Anda di halaman 1dari 22

KIMIA ELEKTRO

Perkembangan Modern Elektrokimia

Oleh:

Dewinta Intan Laily 17030234003 kimia B 2017


Zeinur Rochma Fandis 17030234045 Kimia B 2017
Mukhamad Rojib Aminudin 17030234014 Kimia B 2017

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Kimia
2018
SEJARAH PENEMUAN LISTRIK
Sejarah awal ditemukannya listrik adalah oleh cendekiawan Yunani yang bernama Thales,
yang mengemukakan fenomena batu ambar yang bila digosok-gosokkan akan dapat menarik
bulu sebagai fenomena listrik. Kemudian semenajk ide Thales dikemukakan, muncul pendapat
serta teori baru mengenai listrik.
1. Penemuan Benyamin Franklin (1752)
Banyak orang berpikir Benyamin Franklin menemukan listrik terkenal dengan layang-
layang percobaan pada 1752, namun listrik tidak ditemukan sekaligus. Pada awalnya, listrik
dikaitkan dengan cahaya. Orang ingin yang murah dan aman cara untuk cahaya rumah mereka,
dan para ilmuwan berpikir listrik mungkin jalan.

2. Eksperimen Humpry Davy (1880)

Pada tahun 1880, seorang Inggris yang bernama Humphry Davy melakukan
eksperimen-eksperimen tertentu dengan tenaga listrik. Ia mempunyai apa yang sekarang kita
namakan baterai listrik, tetapi baterai itu sangat lemah. Ia menghubungkan kawat-kawat ke
ujung-ujung baterai dan menempelkan sepotong karbon pada masing-masing dari ujung-ujung
kawat yang bebas. Dengan menyentuh dua potong karbon bersama-sama dan menariknya agar
terpisah, ia menghasilkan cahaya yang mendesis. Ini dinamakan "busur listrik", tetapi ini
adalah bukti pertama bahwa cahaya listrik itu dapat dibuat. Davy juga mengganti dua potong
karbon dengan kawat platina tipis yang menghubungkan kedua ujung kawat yang menuju
kepada baterai. Ketika arus listrik melewati kawat platina itu, kawat menjadi panas dan mulai
berpijar dan menghasilkan cahaya. Kesulitan dengan cahaya-cahaya listrik sederhana ini adalah
bahwa sumber tenaga listrik tidak cukup kuat. Jadi seorang murid Davy, Michael Faraday,
mengadakan eksperimen yang mengarah kepada pengembangan generator-generator listrik.
Dengan menggunakan mesin-mesin uap untuk menggerakkan generator-generator itu,
ditemukan sumber-sumber tenaga listrik yang lebih baik.
3. Penemuan Michael Faraday (1830)

Seorang ilmuwan Inggris, Michael Faraday (lahir di Newington Butts, Inggris, 22


September 1791 – meninggal di Pengadilan Hampton, Middlesex, Inggris, 25
Agustus 1867 pada umur 75 tahun) ialah ilmuwan Inggris yang mendapat julukan
"Bapak Listrik", karena berkat usahanya listrik menjadi teknologi yang banyak gunanya. Ia
mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan,
termasuk elektromagnetisme dan elektrokimia.
Kisah awal Farady ketika usianya beranjak 20 tahun. Pada suatu waktu, Faraday muda
menghadiri simposium yang dimentori oleh para ilmuwan Inggris papan atas. salah satunya
adalah seorang pakar kimia dan kepala laboratorium Royal Institution, bernama Sir Humphry
Davy. Sepanjang ceramah, Michael Faraday membuat catatan pribadi dan kemudian disalinnya
lagi secara rapi segala hal yang didengar waktu itu. Diwaktu selanjutnya, dokumen catatan
yang ia buat tersebut di kirim kepada Humphry Davy yang disertai lamaran pekerkerja. Secara
tak terduga Humphry Davy tertarik kepada Faraday, sehingga Faraday diangkat menjadi
pembantunya di sebuah Laboratorium Universitas terkemuka di London. Ketika itu Farady
baru menginjak usia 21 tahun.
Berkat arahan Davy, Farady memperlihatkan perkembangan yang pesat. Awalnya
sederhana, ia hanya menjadi seorang pembersih botol di laboratorium. Karena keuletannya dan
ketekunannya mempelajari ilmu, tanpa membutuhkan waktu yang lama Faraday sudah mampu
menemukan hal-hal baru dari inovasinya sendiri. Penemuan awal Farady misalnya penemuan
2 senyawa clorocarbon dan sukses mencairkan gas klorin serta sejumlah gas lain.
Karena kepiawaiannya tersebut Farady bisa berinteraksi langsung dengan para ilmuwan
ternama, salah satunya adalah Farady. Berkat keahliannya juga dia mendapat kesempatan
keliling Eropa dengan Davy. Dari situlah ia semakin mengembangkan ilmunya. Berbagai
penemuan Farady tak lepas dari bimbingan Humphry Davy.
Faraday menjadi terkenal berkat karyanya mengenai kelistrikan dan magnet.
Eksperimen pertamanya ialah membuat konstruksi tumpukan volta dengan 7 uang setengah
sen, ditumpuk bersama dengan 7 lembaran seng serta 6 lembar kertas basahan air garam.
Dengan konstruksi ini ia berhasil menguraikan magnesium sulfat.
Pada tahun 1821 Hans Christian Orsted mempublikasikan fenomena
elektromagnetisme. Dari sinilah Faraday kemudian memulai penelitian yang bertujuan untuk
membuat alat yang dapat menghasilkan "rotasi elektromagnetik". Salah satu alat yang berhasil
ia ciptakan adalah homopolar motor, pada alat ini terjadi gerakan melingkar terus-menerus
yang ditimbulkan oleh gaya lingakaran magnet mengelilingi kabel yang diperpanjang hingga
ke dalam genangan merkuri di mana sebelumnya sudah diletakan sebuah magnet pada
genangan tersebut, maka kabel akan berputar mengelilingi magnet apabila dialiri arus listrik
dari baterai. Penemuan inilah yang menjadi dasar dari teknologi elektromagnetik saat ini.
Faraday membuat terobosan baru ketika ia melilitkan dua kumparan kabel yang terpisah
dan menemukan bahwa kumparan pertma akan dilalui oleh arus, sedangkan kumparan kedua
dimasukan dimasukan arus. Inilah yang saat ini dikenal sebagai induksi timbal-balik. Hasil
percobaan ini menghasilkan bahwa "perubahan pada medan magnet dapat menghasilkan
medan listrik" yang kemudian dibuat model matematikanya oleh James Clerk Maxwell dan
dikenal sebagai Hukum Faraday.
Pada tahun 1845 Faraday menemukan bahwa bahwa banyak materi menunjukan
penolakan yang lemah dari sebuah medan listrik. Peristiwa inilah yang ia beri
nama Diagmatisme. Faraday juga menemukan bahwa bidang polarisasi dari cahaya
terpolarisasi linier dapat diputar dengan penerapan dari sebuah bidang magnet eksternal searah
dengan arah gerak cahaya. Inilah yang disebut dengan Efek Faraday.
Kemudian pada tahun 1862, Faraday menggunakan sebuah spektroskop untuk mencari
perbedaan perubahan cahaya, perubahan dari garis-garis spektrum dengan menerapkan medan
magnetik. Tetapi peralatan yang dia gunakan pada saat itu belum memadai, sehingga tak cukup
untuk menentukan perubahan spektrum yang terjadi. Kemudian penelitian ini dilanjutkan
oleh Peter Zeeman kemudian ia mempublikasikan hasilnya pada tahun 1897 dan menerima
nobel fisika tahun 1902 berkat referensi dari Faraday

