Anda di halaman 1dari 78

ELECTRONIC SPECTRA :

Warna & Kemagnetan Senyawa Kompleks

2020
Outline
 Definisi electronic spectra (spektra
elektronik)
 Teori transisi elektronik
 Teori yang menjelaskan electronic spectra :
warna senyawa kompleks
 Deret spektrokimia
 Diagram Tanabe Tsugano
 Kemagnetan seny. kompleks
 Moment magnetik seny. kompleks
Electronic Spectra

 Mempelajari tentang spektra senyawa


kompleks berdasarkan tingkat energi
elektron dari suatu orbital (spektra
elektronik)

--> Aplikasi : bonding dan structure


Spektra elektronik senyawa kompleks

 Absorpsi energi cahaya berada dalam daerah sinar


tampak oleh suatu senyawa ---->> spektrum visible
---->> warna

 Absorpsi mengakibatkan terjadinya transisi antara


tingkat energi elektronik (transisi elektronik)

Energi cahaya yang diserap oleh molekul


mengakibatkan transisi elektron ke tingkat energi yang
lebih tinggi setara (sama dengan) perbedaan energi
pada tingkat energi orbital
Warna senyawa kompleks
Teori Warna Komplementer
 Melibatkan serapan cahaya tampak.
 Warna yang tampak adalah warna komplemen
dari warna yang diserap.

Red light
transmitted

Blue light
absorbed

7
Warna ion kompleks
 Warna yang tampak adalah komplemen dari
Warna yang diserap

Warna yg Warna
diserap tampak
Transition Electronic Theory

Theory to explain electronic


excitations/transitions observed for metal
complexes

 Teori yang menjelaskan tentang eksitasi yang


teramati pada sebuah senyawa kompleks
Teori Transisi elektronik
Selection rules
(determine intensities)

Laporte rule
g  g forbidden (that is, d-d forbidden)
but g  u allowed (that is, d-p allowed)

Spin rule
Transitions between states of different multiplicities forbidden
Transitions between states of same multiplicities allowed
Since these selection rules must be strictly obeyed,
why do many d-block metal complexes exhibit ‘d–d’
bands in their electronic spectra?

These rules are relaxed by molecular vibrations, and spin-orbit coupling


Breakdown of selection rules
 Vibrounic Coupling
Spin-allowed ‘d–d’ transitions remain Laporte-forbidden and their
observation is explained by a mechanism called ‘vibronic coupling

An octahedral complex possesses a centre of symmetry, but


molecular vibrations result in its temporary loss. At an instant
when the molecule does not possess a centre of symmetry, mixing
of d and p orbitals can occur. Since the lifetime of the vibration
(1013 s) is longer than that of an electronic transition (1018 s), a ‘d–
d’ transition involving an orbital of mixed pd character can occur
although the absorption is still relatively weak
 In a molecule which is noncentrosymmetric
(e.g. tetrahedral), p–d mixing can occur to
a greater extent and so the probability of ‘d–d’
transitions is greater than in a
centrosymmetric complex. This leads to
tetrahedral complexes being more intensely
coloured than octahedral complexes.
 Spin Orbit Coupling :
A spin-forbidden transition becomes
‘allowed’ if, for example, a singlet state mixes
to some extent with a triplet state.

but for first row metals, the degree of mixing


is small and so bands associated with ‘spin-
forbidden’ transitions are very weak
Transisi elektronik : warna senyawa
kompleks
 Macam-macam transisi elektronik :
a. transisi dalam tingkat energi orbital d ion
logam (d-d ‘ transition)
b. Transisi antara ion logam dengan ligan dalam
orbital molekul (charge transfer)
- LMCT (ligand to metal CT)
- MLCT (metal to ligand CT)
Intensitas absorbsi oleh transisi CT lebih tinggi
dibandingkan transisi d-d’
 Elektronic spectra :
[Cr(NH3)6]3+
\
Spektra Elektronik [Cu(H2O)6]2+
Example:

