Suatu ion X memiliki bilangan oksidasi +4, dengan 2 elektron pada n = 1, 8 elektron pada n = 2,
dan 10 elektron pada n = 3. Unsur X adalah ….
A. Argon
B. Vanadium
C. Kromium
D. Titanium
E. Mangan
Ion X memiliki bilangan oksidasi +4 artinya ia telah melepaskan 4 elektronnya, dan konfigurasi
elektron per kulit 2 – 8 – 10.
Jika elektron dikembalikan maka total elektron yang dimiliki X = 2 + 8 + 10 + 4 = 24 elektron.
Unsur yang mempunyai 24 elektron pada keadaan dasar berarti nomor atomnya juga 24.
Jadi unsur X yang dimaksud adalah 24Cr (kromium).
Jawaban yang tepat C.
Jika ke dalam larutan ditambahkan senyawa asam hingga pH < 2, maka peptida tersebut menjadi
bermuatan….
A. +6
B. +5
C. +4
D. +3
E. +2
Unsur X, suatu padatan berwarna abu-abu, bereaksi dengan unsur Z, suatu gas tak berwarna,
membentuk suatu senyawa di mana jumlah atom X lebih banyak dua kali dari jumlah atom Z.
Manakah diantara pernyataan berikut mengenai konfigurasi elektron pada keadaan dasar untuk
atom-atom tersebut yang paling benar…
Senyawa dengan jumlah atom X lebih banyak dua kali dari jumlah atom Z memiliki rumus kimia
X2Z. Oleh karena itu, X kemungkinan besar adalah logam yang mempunyai valensi 1 (stabil
dengan melepas elektron valensi sehingga membentuk ion X+) dan Z adalah non-logam valensi 6
(stabil dengan menerima sebanyak 2 elektron sehingga membentuk Z2–).
A. 1,3-sikloheksadiena
B. Benzena
C. Naftalena
D. Tetrasena
E. Antrasena
Urutan besar energi kisi untuk FeCl3, FeCl2 dan Fe2O3 adalah….
Energi kisi suatu senyawa ionik adalah energi yang dihasilkan saat pembentukan 1 mol padatan
kristal senyawa ion dari ion-ion penyusunan pada fase gas. Persamaan termokimia-nya dapat
dituliskan aMb+ (g) + bXa– (g) ⟶ MaXb (s) + Energi kisi
Energi kisi bergantung pada muatan ion-ion, ukuran ion-ion, dan jarak antara ion-ion tersebut.
Muatan dan ukuran ion merupakan faktor penting yang menentukan besarnya energi kisi. Energi
kisi berkaitan dengan energi potensial dari dua muatan yang berinteraksi yang diberikan dalam
persamaan matematika; E = k.(Q1×Q2)/d
Q1 dan Q2 adalah besar muatan pada partikel dalam satuan coulomb dan d adalah jarak antara
jari–jari dalam satuan meter.
Jari-jari kation: Fe2+ > Fe3+
Jari-jari anion: Cl– > O2–
Semakin besar jarak jari-jari kation-anion, nilai d semakin besar maka energi kisi semakin kecil.
Semakin kecil jarak jari-jari kation-anion, nilai d semakin kecil maka energi kisi semakin besar.
Semakin besar hasil kali jumlah muatan kation-anion maka semakin besar energi kisinya.
Semakin kecil hasil kali jumlah muatan kation-anion maka semakin kecil energi kisinya.
Perbandingan FeCl2 atau Fe2+ Cl– dengan FeCl3 atau Fe3+ Cl–
Muatan Fe2+ < Fe3+ dan jari-jari kation Fe2+ > Fe3+ sementara keduanya mengandung anion Cl–
maka energi kisi FeCl2 < FeCl3
Perbandingan FeCl3 atau Fe3+ Cl– dengan Fe2O3 atau Fe3+ O2–
Muatan O2– > Cl– dan jari-jari anion O2– < Cl– sementara keduanya mengandung kation Fe3+
maka energi kisi FeCl2 < Fe2O3.
Jadi, urutan besar energi kisi adalah FeCl2 < FeCl3 < Fe2O3.
i. Orbital hibrida untuk atom pusat pada struktur ion F2ClO2+ adalah sp3d2
ii. Muatan formal untuk atom F, O, dan Cl masing-masing adalah 0, 0, dan +1
iii. Jumlah masing-masing ikatan s dan p pada struktur ion F2ClO2+ adalah 4
iv. Ion F2ClO2+ bersifat polar
i. Orbital hibrida untuk atom pusat pada struktur ion F2ClO2+ adalah sp3, ada 4 domain
elektron (2 ikatan rangkap, 2 ikatan tunggal, bukan sp3d2.
ii. Muatan formal untuk atom F adalah 0, atom O adalah 0, dan atom Cl adalah +1.
Total muatan formal pada ion F2ClO2+ adalah +1.
Cara menghitung muatan formal atom , selisih jumlah elektron valensi atom dikurangi
(elektron bebas ditambah jumlah ikatan yang dimiliki atom tersebut).
iii. Struktur ion F2ClO2+ mempunyai 4 ikatan σ dan 2 ikatan π, jadi total ikatan σ π adalah 6,
bukan 4. Ingat tiap ikatan tunggal hanya ada 1 ikatan σ dan tiap ikatan rangkap ada 1
ikatan σ dan 1 ikatan π.
iv. Ion F2ClO2+ bersifat polar karena ia memiliki momen dipol yang tidak sama dengan nol.
Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan polar antara fluorin dan klorin, serta ikatan
rangkap antara oksigen dan klorin serta adanya muatan.