4. John Frederic Daniell (1836)

Sel Daniell diberi nama menurut penemunya, John Frederic Daniell, ia menemukannya
pada tahun 1836. Elemen ini dibuat untuk mencegah terjadinya polarisasi, elektroda dilindungi
oleh suatu bahan kimia yang disebut depolarisator. Pada elemen Daniell yang digunakan adalah
tembaga sulfat (CuSO4) yang dipisahkan dengan elektrolit asam sulfat encer oleh bejana
berpori. Jadi, ion-ion masih dapat pergi dari elektroda ke elektroda lain melalui depolarisator.
Pada Sel Daniell, sepotong logam seng dimasukkan ke dalam larutan seng (II) sulfat,
ZnSO4(aq), pada satu wadah. Sementara, sepotong logam tembaga juga dimasukkan ke dalam
larutan tembaga (II) sulfat, CuSO4(aq), pada wadah lainnya. Potongan logam tersebut disebut
elektroda yang berfungsi sebagai ujung akhir atau penampung elektron. Kawat penghantar
akan menghubungkan elektroda-elektrodanya. Selanjutnya, rangkaian sel dilengkapi pula
dengan jembatan garam. Jembatan garam, biasanya berupa tabung berbentuk U yang terisi
penuh dengan larutan garam pekat, memberikan jalan bagi ion untuk bergerak dari satu tempat
ke tempat lainnya untuk menjaga larutan agar muatan listriknya tetap netral.
5. Penemuan Thomas Alfa Edison (1905)

Thomas Edison mengadakan eksperimen dengan benang-benang karbon tipis. Ketika


benang karbon, atau filamen, dipanaskan dengan mengalirkan arus listrik kepadanya, benang
itu berpijar. Jika ini dilakukan di udara, karbon itu sendiri akan membakar. Edison menaruhnya
di dalam bola lampu kaca dan mengeluarkan udara dari dalamnya. Karena tidak ada oksigen di
dalam bola lampu itu, karbon tidak dapat membakar. Bola lampu itu berpijar dengan terang
dan padam secara sangat perlahan-lahan. Sekarang kita mempunyai lampu pijar listrik yang
menghasilkan cahaya yang sangat terang. Tetapi para ilmuwan mengetahui bahwa semakin
filamen dipanaskan, semakin kuat cahaya yang dihasilkan. Jadi mereka mencari bahan-bahan
yang dapat dipanaskan sampai suhu-suhu tinggi tanpa mencair. Salah satu dari bahan-bahan
ini adalah tantalum, sebuah logam yang mencair pada suhu 5.160 derajat Fahrenheit. Logam
itu diubah menjadi kawat-kawat halus dan digunakan untuk filamen-filamen lampu pada tahun
1905.
Sebuah logam yang bahkan lebih baik untuk filamen adalah tungsten, karena logam itu
mencair pada suhu 6.100 derajat Fahrenheit. Pada mulanya tidak seorang pun yang dapat
mengubah tungsten menjadi kawat dan memerlukan waktu selama bertahun-tahun untuk
mengembangkan proses ini. Sekarang, lampu-lampu filamen tungsten adalah lampu-lampu
yang paling banyak digunakan dan kira-kira 1.000.000.000 dari lampu-lampu itu dibuat di
Amerika Serikat setiap tahunnya.
6. Penemuan galvani dan alexander volta (1980)

