BAGIAN-1
Soal KSN-K 2022 – No. 1
Suatu ion X memiliki bilangan oksidasi +4, dengan 2 elektron pada n = 1, 8 elektron pada n = 2, dan 10
elektron pada n = 3. Unsur X adalah ….
A. Argon
B. Vanadium
C. Kromium
D. Titanium
E. Mangan
Ion X memiliki bilangan oksidasi +4 artinya ia telah melepaskan 4 elektronnya, dan konfigurasi elektron per
kulit 2 – 8 – 10.
Jika elektron dikembalikan maka total elektron yang dimiliki X = 2 + 8 + 10 + 4 = 24 elektron.
Unsur yang mempunyai 24 elektron pada keadaan dasar berarti nomor atomnya juga 24.
Jadi unsur X yang dimaksud adalah 24Cr (kromium).
Jawaban yang tepat C.
Jika ke dalam larutan ditambahkan senyawa asam hingga pH < 2, maka peptida tersebut menjadi
bermuatan….
A. +6
B. +5
C. +4
D. +3
E. +2
Unsur X, suatu padatan berwarna abu-abu, bereaksi dengan unsur Z, suatu gas tak berwarna, membentuk
suatu senyawa di mana jumlah atom X lebih banyak dua kali dari jumlah atom Z. Manakah diantara
pernyataan berikut mengenai konfigurasi elektron pada keadaan dasar untuk atom-atom tersebut yang paling
benar…
Senyawa dengan jumlah atom X lebih banyak dua kali dari jumlah atom Z memiliki rumus kimia X 2Z. Oleh
karena itu, X kemungkinan besar adalah logam yang mempunyai valensi 1 (stabil dengan melepas elektron
valensi sehingga membentuk ion X+) dan Z adalah non-logam valensi 6 (stabil dengan menerima sebanyak 2
elektron sehingga membentuk Z2–).
A. 1,3-sikloheksadiena
B. Benzena
C. Naftalena
D. Tetrasena
E. Antrasena
Energi kisi suatu senyawa ionik adalah energi yang dihasilkan saat pembentukan 1 mol padatan kristal
senyawa ion dari ion-ion penyusunan pada fase gas. Persamaan termokimia-nya dapat dituliskan aMb+ (g) +
bXa– (g) ⟶ MaXb (s) + Energi kisi
Energi kisi bergantung pada muatan ion-ion, ukuran ion-ion, dan jarak antara ion-ion tersebut.
Muatan dan ukuran ion merupakan faktor penting yang menentukan besarnya energi kisi. Energi kisi
berkaitan dengan energi potensial dari dua muatan yang berinteraksi yang diberikan dalam persamaan
matematika; E = k.(Q1×Q2)/d
Q1 dan Q2 adalah besar muatan pada partikel dalam satuan coulomb dan d adalah jarak antara jari–jari dalam
satuan meter.
Semakin besar jarak jari-jari kation-anion, nilai d semakin besar maka energi kisi semakin kecil.
Semakin kecil jarak jari-jari kation-anion, nilai d semakin kecil maka energi kisi semakin besar.
Semakin besar hasil kali jumlah muatan kation-anion maka semakin besar energi kisinya.
Semakin kecil hasil kali jumlah muatan kation-anion maka semakin kecil energi kisinya.
Jadi, urutan besar energi kisi adalah FeCl 2 < FeCl3 < Fe2O3.
i. Orbital hibrida untuk atom pusat pada struktur ion F 2ClO2+ adalah sp3d2
ii. Muatan formal untuk atom F, O, dan Cl masing-masing adalah 0, 0, dan +1
iii. Jumlah masing-masing ikatan s dan p pada struktur ion F 2ClO2+ adalah 4
iv. Ion F2ClO2+ bersifat polar
i. Orbital hibrida untuk atom pusat pada struktur ion F 2ClO2+ adalah sp3, ada 4 domain elektron (2
ikatan rangkap, 2 ikatan tunggal, bukan sp 3d2.
ii. Muatan formal untuk atom F adalah 0, atom O adalah 0, dan atom Cl adalah +1.
Total muatan formal pada ion F2ClO2+ adalah +1.
Cara menghitung muatan formal atom , selisih jumlah elektron valensi atom dikurangi (elektron
bebas ditambah jumlah ikatan yang dimiliki atom tersebut).
iii. Struktur ion F2ClO2+ mempunyai 4 ikatan σ dan 2 ikatan π, jadi total ikatan σ π adalah 6, bukan 4.
Ingat tiap ikatan tunggal hanya ada 1 ikatan σ dan tiap ikatan rangkap ada 1 ikatan σ dan 1 ikatan π.
iv. Ion F2ClO2+ bersifat polar karena ia memiliki momen dipol yang tidak sama dengan nol. Hal ini
disebabkan oleh adanya ikatan polar antara fluorin dan klorin, serta ikatan rangkap antara oksigen
dan klorin serta adanya muatan.
Oksigen terlarut dalam air memiliki nilai konstanta Henry pada suhu 25 oC = 1,267 × 10–3 M/atm. Jika
tekanan parsial oksigen di udara adalah 0,30 atm, konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang
berkesetimbangan dengan udara pada suhu 25 oC adalah …. (mol/L). Diketahui Hukum Henry C = k.P)
A. 4,6 × 10–6
B. 7,2 × 10–6
C. 2,6 × 10–4
D. 5,4 × 10–4
E. 3,8 × 10–4
C = k.P
Dengan C adalah konsentrasi oksigen terlarut dalam air (dalam mol/L), k adalah konstanta Henry pada suhu
25 oC, P adalah tekanan parsial oksigen di udara (dalam atm).