 5 1014
Ion cupric hidrat menyerap foton pada frekuensi Hz or 600
2+
nm. Cu[H 2 O]6

2+
Cu[H 2 O]6
 Energi yang melibatkan transisi elektron pada ion adalah
E  h  (6.63 1034 J s)(5 1014 s -1 )  3 10-19 J

 Dapat dikatakan bahwa ion (Cu(H2O)6)2+ berwarna biru maka ini


berarti ion menyerap foton pada panjang gelombang 600 nm
(oranye) sehingga memberikan warna biru pada mata kita

26
3+
Ti[H 2 O] 6
Example

3+
Ti1 memiliki konfigurasi 4s 3d, sehingga ion Ti menjadi
2 2

d ion. Ini berarti pada groundstate, 1 elektron akan menempati level
energi terendah pada d orbitals, sedangkan level energi yang lebih
tinggi kosong, setelah menyerap foton dengan energi tertentu, level
energi terendah pada d orbitals akan kosong.

28
3+
Ti[H 2O]ion
6 absorbs light in the visible region; the wavelenght corresponding
to maximum absorption is 498 nm.

                                                                                                
                                                  

Crystal field splitting :


hc (6.63 10-34 Js)(3 108m/s)
  h    3.99 10 -19
J=240 kJ/mol
 498 10 m -9

Itu adalah energi yang dibutuhkan untuk mengeksitasisatu elektron pada


3+
ion Ti[H 2O]6
29
Spliting d-orbital sebesar 240 kJ per mol sesuai dengan panjang
gelombang cahaya warna blue-green ; absorpsi cahaya ini
mempromosikan elektron ke level energi yang lebih tinggi pada d
3+
orbitals, yang merepresentasikan keadaan tereksitasi3+dari kompleks Ti[H 2O]6
Apabila kita melewatkan cahaya pada larutan Ti[H 2O]6 maka cahaya
warna blue-green akan diabsorb dan larutan akan menampakkan
warna violet .

30
 Spektra larutan [Ti(H2O)6 ]3+
Serapan senyawa Co (III)

warna senyawa kompleks kobalt (III) dalam larutan air


dengan berbagai macam ligan

Kiri : weak-field ligand – serapan pada energi rendah -


λ warna merah - warna tampak : hijau
Kanan : strong-field ligan – serapan pada energi besar
- λ warna ungu - warna tampak : oranye/kuning
Faktor yang mempengaruhi warna

 Perbedaan warna disebabkan oleh perbedaan


besarnya 
▪  besar = energy untuk menyerap cahaya besar
▪ Panjang gelombang pendek
▪  kecil = energy untuk menyerap cahaya kecil
▪ Panjang gelombang panjang

 Besarnya  tergantung pada:


▪ ligand
▪ logam
Faktor yang mempengaruhi warna

 Logam
a. logam ukuran besar   besar

[Fe(H2O)6]3+ [Ni(H2O)6]2+ [Zn(H2O)6]2+


[Co(H2O)6]2+ [Cu(H2O)6]2+
b. biloks logam tinggi   besar

[V(H2O)6]
2+ [V(H2O)6]3+

Mn(II) Mn(VI) Mn(VII)


DERET SPEKTROKIMIA

 Deret yang menyatakan urutan kekuatan ligan


berdasarkan besarnya ∆ yang dihasilkan

 Ligan lemah menghasilkan harga ∆ kecil


 Ligan kuat menghasilkan harga ∆ besar
DERET SPEKTROKIMIA

Menurut teori orbital molekul


 Ligan diklasifikasikan berdasarkan kemampuan
donor atau akseptor π

 Ligan dgn orbital p terisi ----- ligan π donor atau


ligan lemah atau ligan basa
Ligan dgn orbital π * atau d kosong ---- π akseptor
atau ligan kuat atau ligan asam
 Deret kekuatan ligan berdasarkan besarnya
∆o
 Deret kekuatan logam berdasarkan besarnya
∆o
Deret Spektrokimia
DIAGRAM TANABE SUGANO

