TINJAUAN PUSTAKA
metode yang berbeda, dimana tes klasik modifikasi propertiesis kimia hanya satu,
dan yang agak tidak bisa diandalkan pada saat itu: semua reaksi yang Konstans
keseimbangan, dan uji kimia sering hanya investigasi nilai relatif dari konstanta
hampir dari ion perak hadir sebagai kompleks [Ag(NH3)2]+, dan penambahan
Iodida perak jauh lebih sedikit larut dari perak klorida, nilai-nilai untuk produk
kelarutan keduanya menjadi 10-16 dan 10-10, sehingga percobaan ini menunjukkan
Apakah cukup besar untuk perak klorida akan larut dalam larutan jenuh perak
elektroda) memberikan bukti yang lebih nyata serta, dalam keadaan yang baik
(Alan, 1992).
Interaksi ligan reseptor adalah langkah pertama untuk proses dasar dari
proses pengikatan. Simulasi yang melengkapi teori dan eksperimen ini dengan
2004).
dengan melakukan dinamika molekul (MD) simulasi 300 ps pada adenilat kinase
struktur sekunder dan penutupan domain, dan dengan demikian gerakan sesuai
diinduksi enzim. Mereka juga menyimpulkan bahwa hasil yang dapat diandalkan
dicapai hanya jika air dimasukkan secara eksplisit dalam simulasi (Chau, 2004).
pemendekan dari dua obligasi M-L trans. Hal ini mengurangi kelompok simetri
titik ideal dari Oh ke DΔh atau CΔt. Dalam kedua kasus, sumbu rotasi utama sesuai
dengan arah distorsi. Oleh karena itu, yang didefinisikan sebagai sumbu z.
kompleks (misalnya, CrII) juga dua kali lipat merosot di tingkat eg, dan
terdistorsi, dengan empat Cr-F panjang ikatan 200 pm dan dua dari 243 pm.
Kromium(II)klorida memiliki struktur yang sangat berbeda, tapi sekali lagi pada
nondegenerasi untuk d1. Ion logam dengan tiga elektron d telah nondegenerasi
pada keadaan dasar. Dan karena itu membentuk kompleks oktahedral reguler
(James, 1993).
Valensi ion pusat dan jenis logam transisi berpengaruh pulah pada ∆ untuk
ion-ion divalaen dalam satu seri logam transisi, ∆ tidak begitu berubah. Untuk ion
Untuk ion dengan valensi sama, ∆ akan bertambah ~ 30% dari ion logam transisi
pertama (3d) ke ion logam transisi kedua (4d) dan naik lagi ~ 30% ke ion logam
ligand. Untuk ligand yang kekuatan medannya besar atau strong ligand field,
elektron akan mengisi penuh energi yang rendah sebelum mengisi orbital yang
Pada medan ligand yang lemah atau weak ligand field, elektron-elektron
akan mengisi kelima orbital d tanpa berpasangan lebih dahulu. Hal ini disebabkan
karena perbedaan energi orbital t2g dan eg sangat kecil. Memang elektron keempat
dapat mengisi orbital eg yang energinya lebih tinggi atau dapat berpasangan
Untuk ini keduanya memerlukan energi, sebab yang satu orbital yang akan
diisi energinya lebih tinggi sedangkan yang lain elektron akan saling tolak-
menolak. Namun, demikian pada medan yang lemah, energi untuk mengisi orbital
eg lebih rendah daripada energi untuk berpasangan dengan elektron di orbital t2g
(sukardjo, 1992).
