Anda di halaman 1dari 42

PETUNJUK PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK II

OLEH TIM

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2009

DAFTAR ISI
No. Judul Percobaan Halaman 3-9 10-11 12-15 16-17 18-26 27-30 31-32 33-35

1. Kekuatan Ligan Amonia dan Air pada kompleks Ni (II) dan Cu (II) 2. Pengaruh Kekuatan Ligan Terhadap Spektra Kompleks Cu (II) 3. Penentuan bilangan koordinasi Ion Kompleks Dengan metode JOBS 4. Spektra berbagai Ion Logam Transisi 5. Kimia Magnet (Magneto Chemistry) 6. Electrogrowth 7. Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Cu2+ 8. Penentuan daya hantar suatu senyawa

KEKUATAN LIGAN AMONIA DAN AIR PADA KOMPLEKS Ni(II) DAN Cu(II)

Maksud Percobaan : - Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonia dan air Pendahuluan Jika kristal Ni(NO3)2 dilarutkan dalam air maka zat tersebut terionisasi menghasilkan ion kompleks [Ni(H2O)6]2+. Molekul air yang terkoordinasi (disebut ligan) dalam kesetimbangan dinamik dengan molekul air yang tidak terkoordinasi (molekul air yang bebas). Enam molekul air yang terkoordinasi dapat diganti oleh ligan-ligan lain dalam larutan yang dapat terikat lebih kuat. Sebagai contoh penukaran H2O oleh NH3. [Ni(H2O)6]2+ [Ni(H2O)5(NH3)]2+ [Ni(H2O)4(NH3)2]2+ [Ni(H2O)5(NH3)3]2+ [Ni(H2O)2(NH3)4]2+ [Ni(H2O)(NH3)5]2+ [Ni(H2O)5(NH3)]2+ [Ni(H2O)4(NH3)2]2+ [Ni(H2O)3(NH3)3]2+ [Ni(H2O)2(NH3)4]2+ [Ni(H2O) (NH3)5]2+ [Ni(NH3)6]2+

+ + + + + +

NH3 NH3 NH3 NH3 NH3 NH3

Dengan adanya kelebihan NH3 dalam penukaran ini akan menghasilkan ion kompleks [Ni(NH3)6]2+. Perubahan warna larutan kompleks [Ni(H2O)6]2+ dari hijau ke biru menunjukkan adanya perubahan kimia. Warna karakteristik ion nikel dan ion logam transisi lain (ion-ion dengan tingkat elektron d terisi sebagian) diterangkan dengan istilah energi relatif elektron dalam tingkat elektron d yang terisi sebagian. Kelima orbital d (dx2-y2, dz2, dxy, dyz dan dxz) dalam ion logam bentuk gas mempunyai tingkat energi yang sama, karenanya mempunyai kesamaan kemungkinan yang sama untuk mendapatkan elektron dalam kelima orbital tersebut.. Gambar 1 menunjukkan pendekatan teori medan kristal tentang perubahan yang terjadi pada ion logam karena suatu ligan mendekati ion logam untuk membentuk suatu ion kompleks.

dz2

dx2-y2

o Energi
dxy dyz dxz

dxy

dyz

dxz

dz2 dx2-y2

\ Gambar 1. Pemisahan tingkat energi elektron orbital d oleh medan kristal oktahedral

Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan. Interaksi muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan menaikkan energi semua orbital d, tetapi mereka tidak lagi memiliki energi yang sama. Elektron-elektron dalam orbital dz2 dan dx2-y2 akan mengalami interaksi yang lebih besar dengan muatan-muatan ligan yang mendekatinya daripada elektron-elektron dalam orbital dxy , dxz dyz. Pertimbangan simetri juga menghasilkan kesimpulan yang sama terhadap orbital-orbital d lainnya Pola pemisahan tersebut berlaku untuk semua ion kompleks yang terkoordinasi secara oktahedral. o (didefinisikan sebagai 10 Dq) menunjukkan perbedaan energi antara tiga orbital setingkat dxy, dyz, dxz dengan dua orbital setingkat dx2-y2 , dz2. Spektrum oktahedral [Ti(H2O)6]3+ dengan elektron d tunggal dapat ditemukan dalam salah satu orbital dxy, dyz, dxz. Pada absorpsi suatu photon ekivalen energi dengan o, elektron dalam salah satu orbital d dengan energi lebih rendah akan dinaikkan ke orbital d dengan energi lebih tinggi dx2-y2 atau dz2. Suatu harga yang khas untuk o, perbedaan energi antara dua tingkat energi dalam gambar 1 adalah 5,8 x 104 kalori/mol (frekuensi 20.300 cm-1)

20.300 cm 1 =

1 kkal / mol = 58,04 kkal / mol 349,75 cm -1

Ini sesuai dengan radiasi sebesar 6,1 x 1014 Hz atau panjang gelombang 490 nm. Besarnya 10 Dq tersebut dipengaruhi oleh jenis ion logam, bilangan oksidasi dan ligan yang terlibat. Transisi elektrinik dari tingkat energi pertama ke tingkat energi yang lain jatuh pada daerah sinar tampak atau spektrum elektromagnetik. Warna yang nampak adalah komplemen warna cahaya yang diserap, sebagai contoh kompleks [Ti(H2O)6]3+ berwarna violet berarti warna yang diserap adalah

komplemen warna violet yaitu hijau kekuningan. Hubungan antara daerah panjang gelombang yang diabsorbsi dan warna yang nampak ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara daerah panjang gelombang yang diserap dan warna komplemennya (nm) 380 - 435 435 - 480 480 - 490 490 - 500 500 - 560 560 - 580 580 - 595 595 - 650 650 - 780 Warna yang diserap sistem violet (merah kebiruan) biru biru kehijauan hijau kebiruan hijau hijau kekuningan kuning orange merah Warna komplemen hijau kekuningan kuning orange (kuning - merah) merah purple (campuran merah dan biru) violet biru biru kehijauan hijau kebiruan

