Disusun oleh :
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Formaldehid sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Karena formaldehid sudah
sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di sektor industri, sebenarnya
formaldehid sangat banyak manfaatnya, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman
sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi
lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk
pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan
pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan
untuk insulasi busa. Formaldehid juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur
minyak. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis
(plywood). Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet
untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri
perikanan, formaldehid digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di
sisik ikan. Terkadang formaldehid juga disalah gunakan sebagai pengawet bahan
makanan yang akan sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
Selain itu, formaldehid diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan
penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian,
bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah,
sehinggga tidak jarang ikan yang diobati mati akibat formaldehid dibandingkan dengan
penyakitnya. Formaldehid banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk
keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formaldehid digunakan untuk
pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam pendidikan mahasiswa kedokteran.
BAB II
PEMBAHASAN
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan orbital molekul ikatan
sigma (b) interaksi destruktif yang menghasilkan orbital molekul
antiikatan sigma [1].
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan sigma
terdapat simpul (node) yang menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga kedua inti
positif saling tolak-menolak.
Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul ikatan dan antiikatan molekul
H2 [1]
Penggunaan teori orbital molekul ini dapat diterapkan pada molekul-molekul lain
selain molekul H2. Hanya saja, jika dalam molekul H 2 kita hanya perlu memikirkan
orbital 1s saja, maka pada molekul lain akan lebih rumit karena kita perlu memikirkan
orbital atom lainnya juga. Untuk orbital p, prosesnya akan lebih rumit karena orbital ini
dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara yang berbeda. Misalnya, dua orbital 2p
dapat saling mendekat satu sama lain ujung ke ujung untuk menghasilkan sebuah orbital
molekul ikatan sigma dan orbital molekul antiikatan sigma. Selain itu, kedua orbital p
dapat saling tumpang tindih secara menyimpang untuk menghasilkan orbital molekul pi
(2p) dan orbital molekul antiikatan pi (*2p).
(a) (b)
Gambar 2.3 (a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital
molekul antiikatan sigma ketika orbital p saling tumpang tindih
ujung-ke-ujung. (b) ketika orbital p saling tumpang tindih
menyamping, terbentuk suatu orbital molekul pi dan suatu orbital
molekul antiikatan pi [1].
Dalam orbital molekul sigma (sigma moleculer orbital) (ikatan atau antiikatan,
kerapatan elektron terkonsentrasi secara simetris di seputar garis antara kedua inti
atom-atom yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul sigam membentuk
ikatan sigma. Dalam orbital molekul pi (ikatan atau antiikatan), kerapatan elektron
terkonsentrasi di atas dan di bawah garis imajineryang menghubungkan kedua inti atom
yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul pi membentuk ikatan pi. Ikatan
rangkap duahampir selalu terdiri atas ikatan sigma dan ikatan pi, ikatan rangkap selalu
berupa ikatan sigma dengan dua ikatan pi (Chang, R, 1987).
Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom. Karena
kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul sebanding dengan kuadrat
fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi
gelombang mempunyai daerah beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping
(lobes). Tumpang tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam
molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif
dengan negatif akan meniadakan satu sama lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek
interferensi ini mempengaruhi besarnya integral tumpang tindih dalam kimia kuantum.
Senyawa diatomik homointi terdiri dari dua unsur yang memiliki inti atom yang
identik. Atom-atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang sama pula. Dalam
molekul hidrogen (H2) tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen
membentuk orbital ikatan g bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan antiikatan
u bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital ikatan g (Gambar 2.7).
Gambar 2.7 Orbital molekul H2, tanda panah mengindikasikan spin elektronnya [1]
x + y 2 dt
dt=1=
2
x y 2 dt
dt=1=
dan
Dimana dt adalah volume unsur dalam tiga dimensi yaitu: dt = dx.dy.dz. dari persamaan
dapat diperoleh peluang menemukan sebuah elektron dengan jalan mengkuadratkan
persamaan gelombang .
2 = N2 (x2 + y2 + 2x y)
x2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom x
y2 menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom y
2x + y menunjukkan peningkatan elektron pada daerah antara kedua inti
Untuk persamaan gelombang * peluang untuk menemukan sebuah elektron dinyatakan
dalam:
*2 = N2 (x2 + y2 - 2x y)
-2x y menyatakan penurunan kepekatan elektron pada daerah antara kedua inti (Bird,
T, 1987).
Untuk molekul oksigen (O2) dengan konfigurasi 8O= 1s2 2s2 2p4.
Gambar 2.8 Orbital molekul O2 [1]
Dari Gambar 2.8 dapat diketahui bahwa selain adanya orbital atom (samping), ada
juga orbital molekul (Tengah). Elektron-elektron pada orbital molekul merupakan
jumlah dari elektron-elektron yang terdapat di dalam masing-masing orbital kulit
valensi unsur penyusunnya. Orbital s akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan
membentuk ikatan pi. Orbital dengan tanda asterik (*) berarti merupakan orbital anti
pengikatan, suatu molekul menjadi tidak stabil. Semakin banyak elektron pada orbital
anti pengikatan, suatu molekul akan semakin tidak stabil. Dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa gas O2 merupakan gas paramagnetik karena elektron tidak mengisi
orbital *px dan *py secara penuh/ sehingga konfigurasi elektron valensi molekul O2
adalah:
(2s)2(*2s)2(2pz)2( 2px)2(2py)2(*2px)1(*2py)1 atau (2s)2(*2s)2(2p)2( 2p)4(*2p)2
Kita dapat menuliskan seperti bentuk kedua karena orientasi x, y, z tidak menjadi
masalah berarti.
Gambar 2.9 Orbital molekul N2 [1]
Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di orbital
ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya, dalam N 2 atau
CO, orde ikatannya adalah (8 2)/2= 3 dan nilai ini konsisten dengan struktur
Lewisnya.
Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang
menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya.
Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang
dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai
3, tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital
ikatan 1 memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan
lebih besar. Orbital antiikatan 2 dan 4 memiliki karakter 2p karbon (Gambar 2.11).
C. Pengertian Formaldehida
I C2 v v
(R) 2 0 0 2
Artinya ada sebuah fungsi
teradaptasi simetri A1 dan sebuah teradaptasi simetris B2. Fungsi-fungsi itu ditentukan
sebagai berikut :