Anda di halaman 1dari 27

Page | 1

I. Judul Percobaan : Koefisien Distribusi Iod


II. Tujuan Percobaan : 1. Mengekstrak iod ke dalam pelarut organik.
2. Menghitung harga KD dari iod.
III. Dasar Teori
Diantara berbagai jenis metode pemisahan,ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat khusus atau canggih kecuali
pemisahan. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertuntu antara dua pelarut yang saling bercampur, Seperti benzen,karbon
tetraklorida atau kloroform.

Jenis metode pemisahan ada berbagai macam, diantaranya yang paling baik dan populer
adalah ekstraksi pelarut atas ekstraksi air. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu
zat terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur seperti benzen,
karbon tetraklorida atau kloroform, dengan batasan zat terlarut dapat ditransfer pada
jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Selain untuk kepentingan analisis kimia,
ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif dalam bidang
kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat
berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi Soxhlet, sampai yang paling
rumit, berupa alat Counter Current Craig.
Teknik ekstraksi dapat dapat dibedakan menjadi 3 cara, yaitu : (a) ekstraksi
bertahap, (b) ekstraksi kontinyu dan (c) ekstraksi arah berlawanan. Ekstraksi bertahap
merupakan metode ekstraksi paling sederhana. Pelaksanaan ekstraksi dilakukan dengan
menggunakan alat corong pisah. Zat yang akan diekstrak dilarutkan dalam air kemudian
dimasukkan ke dalam corong pemisah. Pelarut pengekstrak (kloroform) ditambahkan
kepada larutan air agar zat terlarut dapat diekstrak ke dalam cairan pengekstrak.
Campuran dalam coong pemisah tersebut harus dikocok berulang kali dan setelah
dilakukan beberapa saat, terbentuk dua lapisan. Ekstraksi akan semakin efektif jika
dilakukan berulangkali menggunakan dengan volume sedikit demi sedikit.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan


kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut

Laporan Ekstraksi_Koefisien Distribusi Iod _ Kelompok 4 _Pendidikan Kimia B


2010
Page | 2

(solut) di antara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat
berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat
anorganik. Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari
larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur. Tujuan
ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan
pelarut.

Gambar 1

Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan
terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu. Kedua pelarut tersebut umumnya
pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke
dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan
pada suhu tetap.

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase terlarut. Teknik ini digunakan preparatif, pemurnian, memperkaya,
pemisahan serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam
kimia analisis,kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat, dan
dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-
ion logam dalam jumlah makrogram (Khopkar, 2007: 100).
Kesetimbangan adalah keadaan dimana reaksi berakhir dengan suatu campuran
yang mengandung baik zat pereaksi maupun hasil reaksi. Hukum kesetimbangan adalah
kali konsentrasi setimbang zat yang berada di ruas kiri, Masing-masing dipangkatkan
dengan koefisien reaksinya (Anomin, 2010). Suatu reaksi dikatakan setimbang apabila

Laporan Ekstraksi_Koefisien Distribusi Iod _ Kelompok 4 _Pendidikan Kimia B


2010
Page | 3

reaksi pembentukan dan reaksi penguraian pada reaksi tersebut berlangsung dengan
kecepatan yang sama sehingga tidak ada lagi perubahan bersih pada sistem tersebut
(Bird, 1987).
Sebagian besar reaksi kimia bersifat reversibel artinya hanya reaktan-reaktan
yang bereaksi membentuk produk, tetapi produkpun saling bereaksi untuk memnetuk
reaktan kembali. Jika laju reaksi pembentukan yaitu reaksi dari kiri ke kanan sama
dengan laju rekasi kebalikan (penguraian) yaitu reaksi dari kanan kek kiri, maka reaksi
dikatakan berada dalam keadaan seimbang. Seperti halanya dalam keseimbangan fisik,
bila suatu reaksi mencapai keadaan seimbang bukan berarti reaksi rekasi pembentukan
dan reaksi kebalikan berhenti sama sekali, tetapi hal ini menunjukkan bahwa laju kedua
reaksi yang berlawanan tersebut telahsama (Bird, 1987).
Salah satu fakta yang penting tetntang reaksi kimia reversibel (dapat-balik).
Bilamana suatu reaksi kimia dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun, dan seterusnya
akan bereaksi satu sama lain memualai suatu reaksi yang kebalikannya. Setelah
beberapa lama, terjadilah kesetimbangan dinamis, yaitu jumlah molekul (atau ion) dan
setiap zat terurai, sama banyaknya dengan jumlah molekul yang terbentuk dalam suatu
satuan waktu. Dalam beberapa hal, kesetimbangan ini terletak sama sekali berada di
pihak pembentukan suatu atau beberapa zat, maka reaksi itu tampak seakan-akan
berlangsung sampai selesai (Svehla, 1990 ; 21).
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan
terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu. Kedua pelarut tersebut umumnya
pelarut organik dan air. Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke
dalam dua pelarut tersebut setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan
pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi,
yang dinyatakan dengan rumus: dengan KD adalah koefisien distribusi, [X]o adalah
konsentrasi solut pada pelarut organik [X]a adalah konsentrasi solut pada pelarut air.
Atau dapat dituliskan berikut :