Ligan yang berbeda berinteraksi secara berbeda dengan orbital-orbital d ion logam pusat. o , merupakan ukuran interaksi yang dapat membedakan komplek-komplek yang berbeda dari ion logam. Sebagai contoh, telah diteliti bahwa o umumnya bertambah menurut urutan Cl- < H2O < NH3 < CN- , ini merupakan ukuran spektrokimia sejumlah ligan. Jika o bertambah, absorpsi maksimum akan memiliki panjang gelombang yang lebih pendek. sesuai dengan bertambahnya energi orbital dxy, dyz atau dxz untuk menaikkannya ke orbital dx2-y2 atau dz2. Makin pendek absorpsi maksimum panjang gelombang, makin besar perbedaan energi antara tingkat energi awal dan akhir. Gambar 2 merupakan rangkuman dari gejala spektroskopik dari konfigurasi [Ar] 3d1 yang ditemukan pada Ti3+. 2D merupakan simbol untuk tingkat energi dari orbital d yang setingkat dengan tidak adanya medan kristal. Bila medan kristal naik, 2D yang setingkat membelah menjadi tiga tingkat 2T yang setingkat dan lebih stabil serta dua tingkat 2E yang setingkat dan kurang stabil. Informasi yang diberikan oleh penyimbulan 2D, 2E dan 2T tidak penting untuk pemahaman spektra. Simbol-simbol tersebut digunakan sebagai nama untuk tingkat energi yang bervariasi. Dalam beberapa penetapan o, perbedaan energi antara tingkat 2T dan 2E sesuai dengan energi yang diinginkan untuk menaikkan konfigurasi [Ar] 3d1 dari tingkat energi 2T

menjadi tingkat energi 2E. Karena o bertambah, pemisahan energi 2T - 2E bertambah. Hal ini mengakibatkan pembagian absorpsi maksimum menjadi panjang gelombang yang lebih pendek.
2

E
2

E untuk 2T Energi 2D
2

Gambar 2. Diagram yang Menunjukkan Tingkat Energi dari Konfigurasi Elektron d1 pada Suatu Kompleks Oktahedral

Diagram energi untuk konfigurasi elektron d8 ditunjukkan oleh Gambar 3.

(Ni2+) dalam kompleks oktahedral

T1g (P)

P
3

T1g (F)

F
3

T2g (F)

Energi
3

A2g (F)

0
Gambar 3. Diagram yang menunjukkan tingkat energi untuk konfigurasi elektron d8 dalam kompleks oktahedral

Tingkat energi 3A2g (F) merupakan tingkat energi yang paling stabil untuk elektron 3d nikel. Dari tingkat energi tersebut akan didapatkan tiga keadaan transisi. Untuk kompleks [Ni(H2O)6]2+ dan [Ni(NH3)6]2+ telah dilaporkan oleh Jorgensen1 : [Ni(H2O)6]2+ 1180 nm 746 nm 395 nm [Ni(NH3)6]2+ 935 nm 572 nm 354 nm Ditandai transisi
3 3 3 3

A2g (F) A2g (F)

T2g (F) T1g (F) T1g (P)

3 3

A2g (F)

Ligan NH3 akan memberikan harga 0 yang lebih besar daripada H2O, ini sesuai dengan gerakan ke kanan dalam Gambar 3. Perbedaan energi tersebut mengakibatkan masing-masing transisi akan dinaikkan dan akan menghasilkan pergeseran ketiga absorbsi nikel ke panjang gelombang yang lebih pendek (E = hc(1/)

A. KOMPLEKS Ni2+ Alat dan Bahan Alat : - Labu ukur 10 ml - Pipet gondok 2 ml, 5 ml dan 10 ml - Gelas beaker 100 ml - Gelas beaker 250 ml - Gelas ukur 25 mL atau 50 mL

4 buah masing-masing 1 buah 2 buah - Spektrofotometer

Bahan : 1) Ni2+ 0,1 M {15 gram Ni(NO3)2.6H2O (berat molekul 290,8) dalam 500 ml larutan. Perlu ditambah 1 tetes HNO3 untuk mencegah hidrolisis ion Ni2+} 2) NH3 pekat. Cara Kerja

1. Siapakan 2 buah gelas beker ukuran 50 mL. 2. Gelas beker I dituangi dengan 10 mL larutan induk Ni2+ 0,1 M (lakukan dengan gelas ukur). Ion Ni2+ dalam larutan ini sebagai [Ni(H2O)6]2+. 3. Gelas beker II dituangi dengan 10 mL larutan induk Ni2+ 0,1 M, 2 mL NH4OH pekat dan 7 mL air. Amati perubahan warna yang terjadi.
1

C. K. Jorgensen, Acta Chem. Scan., Vol. 9, (1957), p. 1362.

4. Amati serapan kedua larutan tersebut dengan spektrofotometer yang dapat mengabsorbsi panjang gelombang antara 300 - 900 nm. 5. Bandingkan hasil pengamtan saudara dengan hasil Jorgensen !

Tugas :

1. Dapat ditunjukkan bahwa transisi 3A2g (F)


3

T2g (F) sesuai dengan 0 dan transisi

A2g (F)

T1g (F) sesuai dengan perbedaan energi 9/5 0. Berdasar eksperimen saudara

hitung 0 (satuan m-1) untuk [Ni(H2O)6]2+ dan [Ni(NH3)6]2+. Bandingkan harga perkiraan 0 rata-rata untuk masing-masing ion dengan hasil hitungan ion Ti3+. 2. Energi untuk transisi 3A2g (F) E(3F
3 3

T1g (P) sesuai dengan 6/5 0 + E(3F

P).

P) merupakan perbedaan tingkat energi 3F dan 3P dalam ion Ni2+ dalam keadaan

gas. Jika spektrofotometer yang anda gunakan tidak dapat menghasilkan data untuk ini, maka gunakan pengamatan Jorgensen (m-1) untuk menghitung dua perkiraan pemisahan 3F 3P.

B. KOMPLEKS Cu2+

Alat dan Bahan Alat : - Labu ukur 10 ml

4 buah masing-masing 1 buah 2 buah

- Pipet gondok 2 ml, 5 ml dan 10 ml - Gelas beaker 100 ml - Gelas beaker 250 ml - Gelas ukur 25 mL atau 50 mL - Spektrofotometer
Bahan :

1) Cu2+ 0,1 M (6,242 gram CuSO4.5H2O dalam 250 ml larutan). Perlu ditambah 1 tetes H2SO4 untuk mencegah terbentuknya endapan Cu(OH)2 2) NH3 pekat.

Cara Kerja : 1. Siapkan 2 buah gelas beker ukuran 50 mL. 2. Gelas beker I dituangi dengan 10 mL (menggunakan gelas ukur) larutan induk Cu2+ 0,1 M. Ion

Cu2+ dalam larutan ini sebagai [Cu(H2O)4]2+.


3. Gelas beker II dituangi 10 mL (menggunakan gelas ukur) larutan induk Cu2+ 0,1 M dan 2 mL

NH4OH pekat
4. Amati serapan larutan tersebut menggunakan spektrofotometer dengan air sebagai blankonya

pada : 660 850 nm.


