dan KLOROFIL
M. RAFI RAYANDHIKA
(J0312201063)
TRI WAHYU KODRADI
(J0312201085)
PRINSIP
Standarisasi
HCl
Dalam pembuatan larutan dengan
konsentrasi tertentu sering dihasilkan
konsentrasi yang tidak kita inginkan. HCl
adalah contoh larutan standar sekunder,
sehingga untuk mengetahui konsentrasi
sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.
Standarisasi sering dilakukan dengan
titrasi menggunakan larutan standar
primer (Harjadi, 2000).
Ekstraksi
Air dipanaskan Boraks ditimbang Boraks dilarutkan Larutan dimasukkan Larutan ditera
labu ukur
Dilakukan titrasi Larutan ditambahkan Larutan boraks HCl dimasukkan ke Larutan dikocok agar
indikator merah metil dipipet 10 mL dalam buret homogen
PENENTUAN KONSENTRASI NaOH
4. n-heksana sebanyak 25 mL 5. Corong pisah dikocok sampai tidak 6. Corong pisah didiamkan sampai tidak
dimasukkan ke dalam corong pisah ada lagi gas ada emulsi
yang sudah berisi NaOH
7. Setelah terbentuk dua fase, cerat 8. Volume dicatat secara kuantitatif, 9. Indikator BTB sebanyak 2-3 tetes
dibuka dan ditampung kemudian dimasukkan ke dalam dimasukkan ke dalam erlenmeyer
erlenmeyer
10. Dititrasi dengan HCl yang sudah 11. Volume HCl yang terpakai dicatat 12. Percobaan diulangi untuk ulangan
distandarisasi secara kuantitatif kedua
CARA KERJA
PENENTUAN KD KLOROFIL
1. Daun bayam sebanyak 0,25 g digerus 2. Gerusan dimasukkan ke dalam gelas 3. Ditambahkan dengan 4 mL metanol,
dengan batuan pasir kuarsa piala kemudian didiamkan selama 10 menit
7. Pengaturan waktu dilakukan terlebih 8. Sampel diambil setelah sentrifuge 9. Lapisan petroleum eter (PE) pada
dahulu, kemudian dilakukan pengaturan berbunyi, kemudian kecepatan lapisan atas diambil dan diukur
kecepatan diturunkan secara perlahan volumenya
10. Lapisan PE dimasukkan ke dalam 11. Air dengan volume yang sama 12. Corong pisah dikocok sampai tidak
corong pisah dengan PE dimasukkan ke dalam terbentuk lagi gas
corong pisah
13. Corong pisah didiamkan sampai 14. Lapisan atas dan bawah kemudian 15. Kuvet dibilas dengan aquades
tidak terbentuk emulsi ditampung kemudian diukur kemudian gelembung gas dihilangkan
serapannya dengan menggunakan dengan ditambahkan lagi aquades
spektrofotometer
16. Aquades diganti dengan sampel air 17. Blanko sampel PE dengan 18. Sampel PE hasil ekstraksi cair-cair
kemudian dicatat absorbannya menggunakan PE dan dinolkan dengan sebelumnya diukur dan dicatat
menekan angka 0,00 (warna kuning) serapannya
19. Sampel air menggunakan blanko air 20. Sampel air kemudian diukur dengan 21. Dilakukan pengukuran sampel PE
panjang gelombang 665 nm dengan menggunakan blanko PE pada
panjang gelombang 665 nm
HASIL DAN
PEMBAHASAN
STANDARISASI HCl
Massa boraks : 1,899 gram
Volume labu takar : 100 ml
Volume HCl dipipet : 10 ml
N NaOH Fase Heksana = N NaOH awal – N NaOH Partisi 𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒉𝒆𝒌𝒔𝒂𝒏𝒂 𝟎, 𝟎𝟎𝟓𝟔
𝑲𝑫 𝑵𝒂𝑶𝑯 = = = 𝟎, 𝟎𝟕𝟐𝟓
N NaOH Fase Heksana = 0,0828 – 0,0772 𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒑𝒂𝒓𝒕𝒊𝒔𝒊 𝟎, 𝟎𝟕𝟕𝟐
N NaOH Fase Heksana = 0,0056
KD KLOROFIL a/b
EKSTRAK DAUN BAYAM HIJAU
Klorofil a [mg/L]
Fase Air = 13,7 (A665) – 2,69 (A649) Fase PE = 13,7 (A665) – 2,69 (A649) [𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑃𝐸]
𝐾𝐷 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑎 =
Fase Air = (13,7 x 0,179) – (2,69 x 0,155) Fase PE = (13,7 x 1,056) – (2,69 x 0,377) [𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑖𝑟]
13,4531
Fase Air = 2,0354 mg/L Fase PE = 13,4531 mg/L 𝐾𝐷 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑎 = = 6,6096
2,0354
Klorofil b [mg/L]
[𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑏 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑃𝐸]
Fase Air = 25,8 (A649) – 7,6 (A665) Fase PE = 25,8 (A649) – 7,6 (A665) 𝐾𝐷 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑏 =
[𝑘𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑏 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑖𝑟]
Fase Air = (25,8 x 0,155) – (7,6 x 0,179) Fase PE = (25,8 x 0,377) – (7,6 x 1,056) 1,7010
𝐾𝐷 𝐾𝑙𝑜𝑟𝑜𝑓𝑖𝑙 𝑏 = = 0,6447
Fase Air = 2,6386 mg/L Fase PE = 1,7010 mg/L 2,6386
PEMBAHASAN
HCl harus distandarisasi karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan
senyawa lain di udara. Dengan kata lain larutan HCl bersifat higroskopis, menyerap uap air, dan
menyerap CO2 pada saat proses penimbangan, sehingga konsentrasinya dapat berubah dengan
cepat (Kristiani, 2013). Boraks memiliki kelarutan yang rendah dalam air sehingga perlu dipanaskan
untuk meningkatkan kelarutannya.
Standarisasi suatu larutan dilakukan dengan metode titrasi. Larutan yang distandarisasi adalah
larutan HCl dengan boraks. Konsentrasi larutan HCl dapat diketahui dengan rumus titrasi, yaitu:
N₁ × V₁ = N₂ × V₂
Berdasarkan rumus tersebut, maka konsentrasi HCl setiap ulangan berturut turut adalah 0,0895 N,
0,0929N, dan 0,0937N sehingga didapatkan rata-rata 0,0920 N.
PEMBAHASAN
Prinsip kerja ekstraksi pada praktikum kali ini melibatkan
pengontakan suatu larutan dengan pelarut (solvent), dimana solvent disini
adalah pelarut boraks atau n-heksana, yang tidak saling larut (immisible)
dengan NaOH karena mempunyai densitas yang berbeda sehingga akan
terbentuk dua fase beberapa saat setelah penambahan pelarut.
Koefisien perpindahan massa merupakan tingkat kemudahan suatu
massa senyawa untuk berpindah dari suatu larutan ke larutan lain.