KD
X o
X a
dengan

KD = Koefisien distribusi

Laporan Ekstraksi_Koefisien Distribusi Iod _ Kelompok 4 _Pendidikan Kimia B


2010
Page | 4

[X]o = Konsentrasi zat dalam fase organik

[X]a = Konsentrasi zat dalam fase air

Dari rumus tersebut jika harga KD besar, solute yang akan cenderung terdistribusi lebih
banyak ke dalam pealrut organic begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus di atas hanya
berlaku bila :

a) Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut


b) Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut
c) Zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain.
Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi, perbedaan
kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan mengekstraksi larutan
iod dalam air ke dalam kloroform, menghitung konsentrasi awal dan sisa iod dalam air
dengan cara titrasi, maka dapat diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut,
sehingga koefisien distribusi iod dalam sistem kloroform-air dapat ditentukan. Untuk
keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih bermakna daripada
koefisien distribusi (KD). Angka banding distribusi menyatakan perbandingan
konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa
air). Jika zat terlarut adalah X, maka rumus angka banding distribusi dapat ditulis:
konsentras i total zat pada fase organik
D
konsentras i total zat pada fase air

Laporan Ekstraksi_Koefisien Distribusi Iod _ Kelompok 4 _Pendidikan Kimia B


2010
Page | 5

IV. Alat dan Bahan


Alat:

1. Gelas ukur 10 mL 1 Buah 6. Buret 1 Buah


2. Labu ukur 100 mL 1 Buah 7. Corong 1 Buah
3. Pipet Ukur 1 Buah 8. Gelas Kimia 1 Buah
4. Corong Pisah 1 Buah 9. Statif 2 Buah
5. Gelas erlenmeyer 3 Buah

Laporan Ekstraksi_Koefisien Distribusi Iod _ Kelompok 4 _Pendidikan Kimia B


2010
10.
11. Bahan:
1. Larutan iod 0,1 M 10 mL
2. Air
3. Kloroform 5 mL
4. Asam sulfat 2 mL
5. Larutan kanji 0,2% 1 mL
6. Larutan Natrium Tiosulfat 0,01 M

12.
V. Rancangan Percobaan
13.

14.
15. Cara kerja
a. Langkah Kerja
16. Pembuatan larutan Iod
17. Memasukkan 10 mL Iodin kedalam labu ukur dengan menggunakan pipet
gondok kemudian mengencerkannya sampai 100 mL.
18.
19. Menentukan konsentrasi Iod awal
20. Memasukkan 10 mL larutan Iod ke dalam Erlenmeyer kemudian menambahkan
2 ml H2SO4 2N dan 1 ml larutan kanji 0,2%. Setelah itu menitrasi dengan Na 2S2O3
0,01N kemudian mencatat volume Na2S2O3 yang digunakan dan mengulangi titrasi
sebanyak 3 kali kemudian menghitung konsentrasi I2.
21.
22. Menentukan konsentrasi Iod sisa
23. Memasukkan 10 mL larutan iod kedalam corong pisah kemudian menambahkan
2 mL kloroform. Mengocok corong sampai terbentuk 2 fase, yaitu fase organik dan fase
air. Kemudian mengeluarkan lapisan kloroform (lapisan bawah) dari corong pisah dan
menampungnya dalam gelas kimia. Kemudian menampung lapisan air (lapisan atas)
dalam Erlenmeyer kemudian menambahkan menambahkan 2 ml H 2SO4 2N dan 1 ml
larutan kanji 0,2%. Setelah itu menitrasi dengan Na2S2O3 0,01N kemudian mencatat
volume Na2S2O3 yang digunakan. Mengulangi kegiatan tesebut sebanyak 3 kali.

