Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

METODE PEMISAHAN KIMIA


PERCOBAAN KE-V
KROMATOGRAFI KOLOM

Disusun Oleh :
Nama Praktikan : Mira Rustanti
NIM : 19303241037
Kelas : Pendidikan Kimia C

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan, praktikan dapat memisahkan campuran kation dengan
kromatografi kolom.

B. DASAR TEORI
Kromatografi adalah metode pemisahan yang terdiri atas dua fasa, yaitu fasa diam dan
fasa gerak. Pada proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan molekul-
molekul komponen untuk larut di dalam cairan, menempel pada permukaan padatan
halus, bereaksi secara kimia, serta terekslusi pada pori-pori fasa diam. Komponen yang
dipisahkan harus memenuhi syarat larut pada fasa gerak dan memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan fasa diam dengan metode melarut di dalamnya, kemudian teradsorpsi
atau bereaksi secara kimia. Pemisahan didasarkan pada adanya perbedaan migrasi zat-zat
penyusun sampel. Berdasarkan beberapa hal, metode kromatografi memiliki kemiripan
dengan metode ekstraksi. Contohnya adalah pada kedua metode sama-sama
menggunakan dua fasa, dimana salah satu fasa akan bergerak terhadap fasa yang lain dan
kesetimbangan solute selalu terjadi di antara kedua fasa [CITATION Ali07 \l 1033 ].
Berdasarkan pada fasa geraknya, kromatografi terdiri dari kromatografi cair dan
kromatografi gas. Sementara itu berdasarkan pasangan fasa gerak dan fasa diamnya
kromatografi terdiri dari a.) kromatografi gas-padat (KGP), b.) kromatografi gas-cair
(KGC), c.) kromatografi cair-padat (KCP), d.) kromatografi cair-cair (KCC). Kemudian
berdasarkan mekanisme pemisahannya kromatografi terdiri dari 4 macam jenis yaitu
kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi, kromatgrafi penukar ion, dan kromatografi
ekslusi [ CITATION Soe052 \l 1033 ].
Kromatografi kolom adalah jenis kromatografi yang paling awal ditemukan. Apabila
dilihat dari mekanismenya kromatografi kolom termasuk ke dalam kromatografi adsorpsi
(serapan). Kromatografi kolom digolongkan ke dalam kromatografi cair-padat (KCP).
Pada proses kromatografi kolom sederhana, peralatan utama yang digunakan berupa
Erlenmeyer sebagai tempat penampung eluen. Kolom dari pipa kaca ukuran bervariasi,
pada umumnya ukuran panjang kolom minimal 10 kali diameter pipa kaca yang
digunakan. Pada kolom dilengkapi dengan kran untuk mengatur aliran pelarut. Pada
bagian atas kran diberi wol kaca (glass wool) yang berfungsi untuk menahan fasa diam
[ CITATION Soe052 \l 1033 ].
Prinsip pemisahan kromatografi kolom sebagian besar didasarkan pada afinitas
kepolaran analit dengan fasa diam, di sisi lain fasa gerak selalu mempunyai kepolaran
berbeda dengan fasa diam. Kromatografi kolom biasanya menggunakan fasa diam yang
mempunyai sifat polar dengan fasa gerak yang non-polar, dengan demikian waktu yang
dibutuhkan untuk retensi akan lebih singkat. Waktu yang dibutuhkan untuk bergerak pada
kolom akan semakin singkat apabila pergerakan fasa geraknya semakin cepat. Untuk
meningkatkan laju aliran kolom dapat dilakukan dengan cara memperluas aliran eluen di
dalam kolom tersebut yaitu dengan mengisi fasa diam pada bagian bawah atau
menguranginya dengan mengontrol kran. Bagian kolom dapat diisi dengan bahan seperti
alumina, silika gel, atau pati yang dicampur dengan adsorben. Larutan sampel selanjutnya
ditambhakan ke dalam kolom ditambahkan ke dalam kolom dari atas, untuk kemudian
akan diadsorbsi oleh adsorben. Selanjutnya fasa gerak (pelarut) ditambahkan tetes demi
tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut terjadi pada pelarut yang turun ke bawah (fasa
gerak) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa diam). Selama proses turun ke
bawah, zat terlarut akan mengalami proses adsorbsi serta partisi yang berulang-ulang.
Laju penurunan akan berbeda-beda untuk setiap zat terlarut dan bergantung pada
koefisien partisi masing-masing zat terlarut [ CITATION Sas05 \l 1033 ].
Pada proses kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan ditempatkan berupa
pita di bagian atas kolom, penjerap yang ada di dalam tabung kaca, tabung logam,
maupun tabung plastik. Pelarut (fasa gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom karena
aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa
pelarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, kemudian
dikumpulkan dalam bentuk fraksi ketika keluar dari bagian atas kolom [ CITATION Sud86 \l
1033 ].
Fasa diam yang merupakan adsorben tidak boleh larut dalam fasa gerak, ukuran fasa
diam harus seragam. Zat pengotor yang ada di dalam fasa diam dapat menyebabkan
adsorpsi tidak reversible. Senyawa yang dapat digunakan sebagai fasa diam diantaranya
adalah alumina, arang, silika gel, bauksit, kalsium karbonat, magnesium karbonat,
selulosa, gula, dan lain-lain. Dalam metode basah, fasa diam harus diubah menjadi bubur
lumpur (slurry) terlebih dahulu menggunakan pelarut yang akan digunakan sebagai fasa
gerak, selanjutnya baru dimasukkan ke dalam kolom. Fasa gerak pada kromatografi
kolom dapat berupa pelarut tunggal maupun campuran dua atau lebih dengan komposisi
tertentu. Pelarut yang digunakan dapat berupa pelarut polar dan non-polar. Akan tetapi
pada umunya adalah senyawa non-polar [ CITATION Soe052 \l 1033 ].
Kecepatan migrasi solute melewati fasa diam ditentukan oleh perbandingan
distribusinya (D), sementara itu nilai D ditentukan oleh afinitas relative solute pada kedua
fasa (fasa gerak dan fasa diam). Pada kromatografi, nilai D adalah perbandingan
konsentrasi solute dalam fasa diam (Cs) dan konsentrasi solute dalam fasa gerak (Cm).
Apabila nilai D semakin besar, artinya migrasi solute semakin lambat, begitu pula apabila
nilai D semakin kecil, maka migrasi solute semakin cepat. Solute akan terelusi
berdasarkan perbandingan distribusinya. Apabila perbedaan distribusi antar solute
menunjukkan nilai yang besar, maka campuran-campuran solute akan mudah dan cepat
dipisahkan ([ CITATION Roh09 \l 1033 ].

