Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA

PERCOBAAN V
KROMATOGRAFI KOLOM

Nama : Fauzan Jarqi


NIM : 19303241028
Kelas : Pendidikan Kimia C

Tanggal praktikum : 1 April 2021


Tanggal kumpul : 7 April 2021

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FMIPA UNY
2021
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA
PERCOBAAN V
KROMATOGRAFI KOLOM

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan, praktikan dapat memisahkan campuran kation dengan
menggunakan kromatografi kolom.

B. DASAR TEORI
Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan
kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat
terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2002).
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang didasarkan pada
pemisahan daya adsorpsi suatu absorben terhadap suatu senyawa baik pengotornya
maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan terhadap kromatografi lapis
tipis sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik
sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna (Sudjadi, 1986).
Kromatografi kolom dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh
kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah
dituangkan ke permukaan penyerap lalu divakumkan lagi dan siap dipakai. Cuplikan
dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom atau
pada lapisan penyerap dan dihisap perlahan-lahan kedalam kemasan dengan
memvakumnya. Kolom dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, kolom dihisap
sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi (Sudjadi, 1986).
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak
digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam
jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering
digunakan adalah silika gel G-60, kieselger, Al2O3, dan Diaion (Hargono, 1986).
Cara pembuatannya ada dua macam, yaitu cara kering;silika gel dimasukkan
kedalam kolom yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi;cara
basah;silika gel terlebuh dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan
digunakan , kemudian dimasukkan kedalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu
sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eulen dialirkan
hingga silika gel mapat, setelah mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben
kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam
eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan
kedalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua dan kran
dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar
ditampung sebagai fraksi-fraksi (Hargono, 1986)
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari
masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu
dimasukkan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa
yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non
polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang diserap dari larutan secara
sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut dengan
tanpa tekanan udara masing-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus
sehingga terjadi pemisahan dalam kolom (Sastrohamidjojo, 1985).
Ada beberapa keuntungan dalam kromatografi, menurut (Alimin, 2007),
keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi adalah :
a. Dapat digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil
b. Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organik multi komponen
c. Proses pemisahan dalam dilakukan dalam waktu yang relatif singkat
d. Seringkali murah dan sederhana karena umumnya tidak memerlukan alat yang mahal
Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah
kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-sampel tanpa melampaui fasa diamnya.
Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang-kurangnya
sepuluh kali ukuran diameternya. Bahan pengemasnya, suatu adsorben seperti alumina atau
mungkin suatu resin pertukaran ion, dimasukkan kedalam bentuk suspense kedalam porsi
fasa bergerak dan dibiarkan diam didalam hamparan kemudian porsi kecil dari larutan
sampel dipipet dengan hati-hati keatas puncak permukaan hamparan.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Pipet tetes e. Statif dan klem
b. Gelas kimia 100 mL f. Rak tabung reaksi
c. Corong g. Neraca
d. Tabung reaksi h. Lidi
2. Bahan
a. Alumina f. Larutan CuSO4 0.5 M
b. Larutan Zn (NO3)2 0.25 M g. Akuades
c. Kertas saring h. Larutan FeNH4 (SO4)2 0.5 M
d. Larutan (NH4)2 S i. Larutan Pb (NO3)2 0.5 M
e. Kapas j. Larutan K4 [Fe (CN)6] 1.5 M
D. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan cuplikan
CuSO4 0.5 M dan Fe (NH4)(SO4)2
0.5 M dicampur

Warna campuran tersebut diamati

2. Pembuatan kolom

Kapas dimasukkan kedalam pipet


pasteur

Untuk mengeluarkan udara


ditambahkan sedikit akuades

Permukaan kapas ditutup dengan


kertas saring

3 gram alumina dicampurkan


dengan akuades hingga larut

Dimasukkan kedalam pipet pasteur

Setelah fase diam (adsorben)


menjadi padat, permukaannya
ditutup dengan kertas saring dan
akuades. Kolom usahakan tidak
kering
3. Pemisahan campuran

1 mL larutan cuplikan dimasukkan


secara perlahan kedalam kolom
yang mengandung fasa diam

Setelah hampir semua cuplikan


meresap kedalam fasa diam,
ditambahkan akuades

Ditampung dalam gelas kimia


yang berisi 5 mL K4[Fe (CN)6]