C = k × P
C = (1,267 . 10–3 M/atm) × (0,30 atm)
C = 3,801 × 10–4 M
Jadi, konsentrasi oksigen terlarut dalam air yang berkesetimbangan dengan udara pada suhu 25 oC adalah
sekitar 3,801 × 10–4 M.
Tabel berikut menunjukkan data laju awal untuk reaksi (C 2H5)2(NH2)2 + I2 → (C2H5)2N2 + 2HI
A. 0 dan 1
B. 0 dan 2
C. 2 dan 0
D. 1 dan 1
E. 3 dan –1
4 = (2) x × (2)y
22 = 2 (x+y)
2=x+y
x=2–y
2 = (3) x × (2/3)y
2 = (32)/(3)y × (2/3)y
2 = (32)/(3)y × (2)y/(3)y
21/(32) = (2)y/(3)2y
21 = (2)y → y = 1
(32) = (3)2y → 2y = 2 → y = 1
Suatu basa lemah dengan konsentrasi 0,120 M (pK b = 4,20) dititrasi dengan larutan asam klorida 0,300 M.
Titik ekuivalen tercapat setelah penambahan 20 mL larutan titran. pH pada titik ekuivalen adalah ….
A. 8,4
B. 7,0
C. 6,3
D. 5,4
E. 3,7
Pada saat pH pada titik ekivalen, baik basa lemah dan asam klorida (asam kuat) tepat habis bereaksi, maka
terbentuk garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.
V total campuran = 20 mL + 50 mL = 70 mL
Produk kondensasi aldol yang terbentuk dari 3-pentanon dalam suasana basa memiliki nama IUPAC…
A. 5-etil-4-metil-5-hepten-3-on
B. 4-metil-4-nonen-3,7-dion
C. 5-etil-4-metil-4-hepten-3-on
D. 3-etil-4-metil-3-hepten-5-on
E. 3-etil-4-metil-2-hepten-5-on
Dua ekuivalen molekul 3-pentanon (H₃C 一 CH₂ 一 CO 一 CH₂ 一 CH₃) bereaksi dengan adanya basa
(NaOH) akan menghasilkan pembentukan β-hidroksiketon kemudian diikuti dengan pelepasan molekul H ₂O
yang menghasilkan H₃C 一 CH₂ 一 CO 一 C(CH₃)=C(CH₂CH₃)一 CH₂ 一 CH₃
Bagian-2
Soal KSN-K 2022 – No. 11
Urutan besarnya nilai konstanta laju (k) untuk tiga temperatur reaksi (T1, T2, T3) yang tepat adalah ….
Untuk reaksi kimia pada suhu yang berbeda, nilai konstanta laju (k) biasanya akan berbeda. Secara umum,
kita dapat menentukan urutan besarnya nilai konstanta laju (k) untuk tiga temperatur reaksi jika T1 < T2 <
T3 dengan menggunakan Persamaan Arrhenius:
k = A . e (-Ea/RT)
Keterangan: k adalah konstanta laju reaksi, A adalah faktor frekuensi, Ea adalah energi aktivasi, R adalah
konstanta gas (8,314 J/(mol.K)), dan T adalah suhu absolut dalam kelvin.
Dari persamaan ini, kita dapat melihat bahwa nilai konstanta laju reaksi (k) akan berbanding terbalik dengan
nilai energi aktivasi (Ea). Semakin tinggi suhu, semakin banyak molekul yang memiliki energi kinetik yang
cukup untuk mengatasi energi aktivasi dan berpartisipasi dalam reaksi. Oleh karena itu, nilai konstanta laju
reaksi (k) akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu.
Dengan demikian, urutan besarnya nilai konstanta laju (k) untuk tiga temperatur reaksi jika T1 < T2 < T3
adalah: k(T1) < k(T2) < k(T3). Artinya, nilai k akan semakin besar seiring dengan peningkatan suhu reaksi.
Gambar di bawah ini merupakan spektrum emisi suatu ion yang memiliki satu elektron dalam fase gas.
Semua garis yang dihasilkan merupakan transisi elektronik dari keadaan tereksitasi ke keadaan dasar n = 3.
Jika panjang gelombang garis B terukur pada 142,5 nm, maka panjang gelombang garis A terukur pada…
A. 113,9 nm
B. 121,6 nm
C. 128,8 nm
D. 164,1 nm
E. 273,5 nm
Karena perbedaan energi orbital berkurang dengan peningkatan panjang gelombang dan semua transisi
terjadi pada n = 3, garis pada panjang gelombang tertinggi sesuai dengan transisi dari n = 4 ke n = 3.
Oleh karena itu, garis B dalam spektrum sesuai dengan transisi dari n = 5 ke n = 3 (perbedaan energi
terendah kedua).
Persamaan Rydberg untuk panjang gelombang dalam sistem satu elektron adalah:
1/λ = R.Z2(1/nf2−1/1/ni2)
Oleh karena itu, dengan menggunakan panjang gelombang garis B, nilai z untuk ion satu elektron dapat
dihitung sebagai:
Z2 = 8,996
Nomor atom ion satu elektron adalah:
Z = √8.996
Z = 2.999 ≈ 3
Oleh karena itu, nilai Z untuk ion satu elektron adalah 3 , dan ion tersebut adalah litium.