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Pipet tetes
2. Gelas kimia 100 mL
3. Corong
4. Statif dan klem
5. Neraca
6. Kaca arloji
7. Batang pengaduk

Rangkaian alat :
Bahan :
1. Alumina
2. Larutan CuSO4 0,5 M
3. Larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,5 M
4. Larutan K4[Fe(CN)6]
5. Akuades
6. Kapas/glasswool

D. CARA KERJA
1. Pembuatan kolom

Menimbang 3 gram alumina.

Mencampur alumina dengan akuades hingga diperoleh bubur alumina.

Memasukkan bubur alumina ke dalam pipet tetes yang telah diberi kapas.

Mengeluarkan cairan dari kolom hingga alumina menjadi padat.

2. Pembuatan larutan cuplikan

Mencampurkan larutan CuSO4 0,5 M dan larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,5 M dengan


perbandingan volume 1:1.

Mengamati warna campuran.

3. Pemisahan campuran

Memasukkan larutan cuplikan ke dalam kolom yang mengandung fasa diam


(alumina).

Mengaluarkan larutan cuplikan dan menampungnya.


Mengamati perubahan yang terjadi pada fasa diam.

Mengambil 5 mL larutan K4[Fe(CN)6] kemudian menuangnya ke dalam larutan hasil


tampungan dari kolom.

Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.

E. DATA PENGAMATAN

No. Data Hasil Pengamatan


1 Massa alumina 3 gram
2 Tinggi alumina 5 cm
3 Molaritas larutan CuSO4 0,5 M
4 Volume Cu2+ dalam larutan CuSO4 1 mL = 1 x 10-3 L
5 Molaritas larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,5 M
6 Volume Fe3+ dalam larutan Fe(NH4)(SO4)2 1 mL = 1 x 10-3 L
7 Diameter kolom 1,5 cm
8 Jari-jari kolom 0,75 cm
9 Warna larutan CuSO4 0,5 M Biru
10 Warna larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,5 M Kuning jernih
Warna larutan CuSO4 0,5 M + larutan Fe(NH4)
11 Biru kehijauan
(SO4)2 0,5 M
12 Warna larutan K4[Fe(CN)6] Kuning
Larutan biru kehijauan
13 Warna larutan K4[Fe(CN)6] + larutan cuplikan
dengan endapan biru tua

F. PERHITUNGAN DAN REAKSI YANG TERJADI


Perhitungan
1. Mol Cu2+ dalam larutan CuSO4
n = M Cu2+ . V Cu2+
= 0,5 M . 1 x 10-3 L
= 0,5 x 10-3 mol

2. Mol Fe3+ dalam larutan Fe(NH4)(SO4)2


n = M Fe3+ . V Fe3+
= 0,5 M . 1 x 10-3 L
= 0,5 x 10-3 mol
3. Volume alumina (Al2O3)
V = π . r2 . t
= 3,14 . (0,75 cm)2 . 5 cm
= 8,83125 cm3
= 8,83125 x 10-3 L

4. Konsentrasi fasa diam (alumina)


massa Al 2 O3
Cs = Mr Al 2O 3
Volume Al 2O 3
3 gram
= 102 gram/mol
8,83125 x 10−3 L
= 3,33 M

5. Konsentrasi fasa gerak (Cu2+ dalam CuSO4 dan Fe3+ dalam Fe(NH4)(SO4)2)
Cm = ¿¿
0,5 .10−3 mol +0,5 .10−3 mol
=
1. 10−3 L+1. 10−3 L
1. 10−3 mol
=
2 .10−3 L
= 0,5 M

6. Konsentrasi distribusi
Cs
K =
Cm
3,33 M
=
0,5 M
= 6,66
Reaksi
Reaksi yang terjadi pada percobaan adalah :
2Cu2+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → Cu2[Fe(CN)6](s)
4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6]4-(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3(s)