 Diagram yang menggambarkan transisi


elektronik pada senyawa kompleks d1-d9

 Kegunaan : menghitung energi splitting atau


delta
Group theory analysis of term splitting
Free ion
term for d2

3
F, 3P, 1G, 1D, 1S

Real complexes
Tanabe-Sugano diagrams

• show correlation of
spectroscopic transitions
observed for ideal Oh complexes
with electronic states
• energy axes are parameterized
in terms of Δo and the Racah
parameter (B) which measures
repulsion between terms of the
same multiplicity d2
d2 complex: Electronic transitions and spectra

only 2 of 3 predicted transitions


observed
TS diagrams Other dn configurations

d3
d1 d9

d2 d8
Other configurations

d3
The limit between
high spin and low spin
the spectra of dn hexaaqua complexes of 1st row TMs
The d5 case

All possible transitions forbidden


Very weak signals, faint color
symmetry labels
Charge transfer spectra
Metal character

LMCT

Ligand character

Ligand character

MLCT
Metal character

Much more intense bands


[Cr(NH3)6]3+
Determining Do from spectra

d1
d9

One transition allowed of energy Do


Determining Do from spectra
mixing

mixing

Lowest energy transition = Do


Ground state mixing

E (T1gA2g) - E (T1gT2g) = Do
Kemagnetan

 Kemagnetan senyawa kompleks


berhubungan dengan bagaimana elektron
terdistribusi pada orbital d.

 Kemagnetan senyawa kompleks diukur pada


suatu medan magnet.
 Senyawa kompleks dengan elektron tidak
berpasangan : menghasilkan medan magnet /
tertarik pada medan magnet.

 Senyawa kompleks dengan elektron


berpasangan : tidak menghasilkan medan
magnet / menolak medan magnet.
Ukuran kemagnetan

 Momen magnetik

Suatu ukuran yang berkaitan dengan jumlah


elektron tidak berpasangan.
 Moment magnetik :

Dimana :
 Dengan g = 2,0003 = 2 dalam Bohr magneton,
dan momentum orbital diabaikan, maka
 Dan S = n/2, maka momen magnetik :

n = jumlah elektron yang tidak berpasangan


 Satuan moment magnetik = BM (Bohr
Magneton)

1 BM = 9,27 x 10-24 Joule/Tesla


Latihan

1. Hitung moment magnetik komplek Cr(III)


dan Ti (III)
2. Moment magnetik Kompleks Co(II) adalah
4,0BM. Prediksikan konfigurasi elektron
orbital d pada kompleks tersebut!
3. Moment magnetik Kompleks Fe(III) adalah
5,3BM. Prediksikan konfigurasi elektron
orbital d pada kompleks tersebut!
 Jawab :
1. Cr3+
n=3
μs = √3(3+2) BM
= 3,87 BM
 Jawab :
3. Fe 3+ , n = 5
a. dihitung μs untuk kompleks high spin dan low
spin.
b. kemudian tentukan mana yang nilainya paling
mendekati nilai sebenarnya/eksperimen (5,3 BM)
c.kemudian tulis konfigurasi elektron high spin
atau low spin sesuai hasil b. Misal : untuk
jawaban highspin, maka konf elektronny t2g3eg2
4. Pada T = 298 K diketahui bahwa momen
magnetik kompleks [Cr(NH3)6]Cl2 adalah
4,85BM. Nyatakan apakah kompleks tersebut
high spin?
 TUGAS :
Baca buku Huhey, Douglas, dan buku teks
Anorganik lain yang menjelaskan tentang
spektra elektronik senyawa kompleks dan
kemagnetan

Silahkan berlatih menghitung momen


magnetik dari soal-soal yang ada di buku teks

Anda mungkin juga menyukai