5. Bandingkan kekuatan ligan antara air dan ammonia dalam ion kompleks [Cu(H2O)4]2+ dan

[Cu(NH3)4]2+ (dapat diketahui dengan membandingkan absorbansi panjang gelombang maksimumnya).

PENGARUH KEKUATAN LIGAN TERHADAP SPEKTRA KOMPLEKS Cu (II)

Maksud Percobaan

Mempelajari pengaruh kekuatan ligan NH3 terhadap spektra kompleks Cu2+.


Pendahuluan

Spektra visible pada larutan yang mengandung Cu2+ berbentuk pita tunggal asimetris yang melebar. Ini adalah merupakan spektra karena transisi elektronik pada kompleks tetrahedral [Cu(H2O)6]2+ . Jika ammonia ditambahkan ke dalam larutan kompleks [Cu(H2O)6]2+, maka molekul air akan disubsitusi oleh ammonia menjadi ion kompleks [Cu(H2O)n(NH3)6-n]2+ ( n = 1 6 ).

Substitusi molekul air oleh molekul ammonia ditentukan oleh kekuatan ligan NH3 . Kekuatan ligan NH3 lebih besar dibandingkan dengan H2O. Substitusi H2O oleh ammonia ditunjukkan dengan pergeseran max ke lebih pendek.

ALAT : - Gelas ukur 5 mL

1 buah 1 buah 5 buah 1 buah 1 buah

- Spektrofotometer - Gelas beaker (50 mL) - Pengaduk - Labu ukur 50 mL

BAHAN :

(a) Larutan CuSO4.5H2O 1 M (b) Larutan NH4Cl 2M (c) Larutan NH4OH 1M, 2M, 3M (d) NH4Cl padat

CARA KERJA :

10

1. NH4Cl padat ditambahkan pada 0,5 ml larutan CuSO4.5H2O sampai jenuh. Kemudian tambahkan perlahan-lahan 0,5 ml NH4OH 1M. Tambahkan lagi padatan NH4Cl untuk menjenuhkan kembali. Diamkan sebentar sampai diperoleh dua lapisan. (Jika anda salah
melakukan prosedur ini akan diperoleh Cu(OH)2 dan harus diulang lagi). Biarkan

sebentar hingga didapatkan dua lapisan cair dan padat. Larutkan 1 ml larutan jenuh tersebut kedalam 5 ml NH4Cl 2M sehingga terbentuk [Cu(H2O)5(NH3)]2+ dalam larutan. Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut. 2. Ulangi point 1 dua kali lagi tetapi larutan NH4OH 1 M diganti dengan larutan NH4OH 2M dan 3M sehingga akan terbentuk kompleks [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ dan [Cu(H2O)3(NH3)3]2+ . Ukurlah lamda maksimum untuk masing-masing larutan tersebut. 3. Tambahkan 3 mL larutan NH4OH 3M kedalam 1 mL larutan CuSO4 1 M. Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut. Apabila absorbansi terlalu besar (>1), maka encerkan dahulu sehingga absorbansi larutan <1. 4. Encerkan 1 mL larutan CuSO4 1 M sehingga volumenya 50 mL. Ukurlah lamda maksimum larutan tersebut.

REFFERENSI :

Cotton & Wilkinson, Advance inorganic Chemistry, 5thed, p.770.

PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI ION KOMPLEKS DENGAN METODE JOBS

11

MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CNS)n]3-n

PENDAHULUAN

Suatu kompleks yang terbentuk antara logam M dengan ligan X sesuai persamaan : M2+ + aX [MXa]2+

dapat ditentukan nilai anya dengan metode Jobs atau metode variasi kontinue. Jika a memiliki harga satu, maka larutan dengan konsentrasi sama dari logam dan ligan akan bereaksi dengan perbandingan mol yang sama dan akan didapatkan konsentrasi kompleks yang relatif tinggi dalam larutan. Akan tetapi jika dibuat larutan dengan mencampurkan dengan perbandingan [M] : [X] = 1 : 2 maka logam yang tersedia tidak akan cukup untuk bereaksi dengan ligan yang tersedia dan akibatnya hanya memberikan konsentrasi kompleks yang relatif rendah. Jika perbandingan stoikiometri kompleks yang terbentuk [M] : [X] = 1 : 2 (bentuk kompleks MX2), maka konsentrasi maksimum kompleks akan diperoleh jika larutan dibuat dengan mencampurkan logam dan ligan dengan perbandingan [M] : [X] = 1 : 2. Untuk menentukan perbandingan stoikiometri tersebut dapat digunakan metode Jobs. Dibuat sejumlah larutan ion logam dan larutan ligan dengan perbandingan tertentu. Tiap-tiap larutan ion logam dan ligan mencerminkan sifat karakteristik kompleks tertentu MXa. Dalam percobaan ini akan ditentukan banykanya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks Fe(CNS)63yang menunjukkan serapan maksimum pada maks 480 nm. Ion Fe3+ dengan ion CNS- dalam suasana asam membentuk ion kompleks yang stabil berwarna merah sesuai dengan reaksi : Fe3+ n CNSH+ [Fe(CNS)n]3-n

dengan n = 1, 2, 3, .. 6 tergantung perbandingan konsentrasi ion-ion Fe3+ dan ion CNSnya. Dari perbandingan fraksi mol M2+ dan fraksi mol L serta absorbansi campuran larutan dapat dibuat suatu grafik yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan perbandingan mol M2+ dan mol L, misalnya seperti ditunjukkan oleh Grafik berikut : 12

maks

0,33

| 0 1

| 0,2 0,8

| 0,4 0,6

| 0,6 0,4

| 0,8 0,2

| 1 0 fraksi mol M2+ fraksi mol L

1. Menentukan banyaknya mol ion ligan CNS- dalam ion kompleks [Fe(CNS)6]3- dengan metode variasi kontinue.

Dengan metode ini, perlu dibuat suatu seri larutan ion kompleks yang konsentrasi masingmasing penyusunnya yaitu larutan ion Fe3+ dan larutan KCNS divariasi, tetapi jumlahnya dibuat tetap; kemudian masing-masing serapannya diukur pada panjang gelombang tetap = 480 nm, dan pada temperatur tetap ( suhu kamar) Selanjutnya dibuat grafik peradaan antara serapan yang diukur dan serapan campuran jika tidak terjadi reaksi vs mol - fraksi salah satu pereaksi. Oleh karena dalam hal ini mol -faksi dengan fraksi volume yaitu VM/(VM+VL), dimana VM adalah larutan kation, sedang VL adalah volume larutan ligan, maka grafik tersebut akan menunjukkan suatu maksimum (atau suatu minimum jika serapan kompleks lebih kecil daripada serapan campuran) pada perbandingan volume VM/VL, sesuai dengan perbandingan mol antara kation dan anion dalam kompleks.