Karena A adalah baris ketiga, ini akan sesuai dengan transisi dari n = 6 ke n = 3.
Oleh karena itu, panjang gelombang transisi dalam lithium-ion dapat dihitung sebagai berikut:
1/λ = 8,228×106m−1
λ = 121,53 nm
Urutan yang benar berdasarkan kenaikan bilangan gelombang vibrasi regangan (stretching) berikut dalam
spektrum inframerah adalah …….
(1) C–H
(2) O–H
(3) C=O
(4) C≡C
Bilangan gelombang vibrasi regangan (stretching) berikut dalam spektrum inframerah untuk ikatan:
Jadi urutan yang tepat bilangan gelombang dari terendah ke tertinggi: (3) < (4) < (1) < (2).
Sebanyak 156 g sampel unsur X direaksikan dengan silikon, menghasilkan 268,3 g senyawa X 3Si4 murni.
Jika massa atom relatif silikon 28,086, maka massa atom relatif X adalah ….
A. 58, 71
B. 52,02
C. 54,95
D. 47,95
E. 55,85
Dalam kasus ini, unsur X bereaksi dengan Si untuk membentuk senyawa X 3Si4. Oleh karena itu,
perbandingan antara massa unsur X dan Si dalam senyawa tersebut adalah 3:4 atau dapat dimaknai dalam
senyawa X3Si4 terdapat 3 mol X dan 4 mol S.
Jari Ar S = 51,986 atau jawaban yang paling mendekati adalah 52,02
Soal KSN-K 2022 – No. 15
Di antara molekul di bawah ini yang memiliki ikatan antara C–O yang paling panjang adalah ….
A. CO
B. CO2
C. CO32–
D. OCN–
E. CH3OH
Dalam soal ini yang dimaksud adalah ikatan antara C dan O, jadi bisa saja ikatan antara C dan O berupa
ikatan tunggal, ikatan dobel, atau ikatan tripel. Untuk itu perlu diketahui struktur Lewis setiap molekul/ion.
Urutan dari panjang ikatan yang terpendek ke yang terpanjang dari molekul/ion:
CO < CO2 < OCN– < CO32– < CH3OH
Sebanyak 25,0 mL larutan Fe2+ 0,0500 M dititrasi menggunakan larutan Ce 4+ 0,0500 M. Potensial sistem
ketika titik ekivalen adalah ….
(E° (Fe3+|Fe2+) = 0,767 V; (E° (Ce4+|Ce3+) = 1,47 V;
A. 1,23 V
B. 0,70 V
C. 1,12 V
D. 2,24 V
E. 1,52 V
Diketahui isotop 82Br memiliki waktu paruh 1000 menit. Jika anda memerlukan 82Br sebanyak 1,0 g
sedangkan waktu pengiriman sampel selama 2 hari, maka massa 23Na82Br minimum yang harus anda pesan
adalah ….
A. 2,0 g
B. 5,8 g
C. 7,4 g
D. 11,8 g
E. 9,4 g
Waktu paruh peluruhan radioaktif adalah waktu yang diperlukan oleh inti radioaktif untuk meluruh hingga
aktivitasnya menjadi setengah aktivitas mula-mula.
Keterangan :
Nt = jumlah zat radioaktif tersisa
N0 = jumlah zat radioaktif mula-mula
t=waktu peluruhan
t1/2= waktu paruh
Jika diperlukan 1 g 82Br, maka massa 82Br mula-mula maka
t = 2 hari × 24 jam/hari × 60 menit/jam = 2880 menit
m (23Na82Br) = 9,4208 g
Suatu senyawa optis aktif, Y, dengan rumus molekul C 7H12 memberikan hasil positif ketika direaksikan
dengan larutan KMnO4 encer dingin dan spektrum IR memberikan serapan lebar pada 3300 cm -1 . Ketika Y
mengalami reaksi hidrogenasi katalitik, dihasilkan Z (C 7H16) dan Z juga bersifat optis aktif. Struktur Y adalah
….
A. CH3CH2CH(CH3)CH2C≡CH
B. CH3CH2CH2CH2CH2C≡CH
C. (CH3)2CHCH2CH2C≡CH
D. CH3CH2CH(CH3)C≡CCH3
E. CH2=CHCH(CH3)CH2C≡CH
Senyawa optis aktif Y yang memberikan hasil positif (warna ungu menjadi bening) ketika direaksikan
dengan KMnO4 encer dingin menunjukkan adanya ikatan rangkap atau ikatan triple. Senyawa optis aktif Y
dengan rumus molekul yang memberikan peregangan IR pada 3300 cm –1 menunjukkan bahwa senyawa
tersebut mengandung gugus alkuna. Senyawa ini pada hidrogenasi katalitik menghasilkan senyawa Z
dengan rumus molekul C7H16. Produk terhidrogenasi menambahkan empat hidrogen ke senyawa Y. Hal ini
menegaskan bahwa senyawa tersebut mengandung gugus alkuna yang pada hidrogenasi membutuhkan dua
mol molekul hidrogen dan menghasilkan alkana sebagai produk aktif optik. Reaksi ditunjukkan di bawah ini.
Sebanyak 4,500 gram sampel dilarutkan di dalam labu takar 100 mL. Larutan ini dibagi dua, masing-masing
sekitar 50 mL, ke dalam dua buah gelas kimia yang diberi label A dan B. Larutan dari gelas kimia A
diencerkan dengan aqua dm hingga volumenya menjadi 250 mL. Kemudian larutan ini dipipet 10,0 mL dan
diencerkan dalam labu takar 100,0 mL dan ditandabataskan.