A. 4,6 × 10–6
B. 7,2 × 10–6
C. 2,6 × 10–4
D. 5,4 × 10–4
E. 3,8 × 10–4
Berdasarkan Hukum Henry dapat dihitung konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang
berkesetimbangan dengan udara:
C = k.P
Dengan C adalah konsentrasi oksigen terlarut dalam air (dalam mol/L), k adalah konstanta Henry
pada suhu 25 oC, P adalah tekanan parsial oksigen di udara (dalam atm).
C=k×P
C = (1,267 . 10–3 M/atm) × (0,30 atm)
C = 3,801 × 10–4 M
Jadi, konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang berkesetimbangan dengan udara pada suhu 25
o
C adalah sekitar 3,801 × 10–4 M.
Tabel berikut menunjukkan data laju awal untuk reaksi (C2H5)2(NH2)2 + I2 → (C2H5)2N2 + 2HI
A. 0 dan 1
B. 0 dan 2
C. 2 dan 0
D. 1 dan 1
E. 3 dan –1
4 = (2) x × (2)y
22 = 2 (x+y)
2=x+y
x=2–y
2 = (3) x × (2/3)y
2 = (3) (2 – y) × (2/3)y
2 = (32)/(3)y × (2/3)y
2 = (32)/(3)y × (2)y/(3)y
21/(32) = (2)y/(3)2y
21 = (2)y → y = 1
(32) = (3)2y → 2y = 2 → y = 1
Suatu basa lemah dengan konsentrasi 0,120 M (pKb = 4,20) dititrasi dengan larutan asam klorida
0,300 M. Titik ekuivalen tercapat setelah penambahan 20 mL larutan titran. pH pada titik
ekuivalen adalah ….
A. 8,4
B. 7,0
C. 6,3
D. 5,4
E. 3,7
Pada saat pH pada titik ekivalen, baik basa lemah dan asam klorida (asam kuat) tepat habis
bereaksi, maka terbentuk garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.
Produk kondensasi aldol yang terbentuk dari 3-pentanon dalam suasana basa memiliki nama
IUPAC…
A. 5-etil-4-metil-5-hepten-3-on
B. 4-metil-4-nonen-3,7-dion
C. 5-etil-4-metil-4-hepten-3-on
D. 3-etil-4-metil-3-hepten-5-on
E. 3-etil-4-metil-2-hepten-5-on
Dua ekuivalen molekul 3-pentanon (H₃C 一 CH₂ 一 CO 一 CH₂ 一 CH₃) bereaksi dengan
adanya basa (NaOH) akan menghasilkan pembentukan β-hidroksiketon kemudian diikuti dengan
pelepasan molekul H₂O yang menghasilkan H₃C 一 CH₂ 一 CO 一 C(CH₃)=C(CH₂CH₃)一
CH₂ 一 CH₃
Urutan besarnya nilai konstanta laju (k) untuk tiga temperatur reaksi (T1, T2, T3) yang tepat
adalah ….
Gambar dalam soal ini merupakan kurva distribusi Maxwell-Boltzmann yang menampilkan
hubungan antara jumlah tumbukan atau kadang jumlah partikel terhadap energi kinetik pada
suhu tertentu.
Dalam soal ini diminta menganalisis perbandingan nilai: konstanta laju pada T1 yang ditulis
sebagai k(T1); konstanta laju pada T2 yang ditulis sebagai k(T2); konstanta laju pada T3 yang
ditulis sebagai k(T3). Ini bukan hasil kali k dengan T. Untuk reaksi kimia pada suhu yang
berbeda, nilai k akan berbeda.
Berdasarkan kurva di soal, Ea setiap T dapat dilihat dengan membandingkan luasan daerah di
bawah kurva mulai dari batas garis putus-putus ke arah kanan.
Luasan Ea pada T1 < luasan Ea pada T2 < luasan Ea pada T3. Ini menunjukkan nilai T1 < T2 <
T3.
Dengan demikian, urutan besarnya nilai konstanta laju (k) untuk tiga temperatur reaksi jika T1 <
T2 < T3 adalah: k(T1) < k(T2) < k(T3). Artinya, nilai k akan semakin besar seiring dengan
peningkatan suhu reaksi.
Gambar di bawah ini merupakan spektrum emisi suatu ion yang memiliki satu elektron dalam
fase gas. Semua garis yang dihasilkan merupakan transisi elektronik dari keadaan tereksitasi ke
keadaan dasar n = 3. Jika panjang gelombang garis B terukur pada 142,5 nm, maka panjang
gelombang garis A terukur pada…
A. 113,9 nm
B. 121,6 nm
C. 128,8 nm
D. 164,1 nm
E. 273,5 nm
Karena perbedaan energi orbital berkurang dengan peningkatan panjang gelombang dan semua
transisi terjadi pada n = 3, garis pada panjang gelombang tertinggi sesuai dengan transisi dari n =
4 ke n = 3.
Oleh karena itu, garis B dalam spektrum sesuai dengan transisi dari n = 5 ke n = 3 (perbedaan
energi terendah kedua).
Persamaan Rydberg untuk panjang gelombang dalam sistem satu elektron adalah:
1/λ = R.Z2(1/nf2−1/1/ni2)
Z2 = 8,996
Z = √8.996
Z = 2.999 ≈ 3
Oleh karena itu, nilai Z untuk ion satu elektron adalah 3 , dan ion tersebut adalah litium.
Karena A adalah baris ketiga, ini akan sesuai dengan transisi dari n = 6 ke n = 3.