sederhana dari suatu garam rangkap adalh pembentukan feroamonium sulfat dan
sesuai, kristal dari yang keduanya tidak nampak terpisah. Mereka membentuk satu
kristal tunggal. Itu menggambarkan bahwa dua molekul terpisah telah bergabung
membentuk satu molekul tunggal. Dalam kejadian seperti ini kalium ferosianida,
molekul ferosianida dan kalium sianida telah bergabung membentuk satu molekul
tunggal. Tetapi pada dua kejadian ini sesungguhnya berbeda. Suatu larutan
feroamonium sulfat mengandung ion fero sebanyak ion sulfat, dan kehadiran
mereka di dalam larutan mudah dapat diuji dalam reaksi. Tetapi suatu larutan
kalium ferosianida tidak dapat dilakukan uji kualitatif terhadap ion fero atau ion
sianida yang ada dalam larutan, tetapi memberikan suatu ion baru ferosianida. Ion
ferosianida kompleks Fe(CN)6-4 dapat terurai membentuk ion fero (Sjahrul, 2010)
Pembentukan ion kompleks ini memberikan suatu sifat fisika dan kimia
yang baru terhadap zat. Pada kejadian garam rangkap, peruraian menjadi ion
mula-mula hampir sempurna terjadi, karena itulah sifat kimia tidak mengalami
METODE PERCOBAAN
NH4OH 1 M, larutan CuSO4 0,1 M, tissu roll, kertas label dan sabun cair.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet volume 10 mL,
pipet skala, pipet volume 25 mL, gelas kimia 100 mL, labu ukur 50 mL 6 buah,
bulb, pipet tetes, botol semprot, seperangkat alat spektronik 20D+, lap halus, lap
mL larutan ion Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 50 mL dengan menggunakan pipet
volume untuk membuat larutan ion Cu2+ 0,02 M. Setelah itu, diencerkan dengan
menambahkan akuades sampai tanda garis batas pada labu ukur. Kemudian
b. Larutan ion Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air : NH4OH 1 M
larutan ion Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 50 mL dengan menggunakan pipet
volume untuk membuat larutan ion Cu2+ 0,02 M. kemudain ditambahkan NH4OH
dengan menambahkan akuades sampai tanda garis batas pada labu ukur.
c. Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1 M
larutan ion Cu2+ 0,1 M ke dalam labu ukur 50 mL dengan menggunakan pipet
volume untuk membuat larutan ion Cu2+ 0,02 M. kemudain ditambahkan NH4OH
diencerkan dengan menambahkan akuades sampai tanda garis batas pada labu
blangko.
BAB IV
1 550 0,031
2 560 0,026
3 570 0,031
4 580 0,034
5 590 0,039
6 600 0,048
7 610 0,055
8 620 0,068
9 630 0,081
10 640 0,099
1 550 0,494
2 560 0,508
3 570 0,518
4 580 0,526
5 590 0,528
No λ (nm) Akuades : NH4OH (1:1)
6 600 0,530
7 610 0,528
8 620 0,524
9 630 0,518
10 640 0,512
1 550 0,472
2 560 0,494
3 570 0,504
4 580 0,514
5 590 0,516
6 600 0,518
7 610 0,516
8 620 0,512
9 630 0,504
10 640 0,496
4.2 Reaksi
4.3 Perhitungan
M1.V1 = M2.V2
0,1 M x 20 mL = 0,02 M x V2
2 mmol
V2 =
0,02 mL
V2 = 100 mL
Air = x 50 mL = 25 mL
NH4OH = x 50 mL = 25 mL
Air = x 50 mL = 37,5 mL
NH4OH = x 50 mL = 12,5 mL
0.2
0.15 y = 0.000x + 0.025
0.1 R² = 0.455
0.05
0
720 740 760 780 800 820 840 860 880
Panjang gelombang
1.2
1
0.8
0.6
0.4 y = 0.002x - 0.131
0.2 R² = 0.085
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Panjang gelombang
4.4.3 Larutan Cu2+ dalam campuran 3:1 akuades dan NH4OH
1.5
4.5 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan bahan atau sampel yaitu CuSO4 0,1 M dan
NH4OH 1 M, dimana CuSO4 0,1 M yang berfungsi sebagai bahan utama sekaligus
sebagai pusat ligan yang nantinya akan berikatan dengan amin dari NH4OH 1 M.
langkahnya. Langkah awal yaitu dengan disiapkan 6 buah labu ukur dengan
volume 50 mL. Keenam labu tersebut dibagi dalam 2 kelompok kecil. Masing-
dengan air sampai tanda batas untuk labu pertama, labu kedua dengan
perbandingan 1:1 antara air dengan NH4OH 1 M yang telah diisi dengan larutan
antara air dan NH4OH 1 M yaitu dengan menambahkan 12,5 mL ke dalam labu
yang berisi larutan Cu2+ 0,02 M 10 mL. Dua dari 6 labu ukur yang telah diisi
ukur, 1:1) dan volume 12,5 mL (untuk 2 labu ukur, 3:1) kemudian dihomogenkan
antara 550-640 nm untuk Cu2+ 0,02 M dalam akuades, untuk Cu2+ 0,02 M dalam
campuran 1:1 dan 3:1 antara air dengan NH4OH 1 M dengan interval 10 nm.
