Salah satu ciri dari senyawa kompleks logam transisi ialah warnanya yang unik dan khas.
Warna senyawa kompleks yang kita lihat merupakan warna komplementer dari panjang
gelombang yang diserap oleh senyawa tersebut. Dengan kata lain, cahaya yang diteruskan oleh
senyawa kompleks inilah yang memberikan warna dari suatu senyawa. Fenomena serapan
cahaya oleh senyawa kompleks berasal dari transisi elektronik yang terjadi pada orbital d logam
pusat. Lima orbital d dari sebuah ion logam transisi pada keadaan bebas memiliki energi yang
sama (degenerate), namun jika ion logam tersebut mengikat ligan maka kelima orbital tersebut
tidak lagi degenerate. Tolakan elektrostatis dari ligan akan meyebabkan orbital d membelah
menjadi beberapa bagian tergantung dari struktur kompleks tersebut. Pada senyawa kompleks
dengan struktur oktahedral, orbital d akan membelah menjadi tipe eg dengan tingkat energi lebih
tinggi dan tipe t 2g dengan tingkat energi yang lebih rendah (Gambar 1). Orbital dengan tipe e g
(dz2 dan dx2-y2 ) mengalami tolakan langsung dari ligan pada posisi oktahedral, sehingga
energinya menjadi lebih tinggi. Sedangkan tiga orbital d lainnya (tipe t 2g) secara struktrur tidak
mengalami tolakan langsung dari ligan, sehingga energinya lebih rendah.
O22- < I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < N3 - < F- < NCO- < OH- < C2O42- < H2O < NCS- < CH3CN
< gly < py < NH3 < en < bipy < phen < NO2- < PPh3 < CN- < CO
Δt
Besar kecilnya nilai Δ akan sebanding dengan besar energi yang dapat diserap untuk
transisi elektronik. Semakin besar nilai Δ, semakin besar pula energi foton yang diserap; dengan
kata lain kompleks tersebut akan menyerap foton dengan panjang gelombang yang lebih kecil
(warna kebiruan) dan meneruskan foton dengan panjang gelombang yang lebih besar (warna
kemerahan). Selain memengaruhi besarnya Δ, jenis ligan juga dapat memengaruhi sifat magnet
dari suatu senyawa kompleks. Sebagai contoh, ion Fe(II) memiliki konfigurasi elektron d6,
sehingga dalam medan kristal oktahedral dapat memiliki konfigurasi elektron t 2g4 eg2 (high spin,
paramagnetik) jika berikatan dengan ligan medan lemah atau konfigurasi elektron t 2g6 eg0 (low
spin, diamagnetik) jika berikatan dengan ligan medan kuat. Namun pada beberapa senyawa
kompleks, besarnya nilai Δ tidak dapat memengaruhi sifat magnetnya. Sebagai contoh, ion
Cu(II) memiliki konfigurasi elektron d9, sehingga dalam medan kristal oktahedral konfigurasi
elektron t2g6 eg3 akan teramati baik pada ligan medan kuat maupun lemah. Sehingga pada
kompleks Cu(II), kekuatan medan ligan hanya memengaruhi nilai serapan maksimum (λmaks)
pada spektrum UV-Vis. Pada praktikum daring kali ini, anda akan membandingkan kekuatan
ligan melalui reaksi subtitusi ligan dan melalui pengamatan visual warna senyawa kompleks.
Pada prinsipnya ligan medan kuat akan sulit disubtitusi oleh ligan yang lebih lemah. Simulasi
percobaan bisa dilihat pada link video di bawah ini:
Video-1:
https://youtu.be/deNWxchzDRg
(https://youtu.be/deNWxchzDRg)
Video-2:
https://youtu.be/JoCY1qtHQkE
(https://youtu.be/JoCY1qtHQkE)
Anda juga dapat mencari informasi lebih lanjut menganai materi ini dari berbagai sumber yang
bisa anda temukan di internet untuk melengkapi pemahaman anda.
Tahapan Praktikum:
1. Buat rencana kerja sesuai dengan video yang telah diberikan.
2. Buat laporan dan pembahasan yang isinya meliputi:
a. Tahapan metode.
b. Reaksi kimia yang terjadi.
c. Observasi yang terjadi pada setiap tahapan metode (dilihat dari video).
d. Beberapa points yang dapat anda tambahkan secara mandiri.
3. Pertanyaan tambahan:
a. Gambarkan struktur ligan en, bipy, phen, dan EDTA !
b. Jelaskan kaitan antara stabilitas senyawa kompleks dengan kekuatan ligan pada senyawa
kompleks tersebut !
Daftar Pustaka