Oleh karena itu, panjang gelombang transisi dalam lithium-ion dapat dihitung sebagai berikut:
1/λ = 8,228×106m−1
λ = 121,53 nm
Urutan yang benar berdasarkan kenaikan bilangan gelombang vibrasi regangan (stretching)
berikut dalam spektrum inframerah adalah …….
(1) C–H
(2) O–H
(3) C=O
(4) C≡C
Bilangan gelombang vibrasi regangan (stretching) berikut dalam spektrum inframerah untuk
ikatan:
1. C-H pada kisaran 2850-2960 cm–1
2. O-H pada kisaran 3200-3600 cm–1
3. C=O sekitar 1700 cm–1
4. C≡C sekitar 2200 cm–1 (bedakan dengan C≡C-H alkuna primer yang mempunyai
regangan sekitar 3300 cm–1, di sini C≡C merupakan alkuna sekunder)
Jadi urutan yang tepat bilangan gelombang dari terendah ke tertinggi: (3) < (4) < (1) < (2).
Lebih detail tentang bilangan gelombang ini sudah diberikan dalam nomor terpisah pada KSN-K
kimia yang sudah dirangkum di sini.
Sebanyak 156 g sampel unsur X direaksikan dengan silikon, menghasilkan 268,3 g senyawa
X3Si4 murni. Jika massa atom relatif silikon 28,086, maka massa atom relatif X adalah ….
A. 58, 71
B. 52,02
C. 54,95
D. 47,95
E. 55,85
Dalam kasus ini, unsur X bereaksi dengan Si untuk membentuk senyawa X3Si4. Oleh karena itu,
perbandingan antara massa unsur X dan Si dalam senyawa tersebut adalah 3:4 atau dapat
dimaknai dalam senyawa X3Si4 terdapat 3 mol X dan 4 mol S.
Di antara molekul di bawah ini yang memiliki ikatan antara C–O yang paling panjang adalah ….
A. CO
B. CO2
C. CO32–
D. OCN–
E. CH3OH
Dalam soal ini yang dimaksud adalah ikatan antara C dan O, jadi bisa saja ikatan antara C dan O
berupa ikatan tunggal, ikatan dobel, atau ikatan tripel. Untuk itu perlu diketahui struktur Lewis
setiap molekul/ion.
Prinsip yang panjang ikatan antaratom dalam molekul atau ion:
Ikatan tripel < ikatan dobel < ikatan tunggal.
Dari ke-5 molekul/ion tersebut, yang memiliki ikatan antara C dan O paling panjang adalah
CH3OH karena C–O di molekul ini berikatan tunggal. Sementara dalam CO32– terdapat struktur
resonansi sehingga panjang ikatan C–O relatif lebih pendek dibanding C–O dalam CH3OH.
Urutan dari panjang ikatan yang terpendek ke yang terpanjang dari molekul/ion:
CO < CO2 < OCN– < CO32– < CH3OH
Sebanyak 25,0 mL larutan Fe2+ 0,0500 M dititrasi menggunakan larutan Ce4+ 0,0500 M.
Potensial sistem ketika titik ekivalen adalah ….
(E° (Fe3+|Fe2+) = 0,767 V; (E° (Ce4+|Ce3+) = 1,47 V;
A. 1,23 V
B. 0,70 V
C. 1,12 V
D. 2,24 V
E. 1,52 V
Diketahui isotop 82Br memiliki waktu paruh 1000 menit. Jika anda memerlukan 82Br sebanyak
1,0 g sedangkan waktu pengiriman sampel selama 2 hari, maka massa 23Na82Br minimum yang
harus anda pesan adalah ….
A. 2,0 g
B. 5,8 g
C. 7,4 g
D. 11,8 g
E. 9,4 g
Waktu paruh peluruhan radioaktif adalah waktu yang diperlukan oleh inti radioaktif untuk
meluruh hingga aktivitasnya menjadi setengah aktivitas mula-mula.
Nt = N0 × (1/2)t/t1/2
Keterangan :
Nt = jumlah zat radioaktif tersisa
N0 = jumlah zat radioaktif mula-mula
t=waktu peluruhan
t1/2= waktu paruh
m (23Na82Br) = 9,4208 g
Suatu senyawa optis aktif, Y, dengan rumus molekul C7H12 memberikan hasil positif ketika
direaksikan dengan larutan KMnO4 encer dingin dan spektrum IR memberikan serapan lebar
pada 3300 cm-1 . Ketika Y mengalami reaksi hidrogenasi katalitik, dihasilkan Z (C7H16) dan Z
juga bersifat optis aktif. Struktur Y adalah ….
A. CH3CH2CH(CH3)CH2C≡CH
B. CH3CH2CH2CH2CH2C≡CH
C. (CH3)2CHCH2CH2C≡CH
D. CH3CH2CH(CH3)C≡CCH3
E. CH2=CHCH(CH3)CH2C≡CH
Senyawa optis aktif Y yang memberikan hasil positif (warna ungu menjadi bening) ketika
direaksikan dengan KMnO4 encer dingin menunjukkan adanya ikatan rangkap atau ikatan triple.
Senyawa optis aktif Y dengan rumus molekul yang memberikan peregangan IR pada 3300 cm–1
menunjukkan bahwa senyawa tersebut mengandung gugus alkuna yang terletak di nomor 1
(ujung C) atau C primer. Referensi tentang korelasi spektrum IR yang diberikan pada soal
nomor terpisah dapat dilihat di sini.
Senyawa ini pada hidrogenasi katalitik menghasilkan senyawa Z dengan rumus molekul C7H16.
Produk terhidrogenasi menambahkan empat hidrogen ke senyawa Y. Hal ini menegaskan bahwa
senyawa tersebut mengandung gugus alkuna yang pada hidrogenasi membutuhkan dua mol
molekul hidrogen dan menghasilkan alkana sebagai produk aktif optik. Reaksi ditunjukkan di
bawah ini.