Diamati dan dicatat perubahan


yang terjadi pada fasa diam dan
gelas

E. DATA PENGAMATAN
No. Pengamatan Keterangan
1 Massa alumina 3 gram
2 Tinggi alumina 3 cm
3 Molaritas larutan CuSO4 0.5 M
4 Volume larutan CuSO4 1 mL
5 Molaritas larutan Fe (NH4) (SO4)2 0.5 M
6 Volume larutan Fe (NH4) (SO4)2 1 mL
7 Diameter kolom 1.5 cm
8 Warna larutan CuSO4 0.5 M Biru
9 Warna larutan Fe (NH4) (SO4)2 0.5 M Kuning
10 Larutan CuSO4 + Fe (NH4) (SO4)2 Hijau
11 Larutan K4 [Fe (CN)6) + Fe Kuning
12 Endapan K4 [Fe (CN)6) + Fe Biru tua
F. REAKSI KIMIA DAN PERHITUNGAN
a) Mol Cu2+ dalam CuSO4
𝑛 𝐶𝑢2+ = 𝑀 𝐶𝑢2+ ∙ 𝑉 𝐶𝑢2+
𝑛 𝐶𝑢2+ = 0.5 𝑀 ∙ 1 × 10−3 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑛 𝐶𝑢2+ = 5 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
b) Mol Fe2+ dalam Fe (NH4)(SO4)2
𝑛 𝐹𝑒 2+ = 𝑀 𝐹𝑒 2+ ∙ 𝑉 𝐹𝑒 2+
𝑛 𝐹𝑒 2+ = 0.5 𝑀 ∙ 1 × 10−3 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑛 𝐹𝑒 2+ = 5 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
c) Jari-jari kolom
1 1
× 𝑑 = × 1.5 𝑐𝑚 = 0.75 𝑐𝑚
2 2
d) Volume alumina (Al2O3)
𝑉𝐴𝑙2𝑂3 = 𝜋 × 𝑟 2 × 𝑡
𝑉𝐴𝑙2𝑂3 = 3.14 × (0.75)2 × 3 × 10−3
𝑉𝐴𝑙2𝑂3 = 5.298 × 10−3 𝐿
e) Konsentrasi fasa diam
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑎
𝐶𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚 = 𝑀𝑟 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑎
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑎
3 𝑔𝑟𝑎𝑚
⁄102 𝑔𝑟𝑎𝑚 ∙ 𝑚𝑜𝑙 −1
𝐶𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚 =
5.298 × 10−3 𝐿
𝐶𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚 = 55.514 𝑀 ≈ 55.51 𝑀
f) Konsentrasi fasa gerak
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢2+ + 𝑚𝑜𝑙 𝐹𝑒 2+
𝐶𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 =
𝑉 𝐶𝑢2+ + 𝑉 𝐹𝑒 2+
5 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 + 5 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
𝐶𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 =
1 × 10−3 𝐿 + 1 × 10−3 𝐿
𝐶𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 = 0.5 𝑀
g) Koefisien distribusi
𝐶𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚 55.51 𝑀
𝐾= = = 111.02
𝐶𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 0.5 𝑀
h) Reaksi-reaksi
𝐼𝑜𝑛 ℎ𝑒𝑘𝑠𝑎𝑛𝑜𝑓𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝐼𝐼𝐼) 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑖 (𝐼𝐼) 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑖 (𝐼𝐼𝐼)
𝐹𝑒 2+ (𝑎𝑞) + [𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]3− (𝑎𝑞) → 𝐹𝑒 3+ (𝑎𝑞) + [𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]4− (𝑎𝑞)
𝐼𝑜𝑛 − 𝑖𝑜𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑟𝑢
4𝐹𝑒 3+ (𝑎𝑞) + 3[𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]4− (𝑎𝑞) → 𝐹𝑒4 [𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]3 (𝑠)
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan kromatografi kolom memiliki tujuan yaitu mahasiswa dapat
memisahkan campuran dengan metode kromatografi kolom. Alat yang digunakan adalah
statif sebagai media meletakkan pipet pasteur, klem untuk mengaitkan pipet pasteur ke
statif, pipet tetes untuk alat bantu mengambil campuran, gelas ukur untuk mengukur
banyaknya larutan, beaker glass untuk menampung larutan, corong, corong, kolom atau
pipet pasteur, dan neraca analitik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alumina,
larutan CuSO4 0.5 M, akuades, larutan Fe (NH4)(SO4)2 0.5 M, kapas, dan larutan
K4[Fe(CN)6].
Kation yang dipisahkan adalah ion tembaga (III) Cu2+ pada larutan cuplikan
(larutan CuSO4 ditambah [Fe(NH4)(SO4)2]). Larutan CuSO4 berwarna biru jernih
sedangkan larutan Fe(NH4)(SO4)2 berwarna kuning jernih. Saat kedua larutan dicampur
akan berwarna hijau. Praktikum ini menggunakan prinsip yaitu memisahkan komponen
secara selektif berdasar sifat fisik adsorben dengan fasa diamnya berupa alumina yang
mengisi kolom dan fasa geraknya adalah CuSO4 dan Fe(NH4)(SO4)2 dengan perbandingan
1:1.
Disajikan 3 video percobaan. Percobaan pertama adalah membuat larutan cuplikan
yaitu dengan mereaksikan dengan 1 mL larutan CuSO4 0.5 M dan 1 ml larutan
Fe(NH4)(SO4)2 0.5 Msehingga didapat perbandingannya adalah 1:1. Dari data ini dapat
diketahui volume dan konsentrasinya sehingga mol Cu2+ dan Fe2+ dapat dicari dengan
rumus 𝑛 = 𝐶 × 𝑉 didapatkan hasilnya adalah 5 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 Cu2+ dan 5 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 Fe2+.
Percobaan selanjutnya adalah membuat kolom. Kolom yang digunakan adalah
pipet pasteur. Kemudian menggunakan kapas untuk menghambat fasa diam (alumina) agar
tidak ikut keluar bersama eluen. Tidak hanya untuk menghambat fasa diam namun juga
sebagai pemisah. Setelah itu digunakan akuades untuk mengeluarkan udara pada kapas.
Pada kolom, alumina 3 gram dilarutkan dengan akuades sampai menjadi bubur. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
𝐴𝑙2 𝑂3 (𝑠) + 𝐻2 𝑂 (𝑙) → 2𝐴𝑙(𝑂𝐻)3 (𝑠)
Adonan bubur yang telah terbentuk dimasukkan kedalam kolom yang sudah diberi kapas.
Fasa diam (adsorben) ini nantinya akan menjadi padat. Di sisi lain diameter kolom diukur
dan tinggi alumina didapat data diameter kolom adalah 1.5 cm dan tinggi alumina adalah
3 cm. Dari data ini dapat dihitung volume Al2O3 dengan rumus 𝜋𝑟 2 𝑡 dam didapat
5.298 × 10−3 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟.
Percobaan terakhir adalah pemisahan campuran, yaitu larutan cuplikan dimasukkan
padatan kolom dengan fasa gerak akuades. Cuplikan ditampung dengan menggunakan
gelas beaker. Cuplikan ini diuji dengan larutan K4(Fe(CN)6) berwarna kuning setelah
diteteskan larutan menjadi berendapan dengan warna biru tua, artinya adalah ion yang
keluar terlebih dahulu adalah Fe3+ dengan warna biru tua dan persamaan reaksi sebagai
berikut :
4𝐹𝑒 3+ (𝑎𝑞) + 3[𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]4− (𝑎𝑞) → 𝐹𝑒4 [𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]3 (𝑠)
Setelah itu dihitunglah koefisien distribusi adalah suatu kesetimbangan dinamis
antara komponen yang teradsorpsi pada fase diam dengan komponen yang terlarut dalam
fase gerak. Konsentrasi fasa diam dihitung dengan rumus 𝑀 = 𝑛⁄𝑉 , didapat 55.51 M.
𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑢2+ +𝑚𝑜𝑙 𝐹𝑒 2+
Sedangkan konsentrasi fasa gerak menggunakan rumus M= , didapat 0.5
𝑉 𝐶𝑢2+ +𝑉 𝐹𝑒 2+
M. Dari perhitungan juga didapat nilai koefisien distribusi sebesar 111.02.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan kromatografi kolom dapat disimpulkan bahwa kation yang turun
pertama adalah Fe3+ yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna biru tua dengan
persamaan reaksi 4𝐹𝑒 3+ (𝑎𝑞) + 3[𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]4− (𝑎𝑞) → 𝐹𝑒4 [𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]3 (𝑠) , sedangkan
kation yang masih terikat pada alumina adalah Cu2+. Alumina sebagai fasa diam, Cu2+
dalam CuSO4 dan Fe3+ dalam Fe(NH4)(SO4)2 berperan sebagai fasa gerak. Besar koefisien
distribusi adalah 111.02.