Sebanyak 25,0 mL larutan terakhir ini dianalisis dan ditemukan bahwa larutan ini mengandung tembaga
dengan konsentrasi 1,8 ppm. Kadar tembaga (dalam %b/b) yang ada dalam sampel adalah ….
A. 8,00%
B. 0,20%
C. 0,50%
D. 0,05%
E. 1,80%
Berikut merupakan inti atom yang dikategorikan sebagai NMR aktif, atau dapat dideteksi oleh
NMR, kecuali…
A. 13C
B. 1H
C. 15N
D. 12C
E. 19F
Inti atom yang dikategorigan sebagai NMR aktif biasanya memiliki jumlah proton/neutron genap.
Berikut ini beberapa aturan umum yang berlaku untuk kasus tertentu spin:
1) Genap/Genap.
Inti yang mengandung proton dan neutron yang berjumlah genap memiliki spin = 0 dan oleh karena itu ia
tidak memiliki momen magnetik sehingga tidak dapat dideteksi oleh NMR.
Contohnya termasuk 4He, 12C, 16O dan 32S.
Menghitung ∆P
∆P = P0 pelarut × X C3H8O3
∆P = 92,5 torr × X 0,024352
∆P = 2,25257 torr
Menghitung P larutan
P larutan = P0 pelarut × X H2O
P larutan = 92,5 torr × (1 – 0,024352)
P larutan = 92,5 torr × 0,975647908
P larutan = 90,24743 torr
Untuk menghasilkan larutan bufer dengan pH 4, massa NaF yang harus ditambahkan ke dalam 2,0 L larutan
HF 0,10 M adalah… (pKa HF = 3,1, mM Na = 23 g/mol dan F = 19 g/mol)
A. 1,79
B. 11,13
C. 33,35
D. 53,33
E. 66,69
Komponen dalam larutan terdiri NaF dan HF , ini merupakan larutan penyangga asam.
Berlaku:
Suatu basa lemah dengan konsentrasi 0,120 M (pKb = 4,20) dititrasi dengan larutan asam klorida 0,300 M.
Tepat saat titran, pH pada titik ekivalen adalah…
A. 8,4
B. 7,0
C. 6,3
D. 5,4
E. 3,7
Pada titik ekuivalen terbentuk garam terhidrolisis. Komponen garam yang dapat bereaksi dengan air adalah
kation dari basa lemah sehingga larutan akan bersifat asam.
Menghitung V HCl
n HCl = V HCl × [HCl]
12 mmol = V HCl × 0,30 M
V HCl = 12 mmol / 0,30 M
V HCl = 40 mL
Boron monoksida merupakan salah satu oksida boron yang berwujud gas.
Berikut adalah reaksi pembentukan gas BO:
Pada 25 °C sebanyak 10 g boron direaksikan dengan gas oksigen dengan tekanan 10 atm dalam wadah 2 L.
Massa boron pada saat kesetimbangan tercapai adalah… (mM B = 11 g/mol, O = 16 g/mol)
A. 0,29 g
B. 5,23 g
C. 8,34 g
D. 1,66 g
E. 0,88 g
Skenario penyelesaian:
1. Menghitung n B awal
2. Menghitung tekanan parsial dari O2 saat bereaksi
3. Menghitung n O2 saat bereaksi
4. Menghitung n B saat bereaksi
5. Menghitung sisa n B saat kesetimbangan tercapai.
n B = (m B) / (mM B)
n B = (10 g) / (11 g/mol)
n B = 0,91 mol
Kp adalah konstanta kesetimbangan tekanan parsial, yang dapat dihitung sebagai berikut:
dengan P BO dan P O2 adalah tekanan parsial BOdan O2 pada saat kesetimbangan. B berwujud padat tidak
dipertimbangkan dalam kaitan dengan nilai K p.
Kp = (P BO) / [(P O2) ½]
Dari hasil hitung menggunakan rumus ABC akar persamaan kuadrat diperoleh x = 5,39288 atm
PV = nRT
n O2 = PV / RT
n O2 = (5,39288 atm x 2 L) / (0,08206 L atm K–1 mol–1 x 298 K)
n O2 = 0,44112 mol (hasil pembulatan)
A. 3-metilheksanal
B. 4-metil-1-heksanol
C. 4,10-dimetildodekan-6,7-dion
D. 4-metilheksanal
E. 4,10-dimetildodekan-6,7-diol
Reaksi ii) merupakan reaksi ozonolisis alkena yang diikuti oleh penataan ulang. Karenanya secara
keseluruhan dalam ozonolisis, ozon bereaksi dengan alkena (hasil reaksi pertama) membentuk ozonoida
primer.
Reaksi iii) Ozonida primer ditata ulang menjadi ozonida sekunder, yang membentuk senyawa karbonil
dengan Zn dalam asam asetat.
Soal KSN-K 2022 – No. 26
Dinding eritrosit (sel darah merah) bersifat permeabel terhadap air. Dalam larutan garam, eritrosit akan
berkerut jika konsentrasi garamnya tinggi dan mengembang jika konsentrasi garamnya rendah. Percobaan
menggunakan larutan garam NaCl dengan titik beku –0,046 °C menunjukkan eritrosit tidak mengembang
maupun mengkerut. Jika densitas larutan garam pada suhu tersebut 997,77 kg/m 3, tekanan osmosis larutan di
dalam eritrosit adalah… (Diketahui K f air = 1,86 °C/m)
A. 114,2 torr
B. 228,5 torr
C. 456,8 torr
D. 512,5 torr
E. 371,6 torr
Tekanan osmotik adalah tekanan minimum yang perlu diterapkan pada larutan untuk mencegah aliran masuk
pelarut murni melintasi membran semipermeabel.