Jadi struktur Y yang paling mungkin adalah CH3CH2CH(CH3)CH2C≡CH (4-metilheks-1-una).
Sebanyak 4,500 gram sampel dilarutkan di dalam labu takar 100 mL. Larutan ini dibagi dua,
masing-masing sekitar 50 mL, ke dalam dua buah gelas kimia yang diberi label A dan B. Larutan
dari gelas kimia A diencerkan dengan aqua dm hingga volumenya menjadi 250 mL. Kemudian
larutan ini dipipet 10,0 mL dan diencerkan dalam labu takar 100,0 mL dan ditandabataskan.
Sebanyak 25,0 mL larutan terakhir ini dianalisis dan ditemukan bahwa larutan ini mengandung
tembaga dengan konsentrasi 1,8 ppm. Kadar tembaga (dalam %b/b) yang ada dalam sampel
adalah ….
A. 8,00%
B. 0,20%
C. 0,50%
D. 0,05%
E. 1,80%
Berikut merupakan inti atom yang dikategorikan sebagai NMR aktif, atau dapat dideteksi oleh
NMR, kecuali…
A. 13C
B. 1H
C. 15N
D. 12C
E. 19F
Inti atom yang dikategorigan sebagai NMR aktif biasanya memiliki jumlah proton/neutron
genap.
Berikut ini beberapa aturan umum yang berlaku untuk kasus tertentu spin:
1) Genap/Genap.
Inti yang mengandung proton dan neutron yang berjumlah genap memiliki spin = 0 dan oleh
karena itu ia tidak memiliki momen magnetik sehingga tidak dapat dideteksi oleh NMR.
Contohnya termasuk 4He, 12C, 16O dan 32S.
2) Ganjil/Ganjil.
Inti yang mengandung jumlah proton maupun neutron ganjil memiliki spin yang bilangan bulat
positif. Contohnya termasuk 14N (spin = 1), 2H (deuterium, spin = 1), dan 10B (spin = 3).
3) Lainnya .
Inti yang mengandung jumlah proton/neutron ganjil/genap atau genap/ganjil semuanya memiliki
putaran x per dua (faktor per-dua).
Contohnya termasuk 1H (spin = 1/2), 17O (spin = 5/2), 19F (spin = 1/2), 23Na (spin = 3/2), dan 31P
(spin = 1/2).
Karena inti atom 12C spin = 0, tidak memiliki momen magnetik sehingga tidak dapat dideteksi
oleh NMR. Namun, inti atom 13C, 1H, 15N, dan 19F memiliki momen magnetik sehingga dapat
dideteksi oleh NMR.
Jadi inti atom yang tidak dapat dideteksi oleh NMR adalah 12C.
50,0 mL C3H8O3 ditambahkan ke dalam 500,0 mL air pada suhu 50°C. Pada suhu ini tekanan uap
dan densitas air secara berturut-turut adalah 92,5 torr dan 988 g/L. Jika densitas C3H8O3 1260
g/L. Perubahan tekanan uap larutan adalah…
(1 torr = 1 mmHg, 1 atm = 760 torr, 1 atm = 101325 Pa)
Menghitung ∆P
∆P = P0 pelarut × X C3H8O3
∆P = 92,5 torr × X 0,024352
∆P = 2,25257 torr
Konversi satuan torr ke atm
2,25 torr = 2,25 torr × 1/760 atm/torr
2,25 torr = 0,002961 atm → 0,003 atm
Menghitung P larutan
P larutan = P0 pelarut × X H2O
P larutan = 92,5 torr × (1 – 0,024352)
P larutan = 92,5 torr × 0,975647908
P larutan = 90,24743 torr
Untuk menghasilkan larutan bufer dengan pH 4, massa NaF yang harus ditambahkan ke dalam
2,0 L larutan HF 0,10 M adalah… (pKa HF = 3,1, mM Na = 23 g/mol dan F = 19 g/mol)
A. 1,79
B. 11,13
C. 33,35
D. 53,33
E. 66,69
Komponen dalam larutan terdiri NaF dan HF , ini merupakan larutan penyangga asam.
Berlaku:
Suatu basa lemah dengan konsentrasi 0,120 M (pKb = 4,20) dititrasi dengan larutan asam klorida
0,300 M. Tepat saat titran, pH pada titik ekivalen adalah…
A. 8,4
B. 7,0
C. 6,3
D. 5,4
E. 3,7
Pada titik ekuivalen terbentuk garam terhidrolisis. Komponen garam yang dapat bereaksi dengan
air adalah kation dari basa lemah sehingga larutan akan bersifat asam.
Menghitung V HCl
n HCl = V HCl × [HCl]
12 mmol = V HCl × 0,30 M
V HCl = 12 mmol / 0,30 M
V HCl = 40 mL
Boron monoksida merupakan salah satu oksida boron yang berwujud gas.
Berikut adalah reaksi pembentukan gas BO:
Pada 25 °C sebanyak 10 g boron direaksikan dengan gas oksigen dengan tekanan 10 atm dalam
wadah 2 L. Massa boron pada saat kesetimbangan tercapai adalah… (mM B = 11 g/mol, O = 16
g/mol)
A. 0,29 g
B. 5,23 g
C. 8,34 g
D. 1,66 g
E. 0,88 g
Skenario penyelesaian:
1. Menghitung n B awal
2. Menghitung tekanan parsial dari O2 saat bereaksi
3. Menghitung n O2 saat bereaksi
4. Menghitung n B saat bereaksi
5. Menghitung sisa n B saat kesetimbangan tercapai.
n B = (m B) / (mM B)
n B = (10 g) / (11 g/mol)
n B = 0,91 mol
Kp adalah konstanta kesetimbangan tekanan parsial, yang dapat dihitung sebagai berikut:
dengan P BO dan P O2 adalah tekanan parsial BOdan O2 pada saat kesetimbangan. B berwujud
padat tidak dipertimbangkan dalam kaitan dengan nilai Kp.