Pada tahun 1980, Luigi Galvani, seorang profesor anatomi dan fisiologi dari
Universitas Bologna melakukan serangkaian eksperimen selama 11 tahun mengenai
penegangan otot kaki katak melalui listrik yang dihasilkan mesin listrik statis. Galvani
menemukan bahwa penegangan otot kaki katak tersebut dapat ditimbulkan dengan cara lain :
ketika sebuah kait kuningan ditekankan ke urat saraf tulang belakang katak dan kemudian
digantungkan ke rel besi yang juga menyentuh katak, otot kaki kembali menegang. Beliau juga
menemukan bahwa fenomena ini terjadi pula untuk pasangan logam lainnya.
Galvani percaya bahwa sumber muatan listrik ada pada otot katak atau saraf itu sendiri,
dan pada saat beliau menerbitkan hasil pekerjaannya ini pada tahun 1791, beliau
menamakannya dengan “listrik hewan” (animal electricity). Banyak ilmuwan yang
mempertanyakan, termasuk juga Galvani sendiri, apakah ia telah menemukan “gaya hidup”
yang telah lama mereka cari.
Alessandro Volta dari Universitas Pavia yang berjarak 200 km dari Universitas
Bologna merasa skeptis akan pekerjaan Galvani. Meski Volta segera melanjutkan dan
mengembangkan penelitian tersebut, Volta masih ragu mengenai gagasan Galvani tentang
listrik hewan. Volta percaya bahwa sumber listrik bukan berasal dari saraf hewan, tetapi pada
kontak antara kedua logam. Setelah mengumumkan pandangannya, Volta segera mendapat
banyak pengikut, meski sebagian lain masih berpihak kepada Galvani.
Volta segera menyadari bahwa konduktor yang lembab, seperti otot katak atau embun
pada titik temu dua logam yang berbeda, penting agar rangkaian efektif. Beliau juga melihat
bahwa otot katak yang tegang tersebut merupakan instrumen yang sensitif untuk mendeteksi
“tegangan” listrik atau “gaya gerak listrik” (saat ini disebut sebagai potensial), bahkan lebih
sensitif dari elektroskop terbaik yang ada yang telah beliau kembangkan bersama ilmuwan lain.
Dan bagian terpentingnya adalah—Volta mengetahui jawaban tegas atas pernyataan Galvani
hanya dapat dibantah dengan mengganti kaki katak yang sensitif dengan bahan anorganik.
Untuk menguatkan pandangan Volta bahwa kontak antara dua logamlah yang menyebabkan
otot katak menegang, Volta harus menghubungkan kedua logam yang tidak sama dalam sebuah
elektroskop dan mengamati pemisahan keping-keping yang menunjukkan beda potensial. Akan
tetapi, Volta kesulitan untuk melakukan eksperimen ini karena sebagian besar elektroskop
sensitivitasnya jauh kurang peka dibandingkan dengan otot katak. Volta memperkirakan beda
potensial yang dihasilkan oleh dua logam berbeda yang tidak bersentuhan : perak dan seng
sebesar 0,7 mendekati nilai tersebut saat ini 0,78 V. Sukses inilah yang akhirnya
mempertahankan teori Volta.
Penelitian Volta menunjukkan bahwa kombinasi-kombinasi logam tertentu
menghasilkan efek yang lebih besar dari yang lain, oleh Volta kereaktifan logam-logam
tersebut disusun dalam “deret Volta”. Volta juga menemukan unsur karbon (C) dapat
digunakan untuk menggantikan salah satu logam tersebut. Volta kemudian menyusun apa yang
kemudian menjadi sumbangan terbesarnya terhadap sains. Di antara piringan seng dan piringan
perak, Volta meletakkan selembar kain atau kertas yang sudah direndam dalam larutan garam
atau asam cair dan menumpukkan sebuah “baterai”.
MEKANISME REAKSI ELEKTROKIMIA
Sel Volta
Sel volta (sel galvani) adalah sel elektrokimia di mana energi kimia dari reaksi redoks
spontan diubah menjadi energi listrik. Prinsip kerja sel volta dalam menghasilkan arus listrik
adalah aliran transfer elektron dari reaksi oksidasi di anode ke reaksi reduksi di katode melalui
rangkaian luar.
Susunan Sel Volta
Secara umum, sel volta tersusun dari:
 Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
 Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
 Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
 Rangkaian luar, yaitu kawat konduktor yang menghubungkan anode dengan katode.
 Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang terdiri dari larutan garam. Jembatan
garam memungkinkan adanya aliran ion-ion dari setengah sel anode ke setengah sel
katode, dan sebaliknya sehingga terbentuk rangkaian listrik tertutup.

Rangkaian sel volta dengan jembatan garam (Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015.
Chemistry: The Central Science (13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Pada gambar di atas, terlihat rangkaian sel volta dengan dua kompartemen. Masing-
masing kompartemen merupakan setengah sel. Pada kompartemen kiri, dalam larutan ZnSO4
terjadi setengah reaksi oksidasi Zn menjadi ion Zn2+, sedangkan pada kompartemen kanan,
dalam larutan CuSO4 terjadi setengah reaksi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu. Logam Zn dan Cu
yang menjadi kutub-kutub listrik pada sel volta di atas disebut sebagai elektrode. Logam Zn
tempat terjadinya oksidasi Zn disebut anoda. Logam Cu tempat terjadinya reduksi ion Cu2+
disebut katoda. Oleh karena elektron dilepas dari reaksi oksidasi di anoda menuju reaksi
reduksi di katoda, maka anoda adalah kutub negatif dan katoda adalah kutub positif. Kedua
kompartemen dihubungkan dengan pipa kaca berbentuk U yang berisi larutan garam seperti
NaNO3 atau KCl dalam medium agar-agar yang disebut jembatan garam. Fungsi jembatan
garam adalah untuk menetralkan muatan listrik dari kedua kompartemen setelah reaksi redoks
dengan menyuplai anion ke kompartemen anoda dan kation ke kompartemen katoda; serta
memungkinkan terjadinya migrasi ion-ion pada kedua kompartemen sehingga membentuk
rangkaian listrik tertutup. Pada sel volta di atas, dengan jembatan garam KNO3, ion NO3− akan
bergerak ke arah anoda untuk menetralkan ion Zn2+ berlebih dari hasil oksidasi Zn; dan ion K+
akan bergerak ke arah katoda untuk menetralkan ion SO42− berlebih dari larutan CuSO4 oleh
karena berkurangnya ion Cu2+ setelah tereduksi menjadi logam Cu.
Notasi Sel Volta
Susunan sel volta dapat dinyatakan dengan notasi sel volta yang disebut juga diagram sel.
Untuk contoh sel volta di atas, notasi selnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu atau Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s)
Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.
 Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi) ditulis pada
bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada kompartemen katoda (setengah sel
reduksi) ditulis pada bagian kanan.
 Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang memisahkan kedua
setengah sel.
 Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen-komponen
dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni2+(aq) mengindikasikan bahwa Ni padat
berbeda fase dengan larutan Ni2+.
 Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam fase yang
sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co dan katoda inert Pt, di mana
terjadi oksidasi Co menjadi Co2+ dan reduksi Fe3+ menjadi Fe2+, dinotasikan sebagai
berikut. Co(s) | Co2+(aq) || Fe3+(aq), Fe2+(aq) | Pt(s)
 Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis dalam tanda
kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+ dan Cu2+ adalah 1 M
keduanya, maka dituliskan seperti berikut.
Zn(s) | Zn2+(aq, 1 M) || Cu2+(aq, 1 M) | Cu(s)