Alat dan bahan-bahan

Alat-alat dan bahan-bahan yang dipergunakan dalam perconbaan ini, sama dengan alat-alat dan bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan 1) Alat : gelas beker Bahan : FeCl310-2 M 13

Gelas ukur Pengaduk Spectronic 20


Cara Kerja

HNO3 4 M KCNS K3 Fe (CNS)3

1. Buatlah masing-masing 7 (tujuh) buah seri larutan dari larutan-larutan ion Fe +++, larutan KCNS dan larutan ion kompleks seperti cara contoh dalam tabel : 1 ; 2 2. Aduklah larutan-larutan tersebut sehingga homogen, kemudian masing-masing larutan berilah tanda (misalnya A1, A2, A7 ; B1, B2, ..B7; dan C1, C2, ..C7). 3. Tentukan dan catatlah serapan-serapan dari masing-masing larutan pada panjang gelombang tetap = 480 nm. 4. Hitung A untuk satu seri larutan, yaitu selisih dari serapan (A) larutan ion kompleks (tabel 3) dengan jumlah serapan dari larautan ion Fe3+ (tabel 1) dan lauran KCNS (tabel 2) 5. Buatlah grafik antara A sebagai ordinat, dan buatlah mol-faksi (fraksi volume) salah satu pereaksi sebagai absisnya; kemudian dari grafik tersebut tentukan perbandingan banyaknya mol antara ion Fe+++ dan ion CNS - dalam ion kompleks [Fe(CNS)n]3-n pada titik setaranya. Tabel 1 seri larutan-larutan ion Fe+++ No. Larutan ion Fe3+ 10-2 M 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 0 ml 1 ml 2 ml 3 ml 4 ml 5 ml 6 ml HNO3 4M 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 9 ml 8 ml 7 ml 6 ml 5 ml 4 ml 3 ml 0 1 x 10-3 2 x 10-3 3 x 10-3 4 x 10-3 5 x 10-3 6 x 10-3 [ CNS- ] H2O [Fe+++] Serapan (A)

Tabel : 2. Seri larutan-larutan ion CNS No. Larutan ion CNS- 10-2 M 1. 6 ml HNO3 4M 1 ml 3 ml 6 x 10-3 14 H2O Serapan (A)

2. 3. 4. 5. 6. 7.

5 ml 4 ml 3 ml 2 ml 1 ml 0 ml

1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml

4 ml 5 ml 6 ml 7 ml 8 ml 9 ml

5 x 10-3 4 x 10-3 3 x 10-3 2 x 10-3 1 x 10-3 0

Tabel : 3. Seri larutan-larutan ion kompleks [Fe(CNS)n]3-n No. Larutan ion Fe3= 10-2F 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 6 ml 5 ml 4 ml 3 ml 2 ml 1 ml 0 ml HNO3 4M 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml H2O ml 3 3 3 3 3 3 3 Larutan ion CNS- 10-2F 0 ml 1 ml 2 ml 3 ml 4 ml 5 ml 6 ml Serapan A

15

SPEKTRA BERBAGAI ION LOGAM TRANSISI

MAKSUD PERCOBAAN :

Mempelajari spektra berbagai ion kompleks


PENDAHULUAN :

Kebanyakan senyawa kompleks dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik pada daerah UV/VIS (daerah 190 800 nm). Jika sejumlah radiasi terabsorp oleh senyawa kompleks, maka energi adsorpsi tersebut menyebabkan terjadinya transisi elektronik dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi. Pada proses eksitasi, radiasi elektromagnetik yang terabsorp memiliki energi yang tepat sama dengan perbedaan antara energi keadaan eksitasi dengan energi keadaan dasar.

E (eksitasi) E = h

E (keadaan dasar)

Tidak semua transisi elektronik yang terjadi pada suatu senyawa kompleks yang terkena radiasi dapat teramati pada spektra absorpsinya. Hal ini karena intensitas yang dihasilkan berbeda-beda. Transisi dari n (nonbonding) ke *, misalnya, adalah transisi forbidden yang biasanya menghasilkan spektra UV dengan intensitas rendah. Spektra absorpsi yang dihasilkan oleh molekul sunyawa kompleks biasanya terjadi pada panjang gelombang yang lebar karena molekul senyawa kompleks biasanya memiliki banyak tingkatan keadaan eksitasi Secara empiris, hubungan antara intensitas absorpsi dengan konsentarsi ditunjukkan oleh persamaan Lambert Beer :

Log Io

( I )= b C
16

Log (Io/I) disebut sebagai densitas optikal atau sering disebut absorbansi (A), adalah panjang sel dalam cm. adalah besaran yang dapat menunjukkan adanya transisi elektronik tanpa dipengaruhi oleh preparasi sampel. Harga setara dengan harga absorbansi (A) pada konsentrasi larutan yang sama. Puncak spektra dengan harga besar akan menghasilkan intensitas yang tinggi untuk konsentrasi tertentu jika dibandingkan dengan puncak spektra dengan harga lebih kecil.

Alat dan Bahan Alat :

- Spektrofotometer UV/VIS
Bahan :

Larutan berbagai ion logam transisi antara lain : Larutan Ni(NO3)2 Larutan FeSO4 Larutan KMnO4 Larutan Co(NO3)2 Larutan K2Cr2O7 Larutan CuSO4

Cara Kerja :

1. Siapkan spektrometer UV/VIS, atur . 2. Masukkan blanko, klik read blank. 3. keluarkan blanko, masukkan sampel. 4. Klik read sample hingga keluar grafik absorbansinya. 5. Perbaiki spektrum bila kurva kurang baik. 6. Cetak grafik. 7. Pelajari spektra tersebut (meliputi puncak maksimum utama dan sekunder yang berasal dari pergeseran elektronik utama).

17

KIMIA MAGNET (MAGNETO CHEMISTRY)

MAKSUD PERCOBAAN

Menunjukkan sifat momen magnet suatu ion logam dalam berbagai garam.

PENDAHULUAN

Zat yang dapat ditarik oleh suatu medan magnet kuat disebut paramagnetik sedang zat yang ditolak oleh medan magnet kuat disebut diamagnetik. Sifat-sifat suatu zat paramagnetik sering dinyatakan dengan istilah e (momen magnet efektif).