G. PEMBAHASAN
Pada hari Kamis, 1 April 2021 telah dilakukan praktikum untuk percobaan
kromatografi kolom secara virtual dengan mengamati video. Praktikum dilakukan dengan
tujuan agar setelah melakukan percobaan, praktikan dapat memisahkan campuran kation
dengan kromatografi kolom. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum diantaranya
adalah pipet tetes, gelas kimia 100 mL, corong, statif, klem, neraca, kaca arloji, dan
batang pengaduk. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah alumina, larutan
CuSO4, larutan Fe(NH4)(SO4)2, larutan K4[Fe(CN)6], glasswool (kapas), dan akuades.
Percobaan kromatografi kolom termasuk ke dalam kromatografi adsorpsi (serapan)
apabila dilihat dari mekanismenya. Kromatografi kolom terdiri dari fasa diam dan fasa
gerak, dan apabila dilihat dari pasangan fasanya maka kromatografi kolom ini tergolong
ke dalam kromatografi cair-padat (KCP). Pada percobaan, bahan yang bertindak sebagai
fasa diam adalah alumina (Al2O3) sedangkan fasa geraknya adalah larutan cuplikan yang
merupakan campuran larutan CuSO4 dan larutan Fe(NH4)(SO4)2.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan adalah membuat kolom dengan cara
menimbang alumina sebanyak 3 gram terlebih dahulu, kemudian mencampur alumina
dengan akuades hingga diperoleh bubur alumina. Bubur alumina tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam pipet tetes yang telah diberi kapas. Pada percobaan digunakan
kapas (glasswool) karena berfungsi untuk menahan fasa diam (alumina) di dalam kolom,
sedangkan penggunaan pipet tetes besar pada praktikum berguna untuk mempercepat
waktu kromatografi dibandingkan dengan pipet Pasteur. Selanjutnya cairan yang ada pada
bubur alumina dikeluarkan dengan membuka kran pada pipet tetes. Cairan yang
dikeluarkan tersebut adalah akuades, akuades dikeluarkan agar alumina menjadi padat
dan dapat berfungsi sebagai fasa diam di dalam kolom, selain itu juga berfungsi
membasahi kapas agar tidak ada lagi udara di dalamnya. Langkah yang kedua adalah
membuat larutan cuplikan, yaitu dengan mencampurkan larutan CuSO4 0,5 M dan larutan
Fe(NH4)(SO4)2 0,5 M dengan perbandingan 1:1 (1 mL : 1 mL). Larutan CuSO 4 berwarna
biru sedangkan larutan Fe(NH4)(SO4)2 berwarna kuning jernih, setelah keduanya
dicampurkan menjadi berwarna biru kehijauan.
Langkah ketiga pada percobaan adalah memisahkan campuran, caranya adalah
memasukkan larutan cuplikan ke dalam kolom yang mengandung fasa diam (alumina).
Larutan cuplikan tersebut mengandung ion Cu2+ dan ion Fe3+ yang akan dipisahkan dari
campurannya. Larutan tersebut juga berfungsi sebagai fasa gerak dalam percobaan yang
kemudian dialirkan melalui kran pada pipet dan keluar dari kolom. Aliran dari larutan
cuplikan tersebut merupakan filtrat yang selanjutnya ditampung pada gelas kimia.
Selanjutnya mengamati perubahan yang terjadi pada fasa diam (alumina). Pada fasa diam
(alumina) bagian bawah tampak sedikit terbentuk pita-pita yang menandakan adanya
komponen-komponen yang terpisah dari campurannya. Kemudian mengambil 5 mL
larutan K4[Fe(CN)6] dan menuangnya ke dalam larutan hasil tampungan dari kolom