Dari hasil hitung menggunakan rumus ABC akar persamaan kuadrat diperoleh x = 5,39288 atm
PV = nRT
n O2 = PV / RT
n O2 = (5,39288 atm x 2 L) / (0,08206 L atm K–1 mol–1 x 298 K)
n O2 = 0,44112 mol (hasil pembulatan)
A. 3-metilheksanal
B. 4-metil-1-heksanol
C. 4,10-dimetildodekan-6,7-dion
D. 4-metilheksanal
E. 4,10-dimetildodekan-6,7-diol
Reaksi i) merupakan reaksi adisi pada alkuna dengan menggunakan logam Li terlarut dalan NH3
menghasilkan trans-alkena.
Reaksi ii) merupakan reaksi ozonolisis alkena yang diikuti oleh penataan ulang. Karenanya
secara keseluruhan dalam ozonolisis, ozon bereaksi dengan alkena (hasil reaksi pertama)
membentuk ozonoida primer.
Reaksi iii) Ozonida primer ditata ulang menjadi ozonida sekunder, yang membentuk senyawa
karbonil dengan Zn dalam asam asetat.
Dinding eritrosit (sel darah merah) bersifat permeabel terhadap air. Dalam larutan garam,
eritrosit akan berkerut jika konsentrasi garamnya tinggi dan mengembang jika konsentrasi
garamnya rendah. Percobaan menggunakan larutan garam NaCl dengan titik beku –0,046 °C
menunjukkan eritrosit tidak mengembang maupun mengkerut. Jika densitas larutan garam pada
suhu tersebut 997,77 kg/m3, tekanan osmosis larutan di dalam eritrosit adalah… (Diketahui Kf air
= 1,86 °C/m)
A. 114,2 torr
B. 228,5 torr
C. 456,8 torr
D. 512,5 torr
E. 371,6 torr
Tekanan osmotik adalah tekanan minimum yang perlu diterapkan pada larutan untuk mencegah
aliran masuk pelarut murni melintasi membran semipermeabel.
Skenario penyelesaian:
∆Tf = i. Kf . m
0,046 oC = 2. 1,86 °C/molal . m
0,046 oC = 3,72 °C/molal . m
m = 0,046 / 3,72 molal
m = 0,012365591 molal (hasil pembulatan)
m = 0,012365591 mol/kg
π = i.(n/V).R.T
π = 2×( 0,012338016 mol/L)×0,08205 atm.L.mol–1.K–1×298 K
π = 0,603351197 atm × 760 torr/atm
π = 458,5469098 torr
Senyawa Z dengan rumus molekul C10H13Cl memberikan sinyal pada spektrum 1H NMR sebagai
berikut: singlet (d 1,6 ppm); singlet (d 3,1 ppm); multiplet (d 7,2 ppm (5H)); Berdasarkan data
tersebut, di antara struktur berikut yang paling tepat untuk senyawa Z adalah ….
A. I
B. II
C. III
D. IV
E. V
Jika volume wadah dikurangi setengahnya pada suhu tetap, pernyataan yang benar saat
kesetimbangan baru tercapai adalah…
Volume atau tekanan akan berpengaruh pada kesetimbangan untuk zat yang berwujud gas. Bila
volume dikurangi maka kesetimbangan akan menuju ke ruas yang total koefisien gasnya lebih
kecil. Dalam soal ini kesetimbangan bergeser ke kiri, namun karena nilai Kp relatif besar maka
reaksi tetap lebih mendukung pembentukan BO, jumlahnya akan meningkat ketika
kesetimbangan terbentuk kembali dalam wadah volume yang dikurangi. Oleh karena itu, pilihan
C benar.
Bila suhu tetap maka nilai tetapan kesetimbangan juga tetap, tetapi derajat disosiasi zat-zatnya
akan berubah dan oleh karena itu tekanan parsial gas akan mengalami perubahan. Walau
demikian tekanan total dalam wadah tidak berubah.
Bila dalam sistem campuran tidak ada massa zat yang diubah maka massa campuran tidak
berubah, tetap, tidak bertambah.
Jika diketahui:
A. –988,80 kJ/mol
B. –205,87 kJ/mol
C. –247,20 kJ/mol
D. –418,74 kJ/mol
E. –494,40 kJ/mol
A. 4-bromoasetanilida
B. 1-bromo-4-klorobenzena
C. 1-bromo-2-klorobenzena
D. 1-bromo-3-klorobenzena
E. 3-bromoasetanilida
Campuran yang mengandung klorobenzena (1 mol) dan asetanilida (1 mol) direaksikan dengan
Br2 (0,5 mol dengan adanya sedikit FeBr3) ini memang merupakan reaksi kompetitif. Reaksinya
adalah reaksi brominasi substitusi elektrofilik.
Karena ada reaktan klorobenzena dan asetanilida, maka perlu lebih dahulu dibandingkan
reaktivitasnya. Urutan umum reaktivitas terhadap reaksi substitusi elektrofilik:
anilin > fenol > anisol > asetanilida > toluena > klorobenzena > fluorobenzena > asam benzoat >
benzaldehida > nitrobenzena.