Xg

N 2 e = 3kT

g
N k T

sensitivitas massa (per gram atom, 1 s/d 100 x 10-6 c.g.s., dapat diperoleh dari
hasil eksperimen yang akan saudara lakukan)

= = = =

bilangan Avogadro (6,02 x 1023) Bohr magneton (0,9273 x 10-20 erg/gauss) tetapan Boltzman (1,381 x 10-16 erg/der.) temperatur (oK)

e = (2,828 g . T) BM (Bohr magneton)


Untuk 1 mol zat (sensitivitas molar) digunakan istilah m,

m = g x berat molekul
Dalam suatu senyawa juga terdapat gugus atau ligan yang bersifat diamagnetik, ini juga perlu diperhitungkan sebagai faktor koreksi diamagnetik, untuk mendapatkan sensitivitas paramagnetik murni A :

A = m - L
L = faktor korekasi diamagnetik
Harga momen magnet suatu ion tergantung dari banyaknya elektron yang tidak berpasangan.

18

m (s pin only) = 2 S(S + 1) BM (Bohr magneton)


S = jumlah elektron tak berpasangan (= n x ) Jumlah elektron tak berpasangan 1 2 3 4 5 * (spin only) < e S 1 3/2 2 5/2

(BM)
1,73 2,83 3,87 4,90 5,92

Contoh :
Pengukuran sensitivitas massa (g) senyawa Ni(C17H38N4O3)(ClO4)2 = 5,4968 x 10-6 c.g.s. pada 20,1 oC, berapa BM harga e ?

Jawab :

g = m =
= =

5,4968 x 10-6 c.g.s.

g x berat molekul.
5,4968 x 10-6 x 604,1134 3,3207 x 10-3 c.g.s. (-12,8 x 10-6) (-32,0 x 10-6) (-6,0 x 10-6) (-2,93 x 10-6) (-4,61 x 10-6) (-4,61 x 10-6) -12,8 x 10-6 -64,0 x 10-6 -102,0 x 10-6 -111,34 x 10-6 -18,44 x 10-6 -13,83 x 10-6 -322,41 x 10-6.

Kontribusi (koreksi diamagnetik, L ) : Ni =1 x x = = = = = = =

ClO4 = 2 C H N O

= 17 x = 38 x =4 =3 x x

L A = m - L

A = 3,3207 x 10-3 c.g.s. - (-322,41 x 10-6 c.g.s.) A


=

3,6431 x 10-3 c.g.s.

e = (2,828 A . T) BM (Bohr magneton)


19

e = 2,828 (3,6431 x 10-3)(273 + 20,1)1/2 BM e = 2,922 BM


Faktor koreksi diamagnetik untuk bebrapa ion dan molekul (x10-6 c.g.s.)

KATION
Li
+ +

ANION
-1 -7 -15 -22 -33 -13 -4 -9 -16 -26 -15 -27 -13 -20 -36 -36 -32 F
-

MOLEKUL
-9 -23 -34 -50 29 H2O NH3 -13 -16

Na K+

Cl I-

BrCH3COOCNCNOCNSClO4 CO3
2-

etilendiamin -47 piridin (C6H5)3P -49 -167

Rb+ Cs+ NH4+ Mg2+ Ca2+ Sr2+ Ba


2+ +

C6H5COO- -71 -13 -23 -4 -32 -28 -28 -17 -19 -6 -11 -28 -38 -46
2-

Cu

Ag+ Zn2+ Cd2+ Hg2+ Tl+ Pb2+


Logam-logam transisi periode 4

C2O42HCOONO3O2OHS2SO42-

-13

S2O3

Bahan

: NaCl Ni(ClO3)2 FeCl2 KMnO4 K2Cr2O7

FeCl3 K4Fe(CN)6 K3Fe(CN)6 CuSO4 CuSO4.5H2O

ZnSO4 MgCl2 Cu(NH3)4SO4 MnSO4 Cu(CH3COO)2. H2O 20

Alat

: Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)

Cara Kerja

Sebelum anda terbiasa menggunakan alat Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO), ikuti petunjuk cara pemakaian alat berikut ini.

A. Pengenalan Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)

1.

Menghidupkan instrumen
Tekan kunci on/of pada posisi on V1.6.1

2.

Autozeroing
Ikuti kursor software, alat mulai auto zero ditandai munculnya Z pada akhir posisi penampilan. Penampilan berubah setiap tiga detik, menunjukkan posisi beam sedang

mencari posisi nol. Tampilan khas menunjukkan out put setiap tiga detik.

1 2 3 4 5 6 7 8

V1.6.1 +0,011 E-5Z -0,017 E-5Z -0,064 E-5Z -0,022 E-5Z -0,008 E-5Z -0,002 E-5Z -0,001 E-5Z

21

9 10

-0,001 E-5Z -0,000 E-5Z

Empat bilangan digit x,xxx dapat dibaca plus (+) atau minus (-), diikuti oleh E-5 (berarti x 10-5) yang menunjukkan gain setting. Empat gain seting yang mungkin adalah : 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-7. Auto zeroing selalu terjadi pada gain 10-5. Pada akhir penampilan pembacaan tetap tidak berubah, biasanya memerlukan waktu 30 - 45 detik untuk mendapatkan nilai nol. Angka-angka penampilan dalam proses zeroing dapat sangat berbeda dengan tampilan yang ditunjukkan di atas, tetapi ia akan selalu mendekati nol. Jika telah ditunjukkan angka nol, neraca siap digunakan.

3.

Pengukuran suatu Sampel


Masukkan tabung sampel kosong ke dalam neraca. Pemasukan tabung sampel ini secara otomatis mengubah tampilan dari auto-zeroing ke Processing. Setelah beberapa detik, tampilan berubah ke harga bilangan yang diikuti V yang menunjukkan pengukuran sedang berlangsung dan dilaporkan dalam unit sensitivitas volume.

1 2 Tabung dimasukkan 3 4 5

-0,000 E-5Z Processing -0,006 E-4V -0,005 E-4V -0,004 E-4V

6 -0,005 E-4V Tampilan E-4 menunjukkan gain paling rendah yang sedang diukur pada tabung kosong. Pada saat diubah ke pengukuran, Auto akan mulai dari gain paling rendah terlebih dahulu. Harga negatip (-) pada tampilan menunjukkan sifat diamagnetik gelas (tabung kosong). Jika tabung sampel diambil, instrumen akan menunjukkan auto zero, setelah beberapa tahap ia akan mendapatkan angka nol kembali dan siap untuk digunakan pengukuran selanjutnya. 22

3.