24.
b. Alur Kerja
25.
Di pipet 10 mL dengan pipet seukuran dan di pindahkan ke
dalam corong pisah

Dimasukkan 2mL CH3Cl ke dalam corong pisah

Dikocok dengan sesekali membuka kran corong pisah


(ekstraksi)
10 mL larutan Iod 0,1 M

Didiamkan sampi kedua lapisan dalam


Dimasukkan terpisah labu
dengan baik.100 mL
ukur
Ditambah air sampai 100 mL

Larutan Iod encer

Di keluarkan dan disimpan di Di


tampung
tambahdalam
2 mL gelas
asam kimia
sulfat 2 M, 1 mL larutan Kanji 0,2 %
Dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,01 M (0,1N) sampai w
Catat Volume yang digunakan

Ekstrak Larutan Jernih

Lapisan Organik Lapisan Air


(Fasa Organik) (Fasa air)
26.

27.
VI. TABEL PENGAMATAN
1. 3. PENGAMATAN
N 2. PERLAKUAN 7. SESUDA
6. SEBELUM
H
8. 37. Titrasi Penentuan 52. 66.
53. 67.
A Konsentrasi Iod
54. 68.
9.
mula mula 55. Warna Larutan I2 69. Larutan
38. Pengenceran
0.1 M : coklat berwarna
10. 39. 10 ml I2 0,1 M
kemerahan (+++) coklat
dimasukkan dalam
56.
11. kemerahan
labu ukur 100 ml 57.
1 58. (+)
lalu ditambah
12. 59. 70.
aquadest sampai 60. 71.
61. Warna larutan 72.
13. tanda batas(sebagai
73.
persiapan : coklat
larutan persiapan) 74.
14. 40. kemerahan (+) 75. Warna
41. 10 ml larutan 62. Warna larutan
larutan :
15. persiapan H2SO4 2 M :
ungu
dimasukkan dalam bening
kehitaman
16. 63. Warna larutan
Erlenmeyer lalu + 2
(+)
kanji 0.2% :
ml H2SO4 2 M + 1 76.
17.
jernih 77.
ml larutan kanji 0,2
64. 78.
18. % 65. Warna larutan 79.
42. 80. Warna
2 Na2S2O3 : larutan
43. Kemudian dititrasi
19. analit :
jernih
dengan Na2S2O3 0,1 81. bening
82.
20. N sampai warna
83. Diperoleh
tepat hilang (jernih)
volume
21. 44.
45. Titrasi diulang Na2S2O3
84. V1 : 16,0
22. sebanyak 3 kali
46. ml
47. 85. V2 : 16,2
23.
48.
ml
49.
86. V3 : 16,3
24. 50.
51. ml
3
25.

26.

27.

28.
4
29.

30.
29. REAKSI:

30. I2 + 2CHCl3 3Cl2 + 2CHI-


31.
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
32.
VII. DISKUSI DAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
33. Membuat larutan Iod 0,1 N
34. Membuat larutan iod 0,1N dengan cara memipet 10 mL larutan iod
dengan pipet seukuran kemudian memindahkannya kedalam labu ukur 100 mL
dan ditambahkan aquades sedikit dan menggoyangkan labu ukur agar tercampur
rata. Kemudian mengocoknya dengan cara dibolak-balik dan menambahkan
aquades sampai batas miniskus kemudian mengocoknya dengan cara dibolak-
balik.
35. Menentukan Konsentrasi Awal Iod

36. Untuk menentukan konsentrasi awal Iod diawali dengan


memasukkan 10 mL larutan Iod yang telah diencerkan dalam labu ukur 100 mL
ke dalam Erlenmeyer kemudian menambahkan 2 ml H2SO4 2N dan 1 ml larutan
kanji 0,2%. Larutan 2 ml H2SO4 2 M berfungsi sebagai suasana asam dan
sebagai katalais untuk mempercepat reaksi.Sedangkan 1 ml larutan kanji 0,2%
berfungsi sebagai indikator dalam titrasi oksidimetri. Titrasi ini tidak
memerlukan indikator karena iodin dapat menjadi indikator bagi dirinya sendiri
dengan memberikan warna ungu atau violet yang intens pada larutan kanji.
Namun demikian larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna
biru gelap dari kompleks iodin dengan kanji bertindak sebagai suatu tes yang
amat sensitif untuk iodin. Kesensitifan lebih besar dalam larutan yang sedikit
asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.Setelah
itu menitrasi dengan Na2S2O3 0,01N hingga warna biru gelap dalam larutan iod
tepat hilang dan larutan menjadi jernih tak berwarna yang menunjukkan ion
tetrasianat (S4O62-). Kemudian mencatat volume Na2S2O3 yang digunakan dan
mengulangi titrasi sebanyak 3 kali.Reaksi yang terjadi adalah:

37. 2 S2O32-
(aq) + I2(aq) 2I-(aq) + S4O62-(aq)

38. Volume Na2S2O3yang digunakan dalam titrasi iniadalah 16,0 mL ;


16,2 mL ; dan 16,3 mL. Setelah volume Na2S2O3 di dapat maka miliekuivalen
rata-rata I2 awal 0,1616 mmol.
39.
40. Menentukan konsentrasi Iod sisa dan KD
41. Untuk menentukan konsentrasi Iod sisa diawali dengan
Memasukkan 10 mL larutan iod kedalam corong pisah menggunakan pipet
seukuran kemudian menambahkan5 mL kloroform. Mengocok corong pisah
dengan searah sampai terbentuk 2 fase, yaitu fase organik dan fase air. Dan
sesekali gas yang terbentuk dikeluarkan agar tidak menyembur keluar. Reaksi
yang terjadi adalah:

42. 3I2(aq) + 2CHCI3(aq) 2CHI3(aq) + 3Cl2(g)

43. Kemudian mengeluarkan lapisan pelarut organik kloroform


(lapisan bawah) dari corong pisah dan menampungnya dalam gelas kimia.
Kemudian menampung lapisan air (lapisan atas) dalam Erlenmeyer yang telah
diekstraksi kemudian menambahkan 2 ml H2SO4 2N dan 1 ml larutan kanji
0,2%. Larutan 2 ml H2SO4 2 M berfungsi sebagai suasana asam dan sebagai
katalais untuk mempercepat reaksi.Sedangkan 1 ml larutan kanji 0,2% berfungsi
sebagai indikator dalam titrasi oksidimetri. Titrasi ini tidak memerlukan
indikator karena iodin dapat menjadi indikator bagi dirinya sendiri dengan
memberikan warna ungu atau violet yang intens pada larutan kanji. Namun
demikian larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap
dari kompleks iodin dengan kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif
untuk iodin. Kesensitifan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada
larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Setelah itu mentitrasi
dengan Na2S2O3 0,01N hingga warna biru gelap dalam larutan iod tepat hilang
dan larutan menjadi jernih tak berwarna yang menunjukkan terbentuknya ion
tetrasianat (S4O62-), kemudian mencatat volume Na2S2O3 yang digunakan. Reaksi
yang terbentuk adalah:

44. 2 S2O32-(aq) + I2(aq) 2I-(aq) + S4O62-(aq)

45. Mengulangi kegiatan tesebut sebanyak 3 kali, volume Na2S2O3


yang digunakan dalam titrasi adalah 5,1 mL ; 5,3 mL ; dan 5,5 mL. Setelah
volume Na2S2O3 di dapat maka miliekuivalen rata-rata I2 sisa 0,053 mmol.
Sehingga didapat miliekuivalen I2 dalam lapisan organik sebesar 0,1086 mmol.
Dengan didapat mmol I2 dalam lapisan organik sebesar 0,1086 mmolsehingga
didapat harga koefisien distribusi (KD) Iod diperoleh sebesar 10,24.
46.
VIII. SIMPULAN

47. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diambil simpulan bahwa:

1. Larutan iod yang sudah diencerkan dengan air (fasa air) kemudian diekstrak
dengan kloroform (fasa organik) dapat dilakukan karena perbedaan kelarutan
kedua pelarut tersebut cukup besar walaupun iod mampu larut dalam air maupun
kloroform.
2. Harga KD yang diperoleh dalam percobaan ini sebesar 10,24 yang menunjukkan
bahwa banyaknya iod yang terekstrak dalam pelarut organik (kloroform).
48.
IX. DAFTAR PUSTAKA
49.
50. Azizah, Utiyah, dkk.2007. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik

II : Dasar-dasar Pemisahan Kimia. Surabaya : Jurusan Kimia FMIPA

UNESA.