Pada larutan pertama, kedua dan ketiga diperoleh panjang gelombang maksimal
yaitu 640 nm, 600 nm dan 600 nm, sementara nilai absorbansinya masing-masing
adalah 0,099; 0,530; dan 0,518. Jadi teori yang menyatakan bahwa semakin kuat
ligan maka akan didapat panjang gelombang maksimum sesuai dengan apa yang
lebih mendekati bening, sementara pada perpandingan 1:1 yaitu berwarna biru
tua sedangkan pada perbandingan 3:1 berwarna biru. Perbedaan warna ini
disebabkan karena perbedaan volume dari NH4OH akibat dari pengenceran yang
dan dilihat melalui gambar kurva yang terbentuk. Selain itu, dari percobaan ini
dapat pula diketahui bahwa warna dari larutan juga dapat mempengaruhi panjang
gelombang. Semakin pekat warna dari larutan, maka larutan tersebut akan
5.1. Kesimpulan
untuk larutan Cu2+ 0,02 M dalam akuades adalah 640 nm, untuk larutan Cu2+ 0,02
M dalam campuran 1:1 dan 3: 1 antara akuades dengan NH4OH adalah 600 nm
Kuat medan ligan amin lebih besar daripada kuat medan ligan air.
5.2. Saran
sifatnya dapat menyimpan energi listrik seperti pembangkit listrik tenaga surya,
Sebaiknya bukan hanya ligan amin-air saja yang diuji tetapi ligan-ligan
Chan, P. L., 2004, Water Movement During Unbinding from Reseptor Site,
Biophysical journal, (87), (http://www.biophysj.cl), diakses 24
September 2011, pukul 09.25 WITA.
Asisten Praktikan
- dipipet sebanyak 10 mL
- dicatat
Data
2. Membuat larutan ion Cu2+ 0,02 M dengan campuran 1:1 antara akuades
dengan NH4OH 1 M
- dipipet sebanyak 10 mL
- dicatat
Data
1. Membuat larutan ion Cu2+ 0,02 M dengan campuran 3:1 antara akuades
dengan NH4OH 1 M
- dipipet sebanyak 10 mL
- dicatat
Data
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK
NAMA : SYARIFUDDIN
NIM : H311 09 002
KELOMPOK/REGU : I (SATU)/ 2 (DUA)
HARI/TGL. PERC. : SENIN, 26 SEPTEMBER 20111
ASISTEN : TRI WIDAYATI PUTRI
PENDAHULUAN
Reaksi kimia yang sering terjadi bukan hanya membentuk ikatan ion dan
logam, tetapi terkadang terbentuk ikatan koordinasi. Ikatan koordinasi ini lebih
Kompleks logam-ligan adalah spesi yang terdiri atas ion pusat (logam
transisi) atau atom yang mengkoordinasi dengan ligan, baik ligan netral maupun
ligan bermuatan. Kompleks sendiri dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu
kompleks netral tidak bermuatan dan kompleks bermuatan, baik positif maupun
negatif.
Berdasarkan teori ikatan valensi, menyatakan bahwa ikatan ion pusat dan
ligan ialah ikatan kovalen koordinasi dengan ligan sebagai pendonor elektron atau
basa lewis dan atom pusat sebagai penerima elektron atau asam lewis.
maksimum dari larutan. Misalnya penentuan kuat medan ligan antara amin dan
air. Efek warna pada suatu larutan merupakan suatu pembantu dalam
larutan.
Berdasarkan uraian diatas, maka pada percobaan ini akan diukur kekuatan
medan ligan amin-air dengan melihat panjang gelombang maksimum dari larutan
sampel. Sehingga kita akan lebih memahami bagaimana teori medan ligan dalam
suatu senyawa kompleks terutama antara ligan amin dan air, serta mampu
Mengetahui dan mengenal perbedaan kekuatan ligan antara air dan amin
pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1M dan campuran 3:1 antara
2. Membandingkan kuat medan antara ligan amin dengan air dari campuran
Prinsip dari percobaan ini adalah larutan Cu2+ (CuSO4) 0,02 M, larutan
campuran Cu2+ 0,1 M 1:1 amin-air, dan larutan campuran Cu2+ 0,1 M 3:1 amin-air