Persamaan Nernst
Dalam sel volta pada pengukuran standar, pasti digunakan konsentrasi yang sama pada kedua
gelas kimia yaitu pada anode dan katode. Namun, jika salah satu atau kedua gelas kimia
tersebut konsentrasinya diubah, maka perhitungan potensial selnya tidak akan sama dengan
perhitungan potensial sel volta biasa (Eºsel = Eºkatode – Eºanode)
Persamaan menyatakan hubungan antara potensial dari sebuah elektroda ion metal-metal dan
konsentrasi dari ion dalam larutan. Penurunan Persamaan Nernst :
Persamaan Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel dengan konsentrasi suatu
reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat dilangsungkan pada kondisi tertentu untuk
membangkitkan listrik. Dasarnya bahwa reaksi oksidasi reduksi itu harus berlangsung spontan
di dalam larutan air jika bahan pengoksidasi dan pereduksi tidak sama. Dalam sel Galvani
oksidasi diartikan sebagai dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi
berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi oksidasi
sederhana dan berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink dibenamkan dalam suatu
larutan tembaga sulfat maka terjadi logam tembaga menyepuh pada lembaran zink dan
lembaran zink lambat laun melarut dan dibebaskan energi panas. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu
Reaksi yang sebenarnya adalah antara ion zink dengan tembaga yaitu :
Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu
Tiap atom zink kehilangan dua elektron dan tiap ion tembaga memperoleh dua elektron untuk
menjadi sebuah atom tembaga.
Oksidasi : Zn → Zn2+ + 2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- → Cu
Sel yang belum mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik ketika reaksi di
dalamnya mengerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar. Kerja yang dapat dipenuhi oleh
transfer elektron tertentu bergantung pada beda potensial antara kedua elektron. Perbedaan
potensial ini disebut potensial sel dan diukur dalam volt (V). Jika potensial sel besar maka
sejumlah elektron tertentu yang berjalan antara kedua elekroda dapat melakukan kerja listrik
yang besar. Sebaliknya, jika potensial sel kecil maka elektron dalam jumlah yang sama hanya
dapat melakukan sedikit kerja. Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat
melakukan kerja dan sel demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi
digunakan dua elektrode yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda. Elektrode
dalam larutan pekat merupakan katode (tempat terjadinya reaksi reduksi) sedangkan elektrode
dalam larutan encer merupakan anode (tempat terjadinya reaksi oksidasi).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan karena larutan-larutan yang
diperikan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan bukan konsentrasi kesetimbangan.
Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas habis, barulah sistem itu berada dalam
kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0 dan faktor K dalam persamaan Nernst setara dengan
tetapan kesetimbangan. Oleh karena itu, potensial elektroda standar dihubungkan dengan
tetapan kesetimbangan untuk reaksi sel oleh rumus :

Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :


Secara umum untuk reaksi :

(Persamaan Nernst, 1889)


Untuk sel :
Pt, H2 (1 bar)| H+ (aq)|| Cu2+ (aq)|Cu
Dengan reaksi :

Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana energi listrik digunakan untuk menjalankan
reaksi redoks tidak spontan. Reaksi elektrolisis dapat didefinisikan sebagai reaksi peruraian zat
dengan menggunakan arus listrik. Prinsip kerja sel elektrolisis adalah menghubungkan kutub
negatif dari sumber arus searah ke katode dan kutub positif ke anode sehingga terjadi
overpotensial yang menyebabkan reaksi reduksi dan oksidasi tidak spontan dapat berlangsung.
Elektron akan mengalir dari katode ke anode. Ion-ion positif akan cenderung tertarik ke katode
dan tereduksi, sedangkan ion-ion negatif akan cenderung tertarik ke anode dan teroksidasi.
Susunan Sel Elektrolisis
Secara umum, sel elektrolisis tersusun dari:
 Sumber listrik yang menyuplai arus searah (dc), misalnya baterai.
 Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
 Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
 Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
Susunan sel elektrolisis (Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central
Science (13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Pada gambar di atas, terlihat rangkaian sel elektrolisis lelehan NaCl. Sel elektrolisis tidak
memerlukan jembatan garam seperti halnya sel Volta. Elektrode yang digunakan dapat berupa
elektrode inert seperti platina atau grafit yang tidak teroksidasi ataupun tereduksi dalam sel.
Proses elektrolisis dimulai dengan dialirkan arus listrik searah dari sumber tegangan listrik.
Elektron dari kutub negatif akan mengalir menuju ke katode. Akibatnya, ion-ion positif Na+
dalam lelehan NaCl akan tertarik ke katode dan menyerap elektron untuk tereduksi menjadi Na
yang netral. Sementara itu, ion-ion negatif Cl− dalam lelehan akan tertarik ke anode di kutub
positif. Ion-ion Cl− akan teroksidasi menjadi gas Cl2 yang netral dengan melepas elektron.
Elektron tesebut kemudian dialirkan anode dan diteruskan ke kutub positif sumber tegangan
listrik. Jadi, reaksi redoks yang terjadi pada sel elektrolisis lelehan NaCl dapat ditulis sebagai
berikut.
 Katode (reduksi) : Na+(l) + e− → Na(l)
 Anode (oksidasi) : 2Cl−(l) → Cl2(g) + 2e−
 Reaksi sel (redoks) : 2Na+(l) + 2Cl−(l) → 2Na(l) + Cl2(g)
Reaksi Elektrolisis
Secara umum, elektrolisis lelehan senyawa ionik melibatkan reaksi redoks yang lebih
sederhana. Hal ini dikarenakan tanpa adanya air, kation akan direduksi di katode dan anion
akan dioksidasi di anoda. Sebagai contoh, pada elektrolisis lelehan MgBr2, ion Mg2+ akan
tereduksi di katode membentuk logam Mg dan ion Br− akan teroksidasi di anode membentuk
gas Br2. Namun, jika reaksi elektrolisis berlangsung dalam sistem larutan, ada beberapa reaksi
redoks yang bersaing sehingga reaksi cenderung agak kompleks. Beberapa faktor yang
menentukan reaksi elektrolisis larutan elektrolit antara lain sebagai berikut.
1. Sesi-spesi yang berada di dalam larutan elektrolit
 spesi yang tereduksi adalah spesi dengan potensial reduksi lebih positif
 spesi yang teroksidasi adalah spesi dengan potensial reduksi lebih negatif (potensial
oksidasi lebih positif)
2. Sifat bahan elektrode, inert atau aktif
 elektrode inert adalah elektrode yang tidak terlibat dalam reaksi redoks elektrolisis.
Contoh: platina (Pt), emas (Au), dan grafit (C)
 elektrode aktif adalah elektrode yang dapat terlibat dalam reaksi redoks elektrolisis.
Contoh: tembaga (Cu), krom (Cr), dan nikel (Ni)
3. Potensial tambahan (overpotensial) yang diberikan
 Overpotensial dibutuhkan untuk melampaui interaksi pada permukaan elektrode yang
umumnya sering terjadi ketika elektrolisis menghasilkan gas.
Berdasarkan data potensial elektrode standar, reaksi elektrolisis larutan elektrolit pada keadaan
standar dapat diprediksikan mengikuti ketentuan berikut.