Oleh karena itu reaksi kompetitif ini yang paling mungkin bereaksi adalah asetinilida.
Gugus asetamida pada asetanilida merupakan gugus pengarah orto dan para. Posisi orto untuk
Br kurang stabil dibanding posisi para, pada posisi orto terdapat halangan sterik dari gugus
asetamida, sementara pada posisi para relatif stabil tanpa adanya halangan sterik. Oleh karena itu
produk utama dari reaksi ini adalah 4-bromoastenilida atau para-bromoastenilida.
A. Polietilena
B. Etilen-propilen kopolimer
C. Polivinil klorida
D. Poliester
E. Polipropilen
Larutan asam lemah dengan konsentrasi 0,05 M memiliki pH yang sama dengan larutan asam
nitrat 0,01 M, Ka asam lemah tersebut adalah….
A. 1,43 x 10–3
B. 1,67 x 10–3
C. 2,67 x 10–3
D. 2,50 x 10–3
E. 2,00 x 10–3
[H+] = [HNO3]
[H+] = 0,01 M
[H+] = 10–2 M
Suatu sampel etanol diketahui telah teroksidasi sebagian menjadi asam asetat. Sebanyak 24,24 g
sampel tersebut dibakar secara sempurna dan menghasilkan kalor sebesar 595,37 kJ. Persen
massa asam asetat dalam sampel tersebut adalah ….
Diketahui:
∆Hc° C2H5OH = –1366,6 kJ/mol;
∆Hc° CH3COOH = –872,4 kJ/mol.
A. 33,95%
B. 86,71%
C. 57,88%
D. 15,62%
E. 29,73%
mMEt = 46 g/mol
Karena pembakaran sempurna, maka jumlah kalor yang dihasilkan oleh etanol dan asam asetat
adalah sama dengan jumlah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran total sampel (595,37 kJ):
595,37 x 46,07 x 60,05 = (-1366,6) x (24,24 - mAa) x 60,05 + (-872,4) x mAa x 46,07
Waktu yang diperlukan untuk memanaskan 100 g es dengan suhu awal –10 °C hingga mencapai
suhu kamar (25 °C) dalam microwave dengan daya 600 W adalah…
(∆Hfus = 6 kJ/mol, cp es = 37,62 J mol–1 K–1, cp air = 75,31 J mol–1 K–1)
A. 1,33 menit
B. 1,27 menit
C. 1,22 menit
D. 0,93 menit
E. 0,41 menit
Energi yang diperlukan untuk memanaskan air dari 0 °C hingga suhu kamar 25 °C:
Q3 = n . cair . ΔT
Q3 = 5,56 mol × 75,31 J mol–1 K–1 × (25 °C – 0 °C)
Q3 = 10.468,09 J
Qtotal = P . t → t = Qtotal / P
t = Qtotal / P
t = 45.919,76 J / 600 W
t = 76,53 detik
t = 76,53 detik × 1 menit/60 detik
t = 1,2755 menit
Berikut diberikan data perubahan konsentrasi reaktan A seiring berjalannya waktu akibat
terjadinya reaksi 2A → 2B + C
A. Laju rata-rata penguraian A selama 40 menit reaksi adalah 0,044 mol L–1 menit–1
B. laju sesaat bernilai konstan sepanjang waktu reaksi
C. laju reaksi rata-rata selama sepuluh menit pertama adalah empat kali lebih lambat dari
laju reaksi rata-rata selama sepuluh menit keempat
D. laju rata-rata pembentukan C selama 40 menit reaksi adalah 0,011 mol L–1 menit–1
E. laju reaksi mencapai maksimum saat [A] = [B]
B. Dari tabel hasil hitung laju sesaat tampak bahwa laju reaksi sesaat berubah-ubah, tidak
konstan. Karena konsentrasi reaktan A terus berkurang seiring berjalannya waktu, dan
konsentrasi produk B dan C meningkat, maka laju reaksi tidak konstan selama waktu reaksi.
Pernyataan B tidak tepat.
Laju pembentuk C selama 40 menit reaksi = ½ laju penguraian A selama 40 menit reaksi = ½
0,022 mol.L–1.menit–1 = 0,011 mol.L–1.menit–1
Pernyataan D tepat.
E. Pernyataan yang menyatakan bahwa laju reaksi mencapai maksimum saat [A] = [B] tidak
benar karena laju reaksi bergantung pada konsentrasi reaktan, dan laju reaksi akan terus
melambat seiring berkurangnya konsentrasi reaktan.
Pernyataan E tidak tepat.
Rasio kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M terhadap kelarutan SrF2 dalam air murni adalah ….
(Ksp SrF2 = 2,5 × 10–9 dan pKa HF = 3,18)
A. 28,4
B. 2,4
C. 12,03
D. 15,93
E. 21,1
Rasio kelarutan adalah rasio kelarutan suatu senyawa dalam dua pelarut yang berbeda. Dalam hal
ini, akan ditentukan rasio kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M terhadap kelarutan SrF2 dalam air
murni.
Rasio kelarutan = kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M : kelarutan SrF2 dalam air murni
S = (Ksp/4)1/3
S = (2,5 × 10–9 / 4)1/3
Ketika dalam larutan HNO3 maka F– akan bereaksi dengan H+ dari HNO3 membentuk HF yang
merupakan asam lemah,
H+ + F– ⇌ HF
Misal jumlah F– yang bereaksi sebanyak x mol/L, konsentrasi F– akan berkurang sebanyak x
mol/L dan [HF] terbentuk sebanyak x mol/L.