Skenario penyelesaian:
∆Tf = i. Kf . m
0,046 oC = 2. 1,86 °C/molal . m
0,046 oC = 3,72 °C/molal . m
m = 0,046 / 3,72 molal
m = 0,012365591 molal (hasil pembulatan)
m = 0,012365591 mol/kg
π = i.(n/V).R.T
π = 2×( 0,012338016 mol/L)×0,08205 atm.L.mol–1.K–1×298 K
π = 0,603351197 atm × 760 torr/atm
π = 458,5469098 torr
Senyawa Z dengan rumus molekul C10H13Cl memberikan sinyal pada spektrum 1H NMR sebagai berikut:
singlet (d 1,6 ppm); singlet (d 3,1 ppm); multiplet (d 7,2 ppm (5H)); Berdasarkan data tersebut, di antara
struktur berikut yang paling tepat untuk senyawa Z adalah ….
A. I
B. II
C. III
D. IV
E. V
Suatu campuran yang mengandung 1 g boron, sejumlah gas oksigen dan boron monoksida 1 L dan tekanan
total 1 atm kesetimbangan pada T = 25 °C menurut reaksi:
Jika volume wadah dikurangi setengahnya pada suhu tetap, pernyataan yang benar saat kesetimbangan baru
tercapai adalah…
Volume atau tekanan akan berpengaruh pada kesetimbangan untuk zat yang berwujud gas. Bila volume
dikurangi maka kesetimbangan akan menuju ke ruas yang total koefisien gasnya lebih kecil. Dalam soal ini
kesetimbangan bergeser ke kiri, namun karena nilai K p relatif besar maka reaksi tetap lebih mendukung
pembentukan BO, jumlahnya akan meningkat ketika kesetimbangan terbentuk kembali dalam wadah volume
yang dikurangi. Oleh karena itu, pilihan C benar.
Bila suhu tetap maka nilai tetapan kesetimbangan juga tetap, tetapi derajat disosiasi zat-zatnya akan berubah
dan oleh karena itu tekanan parsial gas akan mengalami perubahan. Walau demikian tekanan total dalam
wadah tidak berubah.
Bila dalam sistem campuran tidak ada massa zat yang diubah maka massa campuran tidak berubah, tetap,
tidak bertambah.
Jika diketahui:
∆Hco C2H5OH = –1366,8 kJ/mol;
∆Hco CH3COOH = –872,4 kJ/mol;
∆Hfo C2H5OH = –269,29 kJ/mol;
∆Hfo CH3COOH = –484,93 kJ/mol;
∆Hfo CH3CHO = –196,4 kJ/mol;
∆Hfo H2O = –285,82 kJ/mol;
A. –988,80 kJ/mol
B. –205,87 kJ/mol
C. –247,20 kJ/mol
D. –418,74 kJ/mol
E. –494,40 kJ/mol
Suatu campuran yang mengandung klorobenzena (1 mol) dan asetanilida (1 mol) direaksikan dengan
Br2 (0,5 mol dengan adanya sedikit FeBr3). Produk utama dari reaksi kompetitif ini adalah ….
A. 4-bromoasetanilida
B. 1-bromo-4-klorobenzena
C. 1-bromo-2-klorobenzena
D. 1-bromo-3-klorobenzena
E. 3-bromoasetanilida
Campuran yang mengandung klorobenzena (1 mol) dan asetanilida (1 mol) direaksikan dengan Br 2 (0,5 mol
dengan adanya sedikit FeBr3) ini memang merupakan reaksi kompetitif. Reaksinya adalah reaksi brominasi
substitusi elektrofilik.
Karena ada reaktan klorobenzena dan asetanilida, maka perlu lebih dahulu dibandingkan reaktivitasnya.
Urutan umum reaktivitas terhadap reaksi substitusi elektrofilik:
anilin > fenol > anisol > asetanilida > toluena > klorobenzena > fluorobenzena > asam benzoat >
benzaldehida > nitrobenzena.
Oleh karena itu reaksi kompetitif ini yang paling mungkin bereaksi adalah asetinilida.
Inti yang mengandung jumlah proton maupun neutron ganjil memiliki spin yang bilangan bulat positif.
Contohnya termasuk 14N (spin = 1), 2H (deuterium, spin = 1), dan 10B (spin = 3).
3) Lainnya .
Inti yang mengandung jumlah proton/neutron ganjil/genap atau genap/ganjil semuanya memiliki putaran x
per dua (faktor per-dua).
Contohnya termasuk 1H (spin = 1/2), 17O (spin = 5/2), 19F (spin = 1/2), 23Na (spin = 3/2), dan 31P (spin = 1/2).
Karena inti atom 12C spin = 0, tidak memiliki momen magnetik sehingga tidak dapat dideteksi oleh NMR.
Namun, inti atom 13C, 1H, 15N, dan 19F memiliki momen magnetik sehingga dapat dideteksi oleh NMR.
Jadi inti atom yang tidak dapat dideteksi oleh NMR adalah 12C.
