1 = M2.V2
0.4M.V1 = 0.2M.100 ml
V1 = 50 ml
 [CH3COOH] = 0.1 M
M1.V1 = M2.V2
0.2M.V1 = 0.1M.100 ml

Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, FMIPA, UB 5


Laporan Praktikum Kimia Fisik
V1 = 50 ml

III.4.2. Penentuan Iodine Awal


M1V1 = M2V2
1
.nS2O32− . VS2O32−
M12 awal = 2 VI2
1
.0.05 M . 2,6 ml
= 2
15 ml
= 4,3 x 10-3 M

Mg I2 awal = MI2 x BM x VI2


= 4,3 X 10-3 x 127 x 15
= 8,19 mg

III.4.3. Penentuan Iodine Akhir


M1V1 = M2V2
1
.nS2O32− . VS2O32−
M12 akhir = 2 VI2
1
.0.05 M . 19,6 ml
= 2
15 ml
= 33 x 10-3 M
Mg I2 akhir = MI2 x BM x VI2
= 33 X 10-3 x 127 x 15
= 62,865 mg

 F = 2. NI2 akhir
= 2 . 33 x 10-3
= 66 x 10-3

III.4.4. Penentuan Bilangan Iodine


mg awal−mg akhir
In = ( )x
massa karbon
8,19 mg−62,865 mg
=( ) x 66 x 10-3
1000 mg
= -3,609 x 10-3

Penentuan Luas Permukaan Spesifik


Xm
S= x N x Am x 10-2
M
−3,609 x 10^−3
= x 6,02 x 1023 x 23,5 x 10-20
127
= -4,02

III.4.5. Persamaan Freundlich


X
= k . C1/n
m

Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, FMIPA, UB 6


Laporan Praktikum Kimia Fisik
𝑥
log 𝑚 = log k + 1/n log C
Y = ax + b

Berdasarkan grafik :
Y = 0,1129x + 0,0628
Log k = b = 0,0628
K = 1,156
1/n = a = 0,1129
N = 8,857
X
= k . C1/n
m
X
= 1,156 . C1/8,857
m

III.4.5. Persamaan Langmuir


𝑚.𝑐
= 1/a + (b/a)c
𝑥
Y = 31,812x + 42,724
1/a = 42,724
A = 0,023
b/a = 31,812
b = 0,732

Sehingga persamaan menjadi :


𝑚.𝑐
= 1/0,023 + (0,732/0,023)c
𝑥

IV. KESIMPULAN
Pada Praktikum percobaan Adsorbsi oleh larutan zat padat didapatkan angka iodin .
Kemudian berdasarkan dari persamaan langmuir didapatkan persamaan y=0,1129x+0,0628.
Dengan nilai R sebesar 0,3946 yang dimana merupakan keeroran yang lumayan tinggi. Dari
persamaan langmuir menunjukan bahwa semakin besar nilai konsentrasi maka semakin kecil nilai
daya adsorbsi larutannya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Bird, T. 2007. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
[2] Chang, Raymond. 2008. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga
[3] Desta, Mulu Berhe.2013. Langmuir and Freundlich Isotherm Studies for the Adsorption of
Textile Metal Ions onto Teff Straw(Eragrostis tef ) Agricultural Waste. Journal of
Thermodynamics. Ethiophia: Hindawi Publishing Corporation.
[4] Handayani, Murni dan Eko Sulistiyono. 2009. Uji Persamaan Langmuir dan Freundlich Pada
Penyerapan Limbah Chrom (VI) Oleh Zeloit. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Nuklir.Bandung: Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI.
[5] Levine,Ira N. 2009 . Physical Chemistry Sixth Edition. New York: MC Graw Hill Companies.

Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, FMIPA, UB 7


Laporan Praktikum Kimia Fisik
[6] Monk,Paul. 2004. Physical Chemistry Understanding Our Chemical World. London: John Wiley
& Sons Ltd.
[7] ScienceLab. 2013. MSDS. www. Science-lab.com ( diakses pada tanggal 4 Oktober 2017
pada pukul 17.24)
[8] Smith, BL. 2014. MSDS. www. Science-lab.com ( diakses pada tanggal 1 Oktober 2017
pada pukul 20.45 ).
[9] UE No 1907 / 2006. 2011. Lembar data keselamatan bahan. www. Merk-chemicals.com (
diakses pada tanggal 1 Oktober 2017 pada pukul 20.55 WIB ).

Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia, FMIPA, UB 8

Anda mungkin juga menyukai