Ka HF = ([H+][F– ]) / [HF ]
10–2,18 . x = 2S – x
0,0066 x = 2S – x
1,0066 x = 2S
x = 2S/1,0066
S3 = 1,45 × 10–5
S = (1,45 × 10–5)1/3
S = 2,44 × 10–2 M
Jadi kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M = 2,44 × 10–2 M dan kelarutan SrF2 dalam air murni =
8,55 × 10–4M
Oleh karena itu rasio kelarutannya = 2,44 × 10–2 M : 8,55 × 10–4 M = 28,5
Jawaban yang tepat A.
Di antara rangkaian skema reaksi berikut yang dapat menghasilkan 2-aminopentana murni
adalah ….
A. II dan III
B. II
C. I
D. III
E. I dan II
Reaksi pertama merupakan reaksi substitusi nukleofilik yang hanya menghasilkan pentana-2-
aminium karena perbandingan jumlah 2-bromopentana dengan NH3 adalah 1 : 1.
Suatu enzim memiliki tiga residu katalitik, yaitu asam aspartat (Asp), histidin (His), dan serin
(Ser). Mekanisme reaksi yang dikatilisis oleh enzim tersebut ditunjukkan dalam gambar di
bawah ini.
Gambar di bawah ini menunjukkan struktur tripeptida yang dilarutkan dalam air.
A. oksidoreduktase
B. ligase
C. hidrolase
D. transferase
E. isomerase
Enzim merupakan katalis, yang mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi dari
reaksi kimia. Berdasarkan gambar mekanisme reaksi, enzim dengan triade katalitik terlibat
dalam reaksi hidrolisis, di mana substrat dipecah menjadi dua bagian dengan bantuan molekul
air.
Mekanisme reaksi yang dilakukan oleh enzim tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Jadi, jenis reaksi yang dikatalisis oleh enzim dengan triade katalitik ini adalah reaksi hidrolisis
dan enzimnya dikategorikan enzim hidrolase.
Es krim dapat membeku pada temperatur kurang dari –3°C. Es batu yang digunakan untuk
mendinginkan es krim memiliki suhu –12°C akan tetapi kontak dengan es krim membuat es
batu meleleh pada suhu 0°C (tidak cukup dingin untuk membuat es krim membeku). Agar es
batu tidak cepat meleleh, air untuk membuat es batu ditambahkan NaCl. Jika titik beku es batu –
6,50 °C. Perbandingan garam dan air yang digunakan untuk membuat es batu dan biaya yang
dibutuhkan untuk membeli garam jika digunakan 4,5 kg es batu adalah… (1 kg garam = Rp.
40.000; nilai Kf air = 1,86 °C/m)
Untuk mencari perbandingan garam dan air yang digunakan untuk membuat es batu, pertama-
tama kita harus menghitung molalitas larutan NaCl yang dibutuhkan menggunakan rumus:
ΔTb = Kf × m × i
Maka,
m = ΔTb / (Kf × i)
m = 6,5 / (1,86 × 2)
m = 1,7 mol/kg
Jumlah mol NaCl yang dibutuhkan untuk membuat 4,5 kg larutan NaCl dengan molalitas 1,7
mol/kg adalah:
mol NaCl = molalitas × massa pelarut (kg)
mol NaCl = 1,7 mol/kg × 4,5 kg
mol NaCl = 7,65 mol
Jadi, perbandingan garam dan air yang digunakan untuk membuat es batu 1: 10 dan harga garam
yang dibutuhkan Rp. 18.000.
Tekanan uap jenuh air pada T = 25 oC adalah 3,1690 kPa dan entalpi penguapan molar air adalah
40,65 kJ/mol. Sebanyak 100 mL air dimasukkan ke dalam wadah vakum dengan volume 10 L
pada suhu 60 oC. Massa uap air saat kesetimbangan tercapai adalah …. (Asumsikan bahwa
volume cairan dapat diabaikan)
A. 0,231 g
B. 0,274 g
C. 1,157 g
D. 0,207 g
E. 1,294 g
dengan:
P1 = tekanan uap jenuh pada suhu T1 = 3,169 kPa
T1 = 25 °C = 298 K
T2 = 60 °C = 333 K
∆Hvap = entalpi penguapan molar air = 40,65 kJ/mol = 40.650 J/mol
R = konstanta gas umum = 8,314 J/(mol·K)
Substitusi nilai:
P2 = 17,777 kPa
Ketika air ditempatkan di dalam wadah vakum, tekanan total pada kesetimbangan akan sama
dengan tekanan uap air pada suhu 60 °C. Oleh karena itu, tekanan total dalam wadah adalah
17,777 kPa.
dengan:
P = tekanan total = 17,78 kPa
V = volume gas = 10 L
n = jumlah mol gas uap air
R = konstanta gas umum = 8,314 J/(mol·K)
T = suhu = 60 °C = 333 K
Jadi, massa uap air yang terbentuk pada kesetimbangan adalah 1,156 g.
Karbon monoksida (mM = 28,01 g/mL) dalam darah dapat ditentukan dengan menempatkan
sampel darah yang sudah encer dan diasamkan dalam kamar Conway. Dalam sistem ini CO
berdifusi ke dalam PdCl2. Reaksi yang terjadi adalah:
H3O+ yang dihasilkan dititrasi dengan larutan NaOH 0,0230 M. Sebagai blanko digunakan air
dan diperlukan dengan cara yang sama.
Hitunglah % volume (mL CO setiap 100 mL darah), jika 1,5 mL sampel memerlukan 0,74 mL
titran sementara itu blanko memerlukan 0,52 mL. Anggap CO merupakan gas ideal pada STP.
