Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

MEKANIKA KUANTUM MOLEKUL


ORBITAL MOLEKUL FORMALDEHIDA

Disusun oleh :

Melany Putri (140310130029)

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Formaldehid sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Karena formaldehid sudah
sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri, sebenarnya
formaldehid sangat banyak manfaatnya, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman
sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi
lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk
pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan
pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan
untuk insulasi busa. Formaldehid juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur
minyak. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis
(plywood). Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet
untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri
perikanan, formaldehid digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di
sisik ikan. Terkadang formaldehid juga disalah gunakan sebagai pengawet bahan
makanan yang akan sangat berbahaya bagi tubuh manusia.

Selain itu, formaldehid diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan
penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian,
bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah,
sehinggga tidak jarang ikan yang diobati mati akibat formaldehid dibandingkan dengan
penyakitnya. Formaldehid banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk
keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formaldehid digunakan untuk
pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran.

Mengingat akan besarnya manfaat formaldehid dalam kehidupan sehari hari,


tidak heran jika kebutuhan formaldehid setiap tahun mengalami kenaikan. Walaupun
industri formaldehid di indoseia cukup banyak yaitu sekitar 20 perusahaan pemroduksi
formaldehid. Salah satu contoh industri atau perusahaan yang bergerak dalam
pembuatan formaldehid adalah PT. PAI Probolinggo. Industri tersebut memproduksi
formaldehid tidak dalam jumlah sedikit melainkan dalam kapasitas ribuan ton. Namun
indonesia masih mengimpor formaldehid guna mencukupi kebutuhan tersebut. Sehingga
hal tersebut mengindikasikan bahwa selama ini industri formaldehid di indonesia
belum bisa memenuhi kebutuhan formaldehid bagi para konsumen formaldehid. Oleh
karena itu, dilakukan proses peramalan guna mengetahui kebutuhan formaldehid di
tahun yang akan datang menggunakan data kebutuhan formaldehid tiap tahun. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi impor formaldehid dengan cara meningkatkan produksi
formaldehid berdasarkan peramalan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Orbital Molekul


Orbital molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital atomik
pada molekul. Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah molekuler yang
bergabung sama dengan orbital atomik yang bergabung. Bila dua atom yang bergabung
masing-masing menyediakan satu orbital atomik maka dihasilkan dua orbital molekuler,
salah satu merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital atomik yang saling
menguatkan dan lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi
jumlahan menghasilkan orbital molekuler ikat (bonding) yang mempunyai energi lebih
rendah, dan kombinasi kurangan menghasilkan orbital molekuler antiikat (antibonding).
Orbital molekuler antiikat (antibonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat
terpusat menjauh dari daerah antara inti atom yang bergabung dan menghasilkan situasi
kurang stabil. Penempatan elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan
kovalen yang stabil, sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan
menghasilkan ikatan kovalen yang tidak stabil. Jika pada daerah tumpang-tindih ada
orbital atomik yang tidak bereaksi dalam pembentukan ikatan, orbital ikatan yang
dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding).
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebih besar di antara inti atom
yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron
mendekati nol diantara inti. Perbedaan ini dapat dipahami bila kita mengingat sifat
gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa dengan
gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar amplitudo, dan
juga interferensi destruktif yang meniadakan amplitudo. Pembentukan orbital molekul
ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif, sementara pembentukan orbital
molekul antiikatan berkaitan dengan interferensi destruktif. Jadi, interaksi konstruktif
dan interaksi destruktif antara dua orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada
pembentukan ikatan sigma (1s) dan pembentukan antiikatan sigma (*1s), (Chang, R,
2004) [1].

(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan orbital molekul ikatan
sigma (b) interaksi destruktif yang menghasilkan orbital molekul
antiikatan sigma [1].
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan sigma
terdapat simpul (node) yang menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga kedua inti
positif saling tolak-menolak.

Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul ikatan dan antiikatan molekul
H2 [1]
Penggunaan teori orbital molekul ini dapat diterapkan pada molekul-molekul lain
selain molekul H2. Hanya saja, jika dalam molekul H 2 kita hanya perlu memikirkan
orbital 1s saja, maka pada molekul lain akan lebih rumit karena kita perlu memikirkan
orbital atom lainnya juga. Untuk orbital p, prosesnya akan lebih rumit karena orbital ini
dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara yang berbeda. Misalnya, dua orbital 2p
dapat saling mendekat satu sama lain ujung ke ujung untuk menghasilkan sebuah orbital
molekul ikatan sigma dan orbital molekul antiikatan sigma. Selain itu, kedua orbital p
dapat saling tumpang tindih secara menyimpang untuk menghasilkan orbital molekul pi
(2p) dan orbital molekul antiikatan pi (*2p).