Sebagai contoh, perhatikan perbedaan elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektrode grafit dan
elektrode perak (Ag) berikut.

a. Elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektrode grafit

Pada katode, spesi yang mengalami reduksi adalah Ag+. Hal ini dikarenakan Ag tidak termasuk
logam aktif yang potensial reduksinya lebih negatif dari potensial reduksi air.

Katode: Ag+(aq) + e− → Ag(s)

Pada anode, elektrode grafit termasuk elektrode inert sehingga tidak teroksidasi. Spesi NO3−
merupakan sisa asam oksi yang sukar teroksidasi, akibatnya air yang akan teroksidasi.

Anode: 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e−

b. Elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektrode perak


Pada katode, spesi yang mengalami reduksi adalah Ag+. Spesi yang tereduksi di katode tidak
bergantung pada elektrode yang digunakan, namun hanya bergantung pada jenis kation larutan
elektrolit.
Katode: Ag+(aq) + e− → Ag(s)
Pada anode, elektrode Ag tidak termasuk elektrode inert sehingga akan teroksidasi.
Anode: Ag(s) → Ag+(aq) + e−

Potensial Sel Standar (E°sel)


Adanya arus listrik berupa aliran elektron pada sel volta disebabkan oleh adanya beda potensial
antara kedua elektrode yang disebut juga dengan potensial sel (Esel) ataupun gaya gerak listrik
(ggl) atau electromotive force (emf). Potensial sel yang diukur pada keadaan standar (suhu
25°C dengan konsentrasi setiap produk dan reaktan dalam larutan 1 M dan tekanan gas setiap
produk dan reaktan 1 atm) disebut potensial sel standar (E°sel). Nilai potensial sel sama dengan
selisih potensial kedua elektrode. Menurut kesepakatan, potensial elektrode standar mengacu
pada potensial reaksi reduksi.
E°sel = E°katode – E°anode
Katode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih besar (positif), sedangkan anode adalah
elektrode yang memiliki nilai E° lebih kecil (negatif). Data nilai potensial elektrode standar
dapat dilihat pada tabel berikut

Potensial Sel Standar (Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central
Science (13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.
Reaksi Redoks Spontan
Kespontanan reaksi redoks dapat diprediksi dari nilai potensial reaksi redoks tersebut. Nilai
potensial reaksi redoks sama dengan nilai potensial sel, yaitu selisih antara potensial reduksi
katode (reaksi reduksi) dengan potensial reduksi anode (reaksi oksidasi). Suatu reaksi redoks
akan berlangsung spontan ke arah pembentukan produk bila potensial reaksinya bernilai
positif.
Redoks spontan: E°redoks > 0
Deret Keaktifan Logam (Deret Volta)

Urutan unsur-unsur logam pada tabel potensial elektrode standar disebut juga deret
elektrokimia (deret volta). Deret ini memberikan informasi reaktivitas unsur logam dalam suatu
reaksi redoks.

 Reaktivitas unsur logam semakin berkurang dari kiri ke kanan.


 Sifat reduktor (daya reduksi) logam semakin berkurang dari kiri ke kanan.
 Kecenderungan logam untuk teroksidasi semakin berkurang dari kiri ke kanan.
 Sifat oksidator (daya oksidasi) logam semakin bertambah dari kiri ke kanan.
 Kecenderungan ion logam untuk tereduksi semakin bertambah dari kiri ke kanan.
Perbedaan Antara Sel Volta (Sel Galvani) Dan Sel Elektrolisis
 Anoda dari sel elektrolisis bermuatan positif karena anoda menarik anion dari larutan,
sedangkan katoda negatif.
 Anoda dari sebuah sel galvani bermuatan negatif, karena oksidasi spontan pada anoda
adalah sumber elektron sel atau muatan negatif. Katoda dari sel galvani adalah
bermuatan positif.
 Reaksi redoks dalam sel galvani adalah reaksi spontan.
 Reaksi redoks dalam sel elektrolisis adalah nonspontan.
Aplikasi dan Kegunaan dalam Kehidupan Sehari–hari

1. Sebagai Penyimpanan Energi (Sel Volta Primer & Sekunder)

 Sel Volta Primer

a. Sel Kering Seng – Karbon


Sel kering juga dapat disebut sel Lenchanche atau baterai. Baterai kering ini
mendapatkan hak paten penemuan di tahun 1866. Sel Lanchache ini terdiri atas suatu
silinder zink berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO2), salmiak (NH2Cl), karbon (C),
dan sedikit air. Dengan adanya air jadi baterai kering ini tidak 100% kering.
Sel ini biasanya digunakan sebagai sumber tenaga atau energi pada lampu, senter, radio,
jam dinding, dan masih banyak lagi. Penggunaan logam seng adalah sebagai anoda
sedangkan katoda digunakan elektrode inert, yaitu grafit, yang dicelupkan ditengah-tengah
pasta. Pasta ini bertujuan sebagai oksidator. Seng tersebut akan dioksidasi sesuai dengan
persamaan reaksi di bawah ini:

Zn(s) → Zn2+ (aq) + 2e- (anoda)

Sedangkan katoda terdiri atas campuran dari MnO2 dan NH4Cl. Reaksi yang terjadi dapat
ditulis sebagai berikut:

2MnO2(s) + 2NH4+(aq) 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l) (katoda)

Katoda akan menghasilkan ammonia, ammonia ini akan bereaksi dengan Zn2+ yang
dihasilkan di anode. Reaksi tersebut akan membentuk ion yang kompleks [Zn(NH3)4]2+.
Sel kering ini tidak dapat digunakan berulang kali dan memiliki daya tahan yang tidak
lama. Dan harganya di pasaran sangatlah murah.

