KIMIA FISIK
PERCOBAAN VI
KINETIKA SAPONIFIKASI ESTER
NIM : G44170072
Program Studi : S1
Kelompok : D
I. HASIL PERCOBAAN
Suhu : 30 C
Go : 5050 mhos
Gc : 1096 mhos
Tabel 2 Data percobaan kinetika saponifikasi dengan pemanasan
Waktu Gt Gt G c Gt G c Go G t
(mhos) ln
(menit) G G G G Gt G c
o c o c
1 0 0 0 0
2 0 0 0 0
5 1596 0,0386 -3,2545 24,8774
10 1543 0,0290 -3,5405 33,5031
15 1520 0,0248 -3,6969 39,3382
20 1494 0,0201 -3,9070 48,8727
25 1477 0,0170 -4,0745 57,9892
30 1460 0,0139 -4,2759 71,1842
35 1442 0,0106 -4,5469 93,5862
40 1418 6,1976x10-3 -5,0836 160,3529
45 1391 1,276x10-3 -6,6640 782,7143
Suhu : 50 C
Go : 6870 mhos
Gc : 1384 mhos
II. PERHITUNGAN
....................................
..............
Gambar 2 Kurva hubungan dan waktu (tanpa pemanasan)
.................................
..............
....................................
..............
.................................
..............
III. PEMBAHASAN
Kinetika reaksi adalah ilmu yang memelajaari lajur dan mekanisme raksi secara
kuantitatif berdasarkan variabel-variabel yang meliputi konsentrasi, suhu, dan tekanan
untuk reaksi yang lambat. Suhu dan konsentrasi reaktan yang tinggi akan membuat laju
reaksi menjadi lebih cepat dengan menghasilkan energi kinetik besar yang
dapat melampaui energi aktivasi (Saputra et al. 2016). Saponifikasi merupakan proses
penyabunan yang mereaksikan suatu lemak atau gliserida dengan basa sehingga menjadi
bentuk padat ataupun cair (Fessenden dan Fessenden 1997). Lemak pada reaksi
saponifikasi ini merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam karboksilat
seperti asam stearat, asam oleat, dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari
gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak anggur mengandung ester
dari gliserol asam oleat (Japir et al. 2018). Persamaan umum dari reaksi saponifikasi ini
yaitu
RCOOR’ + R”OH → RCOOR” + R’OH...................(Thoai et al. 2019)
Kecepatan saponifikasi dapat ditentukan dengan metode titrasi konduktometri
berdasarkan besarnya daya hantar suatu larutan (konduktans). Prinsip kerja dari metode ini
yaitu dengan dicelupkan sel hantaran kedalam larutan ion positif dan negatif yang ada
dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan signal listrik berupa hambatan listrik
larutan. Hambatan listrik yang diperoleh kemudian dikonversikan oleh alat menjadi
hantaran listrik larutan (Pungor 1995). Pengamatan ini dilakukan dengan perlakuan
penambahan alkohol, penambahan NaOH, dan pemanasan. Penambahan alkohol dilakukan
untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel sehingga dapat bereaksi dengan basa
alkali. Perlakuan penambahan NaOH berguna untuk menetralisir asam pada larutaan alkali
(metil asetat) karena NaOH bersifat basa. Konsentrasi larutan metil asetat dan NaOH
dibuat sama agar reaksi saponifikasi dapat berlangsung secara sempurna. Sabun pada suhu
kamar berbentuk cair dan tidak mengental sehingga perlakuan pemanasan dilakukan untuk
membuat sabun tersebut menjadi kental dan liat. Pemanasan sabun merupakan tahap yang
digunakan untuk menentukan nilai konduktans larutan sel (Gc).
Pengamatan kinetika reaksi dalam praktikum ini dilakukan dengan dua kondisi reaksi,
yaitu tanpa pemanasan dan dengan pemanasan. Data kinetika reaksi tanpa pemanasan
terdapat pada Tabel 1, sedangkan data kinetika reaksi dengan pemanasan terdapat pada
Tabel 2. Data-data tersebut menunjukkan bahwa besarnya konduktans larutan dipengaruhi
oleh waktu reaksi dengan hubungan berbanding terbalik. Hubungan tersebut dapat
dikaitkan dengan hukum laju reaksi untuk membuktikan bahwa membuktikan bahwa
reaksi saponifikasi etil asetat adalah reaksi orde dua. Hukum laju reaksi diplotkan ke dalam
kurva regresi linear pada orde satu dan orde dua sehingga linearitas yang dihasilkan dapat
dibandingkan. Kurva reaksi tanpa pemanasan terdapat pada Gambar 1 (orde satu) dan
Gambar 2 (orde dua), sedangkan kurva reaksi dengan pemanasan terdapat pada Gambar 3
(orde satu) dan Gambar 4 (orde dua). Linearitas yang baik pada orde tertentu menunjukkan
bahwa reaksi berlangsung sesuai dengan orde tersebut.