A. 4,52%
B. 0,12%
C. 2,15%
D. 1,58%
E. 3,78%
Dalam reaksi tersebut, H3O+ dihasilkan dari reaksi antara Pd2+, H2O, dan CO. Oleh karena itu,
jumlah H3O+ yang dihasilkan setara dengan jumlah CO yang bereaksi.
Dapat dihitung jumlah mol H3O+ dari larutan NaOH yang digunakan untuk menetralkan asam
yang dihasilkan dari reaksi tersebut.
Hitung jumlah mol NaOH yang digunakan untuk menetralkan H3O+ yang dihasilkan dari 1,5 mL
sampel:
Jumlah mol NaOH = 0,0230 M x 0,74 mL = 0,0172 mmol
Hitung jumlah mol NaOH yang digunakan untuk menetralkan H3O+ dari blanko:
Jumlah mol NaOH = 0,0230 M x 0,52 mL = 0,01196 mmol
Hitung selisih jumlah mol NaOH antara sampel dan blanko:
Jumlah mol NaOH dari sampel - jumlah mol NaOH dari blanko = 0,0172 mmol - 0,01196 mmol
= 0,00506 mmol
Hitung jumlah mol H3O+ yang dihasilkan dari reaksi tersebut juga setara dengan jumlah mol
NaOH maka jumlah mol H3O+ yang dihasilkan adalah 0,00506 mmol.
Jadi, persentase volume CO dalam darah adalah 0,113344 %, jawaban yang paling mendekati
hasil hitung adalah 0,12 %
Nilai ∆Hf° O3(g) = 142,2 kJ/mol, pernyataan berikut yang benar adalah…
A. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya spontan pada semua rentang temperatur
B. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya tidak spontan hanya pada temperatur
tinggi
C. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya tidak spontan pada semua rentang
temperatur
D. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya spontan hanya pada temperatur tinggi
E. Reaksi pembentukan O3(g) berlangsung sangat lambat
Diketahui nilai ∆Hf° O3(g) = 142,2 kJ/mol. Reaksi pembentukan derajat ketidakteraturan (∆S)
bernilai – atau dengan kata lain derajat keteraturannya +.
Pada reaksi ini ∆H bernilai + dan ∆S bernilai – maka hasil hitung ∆G akan bernilai + sehingga
pada suhu/temperatur berapapun reaksinya bersifat tidak spontan.
Konsentrasi ion Cu2+ di dalam larutan dapat ditentukan titrasi iodometri. Pada titrasi iodometri,
larutan tiosulfat dibakukan dengan larutan standar dikromat. Dari pembakuan Na2S2O3, diperoleh
konsentrasi Na2S2O3 sebesar 0,1021 M.
Untuk penentuan kadar tembaga dalam sampel, sebanyak 0,6300 gram sampel tembaga
dilarutkan ke dalam labu takar 100,0 mL. Kemudian 25,00 mL larutan ini dipipet dan
ditambahkan 10 mL KI 10% dan 5 mL H2SO4 2M.
Cu2+ akan mengalami reduksi menjadi CuI dan I– akan teroksidasi menjadi I2. Selanjutnya,
campuran tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3 yang telah dibakukan, di dalam labu titrasi
sampai warna coklat I2 hampir hilang kemudian ditambahkan 2 mL amilum 0,2%.
Titrasi dilanjutkan sampai terlihat endapan putih susu dan titrasi dilakukan duplo. Dari titrasi ini,
diperoleh volume titrasi 1 dan 2 berturut-turut 22,4 dan 22,6 mL.
A. 91,34%
B. 90,55%
C. 92,62%
D. 94,69%
E. 89,22%
Reaksi utama yang terjadi pada titrasi iodometri dalam soal ini:
2CuI2 → 2CuI + I2
Reaksi net:
Dari reaksi ini nampak bahwa jumlah ekuivalen Na2S2O3 = jumlah ekuivalen Cu2+. Artinya
jumlah Cu2+ yang bereaksi sama dengan jumlah mol Na2S2O3 yang digunakan.
n Cu2+ = n Na2S2O3
n Cu2+ = 0,00229725 mol
Gambar berikut menunjukkan perubahan komposisi senyawa dalam wadah akibat terjadi reaksi.
Jika reaksi tersebut berorde nol, maka waktu yang dibutuhkan (x) untuk mencapai kondisi pada
(c) adalah ….
A. 15 menit
B. 20 menit
C. 25 menit
D. 30 menit
E. 40 menit
Laju reaksi pada orde nol tidak dipengaruhi oleh konsentrasi, artinya laju reaksi bersifat tetap
atau konstan berapa pun konsentrasinya.
Tambahan bahasan
Untuk reaksi orde nol maka plotting data konsentrasi atau jumlah partikel terhadap waktu akan
menghasilkan kurva linier.
Dari data yang diberikan saat 0 menit partikel pereaksi ada 8, saat 10 menit partikel pereaksi
tersisa 4 yang lainnya terurai, dan saat terakhir yang partikel pereaksi tersisa 2 yang lain terurai
yang bila dilakukan proyeksi ke sumbu waktu maka tepat pada t = 15 menit.
A. Pati
B. Selulosa
C. Protein
D. DNA
E. Lemak
Pati, selulosa, protein, dan DNA semuanya termasuk dalam golongan polimer, yaitu senyawa-
senyawa besar yang terdiri dari banyak unit monomer yang diulang-ulang.
Namun, lemak tidak termasuk dalam golongan polimer karena tidak terdiri dari unit-unit
monomer yang diulang-ulang. Lemak terdiri dari molekul-molekul asam lemak dan gliserol yang
disatukan secara kovalen, tetapi molekul-molekul ini tidak diulang-ulang seperti pada polimer.