Mematikan instrumen
Tekan kunci on/of pada posisi of. Biarkan sumber listrik pada instrumen tetap hidup jika anda bermaksud mengisi baterai dalam alat tersebut.

B. Operasi Magnetic Susceptibility Balance (MSB - AUTO)

1.

Operasi umum
Unit yang dioperasikan oleh tangan terdapat di bagian depan. Kunci fungsi (hijau) dan kunci

angka-angka (putih) ditunjukkan di bawah kunci. Semua operasi kontrol dilakukan disini.

lll

keypad

Kembali pada cara kerja permulaan, telah dikenalkan suatu tabung dan cara pembacaan dengan tampilan sebagai berikut :

1 Tabung dimasukkan 2 3 4

Processing -0,006 E-4V -0,005 E-4V -0,004 E-4V 23

5 -0,005 E-4V Untuk melipatkan pengukuran, tekan kunci Range pada keypad dan amati penampilan. Range X 10 Processing -0,042 E-5V Sekarang tampilan menunjukkan pembacaan pada gain yang lebih tinggi, 10-5. Range X 100 Processing -0,428 E-6V Tabung blangko biasanya berharga : -0,410 sampai -0,430 E-6 Auto zero beroperasi pada gain E-5. menggunakan fungsi TARE. Jika operasi pada gain yang lebih tinggi, harus

Fungsi tare penting untuk mendapatkan harga tabung,

disarankan menggunakan tabung yang sama untuk pembacaan blangko sebagai sampel. Suatu contoh penimbangan tabung, sesudah diatur sampai E-6.

Range X 100 Processing -0,423 E-6V Tekan tombol tare +0,001 E-6V TARE +0,000 E-6V TARE Pada saat tabung diambil, tampilan berubah untuk menunjukkan harga negatip dari tabung yang tersimpan dalam memory. Harga tersebut merupakan koreksi yang akan digunakan pada saat tabung dimasukkan. Pembacaan yang akan ditampilkan hanya dari sampel.

24

Tabung kosong diambil

+0,422 E-6V TARE

Pemasukan suatu tabung yang sesuai pada tahap ini, tetapi salah satu mengandung air suling, akan tampil pembacaan :

-0,720 E-6V TARE Pembacaan yang tampak hanya untuk air saja. Ini penting sebagai harga standar untuk sensitivitas volume air

2.

Sensitivitas Volume
Semua pembacaan tampilan di atas merupakan sensitivitas Volume, karenanya semuanya menunjukkan tampilan V

3.

Sensitivitas Massa
Sensitivitas volume dapat diubah menjadi sensitivitas massa dengan memasukkan faktor

densitas sampel. Ini dapat dilakukan relatif mudah dengan cara sebagai berikut : {Panjang sampel, cairan atau padatan harus diukur dalam milimeter sedang berat sampel dalam satuan gram (dapat sampai empat angka dibelakang koma, x,xxxx)}. 1. Tunggu hingga diperoleh harga nol selama auto zeroing. 2. Timbang tabung kosong dan catat beratnya. Masukkan tabung kosong tersebut ke dalam detektor dan atur gain yang diinginkan (mis. 10-6 dengan cara menekan kunci Range,

untuk ion yang diperkirakan jumlah elektron tak berpasangan >1 gain 10-5 atau 104

).

3. Tekan fungsi Tare dan amati tampilan untuk memastikan bahwa muncul angka nol. (Jika tidak, ulangi lagi). 4. Ambil tabung kosong dan masukkan kembali setelah diisi dengan sampel (sebelum

tabung yang berisi sampel dimasukkan, timbang berat tabung dan sampel. Berat sampel dapat diperoleh dengan cara mengurangkan tabung + sampel dikurangi tabung kosong. Ukur juga panjang sampel dalam tabung dengan penggaris dan catat panjangnya dalam satuan mm).
25

5. Tekan fungsi Length dan amati tampilannya. Length = --.- mm 6. Masukkan panjang sampel dengan cara menekan kunci angka, dua angka didepan koma dan satu angka di belakang koma. Panjang harus pada atau antara 15,0 dan 75,0 mm atau angka akan ditolak dan tampilan menunjukkan Out of Range , panjang tabung sampel maksimum disini kurang lebih 45 mm. Jika fungsi Length ditekan lagi maka tampilan akan kembali ke Xv-Tare. Pemasukan panjang yang benar, tampilan menunjukkan

Processing dan kemudian kembali ke tampilan Xv-Tare. 7. Tekan fungsi Weight dan amati tampilan : Weight = -.---- mm (Diharapkan berharga antara 0,0010 dan 0,9999 gram, atau akan muncul tampilan Out of Range). Pemasukan berat sampel yang benar, tampilan akan kembali ke Xv-Tare. 8. Tekan fungsi Mag Sus dan amati tampilan : Mass Suscept.

#.### E-5M TARE

Sekarang anda telah mengubah tampilan ke sensitivitas massa sebagaimana ditunjukkan oleh M. Dengan menekan kunci Mag Sus lagi, anda akan kembali ke sensitivitas volume. 9. Tentukan harga momen magnet (dalam satuan BM) senyawa-senyawa di atas.

26

ELECTROGROWTH

MAKSUD PERCOBAAN:

Mempelajari pengaruh ligan terhadap pengendapan ion logam secara elektrokimia

PENDAHULUAN
Pembentukan kristal pada suatu logam dengan pengaruh medan listrik disebut electrogrowth. Electrogrowth merupakan suatu gerakan dan perpindahan permukaan yang dapat dikontrol oleh suatu potensial (Bard, A.J. and L.R.Faulkner, 1980). Permukaan kristal yang kontak dengan larutan tidak pernah sempurna otomatis halus, tetapi selalu tersusun dari bidang atom yang belum selesai seperti ditunjukkan oleh Gambar 1 (Bockris, J.OM and D. M. Drazic, 1972).

Gambar 1. Bidang permukaan ikatan atom-atom


Dalam sel elektroplating ion-ion logam terendapkan pada katoda, pengendapan tersebut dapat dibayangkan dengan 2 cara, yaitu : 1. ion mengendap pada titik permukaan dimana ion lain telah mengendap

27

2.

ion akan mencari jalan sampai didapatkan titik yang cocok pada permukaan logam. Ion-ion bergerak secara random seperti ditunjukkan oleh Gambar 2 sampai didapatkan titik yang cocok untuknya.

