Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA I

ELEKTROSIS UNTUK MENENTUKAN BILANGAN AVOGADRO

OLEH:

KELOMPOK 3

AHSANAH AMALIA (170331614031)

ANNIDA DHEA H M (170331614056)*

KHOIRUL INAYATI (170331614066)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

TAHUN 2019
A. JUDUL PERCOBAAN
Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro

B. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat menentukan
bilangan Avogadro (No), dan mengaplikasikan konsep bilangan Avogadro
(No).

C. DASAR TEORI
Bilangan Avogadro (lambang: L atau N0) disebut dengan tetapan Avogadro
atau konstanta Avogadro. Bilangan Avogadro merupakan banyaknya
"entitas"(jumlah atom atau molekul) tiap satu mol, yang mana satu mol
merupakan jumlah atom karbon-12 dalam 12 gram (0,012 kilogram) karbon-
12 dalam keadaan dasarnya. Perkiraan bilangan Avogadro terbaik terakhir
untuk angka ini adalah:
N0 = 6,02214179 x 1023
Metode atau cara untuk menentukan bilangan Avogadro (No) ada berbagai
macam. Metode yang paling tepat yakni kristalografi sinar-X. Analisis
kristalografi sinar-X hanya dilakukan para spesialis yakni kristalografer.
Pengukuran dan pemrosesan data yang diperlukan membutuhkan pengetahuan
dan pengalaman yang banyak. Sehingga kristalografi sulit dilakukan pada level
mahasiswa. Dalam percobaan ini, untuk menentukan bilangan Avogadro
dilakukan dengan metode elektrolisis. Elektrolisis garam dapur dengan
elektroda tembaga menghasilkan ion Cu+ pada anoda. Ion tembaga akan
membentuk tembaga(I) oksida yang mengendap. Jumlah listrik yang
diperlukan untuk mengoksidasi satu mol atom tembaga menjadi satu ion
tembaga(I) dapat diukur. Dari jumlah muatan pada satu ion tembaga(I), dapat
menghitung bilangan Avogadro. Jumlah muatan pada satu ion Cu+ sebesar
1,6.10-19 Coulomb.
Alat elektrolisis terdiri atas sel elektrolitik yang berisi elektrolit (larutan atau
leburan), dan dua elektroda yakni anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi
oksidasi sedangkan pada elektroda katoda terjadi reaksi reduksi. Pada suatu
percobaan elektrolisis, reaksi yang terjadi pada katoda bergantung pada
kecenderungan terjadinya reaksi reduksi.
Elektrolisis merupakan peristiwa berlangsungnya reaksi kimia oleh arus
listrik. Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan
perpindahan elektron dari potensial negatif tinggi ke potensial lainnya yang
lebih rendah, yakni potensial positif. Mekanisme dari transfer ini berbeda untuk
berbagai penghantar. Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan
logam, penghantaran berlangsung melalui perpindahan elektron langsung
melalui penghantar dari potensial yang diterapkan. Dalam hal ini, atom-atom
penyusun penghantar listrik tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi
penghantar elektrolistik yang mencangkup larutan elektrolit dan lelehan
garam-garam. Penghantaran berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik
positif maupun negatif menuju elektroda-elektroda. Migrasi ini tidak hanya
melibatkan perpindahan listrik dari suatu elektroda ke elektroda lainnya tetapi
juga melibatkan adanya transport materi dari suatu bagian konduktor ke bagian
lainnya.
Dasar dari penggunaan elektrolisis adalah pada saat Faraday menyelidiki
hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dalam sel dan kuantitas kimia
yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia merangkumkan hasil
pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833(Sri Mulyati : 2003).
C (Coulomb) adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang
dihasilkan bila arus 1 A (Ampere) mengalir selama 1 s. Tetapan fundamental
listrik adalah konstanta Faraday F, 9,65 x104 C, yang didefinisikan sebgai
kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan untuk
menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus
listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu (Sri Mulyati : 2003).
Hukum elektrolisis Faraday berbunyi :

“Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus


listrik yang melalui sel.”

“Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang
berubah di elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya,
kuantitas listrik yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen
adalah 96 485 C(Coulomb) tidak bergantung pada jenis logamnya” (Ralph
Petrucci : 2000).

a. Hukum Faraday I
Jumlah mol elektron berbanding lurus dengan muatan listrik (Q) dalam
elektron. Jadi, dapat disimpulkan:

Massa zat ≈ muatan listrik dalam elektron

w≈Q

Dengan Q menunjukan besarnya muatan listrik di suatu titik di kawat jika


arus listrik I ampere melewatinya selama t detik. Secara matematis:

Q=Ixt

dengan I = arus listrik (ampere) dan t = waktu (detik).