51. Ekstraksi. (Online). (http://www.wikipedia.org, diakses tanggal 22 Maret 2011)

52. Soebagio. dkk. 2002. Kimia Analitik II. Malang: Jurusan Kimia, FMIPA,

Universitas Negeri Malang.


53. Underwood,A.L,dkk. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.

Jakarta: Erlangga.

54.

55.
56.

57.
58. LAMPIRAN

59. JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa perbedaan KD dan D?


60. Pada koefisien distribusi, solut tidak mengalami interaksi terhadap pelarutnya.
Sedangkan pada pembanding distribusi, solut mengalami interaksi terhadap
pelarutnya.
2. Bilamana harga KD sama dengan D?
61. Harga KD = D bila berada pada kondisi ideal dan tidak terjadi interaksi asosiasi,
disosiasi atau polimerisasi.
3. Bagaimana mencari harga D untuk asam lemah HB yang dapat mengalami
dimerisasi dalam suatu pelarut organik?
[ HB ]O 2[ HB.HB ]
[ HB ]a [ B ]a
62. D =
[ HB ]O 2 KD[ HB.HB ]
Ka[ HB ]a
[ HB ]a
[ H ]a
63. =
[ HB ]O {1 2 KD[ HB ]}
[ HB ]O [ H ]a Ka[ Ka]
[ H ]a
64. =
[ HB ]O {1 2 KD[ HB ]}
[ HB ]O [ H ]a Ka
[ H ]a
65. =
[ HB ]O {1 2 KD[ HB ]}[ H ]a
[ HB ]a {[ H ] A Ka}
66. =
KD{1 2 KD[ HB ]}
[ H ]a Ka
[ H ]a
67. =
KD{1 2 KD[ HB ]}
1 Ka
[ H ]a
68. =
4. Bagaimana mencari harga D dan KD untuk basa lemah HB yang dapat
terionisasi dalam pelarut air dan tidak bereaksi dalam pelarut organik?
69. Tetapan kesetimbangan yang terjadi dalam reaksi ini adalah:
f (a)
++OH
[ BOH ] B
70. [ BOH ] af (o)

[ BOH ]o
KD=
71. [ BOH ]a
+
B


OH
72.
a



Kb=

OH

a
73.

+=Kb.
B

OH

a

74.
[ BOH ]
[ BOH ]a + Kb . a
[ BOH ] o
D=
Kb
1+
OH
75. K
D

5. Buktikan bahwa dengan ekstraksi berganda akan menghasilkan persen zat


terekstrak lebih besar daripada 1 kali ekstraksi tunggal!
76. Bukti :
77. Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, didapatkan KD (org/cair)
sebesar 8,3857 dan volume kloroform 5 ml serta volume air sebesar 10 ml.
hitung persentase zat terlarut yang diekstraksi dari dalam 10 ml air oleh 5 ml
kloroform bila :
a. Kloroform digunakan semuanya sekaligus (satu kali ekstraksi)
b. 5 ml kloroform dibagi menjadi 5 porsi 1 ml yang digunakan satu setelah
yang lain.
78. Jawab :

a. Menggunakan satu kali ekstraksi


n

79. f aq=
[V aq
V aq + K D V org
A
]
1

80. f aq= [ 10
10+8,3857 5 ]
f aq=0,1926
81.
f 0rg =10,1926=0,8074
82.

83. yangterekstraksi=0, 8074 100 =80,74

84.

b. Menggunakan ekstraksi berganda


n

[ V aq
85. f aq= V aq + K D V org
A
]
86.
5

87. f aq= [ 10
10+8,3857 1 ]
f aq=0,04759912
88.
f 0=10,04759912=0,9524
89.

90. yangterekstraksi=0,9524 100=95,24

91.
92. Berdasarkan perhitungan diatas, % yang terekstraksi dengan
ekstraksi berganda lebih besar dibanding % yang terekstraksi dengan 1
kali ekstraksi ( 95,24 > 80,74 ). Dengan demikian terbukti bahwa

ekstraksi berganda lebih banyak menghasilkan % terekstraksi.


93. JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif
(edisi ke-enam). Jakarta: Erlangga.
Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri
Malang.

94.
95. LAMPIRAN
96. FOTO PRAKTIKUM

97.

98. Larutan Iod


99. yang
diencerkan
100.

101.

102.

103. Penentuan Konsentrasi mula-mula

104.

105.

106.

107.

108.

109.

110.

111.
Larutan Iod yang Larutan Iod + H2SO4 Dititrasi degngan
112. dibagi
diencerkan + lar.kanji Na2S2O3
dalam erlenmeyer
113.