Gambar 2. Gerakan ion secara random pada permukaan bidang

Adanya molekul/ion disekitar ion logam atau ligam dalam senyawa kompleks dapat mempengaruhi bentuk permukaan endapan yang terbentuk (akan terlihat jelas jika dilihat dengan stereomicroscope).

Alat-alat yang digunakan :


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Electrolytic Analyzer AES - 2D oven stop watch UV-Vis spektrofotometer neraca analitik labu ukur 100 ml gelas ukur 100 ml 28

8. 9.

gelas beaker stereomikroskop

Bahan-bahan yang digunakan :


1. 2. 3. 4. 5. CuSO4.5H2O EDTA KCN kawat tembaga (Cu) NH4OH

Cara Kerja 1. Penyediaan Larutan a. Larutan CuSO4 0,1 M


2,495 g CuSO4.5H2O dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah air hingga tepat tanda.

b. Larutan CuSO4 0,1 M dan EDTA 0,1 M


2,495 g CuSO4.5H2O dan 2,92 g EDTA dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian ditambah air hingga tepat tanda.

c. Larutan CuSO4 0,1 M dan KCN 0,1 M


Sama seperti 1.b tetapi digunakan KCN 0,65 g

d. .Larutan CuSO4 0,1 M dan NH4OH 0,1 M


Sama seperti 1.b tetapi digunakan NH4OH 0,35 g.

2. Elektrolisis
Elektroda Cu diampelas hingga bersih dan ditimbang. Kedua elektroda dicelupkan ke dalam gelas beaker yang berisi larutan CuSO4 0,1 M (40 mL) dan dipasang pada alat electrolytic analyzer. Arus listrik diatur agar konstan 0,025 A. Elektrolisis dilakukan dalam selang waktu 10 menit, dan 20 menit. Setelah selang waktu tertentu tersebut, kedua elektroda Cu diambil, Setelah dingin ditimbang dan diamati permukaan dikeringkan dalam oven (suhu 100 oC). endapan. Elektrolisis selanjutnya dilakukan dengan elektrolit CuSO4 yang mengandung EDTA, KCN,dan NH4OH masing-masing 0,1M. Untuk mengetahui terbentuknya kompleks Cu2+ dengan 29

EDTA, KCN, dan NH4OH maka masing-masing larutan diukur absorbansi maksimumnya. Ada tidaknya perubahan konsentrasi ion Cu2+ sebelum dan sesudah elektrolisis dilakukan dengan mengukur absorbansi pada maksimumnya.

30

PENENTUAN BILANGAN KOORDINASI KOMPLEKS Cu2+ MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan bilangan koordinasi Cu2+ pada kompleks AminTembaga(II) secara spektrofotometri.

Pendahuluan
Ion Cu2+ dalam air berupa kompleks [Cu(H2O)n]2+. Molekul amoniak (NH3) dapat

mengganti kedudukan H2O sebagai ligan sehingga warna kompleksnya juga berbeda. Perubahan warna tersebut sesuai dengan reaksi : [Cu(H2O)n]2+ [Cu(H2O)n-1 NH3]2+ atau secara total [Cu(H2O)n ]2+ + n NH3 [Cu(NH3)n]2+ + H2O Dengan diketahuinya perbandingan mol [Cu(H2O)n ]2+ dan NH3 maka dapatlah ditentukan bilangan koordinasi Cu2+. [Cu(H2O)n-1NH3]2+ [Cu(H2O)n-2NH3]2+

+ +

NH3 NH3

+ +

H2O H2O

Alat
1. spektrofotometer 2. erlenmeyer/gelas beaker 50 mL (6) 3. buret (1)

Bahan
1. larutan NH3 0,05 M 2. larutan CuSO4 0,05 M

Cara Kerja A. Penentuan maksimum


1. Ke dalam labu erlenmeyer 50 mL, campurkan 5 mL larutan CuSO4 0,05 M dan 25 mL larutan NH3 0,05 M 2. Ukur absorbansi maksimumnya 31

B. Pembentukan Kompleks
1. Masukkan 5 mL larutan CuSO4 0,05 M ke dalam erlenmeyer 50 mL 2. Tambahkan 5 mL larutan NH3 0,05 M ke dalamnya 3. Ukur absorbansinya pada maksimum (A.2) 4. Ulangi cara kerja B.1 - B1.3, tetapi volume NH3 0,05 M berturut-turut 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL; 3,0 mL; 3,5 m; 4,0 mL, 4,5 mL dan 5,0 mL. 5. Buat grafik Absorbansi vs volume NH3. 6. Tentukan perbandingan volume NH3 dan volume CuSO4 pada absorbansi maksimum. 7. Hitung perbandingan mol NH3 dan mol CuSO4 pada absorbansi maksimum. 8. Tentukan bilangan koordinasi [Cu(NH3)n]2+.

32

PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA

Maksud Percobaan : Menentukan jumlah muatan larutan sampel

Pendahuluan
Daya hantar listrik (DHL) adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantar listrik. DHL merupakan kebalikan dari hambatan listrik, R, dimana:

R = (L/A)
R = Hambatan jenis A = Luas penampang L = Panjang konduktor Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm disingkat , oleh karena itu DHL dapat dinyatakan : DHL = 1/R= .(A/L) dimana = 1/R= ( L/A ) DHL disebut konduktivitas. Satuan DHL dikenal dengan ohm-1, disingkat -1, tetapi secara resmi satuan yang digunakan adalah Siemen , disingkat S, dimana S =

-1, maka satuan adalah Sm-1(atau Scm-1)


Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan elektrolit . Konsentrasi

elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas, sedang konduktivitas sendiri tidak dapat digunakan untuk ukuran suatu larutan, ukuran yang lebih spesifik yaitu konduktivitas molar m. Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi larutan sebesar satu molar, yang dirumuskan sebagai :

m=K/C
dimana:

m = hantaran molar (Scm2mol-1)


K = konduktivitas spesifik (Scm-1) C = konsentrasi larutan (mol/L)

Jika satuan volume yang digunakan adalah cm3 maka persamaan yang digunakan adalah :

m=1000K/C
dimana: 33

m = hantaran molar (Scm2mol-1)


K = konduktivitas spesifik (Scm-1) C = Konsentrasi larutan (mol.cm-3)

Alat dan bahan Conductivitymeter Seperangkat alat gelas Larutan


KCl, NaCl, KNO3, CuSO4.5H2O, NiSO4.6H2O, CuCl2.2H2O, MgCl2 dan ALCl3.6H2O masing-masing sebesar 5.10-3 M.