b. Baterai Merkuri
Baterai merkuri ini merupakan satu dari baterai kecil yang dikembangkan untuk usaha
perdagangan atau komersial. Anoda seng dan katoda merkuri (II) oksida (HgO) adalah
penyusun dari baterai merkuri ini yang dihubungkan dengan larutan elektrolit kalium
hidroksida (KOH). Sel ini mempunyai beda potensial ± 1,4V. Reaksi yang terjadi pada
baterai ini adalah:

Zn(s) + 2OH–(aq) → ZnO(s) + H2O + 2e- (anoda)


HgO(s) + H2O + 2e- → Hg(l) + 2OH-(aq) (katoda)
Reaksi dari keseluruhan atau disebut reaksi bersih adalah:
Zn(s) + HgO(s) → ZnO(s) + Hg(l)

c. Baterai Perak Oksida


Baterai perak oksida tergolong tipis dan harganya yang relatif lebih mahal dari baterai-
baterai yang lainnya. Baterai ini sangat populer digunakan pada jam, kamera, dan
kalkulator elektronik. Perak oksida (Ag2O) sebagai katoda dan seng sebagai anodanya.
Reaksi elektrodenya terjadi dalam elektrolit yang bersifat basa dan mempunyai beda
potensial sama seperti pada baterai alkaline sebesar 1,5V. Reaksi yang terjadi adalah:
Zn(s) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2(s) + 2e- (anoda)
Ag2O(s) + H2O + 2e- → 2Ag(s) + 2OH-(aq) (katoda)

d. Baterai Litium
Terdiri atas litium sebagai anoda dan MnO2 sebagai oksidator (seperti pada baterai
alkaline). Baterai Litium ini dapat menghasilkan arus listrik yang lebih besar dan daya
tahannya lebih lama dibandingkan baterai kering yang berukuran sama. Berikut notasi dari
baterai Litium:
Li│Li+ (pelarut non-air)│KOH (pasta)│MnO2, Mn(OH)3, C

 Sel Volta Sekunder

a. Aki Timbal
Aki merupakan jenis baterai yang dapat digunakan untuk kendaran bermotor atau
automobil. Aki timbal mempunyai tegangan 6V atau 12V, tergantung jumlah sel yang
digunakan dalam konstruksi aki timbal tersebut. Aki timbal ini terdiri atas katoda PbO2
(timbel(IV) oksida) dan anodanya Pb (timbel=timah hitam). Kedua zat sel ini merupakan
zat padat, yang dicelupkan kedalam larutan H2SO4. Reaksi yang terjadi dalam aki adalah:

Pb(s) + SO42–(aq) → PbSO4(s) + 2e- (anoda)


PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42–(aq) + 2e- → PbSO4(s) + 2H2O (katoda)

Aki ini dapat diisi ulang dengan mengalirkan lagi arus listrik ke dalamnya. Pengisian aki
dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua elektrode. Pada pengosongan
aki, anoda (Pb) mengirim elektron ke katoda (PbO2). Sementara itu pada pengisian aki,
elektrode timbal dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus sehingga PbSO4 yang
terdapat pada elektrode timbal itu direduksi. Berikut reaksi pengisian aki:
PbSO4 (s) + H+(aq) +2e- → Pb(s) + HSO4–(aq) [elektrode Pb sebagai katoda]
PbSO4 (s) + 2H2O(l) → PbO2 (s) + HSO4–(aq) + 3H+ (aq) + 2e- [elektrode PbO2 sebagai
anoda].

b. Baterai Nikel Kadmium


Baterai nikel-kadmium merupakan baterai kering yang dapat diisi ulang. Sel ini biasanya
disebut nicad atau bateray nickel-cadmium. Reaksi yang terjadi pada baterai nikel-
kadmium adalah:
Cd(s) + 2OH-(aq) → Cd(OH)2 (s) + 2e- (anoda)
NiO2(s) + 2H2O (l) + 2e- → Ni(OH)2 (s) + 2OH-(aq) (katoda)
Reaksi keseluruhan adalah:
Cd(s) + NiO(aq) + 2H2O (l) → Cd(OH)2 (s) + Ni(OH)2 (s)

Baterai nikel-kadmium merupakan zat padat yang melekat pada kedua elektrodenya.
Baterai nikel-kadmium memiliki tegangan sekitar 1,4V. Dengan membalik arah aliran
elektron, zat-zat tersebut dapat diubah kembali seperti zat semula.
c. Sel Perak Seng
Sel ini mempunyai kuat arus (I) yang besar dan banyak digunakan pada kendaran-
kendaraan balap. Sel perak seng dibuat lebih ringan dibandingkan dengan sel timbal seng.
KOH adalah elektrolit yang digunakan dan elektrodenya berupa logam Zn (seng) dan Ag
(perak).
d. Sel Natrium Belerang
Sel natrium belerang ini dapat menghasilkan energi listrik yang lebih besar dari sel perak
seng. Elektrodenya adalah Na (natrium) dan S (sulfur).
e. Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar adalah sel yang menggunakan bahan bakar seperti campuran hidrogen
dengan oksigen atau campuran gas alam dengan oksigen. Sel bahan bakar ini biasanya
digunakan untuk sumber energi listrik pesawat ulang-alik, pesawat Challenger dan
Columbia. Yang berperan sebagai katode adalah gas oksigen dan anodanya gas hidrogen.
Masing-masing elektrode dimasukkan kedalam elektrode karbon yang berpori-pori dan
masing-masingnya elelktrode digunakan katalis dari serbuk platina.