Sehingga, persamaan di atas dapat ditulis menjadi:

w≈Ixt

b. Hukum Faraday II
Massa zat yang dihasilkan pada elektroda berbanding lurus dengan
massaekivalenzat
1 F (Faraday) = 1 molelektron = 96.500 C
1 C(Coulomb) = 1 ampere (A) x 1 (detik)
𝒆𝒊𝒕
𝒘= 𝟗𝟔𝟒𝟖𝟓 𝑪

i = aruslistrik (A)
t = waktu (s)
e = Ar unsur / valensi unsur
w = beratendapan (gram)
D. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
1. Dua buah lempeng tembaga 1. Aquades
1. Amperemeter skala 0-5A 2. Ampelas
2. Kabel 3. Larutan A
3. Sumber DC
4. Gelas piala
5. Pembakar spiritus
6. Kasa
7. Kaki tiga
8. Stopwatch
9. Thermometer

E. LANGKAH KERJA
1. Membersihkan elektroda tembaga dengan amplas.
2. Salah satu elektroda dipakai sebagai anoda. Menimbang elektroda tersebut
pada neraca analitik.
3. Kedua elektroda tembaga dimasukkan ke dalam 80 mL larutan A dan
menyusun rangkaian listrik seperti gambar berikut:

4. Memanaskan gelas piala sampai suhu 80oC dan menjaga suhu supaya tetap.
Ketika suhu tetap 80oC, menghubungkan aliran listrik dan mengalirkan
melalui larutan A. Pada waktu yang sama memulai mencatat waktu dengan
stopwatch.
5. Menjaga arus listrik agar selalu tetap selama percobaan, yaitu 1,5 amper
(dapat dibaca pada ampermeter). Aliran ini sering berubah-ubah selama
percobaan.
6. Mematikan arus listrik sesudah 10 menit. Membersihkan anoda dengan air
kemudian dikeringkan.
7. Menimbang anoda tersebut sekali lagi.

F. DATA PENGAMATAN

Suhu Berat Anoda Perubahan Berat


Waktu Arus Listrik
Larutan Awal Akhir Anoda

600 detik 1,5 A 80oC 7,6317 g 7,1559 g 0,4758 g

G. ANALISIS DATA ATAU PEMBAHASAN


Percobaan Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro yang
dilakukan pada Selasa, 30 April 2019 di Laboratorium Kimia Fisika bertujuan
untuk menentukan bilangan Avogadro (No) dan mengaplikasikan konsep
bilangan Avogadro (No). Percobaan ini terdiri dari beberapa tahap yang
meliputi pengamplasan elektroda, penimbangan anoda sebelum dan sesudah
elektrolisis, perangkaian alat elektrolisis, pemanasan larutan, dan proses
elektrolisis. Larutan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah larutan A.
larutan A merupakan suatu larutan tidak berwarna yang terdiri dari 100 g NaCl
dan 1 g NaOH dalam 2 L air suling.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengamplas kedua elektroda
tembaga yang bertujuan membersihkan karat dan pengotor lain yang terdapat
dalam tembaga tersebut, sehingga ketika penimbangan awal menunjukkan berat
tembaga yang sebenarnya. Setelah diamplas, salah satu elektroda dipakai
sebagai anoda, sedangkan elektroda yang lain sebagai katoda. Elektroda yang
dipakai sebagai anoda tersebut kemudian ditimbang. Adapun massa yang
diperoleh dicatat sebagai massa anoda awal. Selanjutnya, rangkaian alat
elektrolisis disusun sebagaimana gambar berikut,
Gambar: Rangkaian Alat Elektrolisis

Sebelum kedua elektroda tembaga dimasukkan ke dalam gelas piala berisi


80 mL larutan A dan listrik dialirkan pada rangkaian, terlebih dahulu gelas piala
yang berisi 80 mL larutan A tersebut dipanaskan dengan pemanas spirtus hingga
mencapai suhu 80oC dan suhu ini dijaga supaya tetap. Pemanasan tersebut
bertujuan untuk mempercepat reaksi. Ketika suhu mencapai 80oC, kedua
elektroda dimasukkan, lalu aliran listrik dihubungkan dan dialirkan melalui
larutan A. Pada waktu yang bersamaan stopwatch mulai dinyalakan untuk
mengetahui waktu selama proses berlangsung. Selama proses elektrolisis
berlangsung, arus listrik dijaga agar selalu tetap, yaitu sebesar 1,5 A.
Pada sel elektrolisis, kedua elektroda dihubungankan dengan sumber arus
listrik. Sumber arus listrik tersebut akan mengeluarkan elektron melalui kutub
negatif. Elektron tersebut akan mengalir ke dalam larutan melalui elektroda.
Elektroda yang menangkap elektron tersebut akan mengalami reduksi, maka
elektroda tersebut merupakan katoda. Oleh karena itu, pada sel elektrolisis
katoda dihubungkan dengan kutub negatif dari sumber arus listrik.
Saat proses elektrolisis berlangsung, warna larutan A mengalami
perubahan, yaitu dari yang semula tidak berwarna menjadi berwarna jingga. Hal
tersebut menunjukkan bahwa salah satu elektroda tembaga telah bereaksi
dengan larutan A membentuk endapan Cu2O. Elektrolisis pada anoda terjadi
peristiwa oksidasi, elektron akan mengalir dari anoda menuju sumber arus
listrik untuk kemudian diteruskan ke katoda. Massa anoda setelah reaksi
elektrolisis akan semakin berkurang dan warnanya juga semakin terang (kuning
kecokelatan menjadi kuning) akibat mengalami oksidasi. Sedangkan
elektrolisis pada katoda terjadi peristiwa reduksi, ion positif pada katoda akan
mengikat elektron dari sumber arus sedangkan yang dari larutan elektrolit akan
bergerak menuju batang katoda.
Oleh karena elektroda yang bertindak sebagai anoda pada percobaan kali
ini, yaitu elektroda Cu, merupakan elektroda non inert, maka pada reaksi ini
elektroda Cu akan teroksidasi menjadi Cu2+. Hal tersebut mengakibatkan
berkurangnya massa anoda setelah proses elektrolisis selesai. Sedangkan, oleh
karena pada percobaan kali ini digunakan larutan NaCl, terdapat dua
kemungkinan spesi yang akan tereduksi, yaitu ion natrium atau air. Namun,
potensial reduksi dari H2O adalah lebih besar, sehingga H2O lebih mudah
tereduksi. Adapun persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut,

Katoda(reduksi): 2H2O(l) + 2e- 2OH-(aq) + H2(g)


Anoda(oksidasi): Cu(s) Cu2+(aq) + 2e-
2H2O(l) + Cu(s) 2OH- (aq) + Cu2+(aq) + H2(g)
Sesuai dengan hasil percobaan, berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui
bahwa pada katoda dihasilkan gas H2. Sedangkan di ruang anoda terjadi
oksidasi dari Cu menjadi ion Cu2+ yang kemudian membentuk endapan Cu2O.
Terbentuknya Cu2O ini dibuktikan dengan adanya endapan jingga pada larutan.
Waktu yang diujikan pada percobaan kali ini yaitu selama 10 menit. Aliran
listrik selanjutnya dimatikan setelah 10 menit berlangsung. Lalu, kedua
elektroda dikeluarkan. Terdapat endapan coklat disekitar tembaga yang
bertindak sebagai katoda karena mengalami reduksi, sebaliknya pada tembaga
yang bertindak sebagai anoda tidak terdapat endapan, melainkan kondisi
elektroda yang semakin bersih (berwarna kuning kecoklatan) karena mengalami
oksidasi.
Anoda dibersihkan dengan air dan dikeringkan menggunakan kertas tissue.
Kemudian, dilakukan penimbangan kedua pada anoda tersebut. Adapun berat
yang diperoleh dicatat sebagai berat anoda akhir. Berat anoda sebelum
elektrolisis adalah sebesar 7,6317 gram dan setelah elektrolisis adalah sebesar
7,1559 gram, sehingga perubahan berat anoda akibat elektrolisis adalah sebesar
0,4758 gram.

Hukum Faraday 1 menyatakan bahwa massa zat yang dihasilkan pada suatu
elektroda selama proses elektrolisis berbanding lurus dengan muatan listrik
yang digunakan. Jumlah listrik yang dialirkan melalui sel elektrolisis agar
dapat mengalirkan 1 mol elektron dinyatakan sebagai 1 Faraday (1 Faraday =
1 mol elektron = 96.500 C).
Pada elektrolisis dapat diturunkan hubungan massa zat yang terbentuk pada
elektroda dan jumlah listrik yang digunakan. Dengan menghitung muatan yang
digunakan untuk mengoksidasi elektroda Cu dan menghitung muatan yang
digunakan untuk mengoksidasi 1 mol Cu dapat dihitung bilangan Avogadro.
a) Menghitung muatan yang digunakan untuk mengoksidasi elektroda Cu (t =
10 menit = 600 s)
Q1 = I x t
1𝐶
= 1,5 𝑥 𝑥 600 𝑠
𝑆

