Rihlatul Adni
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jenderal Achmad Yani
rihlatuladni@yahoo.co.id
Abstract
First row transition elements are transition metal elements located at the top in a
period of transition metal groups , including : Sc , Ti , V , Cr , Mn , Fe , Co , Ni , Cu , and Zn.
This element has a valence electron in the d orbitals that have some properties such as the
catalyst , the color of the solution and magnetism . Transition metals first series ( 3d ) ,
second ( 4d ) , and third ( 5d ) , generally shows the chemical properties are very close
together in a single period . Similarities and differences in the typical properties shown by
the class group of the transition metals . To identify similarities and differences between the
typical elements , can be a spesific reaction test . Transition metals are also very closely
related to the complex compound . Complexs are compounds composed of metal ions with
one or more ligands . The complex will affect the reactions that occur in the transition
element with the reactant .
Abstrak
Unsur transisi deret pertama adalah unsur-unsur logam transisi yang terletak pada
periode atas dalam kelompok logam transisi, diantaranya: Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu,
dan Zn. Unsur ini memiliki electron valensi pada orbital d sehingga memiliki beberapa sifat
seperti katalis, warna larutan dan kemagnetan. Logam-logam transisi seri pertama (3d), kedua
(4d), dan ketiga (5d), umumnya menunjukkan sifat-sifat kimiawi yang sangat berdekatan
dalam satu periode. Kemiripan sifat maupun perbedaan yang khas ditunjukkan oleh
kelompok golongan dari logam transisi tersebut. Untuk mengenali kemiripan maupun
perbedaannya yang khas antar unsur, dapat dilakukan uji reaksi khusus. Logam transisi juga
sangat erat kaitannya dengan senyawa kompleks. Senyawa kompleks merupakan senyawa
yang tersusun dari ion logam dengan satu atau lebih ligan. Kompleks ini akan mempengaruhi
reaksi yang terjadi pada unsur transisi tersebut dengan reaktannya.
I.
PENDAHULUAN
Logam-logam transisi seri pertama (3d), kedua (4d), dan ketiga (5d), menunjukkan sifatsifat kimiawi yang sangat berdekatan dalam periodenya, dan kemiripan maupun perbedaan
yang khas ditunjukkan oleh kelompok golongannya.
Unsur-unsur deret peralihan utama mengandung atom - atom atau ion-ion dengan orbital
d yang belum terisi penuh. Sedangkan unsur-unsur peralihan dalam mengandung atom-atom
dengan orbital f yang belum penuh. Sifat kimia unsur-unsur ini penting secara teoritis
maupun secara praktis. Satu sifat penting unsur peralihan ialah kemampuannya untuk
membentuk ion kompleks. Sifat-sifat unsur peralihan deret pertama, misalnya memiliki titik
cair yang tinggi, daya hantar listrik yang baik, dan kekerasan sedang sampai tinggi adalah
akibat dari cepat tersedianya elektron dan orbital untuk elektron dan orbital untuk membentuk
ikatan logam. Potensial elektroda baku meningkat sesuai dengan meningkatnya nomor atom
sepanjang deret peralihan. (Petrucci, 1987)
Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah
sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang
semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. Teori ini dikembangkan menurut
perubahan energi dari lima degenerat orbital-d ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika ligan
mendekati ion logam, elektron dari ligan akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam
dan menjauhi yang lainnya, menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy). Elektron
dari orbital-d dan dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang
berdekatan dengan ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang berjauhan dengan
ligan, menyebabkan pemisahan energi orbital-d.
Pemisahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: sifat-sifat ion logam. keadaaan
oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar menyebabkan pemisahan yang lebih
besar. Susunan ligan disekitar ion logam. sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek
ligan yang lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d
yang berenergi tinggi dengan yang berenergi rendah. Besarnya perbedaan energi antara dua
kelompok orbital tergantung pada beberapa faktor, seperti sifat-sifat ligan dan struktur
geometri kompleks. Beberapa ligan selalu menghasilkan nilai yang kecil, sedangkan
beberapa
lainnya
akan
selalu
menghasilkan
nilai
yang
lebih
besar.
Keadaan oksidasi logam juga memengaruhi besarnya antara energi (energy level) yang
tinggi dan rendah.