(filtrat). Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi dan diperoleh
data bahwa larutan berwarna biru kehijauan dan endapan yang berwarna biru tua di
permukaannya.
Pada proses pemisahan campuran, fasa gerak (larutan cuplikan) yang mengalir
sepanjang kolom akan membawa campuran komponen ke bawah. Selanjutnya akan
terjadi kesetimbangan dinamis antara komponen yang teradsorpsi pada fasa diam
(alumina) dengan komponen yang terlarut dalam fasa gerak (larutan cuplikan) selama
fasa gerak mengalir ke bawah. Tetapan kesetimbangan dinamis yang terjadi tersebut
merupakan koefisien distribusi, yaitu :
Cs
K = ; dimana K : koefisisien distribusi, Cs : konsentrasi komponen dalam fasa
Cm
diam, dan Cm : konsentrasi komponen dalam fasa gerak. Dari percobaan yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa massa alumina (fasa diam) adalah 3 gram, tinggi
alumina pada kolom adalah 5 cm, jari-jari kolom adalah 0,75 cm. Sehingga dapat dihitung
volumenya menggunakan rumus V = π . r2 . t dan hasilnya adalah 8,83125 x 10-3 L.
Setelah diketahui volume komponen fasa diam (alumina) dapat dihitung konsentrasinya
massa Al 2 O3
menggunakan rumus Cs = Mr Al 2O 3 dan diperoleh hasil 3,33 M. Sementara itu
Volume Al 2O 3
konsentrasi komponen dalam fasa gerak adalah konsentrasi dari Cu2+ dalam CuSO4 dan
Fe3+ dalam Fe(NH4)(SO4)2 yang dapat dihitung menggunakan rumus Cm = ¿ ¿ dan
hasilnya adalah 0,5 M. Jadi, hasil koefisien distribusi pada percobaan kromatografi kolom
tersebut adalah 6,66 M.
Hasil koefisien distribusi pada setiap komponen berbeda-beda, sehingga kecepatan
migrasinya juga berbeda. Akibatnya terjadilah pemisahan komponen-komponen dari
campurannya. Komponen yang terpisah akan terperangkap pada fasa diam dan
membentuk seperti pita-pita, dan komponen yang lain akan turun ke bawah keluar dari
kolom. Komponen tersebut adalah filtrat yang kemudian ditampung dan akan
diidentifikasi. Pada percobaan filtrat yang turun dari kolom warnanya biru kehijauan,
filtrat tersebut kemudian diidentifikasi dengan menambahkan larutan K 4[Fe(CN)6]
sebanyak 5 mL. Larutan tersebut akan bereaksi dengan kation pada filtrat yang pertama
kali turun yang ditandai dengan adanya perubahan warna. Kation yang pertama kali turun
menandakan bahwa ikatannya pada adsorben lemah dan akan turun ke bawah lalu masuk
ke gelas penampung, sehingga akan bereaksi dengan larutan K4[Fe(CN)6]. Hasil
percobaan menandakan bahwa terjadi perubahan larutan biru kehijauan dan terdapat
endapan biru tua. Hal tersebut menandakan bahwa kation yang pertama kali turun adalah
ion Fe3+, sedangkan ion Cu2+ masih terikat pada adsorben (fasa diam). Sehingga
percobaan tersebut tidak sesuai dengan teori yang seharusnya turun pertama kali adalah
ion Cu2+ karena Cu memiliki afinitas yang lebih kecil sehingga berpengaruh pada
migrasinya dan bereaksi dengan larutan K4[Fe(CN)6] yang menghasilkan warna
kecoklatan. Pada percobaan tersebut reaksi yang terjadi adalah :
2Cu2+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → Cu2[Fe(CN)6](s)
4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6]4-(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3(s)