I. JAWABAN TUGAS
1. Banyaknya mol kation Cu (II) dan Fe (III) dalam larutan cuplikan
a) Mol Cu2+ dalam CuSO4
𝑛 𝐶𝑢2+ = 𝑀 𝐶𝑢2+ ∙ 𝑉 𝐶𝑢2+
𝑛 𝐶𝑢2+ = 0.5 𝑀 ∙ 1 × 10−3 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑛 𝐶𝑢2+ = 5 × 10−3 𝑚𝑜𝑙
b) Mol Fe2+ dalam Fe (NH4)(SO4)2
𝑛 𝐹𝑒 2+ = 𝑀 𝐹𝑒 2+ ∙ 𝑉 𝐹𝑒 2+
𝑛 𝐹𝑒 2+ = 0.5 𝑀 ∙ 1 × 10−3 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑛 𝐹𝑒 2+ = 5 × 10−4 𝑚𝑜𝑙
2. Kation yang terdapat dalam gelas beaker adalah Fe3+ dapat ditandai dengan adanya
perubahan larutan saat ditetesi dengan K4[Fe(CN)6] berwarna kuning, larutan hijau
berubah menjadi endapan biru tua. Persamaan reaksinya adalah
4𝐹𝑒 3+ (𝑎𝑞) + 3[𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]4− (𝑎𝑞) → 𝐹𝑒4 [𝐹𝑒(𝐶𝑁)6 ]3 (𝑠)

J. DAFTAR PUSTAKA
Alimin. (2007). Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Hargono, D. (1986). Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Khopkar, S. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty.
Sudjadi. (1986). Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM.

Anda mungkin juga menyukai