114.

115.

116.

117.
Sesudah titrasi
118.

119.

120.
121. Menentukan konsentrasi Iod sisa dan KD

122.

123.

124.

125.

126.

127.

128.

129.

130.
Larutan Iod yang Dimasukkan dalam
diencerkan dibagi
131. corong pisah dan
dalam Erlenmeyer + dikocok
132.
kloroform
133.

134.

135.

136.

137.

138.

139.

140.

141.

142.

143.

Rangkaian corong
144. Fasa organic yang
pisah dalam statif
145. sudah dipisahkan

146.
147.

148.

149.

150.

151.

152.

153.

154.
Fasa Air Fasa Air + H2SO4 + Lar.
155.
Kanji
156.

157.

158.

159.

160.

161.

162.

163.

164.

165.

166.

167.

168. Hasil Titrasi


Dititrasi degngan
169.
Na2S2O3
170.

171.

172.
173. LAMPIRAN

174. PERHITUNGAN

175. PERHITUNGAN:
1. Menentukan Konsentrasi Awal Iod
176. Diketahui : NS2O32- = 0,01 N
177. VI2 = 10 mL
178. V1S2O32- = 16,0 mL
2-
179. V2S2O3 = 16,2 mL
180. V3S2O32- = 16,3 mL

181. Ditanya : [I2]awal ?

182. Jawab : I2 + 2e 2I-

183. 2S2O32- S4O62- + 2e

184.
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-

Titrasi I
185.
Mili ekivalen I2 = Mili ekivalen S2O32-
186.
VI2 . NI2 = V S2O32- . NS2O32-
187. 10 mL . NI2 = 16,0 mL . 0,01
188. NI2 = 0,16 mmol/mL
189.
Titrasi I
190.
Mili ekivalen I2 = Mili ekivalen S2O32-
191.
VI2 . NI2 = V S2O32- . NS2O32-
192. 10 mL . NI2 = 16,2 mL . 0,01
193. NI2 = 0,162 mmol/mL
194.
Titrasi III
195.
Mek I2 = Mek S2O32-
196.
VI2 . NI2 = V S2O32- . NS2O32-
197. 10 mL . NI2 = 14,3 mL . 0,01
198. NI2 = 0,163 mmol/mL

199.

0,16+ 0,162+ 0,163


200. [ I 2 ] ratarata= 3

201. = 0,1616 mmol/mL


2. Menentukan konsentrasi Iod sisa dan KD
202. Diketahui : [S2O32-] = 0,01 N
203. VI2 = 10 mL
2-
204. V1S2O3 = 5,1 mL
205. V2S2O32- = 5,3 mL
2-
206. V3S2O3 = 5,5 mL

207. Ditanya : [I2]sisa ?

208. Jawab :

Titrasi I
209.
Mili ekivalen I2 = Mili ekivalen S2O32-
210.
VI2 . NI2 = V S2O32- . NS2O32-
211. 10 mL . NI2 = 5,1 mL . 0,01
212. NI2 = 0,051 mmol/mL
213.
Titrasi II
214.
Mili ekivalen I2 = Mili ekivalen S2O32-
215.
VI2 . NI2 = V S2O32- . NS2O32-
216. 10 mL . NI2 = 5,3 mL . 0,01
217. NI2 = 0,053 mmol/mL
218.
Titrasi III
219.
Mili ekivalen I2 = Mili ekivalen S2O32-
220.
VI2 . NI2 = V S2O32- . NS2O32-
221. 10 mL . NI2 = 5,5 mL . 0,01
222. NI2 = 0,055 mmol/mL

223.

0,051+0,053+ 0,055
224. [ I 2 ] ratarata= 3

225. = 0,053 mmol/mL

226.

Mmol I2 dalam lapisan organik = mmol I2 awal mmol I2 sisa


227. = 0,1616 mmol 0,053 mmol
228. = 0,1086 mmol
0,1086 mmol
229. [I2]o = 2 mL

230. = 0,0543 mmol/mL

0,053mmol
231. [I2]a = 10 mL

232. = 0,0053 mmol/mL

[ I 2 ] organik
233. KD = [ I 2 ] air

mmol
0,0543
mL
234. = mmol
0,0053
mL

235. = 10,24

236. Jadi harga koefisien distribusi (KD) Iod diperoleh sebesar 10,24

237.

Anda mungkin juga menyukai