Karet alam terbentuk karena polimerisasi isoprena (2-metil-1,3-butadiena). Apabila dilakukan reaksi
hidrogenasi pada karet alam akan menghasilkan polimer…
A. Polietilena
B. Etilen-propilen kopolimer
C. Polivinil klorida
D. Poliester
E. Polipropilen
Larutan asam lemah dengan konsentrasi 0,05 M memiliki pH yang sama dengan larutan asam nitrat 0,01 M,
Ka asam lemah tersebut adalah….
A. 1,43 x 10–3
B. 1,67 x 10–3
C. 2,67 x 10–3
D. 2,50 x 10–3
E. 2,00 x 10–3
[H+] = [HNO3]
[H+] = 0,01 M
[H+] = 10–2 M
Suatu sampel etanol diketahui telah teroksidasi sebagian menjadi asam asetat. Sebanyak 24,24 g sampel
tersebut dibakar secara sempurna dan menghasilkan kalor sebesar 595,37 kJ. Persen massa asam asetat dalam
sampel tersebut adalah ….
Diketahui:
∆Hc° C2H5OH = –1366,6 kJ/mol;
∆Hc° CH3COOH = –872,4 kJ/mol.
A. 33,95%
B. 86,71%
C. 57,88%
D. 15,62%
E. 29,73%
mMEt = 46 g/mol
Karena pembakaran sempurna, maka jumlah kalor yang dihasilkan oleh etanol dan asam asetat adalah sama
dengan jumlah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran total sampel (595,37 kJ):
595,37 x 46,07 x 60,05 = (-1366,6) x (24,24 - mAa) x 60,05 + (-872,4) x mAa x 46,07
Waktu yang diperlukan untuk memanaskan 100 g es dengan suhu awal –10 °C hingga mencapai suhu kamar
(25 °C) dalam microwave dengan daya 600 W adalah…
(∆Hfus = 6 kJ/mol, cp es = 37,62 J mol–1 K–1, cp air = 75,31 J mol–1 K–1)
A. 1,33 menit
B. 1,27 menit
C. 1,22 menit
D. 0,93 menit
E. 0,41 menit
Pembahasan Soal KSN-K 2022 – No. 34
Energi yang diperlukan untuk memanaskan air dari 0 °C hingga suhu kamar 25 °C:
Q3 = n . cair . ΔT
Q3 = 5,56 mol × 75,31 J mol–1 K–1 × (25 °C – 0 °C)
Q3 = 10.468,09 J
Qtotal = P . t → t = Qtotal / P
t = Qtotal / P
t = 45.919,76 J / 600 W
t = 76,53 detik
t = 76,53 detik × 1 menit/60 detik
t = 1,2755 menit
Jawaban yang tepat B.
Berikut diberikan data perubahan konsentrasi reaktan A seiring berjalannya waktu akibat terjadinya reaksi
2A → 2B + C
A. Laju rata-rata penguraian A selama 40 menit reaksi adalah 0,044 mol L –1 menit–1
B. laju sesaat bernilai konstan sepanjang waktu reaksi
C. laju reaksi rata-rata selama sepuluh menit pertama adalah empat kali lebih lambat dari laju reaksi
rata-rata selama sepuluh menit keempat
D. laju rata-rata pembentukan C selama 40 menit reaksi adalah 0,011 mol L –1 menit–1
E. laju reaksi mencapai maksimum saat [A] = [B]
Pembahasan Soal KSN-K 2022 – No. 35
B. Dari tabel hasil hitung laju sesaat tampak bahwa laju reaksi sesaat berubah-ubah, tidak konstan. Karena
konsentrasi reaktan A terus berkurang seiring berjalannya waktu, dan konsentrasi produk B dan C
meningkat, maka laju reaksi tidak konstan selama waktu reaksi.
Pernyataan B tidak tepat.
Laju pembentuk C selama 40 menit reaksi = ½ laju penguraian A selama 40 menit reaksi = ½ 0,022 mol.L –
1
.menit–1 = 0,011 mol.L–1.menit–1
Pernyataan D tepat.
E. Pernyataan yang menyatakan bahwa laju reaksi mencapai maksimum saat [A] = [B] tidak benar karena
laju reaksi bergantung pada konsentrasi reaktan, dan laju reaksi akan terus melambat seiring berkurangnya
konsentrasi reaktan.
Pernyataan E tidak tepat.
Rasio kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M terhadap kelarutan SrF2 dalam air murni adalah ….
(Ksp SrF2 = 2,5 × 10–9 dan pKa HF = 3,18)
A. 28,4
B. 2,4
C. 12,03
D. 15,93
E. 21,1
Rasio kelarutan adalah rasio kelarutan suatu senyawa dalam dua pelarut yang berbeda. Dalam hal ini, akan
ditentukan rasio kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M terhadap kelarutan SrF2 dalam air murni.
Rasio kelarutan = kelarutan SrF 2 dalam HNO3 0,1 M : kelarutan SrF2 dalam air murni
Menghitung Kelarutan SrF2 dalam air murni:
S = (Ksp/4)1/3
Ketika dalam larutan HNO3 maka F– akan bereaksi dengan H+ dari HNO3 membentuk HF yang merupakan
asam lemah,
H+ + F– ⇌ HF
Misal jumlah F– yang bereaksi sebanyak x mol/L, konsentrasi F – akan berkurang sebanyak x mol/L dan [HF]
terbentuk sebanyak x mol/L.