Katoda: menghasilkan ion OH-


O2(g) + 2H2O(l) + 4e- → 4OH-(aq)
Anoda: dari katode bereaksi dengan gas H2
H2(g) + 2OH-(aq) → 2H2O(l) + 2e-
Reaksi selnya adalah:
O2(g) + 2H2(g) → 2H2O(l)

2. Penyepuhan Logam (Elektroplating)

Elektroplating merupakan salah satu cabang dari ilmu kimia (elektrokimia) yang membahas tentang
energi atau arus listrik yang menyebabkan suatu reaksi atau perubahan kimia serta energy listrik yang di
hasilkan melalui suatu reaksi kimia, hasil reaksi – reaksi pada suhu yang sangat tinggi melalui perubahan
energi listrik menjadi panas.
Dalam elektroplating proses yang terjadi adalah melalui elektroforesis yaitu gerakan partikel
koloid dalam medan listrik dengan menghasilkan dua elektrode (suatu penghantar yang dapat berbentuk
batangan, kepingan, atau kawat yang digunakan untuk memancarkan atau mengendalikan aliran partikel-
partikel yang bermuatan, baik dalam suatu cairan, gas, atau semikonduktor). Yang dialiri arus kearah,
koloid bermuatan negatif bergerak kearah anode, sedangkan koloid bermuatan positif ke katode. Proses ini
digunakan untuk memisahkan atau penguraian campuran. Setelah koloid itu terpisah atau melapisi anode
tersebut sehingga terbentuk lapisan tipis yang biasanya disebut plate.
Proses elektroplating mengubah sifat fisik, mekanik, dan sifat teknologi suatu material.Salah
satu contoh perubahan fisik ketika material dilapis dengannikel adalah bertambahnya dayatahan material
tersebut terhadap korosi, serta bertambahnya kapasitas konduktifitasnya. Adapun dalam sifat mekanik,
terjadi perubahan kekuatan tarik maupun tekan dari suatu material sesudah mengalami pelapisan
dibandingkan sebelumnya.

Contoh penyepuhan logam secara tradisional adalah proses penyepuhan menggunakan


emas 24 karat. Penyepuhan dilakukan pertama-tama dengan merendam logam (perak) di
dalam air panas yang sebelumnya dibubuhi potasium, kemudian, logam dicuci dengan
buah lerak dan disikat dengan seksama. Setelah benar-benar bersih, perhiasan dicelupkan
dalam larutan potas dan emas yang dipanasi.

Untuk membuat larutan sepuh, emas dikaitkan pada kawat tembaga yang disambungkan
pada kutub positif aki kering. Logam yang disepuh dikaitkan pada kawat tembaga pada
sambungan kutub lain. Untuk meratakan lapisan, perhiasan digoyang-goyangkan beberapa
kali.
Penyepuhan perak oleh emas digunakan dalam pembuatan perhiasan. Namun, karena atom
perak berdifusi ke lapisan emas, lambat laun akan memudarkan warnanya dan akhirnya
menodai lapisan permukaan. Proses ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan bahkan
bertahun-tahun, tergantung pada ketebalan lapisan emas. Sebuah “penghalang” berupa
lapisan logam digunakan untuk melawan efek ini. Tembaga, yang juga dapat bermigrasi
menjadi emas, kecepatannya jauh lebih lambat daripada perak. Tembaga lebih jauh lagi
disepuh dengan nikel, sehingga perak berlapis emas biasanya merupakan perak yang di-
substrat dengan lapisan tembaga dan nikel, dan emas berada pada lapisan paling atas.

3. Pelindung dari Korosi

Korosi adalah reaksi oksidasi dari suatu unsur, terutama logam. Logam lebih mudah
teroksidasi ketika logam tersebut berada di bagian kiri deret volta akibat mengecilnya
potensial reduksi dan membesarnya potensial oksidasi semakin logam berada di bagian
kiri deret. Contoh berikut adalah mekanisme magnesium (Mg) untuk melindungi logam
besi (Fe) dari korosi.

Fe3+ + 3e- → Fe Eo = -0.04

Mg2+ + 2e- → Mg Eo = -2.37

Karena Magnesium berada di sebelah kiri besi pada deret volta, maka Mg akan teroksidasi
dan akan melindungi Fe dari korosi, dan ketika Mg terkorosi, akan dihasilkan Mg(OH)2.
Ketika ada kehadiran CO2 (atau karbon dari debu udara) maka reaksi akan berlanjut dan
Mg(OH)2 akan bereaksi dengan CO2 membentuk lapisan MgCO3•3H2O yang dapat
mencegah proses korosi berlanjut.

Akan tetapi, lapisan MgCO3•3H2O tidak terlalu tebal untuk melindungi seluruh permukaan
besi dari korosi sehingga masih ada bagian besi yang memiliki lapisan MgCO3•3H2O yang
tipis atau bahkan tidak terlapisi. Oleh karena itu Mg bukan material terbaik untuk
mencegah korosi dari besi.

4. Voltammetri sebagai metode menganalisis senyawa kimia

Voltammetri adalah salah satu metode elektroanalitik dimana informasi mengenai


analit diperoleh dari pengukuran arus sebagai fungsi potensial yangditerapkan. Sel
voltametri terdiri dari tiga elektroda yang dimasukkan kedalam larutan yang mengandung
analit dan elektrolit nonreaktif berlebih yang disebut elektrolit pendukung. Teori dasar
voltametri adalah polarografi. Polarografi merupakan metode analisis yang menggunakan
teknik potensial terkontrol dengan pengukuran arus yang dihasilkan. Reaksi yang terjadi
adalah :
O+ne→R
Dimana O dan R merupakan bentuk analit dalam keadaan oksidasi dan reduksi, e adalah
elektron yang terlibat dalam reaksi dan n menunjukkan jumlah electron yang terlibat dalam
reaksi tersebut. Secara termodinamika potensial elektroda dapat digunakan untuk
menentukan jenis (analisa kualitatif) dan jumlah (analisa kuantitatif) reaksi yang terjadi
berdasarkan persamaan Nernst :
E = E0 - 2,303 log - - E pembanding
Dimana Eo adalah potensial standar reaksi redoks yang terjadi, R adalah tetapan gas
mutlak, T adalah temperatur (K), n adalah jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi, ared
dan aoks masing-masing adalah aktivitas bahan dalam keadaan reduksi dan oksidasi dan
F adalah bilangan Faraday. Arus yang dihasilkan dari reaksi redoks tersebut dinamakan
arus Faradik, karena mengikuti hukum Faraday (1 mol bahan memberikan n x 96487
Coulomb listrik).