II. Metodologi Percobaan
Alat
-
Tabung rak
Rak tabung
Pipet tetes
Gelas ukur 5 mL
Batang pengaduk
Botol semprot
Bahan
-
MnSO4
(NH4)2Fe(SO4)2.H2O
FeCl3
CrCl3
NaOH 2M
Na2CO3
CoCl2/ CoSO4
CuCl2/CuSO4
NiCl2/ NiSO4
ZnCl2
KSCN
Cara Kerja
Hasil
MnSO4
MnSO4 + NaOH 2M
MnSO4 + NaOH50%
MnSO4 + NH3
MnSO4 + Na2CO3
(NH4)2Fe(SO4)
(NH4)2Fe(SO4) + NaOH 2M
(NH4)2Fe(SO4) + NaOH50%
(NH4)2Fe(SO4) + KSCN
(NH4)2Fe(SO4) + NH3
(NH4)2Fe(SO4) + Na2CO3
FeCl3
3
FeCl3 + NaOH 2M
FeCl3 + NaOH50%
FeCl3 + KSCN
FeCl3 + NH3
FeCl3 + Na2CO3
CrCl3
CrCl3 + NaOH 2M
CrCl3 + NaOH50%
CrCl3 + KSCN
CrCl3 + NH3
CrCl3 + Na2CO3
CoSO4
CoSO4 + NaOH 2M
CoSO4 + NaOH50%
CoSO4 + KSCN
CoSO4 + NH3
CoSO4 + Na2CO3
CuSO4
CuSO4 + NaOH 2M
CuSO4 + NaOH50%
CuSO4 + KSCN
CuSO4 + NH3
CuSO4 + Na2CO3
NiSO4
NiSO4 + NaOH 2M
NiSO4 + NaOH50%
NiSO4 + KSCN
NiSO4 + NH3
NiSO4 + Na2CO3
8
ZnCl2
ZnCl2 + NaOH 2M
ZnCl2 + NaOH50%
ZnCl2 + KSCN
ZnCl2 + NH3
ZnCl2 + Na2CO3
Pembahasan
Logam-logam transisi umumnya memiliki sifat-sifat kimiawi yang sangat berdekatan
dalam periodenya, dan kemiripan maupun perbedaan yang khas ditunjukkan oleh kelompok
golongannya. Hal ini terkait dengan elektron valensi, dimana unsur transisi cenderung
memiliki sub-orbital d yang kosong. Pada percobaan, banyak kompleks logam transisi
memiliki warna yang khas. Hal ini berarti ada absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron
yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi
elektron ke tingkat energi yang kosong. Jadi warna itu muncul akibat interaksi cahaya ligan
dengan atom pusat setelah dalam bentuk senyawa kompleksnya. Misal, pada penambahan
beberapa tetes larutan amonia (NH3) terjadi perubahan warna. Hal ini dikarenakan hadirnya
ligan NH3 yang menyebabkan pemisahan (splitting) tingkat energi pada orbital orbital yang
ada pada senyawa NiCl2. Sehingga sinar sinar tampak mengeksitasi elektron dari orbital d
energi rendah ke orbital d energi tinggi.
Hampir semua senyawa senyawa kompleks mempunyai warna warna tertentu,
karena zat ini menyerap sinar di daerah tampak atau visible region. Warna yang tampak ialah
warna yang dipantulkan atau perpaduan dari warna warna yang dipantulkan. Dengan
begitu, kita dapat memperkirakan rumus molekul senyawa kompleks berdasarkan perubahan
warna senyawa yang terbentuk
Penggantian ligan dari ligan dengan medan lemah ke ligan dengan medan kuat, akan
memberikan (selisih tingkat energi antara orbital d energi rendah dengan orbital d energi
tinggi) yang semakin besar. Hal ini mengakibatkan sinar yang diserap panjang gelombangnya
semakin pendek, artinya warna komplemennya atau yang tampak oleh mata akan memudar
atau bahkan berubah tergantung dari ligannya
Kemudian dari hasil percobaan juga terdapat noda-noda yang lama kelamaan berwarna
semakin pekat pada dinding tabung, noda tersebut merupakan lapisan lapisan seperti korosif,
berwarna semkani gelap setelah beberapa menit adalah akibat ia berkontak dengan udara
sehingga terjadi oksidasi. Lapisan/ noda ini tidak muncul pada saat MnCl2 ditambahkan
dengan KSCN karena ia tidak bereaksi dan tidak menimbulkan perubahan, kemudian ketika
MnCl2ditambahkan dengan NH3 juga tidak menunjukan adanya reaksi. Namun terdapat juga
hasil reaksi yang menunjukan bahwa unsur transisi periode keempat memiliki
keelektronegatifan yang lebih besar dibandingkan unsur alkali maupun alkali tanah, sehingga
kereaktifan unsur transisi tersebut juga lebih rendah.
Timbulnya endapan, gelembung gas bahkan warna yang berubah adalah bagian dari
reaksi kembalinya ion kompleks yang terbentuk menjadi reaktan atau pereaksi. Hal ini
dikarenakan reaksi kompleks merupakan reaksi kesetimbangan, dimana reaksi yang terjadi
tidak pernah selesai. Sehingga, ketika senyawa kompleks yang terbentuk dipanaskan dalam
penangas air maka reaktan atau pereaksinya akan terbentuk kembali.
IV. KESIMPULAN
Reaktivitas antar unsur transisi berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, dimana
kereaktivitasan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni muatan, jari-jari ion,
konfigurasi elektron dan kestabilan yang dimiliki oleh setiap unsur.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson, 1989, Kimia Anorganik Dasar, Edisi Pertama, Universitas
Indonesia Press: Jakarta
Petrucci, Ralph. H, 1985, Kimia Dasar, Prinsip Dan Terapan Modern, Jilid ketiga
Erlangga, Jakarta, hal. 154-158
Svehla, G. 1990. Vogel I Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT.Kalman Media Pusaka