Cara Kerja
1. Membuat larutan KCl dalam aquades 10-2 M dan set alat conductivity meter pada posisi 1413

s
2. Membuat larutan standar KCl, NaCl, KNO3, CuSO4.5H2O, NiSO4.6H2O, MgCl2, CuCl2.2H2O, dan AlCl3.6H2O masing-masing sebesar 5.10-3M dalam aquades pada volume 100 ml 3. Mencatat nili konduktansi spesifik () masing-masing larutan standar. Setiap hasil pengukuran dikoreksi terhadap nilai konduktansi spesifik pelarut (pel) sehingga K=KlarutanKpel 4. Menghitung hantaran molar larutan standar 5. Mengulangi langkah no 3 dan 4 untuk mendapatkan hantaran molar larutan sampel 6. Menentukan jumlah muatan larutan sampel berdasarkan jumlah muatan larutan standar yang bersesuaian nilai hantaran molarnya

34

Persamaan yang digunakan adalah:

m=K/C
dimana:

m = hantaran molar (Scm2mol-1)


K = konduktivitas spesifik ( Scm-1) C = konsentrasi larutan (mol/L) Referensi: 1. Pike M Ronald,dkk,1991,Microscale Inorganic Chemistry 2. Atkins,PW,1987,Physical Chemistry,3rd, p.665

35

KETENTUAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II FMIPA

Format Laporan Sementara :

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

Nama : 1 2 3. Kelompok dst. :

NIM

Hari/Tanggal Praktikum : No.Percobaan Judul Pecobaan Asisten : : :

Hasil Pengamatan :

Format Laporan Resmi : 36

Halaman Muka : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II ( Judul percobaan )

Logo UNS

Oleh :

Nama NIM Kelompok Hari/Tanggal Praktikum Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2004 ______________________________________________________________________________ Halaman berikutnya: Judul Percobaan 1. Maksud Percobaan 2. Alat - Tulis nama,ukuran,merk dan jumlah alat yang saudara gunakan misal : - Gelas ukur (50 ml ) - mis uv-vis spektrofotometer Shimadzu 1601 PC - mis. Electrolytic Analyzer AES-2D 3. Bahan 37

- tulis sesuai kenyataan contoh : CuSO4 0,1 M ( telah tersedia ).ml ZnSO4 150 mg 4. Dasar teori Tulis teori yang berkaitan dengan eksperimen saudara berdasarkan referensi sesuai tatacara penulisan yang benar Contoh : 1 Angka 1 merujuk referensi yang terdapat dalam daftar pustaka 5. Cara Kerja Gunakan kalimat aktif ( Jangan kalimat perintah ) Tulis cara kerja sesuai yang saudara lakukan 6. Hasil Pengamatan 7. Pembahasan Dari data pengamatan buat suatu pembahasan ( termasuk perhitungan ) sesuai dengan pendapat saudara Beri komentar/pendapat juga untuk hasil percobaan yang tidak sesuai teori 8. Kesimpulan dan Saran

Catatan : 1.Laporan dibuat diatas kertas HVS ukuran kwarto 2.Boleh ditulis tangan, mesin ketik maupun komputer 3.Jika terdapat laporan yang sama persis ( terutama pada pembahasan ) maka laporan yang sama persis tersebut akan diberi nilai terendah

ACARA PRAKTIKUM DAN KELOMPOK MAHASISWA


38

Tgl. Praktikum I 23 Maret 2005 30 Maret 2005 6 April 2005 13 April 2005 20 April 2005 27 April 2005 1 7 6 5 4 3 II 2 1 7 6 5 4

ACARA PRAKTIKUM III 3 2 1 7 6 5 IV 4 3 2 1 7 6 V 5 4 3 2 1 7 VI 6 5 4 3 2 1 VII 7 6 5 4 3 2

Keterangan :

1. Angka I, II dst menunjukkan judul praktikum :


I. Kompleks Ni2+ dan Cu2+

II. Pengaruh kekuatan ligan terhadap spektra kompleks Cu(II) dan Penentuan daya hantar suatu senyawa. III. Penentuan bilangan koordinasi dengan metode JOBS IV. Kimia Magnet ( Magneto Chemistry ) V. Elektrogrowth VI. Spektra berbagai ion transisi dan Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Cu2+ VII. X- Ray dan DTA

2.Angka 1,2 dst. menunjukkan kelompok

39

KELOMPOK PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

Kelompok I
1. Achmad Nandang R 2. Khilya Ulin N 3. Yunida 4. Charisma Ganda M.S 5. Pramesti K 6. Sunarmi

Kelompok II
1. Galuh Kusumo W 2. Atik Sri S 3. Alfiyatun 4. Ekowati RN 5. Puri Ardiyani 6. Tri Haryanti BS

Kelompok III
1. M. Najmus Sakib 2. Evia Rina M 3. Anita K D 4. Esti R 5. Ria Diar Setya

Kelompok IV
1. M. Soni Mughofir 2. Philosophia 3. Anita MH 4. Farida Eriza 5. Rina Agustina

Kelompok V
1. Nidlom Muddin 2. Septi Puji H 3. Ari Yusnani 4. Laili Widianti 5. Rina Wulandari

Kelompok VI
1. Tri Hadhi Nugroho 2. Wanudya Anggit M 3. Aris Hastuti 4. Nina Iswati 5. Rina Apriliyani

Kelompok VII
1. Warsino 2. Yuli Anggayati 3. Aya Sofia Aziz 4. One Nuri Arika R 5. Sri Danawati

40

PENGUMUMAN
Berdasarkan seleksi yang telah dilakukan oleh koordinator praktikum kimia AnOrganik II, maka diputuskan asisten praktikum kimia Anorganik II adalah sebagai berikut : 1. ENDAH KUSUMAWATI (M 0301021) 2. WINARSIH (M 0300011) 3. SUWARSIH ( M 0300010) 4. IKE YUSNIATI (M 0301027) UNDANGAN : Bagi Assisten dan mahasiswa yang mengambil praktikum Kimia AnOrganik II mohon Brifing besok pada : Hari Tempat Waktu Keterangan : Rabu / 17 Maret 2004 : Ruang III.13 : Jam 13.00 WIB : Praktikum dimulai Hari Rabu / tanggal 24 Maret 2004

Mengetahui,
Koordinator Praktikum Kimia Anorganik II,

Drs. Sentot Budi Rahardjo, PhD NIP : 131 570 162

41

42

Anda mungkin juga menyukai