Dalam voltametri digunakan tiga elektroda yang dicelupkan dalam larutan elektrolit. Yang
pertama adalah eletroda kerja, elektroda ini memiliki berbagai bentuk dan ukuran
tergantung penggunaannya. Biasanya berbentuk pelat kecil atau piringan kecil konduktor
yang dipres dan diletakkan dalam batang (rod) material inert, misalnya teflon. Konduktor
yang biasa digunakan adalah logam inert, seperti platina, emas, glassy carbon atau grafit,
semikonduktor indium dioksida, maupunlogam yang dilapisi oleh raksa. Elektroda kedua
merupakan elektroda referensi (biasanya berupa kalomel jenuh atau Ag/AgCl), yang
memiliki potensial tetap selama eksperimen berlangsung. Elektroda yang ketiga disebut
elektroda pembantu. Elektroda ini berupa kabel platinum yang fungsinya tersedia hanya
untuk mengalirkan listrik yang berasal dari sumber sinyal melalui larutan menuju elektroda
kerja.

Arus akan mengalir ketika potensial pada elektroda kerja cukup negatif untuk terjadinya
reaksi reduksi, atau potensial cukup positif untuk terjadinya reaksi oksidasi. Pada potensial
dimana arus mulai mengalir berhubungan dengan Eo untuk tiap pasangan reaksi, hal ini
disebut sinyal analitik kualitatif. Besarnya arus berhubungan dengan konsentrasi analit
yang bereaksi pada elektroda, ini disebut sinyal analitik kuantitatif.
Ada tiga mekanisme aliran arus yang muncul pada sistem, yaitu :
a) Konveksi, yaitu aliran arus yang disebabkan oleh pengadukan, density gradient atau
karena gradien temperatur dalam larutan.
b) Elektromigrasi, yaitu aliran arus karena perpindahan kation menuju katoda dan anion
menuju anoda. Ketika arus mengalir, muatan dibawa oleh ion melalui larutan berdasarkan
nilai transference number-nya.
c) Difusi, yaitu aliran arus yang berhubungan dengan gradien konsentrasi. Analit akan
mengalir secara spontan dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju ke konsentrasi rendah.
Arus konveksi dapat diminimalkan dengan cara menghilangkan pengadukan dan
pengukuran dilakukan pada temperatur yang tetap. Arus elektromigrasi tidak dapat
dihindari, karena ketika arus mengalir, muatan harus dibawa melalui larutan. Arus akan
dibawa oleh spesies yang yang memiliki transference number tertinggi dan hal ini
bergantung pada mobilitas dan konsentrasi. Jika suatu garam inert dengan konsentrasi
tinggi ditambahkan dalam larutan, misalnya KCl, maka muatan akan dibawa oleh ion
garam ini, sehingga arus elektromigrasi dapat diminimalkan. Garam inert yang
ditambahkan disebut elektrolit pendukung, harus memiliki konsentrasi 50 sampai 100 kali
lebih tinggi dari konsentrasi analit. Arus yang berhubungan dengan reaksi analit adalah
arus difusi.

Pada potensial tertentu larutan elektrolit pendukung mengalami proses oksidasi-reduksi.


Dengan adanya proses ini akan mempengaruhi voltamogram yang dihasilkan. Oleh karena
itu diperlukan daerah potensial tertentu untuk menghindari interferensi dari larutan
elektrolit pendukung

Metode pengukuran
Dalam voltametri, variabel sinyal eksitasi potensial memberi kesan terhadap sel yang
mengandung mikroelektroda. Sinyal eksitasi ini merupakan karakteristik respon arus
berdasarkan metoda yang digunakan. Ada beberapa jenis sinyal eksitasi, pertama linear
scan biasa digunakan pada polarography dan hydrodynamic voltammetry. Differential
pulse digunakan dalam differential pulse polarography. Square wave digunakan dalam
square wave voltammetry dan triangular digunakan dalam cyclic voltammetry (Skoog, et.
al, 1998)

SWV (square wave voltammetry) Square wave voltammetry dan differential pulse
voltammetry keduaya digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode ini
mengambil keuntungan dari timing sampel ke computer berulang kali pada dua titik
relative terhadap waktu penerapan tegangan square wave untuk electroda. Perbedaan
antara dua nilai arus
diplotkan sebagai fungsi dari aplikasi potensial DC. Hasil yang diperoleh adalah puncak
dari voltammetryc wave, sesuai dengan aktivitas elektro dari spesies pada sel elektrokimia.

5. Aplikasi Elektroda Termodifikasi

Modifikasi Elektroda dengan cara melapiskan senyawa tertentu dipermukaan elektroda


menjadi salah satu tanda perkembangan teknologi voltammetri. Modifikasi elektroda
tersebut bertujuan untuk meningkatkan selektivitas dan mengurangi pengaruh matriks
sample pada proses pengukuran. Modifikasi elektroda secara kimia merupakan pendekatan
modern untuk sistem elektroda. Modifikasi elektroda dapat dilakukan secara self–
assembled monolayer (SAM), sol–gel encapsulation of reactive spesies, electrocatalytic
modified electrod, preconcentrating electrodes, permselective coating, dan conducting
polymers.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New Jersey:
Pearson Education,Inc.
Chang, Raymond & Goldsby, Kenneth A. 2016. Chemistry (12th edition). New York:
McGraw-Hill Education
Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1980). Quantitative Analysis. Diterjemahkan oleh Soendoro,
R. Widaningsih, W.B.A., dan Sri, R.S., Analisa Kimia Kuantitatif. (1981). Jakarta:
Erlangga. Hal. 222.
Kennedy, J. 1990. Analitycal Chemistry. 2nd ed. Sounders College Publishing.

McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th edition). New
Jersey: Pearson Education,Inc.
Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern Applications (11th
edition). Toronto:Pearson Canada Inc.
Pandri.2011. Sejarah penemuan listrik. Diakses di https://pandri
16.blogspot.com/2011/04/sejarah-penemuan-listrik-dan-penemu.html pada tanggal 29 Januari
2019
Silberberg, Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular Nature of Matter
and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education
Skoog, D.A., D.M. West, F.J. Holler (1996). Fundamental of Analytical chemistry, 7th ed.
Saunders College Publishing.
Wang, J. 2000. Analytical Electrochemistry. Wiley–VHC. Canada.
West,Kresta. 2009. Materi Kimia :”Reaksi Kimia” Volume 3. PT Intan Sejati : Bandung

Anda mungkin juga menyukai