(a) (b)
Gambar 2.3 (a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital
molekul antiikatan sigma ketika orbital p saling tumpang tindih
ujung-ke-ujung. (b) ketika orbital p saling tumpang tindih
menyamping, terbentuk suatu orbital molekul pi dan suatu orbital
molekul antiikatan pi [1].

Dalam orbital molekul sigma (sigma moleculer orbital) (ikatan atau antiikatan,
kerapatan elektron terkonsentrasi secara simetris di seputar garis antara kedua inti
atom-atom yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul sigam membentuk
ikatan sigma. Dalam orbital molekul pi (ikatan atau antiikatan), kerapatan elektron
terkonsentrasi di atas dan di bawah garis imajineryang menghubungkan kedua inti atom
yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul pi membentuk ikatan pi. Ikatan
rangkap duahampir selalu terdiri atas ikatan sigma dan ikatan pi, ikatan rangkap selalu
berupa ikatan sigma dengan dua ikatan pi (Chang, R, 1987).
Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena
kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat
fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi
gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping
(lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam
molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif
dengan negatif akan meniadakan satu sama lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek
interferensi ini mempengaruhi besarnya integral tumpang tindih dalam kimia kuantum.

B. Pembentukan Orbital Molekul

Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital


molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul
adalah jumlah atom, dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital molekul
ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu dalam
ikatan antar atom. Syarat pembentukan orbital molekul ikatan sebagai berikut:
1. Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
2. Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
3. Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.
Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A
dan B dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B bila
syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-
2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang
tindih dengan tanda berlawanan yang akan dihasilkan (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Pembentukan orbital molekul [1]


Tingkat energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi orbital
molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom penyusunnya. Semakin
besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat ikatan. Bila tidak ada
interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang dihasilkan adalah
orbital non ikatan. Elektron menempati orbital molekul dari energi terendah ke energi
yang tertinggi. Orbital molekul terisi dan berenergi tertinggi disebut HOMO (highest
occupied molekuler orbital) dan orbital molekul kosong berenergi terendah disebut
LUMO (lowest unoccupied molekuler orbital) [1].
Dua atau lebih orbital molekul yang berenergi sama disebut orbital terdegenerasi
(degenerate). Orbital-orbital itu dinamakan sigma () atau pi () sesuai dengan karakter
orbitalnya. Suatu orbital sigma mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan
orbital pi memiliki bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang
tindih orbital s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d (Gambar 2.5) dan ikatan pi dibentuk oleh
tumpang tindih orbital p-p, p-d, dan dd (Gambar 2.6).
Bila dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan A dan B, orbital
molekul adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals
(LCAO) diungkapkan sebagai :

Menurut Bird, T (1987), pendekatan orbital molekuler memiliki beberapa prinsip


dasar yang harus dipenuhi. Prinsip dasar itu adalah:
a. Jumlah molekuler yang terbentuk sama dengan jumlah orbital atomik yang
berinteraksi.
b. Jumlah orbital antiikatan yang terbentuk sama dengan jumlah orbital ikatan.
c. Tiap orbital molekuler dapat menampung dua elektron yang harus memiliki spin
yang berlawanan.
d. Elektron-elektron yang terdapat pada orbital molekuler juga mengikuti aturan Hund
dan prinsip Pauli.
e. Untuk membentuk ikatan yang stabil, jumlah elektron dalam orbital ikatan harus
lebih besar daripada jumlah elektron dalam orbital antiikatan.

Untuk memahami sifat-sifat molekul, kita harus mengetahui bagaimana


elektron-elektron terdistribusi di antara orbital-orbital molekul. Prosedur untuk
menentukan konfigurasi elektron suatu molekul analog dengan prosedur yang
digunakan untuk menentukan konfigurasi elektron atom. Chang, R (1987) membuat
aturan konfigurasi elektron untuk membantu memahmi kestabilan orbital molekul.
Aturan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah orbital molekul yang terbentuk selalu sama dengan jumlah orbital atom yang
bergabung.
b. Semakin stabil orbital molekul ikatan, semakin kurang stabil orbital molekul
antiikatan yang berkaitan.
c. Pengisian orbital molekul dimulai dari energi rendah ke energi tinggi. Dalam
molekul stabil, jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan selalu lebih banyak
daripada dalam orbital molekul antiikatan karena kita selalu menempatkan elektron
dalam orbital molekul ikatan yang berenergi lebih rendah terlebih dahulu.
d. Ketika elektron ditambahkan ke orbital molekul dengan energi yang sama, susunan
yang paling stabil diramalkan aoleh aturan Hund, yaitu elektron memasuki ke
orbital-orbital molekul ini dengan spin sejajar.
e. Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan jumlah semua elektron pada
atom-atom yang berikatan.

1. Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Homointi

Senyawa diatomik homointi terdiri dari dua unsur yang memiliki inti atom yang
identik. Atom-atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang sama pula. Dalam
molekul hidrogen (H2) tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen
membentuk orbital ikatan g bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan
u bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan g (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Orbital molekul H2, tanda panah mengindikasikan spin elektronnya [1]

Terbentuknya orbital molekuler pada molekul H2 dapat didekati dengan metoda


KLOA (Kombinasi Linear Orbital Atomik) sebagai berikut:
= N (x + y)
* = N (x + y)
= fungsi gelombang untuk orbital molekuler
= fungsi gelombang untuk orbital molekuler
x dan y = fungsi gelombang orbital 1s hidrogen untuk atom x dan y
N = konstanta normaliasi
N mempunyai nilai sedemikian sehingga:

x + y 2 dt


dt=1=
2


x y 2 dt


dt=1=

dan

Dimana dt adalah volume unsur dalam tiga dimensi yaitu: dt = dx.dy.dz. dari persamaan
dapat diperoleh peluang menemukan sebuah elektron dengan jalan mengkuadratkan
persamaan gelombang .
2 = N2 (x2 + y2 + 2x y)
x2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom x
y2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom y
2x + y menunjukkan peningkatan elektron pada daerah antara kedua inti
Untuk persamaan gelombang * peluang untuk menemukan sebuah elektron dinyatakan
dalam:

*2 = N2 (x2 + y2 - 2x y)
-2x y menyatakan penurunan kepekatan elektron pada daerah antara kedua inti (Bird,
T, 1987).
Untuk molekul oksigen (O2) dengan konfigurasi 8O= 1s2 2s2 2p4.
Gambar 2.8 Orbital molekul O2 [1]

Dari Gambar 2.8 dapat diketahui bahwa selain adanya orbital atom (samping), ada
juga orbital molekul (Tengah). Elektron-elektron pada orbital molekul merupakan
jumlah dari elektron-elektron yang terdapat di dalam masing-masing orbital kulit
valensi unsur penyusunnya. Orbital s akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan
membentuk ikatan pi. Orbital dengan tanda asterik (*) berarti merupakan orbital anti
pengikatan, suatu molekul menjadi tidak stabil. Semakin banyak elektron pada orbital
anti pengikatan, suatu molekul akan semakin tidak stabil. Dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa gas O2 merupakan gas paramagnetik karena elektron tidak mengisi
orbital *px dan *py secara penuh/ sehingga konfigurasi elektron valensi molekul O2
adalah:
(2s)2(*2s)2(2pz)2( 2px)2(2py)2(*2px)1(*2py)1 atau (2s)2(*2s)2(2p)2( 2p)4(*2p)2
Kita dapat menuliskan seperti bentuk kedua karena orientasi x, y, z tidak menjadi
masalah berarti.
Gambar 2.9 Orbital molekul N2 [1]

Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di orbital
ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya, dalam N 2 atau
CO, orde ikatannya adalah (8 2)/2= 3 dan nilai ini konsisten dengan struktur
Lewisnya.

2. Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Heterointi

Atom-atom pada senyawa ini memiliki keelektronegativitas yang berbeda, maka


tentu atom-atom memiliki tingkat energi yang berbeda pula. Orbital molekul dua atom
yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom yang tingkat energinya
berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif umumnya lebih rendah, dan
orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang tingkat energinya lebih
dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan mempunyai karakter atom dengan
keelektronegatifan lebih besar, dan orbital anti ikatan mempunyai karakter atom dengan
keelektronegatifan lebih kecil.
Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital 1s
hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2.21.
Orbital ikatan 1 mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3 anti ikatan memiliki
karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih
dengan orbital 2p fluor dengan karakter tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi
orbital nonikatan. Karena HF memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini
menjadi HOMO.
Gambar 2.10 Orbital molekul HF [1]

Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang
menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya.
Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang
dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai
3, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital
ikatan 1 memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan
lebih besar. Orbital antiikatan 2 dan 4 memiliki karakter 2p karbon (Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Orbital molekul CO [1]

Konfigurasi elektron valensi molekul CO adalah (2s)2(*2s)2(2p)4(2p)2. Pada


molekul diatomik heterointi, energi orbital 2p lebih rendah dibanding 2p, sehingga letak
orbital 2p berada di atas 2p, berbeda dengan letak orbital kedua orbital tersebut pada
molekul diatomik homointi.
Molekul HCl merupakan molekul heterointi, dimana kedua atom berasal dari unsur
yang berbeda. Atom Cl memiliki nomor atom 17 dengan konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p6
3s2 3p5, sedangkan atom H memiliki nomor atom 1 dengan konfigurasi elektron: 1s 1.
Atom Cl lebih elektronegatif daripada atom H. Diagram korelasi orbital molekul
menunjukkan bahwa tingkat-tingkat energi dari atom Cl yang lebih elektronegatif
bergeser ke arah bawah, karena atom Cl menarik elektron-elektron valensi lebih kuat
dari pada atom H seperti gambar 2.12.

Gambar 2.12 Orbital molekul HCl [1]

Orbital-orbital atom bercampur secara signifikan membentuk orbital molekul hanya


jika energi orbital-orbital ini cukup berdekatan dan mempunyai simetri yang benar. Pada
molekul HCl, orbital 1s dari atom Cl energinya terlalu rendah untuk bisa bercampur
dengan orbital 1s dari atom H. Hal yang sama juga terjadi untuk orbital 2s atom Cl.
Berdasarkan teori hibridisasi sebelum atom Cl berikatan dengan atom H membentuk
molekul maka akan terjadi hibridisasi orbital atau pencampuran orbital atom Cl. Pada
atom Cl dapat dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p (karena berada
dalam satu kulit) sebelum membentuk orbital molekul. Hal ini dikarenakan semua
elektron pada kulit terluar memiliki kesempatan yang sama untuk berikatan dengan
elektron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran orbital 3s dan 3p pada atom Cl [1].
Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma, biasanya apabila terjadi
interaksi membentuk ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital dan *.
Namun, karena orbital ikatan 4sb lebih rendah energinya dari nonbonding maka tidak
terbentuk ikatan anti sigma (*). Tumpang tindih total dari orbital 1s hidrogen dengan
orbital 3Px atau 3Py (terletak di atas 5sb pada gambar 4) atom Cl adalah nol, sebab fasa
positif dan negatif dari fungsi gelombang gabungan bila dijumlahkan menjadi nol.
Atom Cl hanya meninggalkan orbital 3P z (4sb), yang bergabung dengan orbital 1s
hidrogen menghasilkan orbital dan *.
Dari gambar 2.12 dapat dilihat bahwa orbital 3P x (2nb), dan 3Py(2nb) dari klor tidak
bercampur dengan orbital 1s dari hidrogen dan dengan demikian tetap berada dalam
keadaan atomic (nonpengikatan). Elektron-elektron dalam orbital ini tidak berkontribusi
secara signifkan dalam pengikatan kimia. Karena klor lebih elektronegatif daripada
hidrogen, energi orbital 3p nya terletak dibawah energi orbital 1s dari hidrogen. Bila
kedelapan elektron valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi orbital molekul
yang dihasilkan adalah:
(3sCl)2 ()2 (3pCl)4
Orde ikatan totalnya adalah 1 sebab elektron-elektron dalam orbital atom
nonpengikatan tidak mempengaruhi orde ikatan. elektron-elektron dalam orbital akan
lebih cenderung ditemukan dekat dengan atom klorin daripada didekat atom hidrogen,
dan dengan demikian HCl memiliki momen dipol H+Cl -.

C. Pengertian Formaldehida

Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan


aldehida dengan rumus kimia H 2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal
sebagai formaldehid, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau
trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov
tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.[2]

Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada


metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang
mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil,
dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya
matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.
Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan
organisme, termasuk manusia.[4]

Formaldehid merupakan salah satu pengawet yang akhir-akhir ini banyak


digunakan dalam makanan, padahal jenis pengawet tersebut sangat berbahaya bagi
kesehatan. Formaldehid merupakan larutan tidak berwarna, berbau tajam, mengandung
formaldehid sekitar 37% dalam air, biasanya ditambahkan metanol 10-15%. Meskipun
dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air
(biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau
'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada
dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa
persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida
dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.[4]

Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya


aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida
merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik
elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi
elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa
mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.

Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer


linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda
dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa
dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida
harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara.[4]

Formaldehid mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti formol, morbicid,


methanal, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene, methyl aldehyde, oxomethane,
formoform, formalith, oxomethane, karsan, methylene glycol, paraforin, poly-
oxymethylene glycols, superlysoform, tetraoxymethylene dan trioxane. Pengawet ini
memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika
disiramkan ke makanan seperti tahu, formaldehid akan mengikat unsur protein mulai
dari bagian permukaan tahu hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya
protein setelah terikat unsur kimia dari formaldehid maka bila ditekan tahu terasa lebih
kenyal. Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang
menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu atau makanan berformaldehid
lainnya menjadi lebih awet. [4]
Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri
dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan
baru di permukaan. Artinya, formaldehid tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga
membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap
serangan bakteri lain. Bila desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri
dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka
formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam materi tersebut untuk
melindungi dari serangan berikutnya. Melihat sifatnya, formaldehid juga sudah tentu
akan menyerang protein yang banyak terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada
lambung. Terlebih, bila formaldehid yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis tinggi.
Masalahnya, sebagai bahan yang digunakan hanya untuk mengawetkan makanan, dosis
formaldehid yang digunakan pun akan rendah. Sehingga efek samping dari
mengkonsumsi makanan berformaldehid tidak akan dirasakan langsung oleh konsumen.
Banyak pihak mengingatkan formaldehid juga memiliki sifat karsinogen atau dapat
menyebabkan kanker.Tetapi kemunculan kanker akibat bahan berbahaya ini dengan
kanker dari penyebab yang lain hampir sulit dibedakan, keduanya membutuhkan waktu
panjang untuk menyerang tubuh manusia. Isu kandungan formaldehid dalam berbagai
produk makanan mendapat tanggapan serius dari pemerintah, karena dalam jangka
panjang dapat memicu terjadinya kanker. Menurut Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM), sampai kadar tertentu, formaldehid diizinkan untuk pengawet
kosmetik, yaitu untuk pasta gigi maksimum 0,1% dan untuk produk kosmetik lainnya
0,2%. Ketentuan ini sesuai dengan aturan yang berlaku secara internasional seperti
ASEAN Cosmetic Directive, European Union Directive, dan SK BPOM untuk
kosmetik. [4]
D. Orbital Molekul Formaldehid
Grup simetri: C2v
Orbital molekul dibangun dari 1sa, 1sb dari kedua H, 2s, 2px, 2py dan
2pz baik dari C maupun O. Jadi, ada tiga tahap sbb:

1. Menentukan kombinasi linier dari orbital-orbital atom 1s dari kedua


atom hidrogen. [3]

I C2 v v
(R) 2 0 0 2
Artinya ada sebuah fungsi
teradaptasi simetri A1 dan sebuah teradaptasi simetris B2. Fungsi-fungsi itu ditentukan
sebagai berikut :

Operasi simetri dari IR A1 terhadap 1sa dan 1sb :

Jadi IR A1 membentuk orbital molekul :

Selanjutnya operasi IR B2 diperoleh fungsi :


2. Menentukan IR bagi orbital-orbital 2s, 2px, 2py dan 2pz dari karbon dan
oksida. Untuk orbital 2s dan 2pz berlaku :

Jadi transformasi orbital 2s dan 2pz memenuhi representasi A1


Terlihat bahwa orbitas 2px bertranformasi sesuai representasi B1 dan orbital
2py bertransformasi sesuai representasi B2. Secara keseluruhan :

1. Penggabungan hasil-hasil tahap 1 dan 2 [3]


Daftar Pustaka
[1] Fitriyani, Ezzar. Said, Anwar. Syarif, ST.Humaerah. 2012. Teori
Orbital Molekul. Pascasarjana Jurusan Kimia : Universitas Negeri
Malang.
[2] Krisnandi, Dr. Yuni K. 2010. Diktat Ikatan kimia bagian 2.
Universitas Airlangga
[3] Diktat Mekanika Kuantum Molekum S3 Fisika. Universitas
Indonesia.
[4] Wikipedia Indonesia. http://id.m.wikipedia.org/wiki/formaldehida.
Diakses pada 27 Mei 2017 pukul 16.23 WIB

Anda mungkin juga menyukai