10–2,18 . x = 2S – x
0,0066 x = 2S – x
1,0066 x = 2S
x = 2S/1,0066
Ksp SrF2 = [Sr2+ ][F–]2
Jadi kelarutan SrF2 dalam HNO3 0,1 M = 2,44 × 10–2 M dan kelarutan SrF2 dalam air murni = 8,55 × 10–4M
Oleh karena itu rasio kelarutannya = 2,44 × 10 –2 M : 8,55 × 10–4 M = 28,5
Di antara rangkaian skema reaksi berikut yang dapat menghasilkan 2-aminopentana murni adalah ….
A. II dan III
B. II
C. I
D. III
E. I dan II
Suatu enzim memiliki tiga residu katalitik, yaitu asam aspartat (Asp), histidin (His), dan serin (Ser).
Mekanisme reaksi yang dikatilisis oleh enzim tersebut ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
Gambar di bawah ini menunjukkan struktur tripeptida yang dilarutkan dalam air.
A. oksidoreduktase
B. ligase
C. hidrolase
D. transferase
E. isomerase
Enzim merupakan katalis, yang mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi dari reaksi kimia.
Berdasarkan gambar mekanisme reaksi, enzim dengan triade katalitik terlibat dalam reaksi hidrolisis, di
mana substrat dipecah menjadi dua bagian dengan bantuan molekul air.
Mekanisme reaksi yang dilakukan oleh enzim tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Jadi, jenis reaksi yang dikatalisis oleh enzim dengan triade katalitik ini adalah reaksi hidrolisis dan enzimnya
dikategorikan enzim hidrolase.
Es krim dapat membeku pada temperatur kurang dari –3°C. Es batu yang digunakan untuk mendinginkan es
krim memiliki suhu –12°C akan tetapi kontak dengan es krim membuat es batu meleleh pada suhu 0°C
(tidak cukup dingin untuk membuat es krim membeku). Agar es batu tidak cepat meleleh, air untuk membuat
es batu ditambahkan NaCl. Jika titik beku es batu –6,50 °C. Perbandingan garam dan air yang digunakan
untuk membuat es batu dan biaya yang dibutuhkan untuk membeli garam jika digunakan 4,5 kg es batu
adalah… (1 kg garam = Rp. 40.000; nilai Kf air = 1,86 °C/m)
Untuk mencari perbandingan garam dan air yang digunakan untuk membuat es batu, pertama-tama kita harus
menghitung molalitas larutan NaCl yang dibutuhkan menggunakan rumus:
ΔTb = Kf × m × i
Maka,
m = ΔTb / (Kf × i)
m = 6,5 / (1,86 × 2)
m = 1,7 mol/kg
Jumlah mol NaCl yang dibutuhkan untuk membuat 4,5 kg larutan NaCl dengan molalitas 1,7 mol/kg adalah:
mol NaCl = molalitas × massa pelarut (kg)
mol NaCl = 1,7 mol/kg × 4,5 kg
mol NaCl = 7,65 mol
Asumsi harga garam adalah Rp. 40.000/kg, maka biaya yang dibutuhkan untuk membeli garam adalah:
biaya = harga x massa = Rp. 40.000/kg × 0,450 kg = Rp. 18.000
Jadi, perbandingan garam dan air yang digunakan untuk membuat es batu 1: 10 dan harga garam yang
dibutuhkan Rp. 18.000.
Tekanan uap jenuh air pada T = 25 oC adalah 3,1690 kPa dan entalpi penguapan molar air adalah 40,65
kJ/mol. Sebanyak 100 mL air dimasukkan ke dalam wadah vakum dengan volume 10 L pada suhu 60 oC.
Massa uap air saat kesetimbangan tercapai adalah …. (Asumsikan bahwa volume cairan dapat diabaikan)
A. 0,231 g
B. 0,274 g
C. 1,157 g
D. 0,207 g
E. 1,294 g
dengan:
P1 = tekanan uap jenuh pada suhu T 1 = 3,169 kPa
T1 = 25 °C = 298 K
T2 = 60 °C = 333 K
∆Hvap = entalpi penguapan molar air = 40,65 kJ/mol = 40.650 J/mol
R = konstanta gas umum = 8,314 J/(mol·K)
Substitusi nilai:
Ketika air ditempatkan di dalam wadah vakum, tekanan total pada kesetimbangan akan sama dengan tekanan
uap air pada suhu 60 °C. Oleh karena itu, tekanan total dalam wadah adalah 17,777 kPa.
PV = nRT
dengan:
P = tekanan total = 17,78 kPa
V = volume gas = 10 L
n = jumlah mol gas uap air
R = konstanta gas umum = 8,314 J/(mol·K)
T = suhu = 60 °C = 333 K
Karbon monoksida (mM = 28,01 g/mL) dalam darah dapat ditentukan dengan menempatkan sampel darah
yang sudah encer dan diasamkan dalam kamar Conway. Dalam sistem ini CO berdifusi ke dalam PdCl 2.
Reaksi yang terjadi adalah:
H3O+ yang dihasilkan dititrasi dengan larutan NaOH 0,0230 M. Sebagai blanko digunakan air dan diperlukan
dengan cara yang sama.
Hitunglah % volume (mL CO setiap 100 mL darah), jika 1,5 mL sampel memerlukan 0,74 mL titran
sementara itu blanko memerlukan 0,52 mL. Anggap CO merupakan gas ideal pada STP.