= 900 C
b) Menghitung muatan yang digunakan untuk mengoksidasi satu mol Cu
(Ar Cu = 63,54 g/mol)
𝑒𝑖𝑡
Q =
𝑤
𝑔
63,54 𝑥 900 𝐶
= 𝑚𝑜𝑙
0,4758 𝑔
57.186 𝐶/𝑚𝑜𝑙
=
0,4758
= 120.189,155 C/mol

c) Menghitung jumlah ion Cu+ yang terbentuk dalam percobaan (bilangan


Avogadro)
Catatan: Muatan satu ion Cu+ = 1,6 x 10-19 C
muatan yang dibutuhkan untuk mengoksidasi 1 mol Cu
No =
muatan ion Cu+
120.189,155 C/mol
=
1,6 x 10−19 C

= 7,512 × 1023 /mol

d) % Kesalahan percobaan
Bilangan Avogadro (No) teori = 6,023 x 1023

𝑁𝑜 percobaan−𝑁𝑜 teori
% Kesalahan = | | × 100 %
𝑁𝑜 teori
7,512 × 1023 − 6,023 × 1023
=| | × 100 %
6,023 × 1023

= 24,72 %

Perbedaan harga bilangan Avogadro percobaan dengan teori dapat


disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan
tersebut diduga pada saat proses elektrolisis berlangsung suhu larutan tidak
tepat 80°C. Selain hal tersebut, kesalahan juga mungkin terjadi akibat
ketidaktelitian praktikan dalam mengatur arus listrik yang seharusnya mengalir
sebesar 1,5 A secara konstan selama percobaan berlangsung.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pada percobaan elektrolisis dengan waktu uji selama 10 menit diperoleh
bilangan Avogadro (No) sebesar 7,512 × 1023/mol dengan persen kesalahan
sebesar 24,72 %.
2. Kesalahan pada percobaan diduga disebabkan oleh pengaruh suhu dan arus
listrik yang tidak konstan saat proses elektrolisis berlangsung.
I. TUGAS
1. Menghitung muatan yang digunakan untuk mengoksidasi elektroda Cu (t =
10 menit = 600 s)
Q1 = I x t
1𝐶
= 1,5 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 600 𝑠

= 900 C
2. Menghitung muatan yang digunakan untuk mengoksidasi satu mol Cu
(Ar Cu = 63,54 g/mol)
𝑒𝑖𝑡
Q =
𝑤
𝑔
63,54 𝑥 900 𝐶
= 𝑚𝑜𝑙
0,4758 𝑔
57.186 𝐶/𝑚𝑜𝑙
=
0,4758
= 120.189,155 C/mol

3. Menghitung jumlah ion Cu+ yang terbentuk dalam percobaan (bilangan


Avogadro)
Catatan: Muatan satu ion Cu+ = 1,6 x 10-19 C

muatan yang dibutuhkan untuk mengoksidasi 1 mol Cu


No =
muatan ion Cu+
120.189,155 C/mol
=
1,6 x 10−19 C

= 7,512 × 1023 /mol

J. JAWABAN PERTANYAAN
Endapan berwarna jingga yang terbentuk dalam proses elektrolisis ini
adalah endapan Cu2O atau Tembaga(I) oksida.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyati, Sri dan Hendrawan. 2003. Kimia Fisika II.IMSTEP JICA

Petrucci, Ralph H.2000. Kimia Dasar dan Prinsip Terapan Modern Jilid I.
Jakarta: Erlangga.

Daniels et al. 1970. Experimental Physical Chemistry 7th Ed. New York: Mc
Graw Hill.

Shoemaker et al. 1970. Experimentals in Physical Chemistry 3rd Ed. New York:
Mc Graw Hill.

Tony Bird. 1987. Penuntun Praktikum untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia.

Kimia, Dewa. 2017. Sel Elektrolisis: Reaksi pada Katoda dan Anoda.
https://www.youtube.com/watch?v=LztbbAT72Bc (diakses pada: Sabtu, 4 Mei
2019 pukul 09.15)
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Larutan A Pemanasan larutan A Berat awal tembaga
sampai 80ºC

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7


Dialiri arus listrik Katoda setelah dialiri Anoda dikeringkan Penimbangan setelah
listrik percobaan

Anda mungkin juga menyukai