Persamaan regresi yang didapat merupakan persamaan laju reaksi yang
disubstutusikan dengan nilai konduktans larutan. Nilai konstanta laju reaksi dapat
ditentukan dari gradien persamaan regresi yang dibentuk dari reaksi. Persamaan regresi
yang diperoleh dalam pengamatan memerlihatkan bahwa reaksi saponifikasi dengan
pemanasan memiliki nilai konstanta laju reaksi yang lebih besar daripada reaksi
saponifikasi tanpa pemanasan. Hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi saponifikasi
dengan pemanasan dapat berlangsung lebih cepat karena konstanta laju reaksi memiliki
hubungan yang berbanding lurus dengan laju reaksi. Reaksi saponifikasi ester tanpa
pemanasan berlangsung pada orde dua, sedangkan reaksi saponifikasi ester dengan
pemanasan berlangsung pada orde satu. Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur pada
jurnal Patil et al. (2014) yang menyatakan bahwa reaksi saponifikasi berlangsung pada
orde dua. Faktor kesalahan yang menyebabkan hal tersebut yaitu penakaran yang tidak
akurat, penggunaan suhu reaksi yang tidak tepat, dan penggunaan larutan yang
terkontaminasi.
IV. KESIMPULAN
Analisis kinetika saponifikasi ester dapat dilakukan dengan menggunakan metode
titrasi konduktometri sengga orde reaksi dan nilai konduktivitas ion dapat ditentukan.
Pengamatan yang dilakukan membuktikan bahwa reaksi saponifikasi ester tanpa
pemanasan berlangsung pada orde dua, sedangkan reaksi saponifikasi ester dengan
pemanasan tidak membuktikan hal tersebut.
.
V. PERTANYAAN
1. Mengapa grafik Go Gt terhadap t berupa garis lurus untuk percobaan pertama?
Gt G c
Hal ini disebabkan laju penurunan konsentrasi larutan (ester dan NaOH)
berlangsung selama waktu (t) linear dengan penurunan laju. Hasil tersebut sam
dengan ion-ion elektrolit dalam larutan. Dengan kata lain, nilai konduktansi
dipengaruhi oleh molalitas ion-ion elektrolit. Sehingga kurva dengan t
akan linear.
Fessenden RJ, Fessenden JS. 1997. Kimia Organik. Jakarta (ID): Erlangga.
Japir AA, Salimon J, Derawi D, Yahaya BH, Bahadi M, Al-Shujaʼa S, Yusop MR. 2018. A
highly efficient separation and physicochemical characteristics of saturated fatty
acids from crude palm oil fatty acids mixture using methanol crystallisation method.
Journal Oilseeds & Fats Crops and Lipids. 25(2):203-210 doi:10.1051/ocl/2018003.
Muntari I, Kadaritna N, Sofia E. 2017. Efektivitas LKS pendekatan saintifik laju reaksi
dalam meningkatkan KPS berdasarkan kemampuan kognitif. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia. 6(2):212-226.
Patil DB, Batra V, Kapoor SB. 2014. Kinetic studies on saponification of poly (ethylene
terephthalate) waste powder using conductivity measurements. Journal of Polymers.
20(14):1-7 doi:10.1155/2014/321560.
Pungor E. 1995. A Practical Guide to Instrumental Analysis. Washington, D.C. (NY):
CRC.
Purnami, Wardana I, Veronika K. 2015. Pengaruh penggunaan katalist terhadap laju dan
efisiensi pembentukan hidrogen. Jurnal Rekayasa Mesin. 6(1):51-59 ISSN 2477-
6041.
Thoai DN, Le Hang PT, Lan DT. 2019. Pre-treatment of waste cooking oil with high free
fatty acids content for biodiesel production: An optimization study via response
surface methodology. Vietnam Journal of Chemistry. 57(5):568-
773 doi:10.1002/vjch.201900072.