A. 4,52%
B. 0,12%
C. 2,15%
D. 1,58%
E. 3,78%
Dalam reaksi tersebut, H3O+ dihasilkan dari reaksi antara Pd2+, H2O, dan CO. Oleh karena itu, jumlah
H3O+ yang dihasilkan setara dengan jumlah CO yang bereaksi.
Dapat dihitung jumlah mol H3O+ dari larutan NaOH yang digunakan untuk menetralkan asam yang
dihasilkan dari reaksi tersebut.
Hitung jumlah mol NaOH yang digunakan untuk menetralkan H 3O+ yang dihasilkan dari 1,5 mL sampel:
Jumlah mol NaOH = 0,0230 M x 0,74 mL = 0,0172 mmol
Hitung jumlah mol NaOH yang digunakan untuk menetralkan H 3O+ dari blanko:
Jumlah mol NaOH = 0,0230 M x 0,52 mL = 0,01196 mmol
Hitung jumlah mol H3O+ yang dihasilkan dari reaksi tersebut juga setara dengan jumlah mol NaOH maka
jumlah mol H3O+ yang dihasilkan adalah 0,00506 mmol.
Jadi, persentase volume CO dalam darah adalah 0,113344 %, jawaban yang paling mendekati hasil hitung
adalah 0,12 %
Nilai ∆Hf° O3(g) = 142,2 kJ/mol, pernyataan berikut yang benar adalah…
A. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya spontan pada semua rentang temperatur
B. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya tidak spontan hanya pada temperatur tinggi
C. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya tidak spontan pada semua rentang temperatur
D. Reaksi pembentukan O3(g) dari unsur bebasnya spontan hanya pada temperatur tinggi
E. Reaksi pembentukan O3(g) berlangsung sangat lambat
Diketahui nilai ∆Hf° O3(g) = 142,2 kJ/mol. Reaksi pembentukan derajat ketidakteraturan (∆S) bernilai – atau
dengan kata lain derajat keteraturannya +.
Pada reaksi ini ∆H bernilai + dan ∆S bernilai – maka hasil hitung ∆G akan bernilai + sehingga pada
suhu/temperatur berapapun reaksinya bersifat tidak spontan.
Konsentrasi ion Cu2+ di dalam larutan dapat ditentukan titrasi iodometri. Pada titrasi iodometri, larutan
tiosulfat dibakukan dengan larutan standar dikromat. Dari pembakuan Na 2S2O3, diperoleh konsentrasi
Na2S2O3 sebesar 0,1021 M.
Untuk penentuan kadar tembaga dalam sampel, sebanyak 0,6300 gram sampel tembaga dilarutkan ke dalam
labu takar 100,0 mL. Kemudian 25,00 mL larutan ini dipipet dan ditambahkan 10 mL KI 10% dan 5 mL
H2SO4 2M.
Cu2+ akan mengalami reduksi menjadi CuI dan I– akan teroksidasi menjadi I2. Selanjutnya, campuran tersebut
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 yang telah dibakukan, di dalam labu titrasi sampai warna coklat I 2 hampir
hilang kemudian ditambahkan 2 mL amilum 0,2%.
Titrasi dilanjutkan sampai terlihat endapan putih susu dan titrasi dilakukan duplo. Dari titrasi ini, diperoleh
volume titrasi 1 dan 2 berturut-turut 22,4 dan 22,6 mL.
A. 91,34%
B. 90,55%
C. 92,62%
D. 94,69%
E. 89,22%
Reaksi utama yang terjadi pada titrasi iodometri dalam soal ini:
2CuI2 → 2CuI + I2
I2 + 2Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI
Reaksi net:
Dari reaksi ini nampak bahwa jumlah ekuivalen Na 2S2O3 = jumlah ekuivalen Cu2+. Artinya jumlah Cu2+ yang
bereaksi sama dengan jumlah mol Na 2S2O3 yang digunakan.
n Cu2+ = n Na2S2O3
n Cu2+ = 0,00229725 mol
Gambar berikut menunjukkan perubahan komposisi senyawa dalam wadah akibat terjadi reaksi.
Jika reaksi tersebut berorde nol, maka waktu yang dibutuhkan (x) untuk mencapai kondisi pada (c) adalah
A. 15 menit
B. 20 menit
C. 25 menit
D. 30 menit
E. 40 menit
Laju reaksi pada orde nol tidak dipengaruhi oleh konsentrasi, artinya laju reaksi bersifat tetap atau konstan
berapa pun konsentrasinya.
Untuk reaksi orde nol maka plotting data konsentrasi atau jumlah partikel terhadap waktu akan menghasilkan
kurva linier.
Dari data yang diberikan saat 0 menit partikel pereaksi ada 8, saat 10 menit partikel pereaksi tersisa 4 yang
lainnya terurai, dan saat terakhir yang partikel pereaksi tersisa 2 yang lain terurai yang bila dilakukan
proyeksi ke sumbu waktu maka tepat pada t = 15 menit.
A. Pati
B. Selulosa
C. Protein
D. DNA
E. Lemak
Pati, selulosa, protein, dan DNA semuanya termasuk dalam golongan polimer, yaitu senyawa-senyawa besar
yang terdiri dari banyak unit monomer yang diulang-ulang.
Namun, lemak tidak termasuk dalam golongan polimer karena tidak terdiri dari unit-unit monomer
yang diulang-ulang. Lemak terdiri dari molekul-molekul asam lemak dan gliserol yang disatukan
secara kovalen, tetapi molekul-molekul ini tidak diulang-ulang seperti pada polimer.