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan kromatografi kolom yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kation yang turun pertama kali dari kolom adalah Fe 3+ yang ditandai dengan
adanya endapan biru tua dan larutan biru kehijauan setelah diidentifikasi dengan larutan
K4[Fe(CN)6], sedangkan kation yang terikat pada adsorben adalah Cu 2+. Selanjutnya dari
perhitungan yang telah dilakukan diperoleh koefisien distribusi sebesar 6,66.

I. JAWABAN TUGAS
1. Hitung banyaknya (mol) kation Cu(II) dan Fe(III) dalam larutan cuplikan.
Jawab :
 Mol Cu2+ dalam larutan CuSO4
n = M Cu2+ . V Cu2+
= 0,5 M . 1 x 10-3 L
= 0,5 x 10-3 mol
 Mol Fe3+ dalam larutan Fe(NH4)(SO4)2
n = M Fe3+ . V Fe3+
= 0,5 M . 1 x 10-3 L
= 0,5 x 10-3 mol
2. Kation apakah yang terdapat dalam tabung reaksi penampung? Jelaskan berdasarkan
perubahan fisis yang terjadi! Tulis reaksi kimia yang terjadi.
Jawab :
Kation yang terdapat dalam tabung reaksi penampung adalah Fe3+ yang
ditandai dengan perubahan larutan menjadi biru kehijauan dengan endapan biru tua
setelah ditambahkan larutan K4[Fe(CN)6]. Reaksi yang terjadi adalah :
2Cu2+(aq) + [Fe(CN)6]4-(aq) → Cu2[Fe(CN)6](s)
4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6]4-(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3(s)

J. DAFTAR PUSTAKA

Alimin. 2007. Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.


Rohman, A. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Elphra Ilmu.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Soebagio, D., & dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sudjadi, D. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai