Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

MAKALAH
MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI
(PETROGRAFIS MIKROSKOPIK KRISTAL-KRISTAL UNIAXIAL)

OLEH KELOMPOK 1 :
ANNISA MILTRY PUTRI GEIS (F12117023)
FADILAH ANGRAINI DG. M (F12117029)
MEYLISA ANJELINA (F12117019)
VINOLIA GRANETSYA (F12117020)
NUR AFISKHA DJABA (F12117055)
HEBER BAKA SUBA (F12117025)
ARIEF LAKSONO PUTRA (F12117048)
GIDION FELIX (F12117074)
SYAHRUL RAMADHAN (F12115002)

PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Mineral Optik dan Petrografi dengan judul
“Petrografis Mikroskopik Kristal-Kristal Uniaxial” ini dapat selesai sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman serta semua pihak
terkait yang telah memberikan teori maupun materi selama proses penyusunan
makalah ini hingga selesai.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
baik dari segi kualitas maupun kuantitas, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan. Demikian, semoga makalah ini memberikan
manfaat. Terima kasih.

Palu, 24 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
2.1 Kristal Uniaxial...................................................................................... 2
2.2 Mineral Uniaxial .................................................................................... 3
2.3 Petrografis Mikroskopis Kristal-kristal Uniaxial .................................. 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerak bumi merupakan lapisan terluar dari bumi, dimana penyusunnya
merupakan batuan yang terbentuk dari kumpulan mineral. Mineral adalah bahan
anorganik berbentuk padatan yang terjadi secara alamiah dan memiliki sifat kimia
dan fisika yang khas.
Mineral optik menitik beratkan pada studi tentang pengamatan dan
pendeskripsian mineral-mineral penyusun batuan yang merupakan litologi dari
permukaan bumi. pengamatan ini dilakukan dengan bantuan mikroskop polarisasi,
yaitu mikroskop yang menggunakan pembiasan cahaya dalam proses kerjanya,
karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali.
Sifat dan ciri optik mineral yang didapatkan dari hasil pengamatan dapat
mengungkapkan jenis mineral yang ada, dimana berguna dalam mengidentifikasi
jenis batuan dari mineral tersebut

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja mineral-mineral dengan kristal uniaxial ?
2. Bagaimana petrografis mikroskopis kristal-kristal uniaxial ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat di peroleh tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui mineral-mineral dengan kristal uniaxial.
2. Mengetahui bagaimana petrografis mikroskopis kristal-kristal uniaxial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Batuan di Permukaan Bumi


Kerak bumi merupakan struktur lapisan bumi bagian paling luar dari planet
bumi. Pada lapisan kerak bumi inilah manusia, hewan dan tumbuhan hidup. Dengan
ketebalan lapisan kerak bumi antara 5 – 70 Km. Lapisan dan struktur kerak bumi
terdiri atasbatuan beku, sedimen, dan metamorf.
Blatt, H. dan Tracy, R.J. (1996) mendefinisikan bahwa batuan terbentuk secara
alamiah, disusun oleh agregat-agregat mineral-mineral atau mineraloid yang
berhubungan secara mekanik. Seperti material di bumi yang lain, batuan terbentuk
dan terhancurkan melalui sebuah siklus. Siklus batuan adalah satu set proses
dimana material bumi berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan terjadi akibat
interaksi antara lempengan tektonik dan siklus hidrologi (Egger 2005). Proses pada
siklus batuan meliputi pembentukan, penghancuran, dan pembentukan kembali dari
sebuah batuan sebagai hasil dari proses sedimentasi (yang diikuti oleh litifikasi),
pembekuan, dan metamorfisme. Siklus batuan merupakan konsep dasar yang
menunjukkan transisi dinamis dari jenis-jenis batuan selama rentang waktu geologi

IGNEOUS
METAMORPHICRO

Diagram siklus batuan di kerak bumi yang menggambarkan proses dan hubungan batuan. (N. Gary Lane,
Indiana Geological Survey

2
Siklus batuan (infohow.org)

Batuan terbentuk dari kumpulan mineral-mineral. Mineral merupakan benda


padat dan homogen yang ditemukan secara alami, mempunyai sifat fisik dan kimia
tertentu, biasanya ditemukan dalam bentuk kristalin, dan merupakan zat
anorganik. Keterdapatan mineral di bumi ini dapat membentuk batuan atau
berasosiasi dengan mineral lain dalam membentuk batuan. Memahami
karakteristik dan genesa mineral khususnya melalui sifat optis suatu mineral dapat
mempermudah dalam mendeskripsikan baik mineral itu sendiri ataupun asosiasi
mineral tersebut dalam batuan, sehingga klasifikasi batuan dapat dilakukan
dengan baik dengan memperhatikan komposisi batuan tersebut serta
mempertimbangkan tekstur batuan yang berkembang.

2.2 Batuan Beku


Batuan beku terbentuk dari pendinginan magma. Saat magma lebih dekat
kepermukaan, magma akan mendingin lebih cepat. Kecepatan pendinginan
magma akan mengontrol tekstur dan pembentukan mineral pada batuan. Granit
merupakan salah satu contoh batuan beku yang terbentuk dari pendinginan magma
yang lambat.
Secara genesa batuan, kondisi temperatur, tekanan dan waktu serta kandungan

3
komposisi magma akan membentuk mineral tertentu pada batuan.
Hal ini dapat dipelajari dengan memperhatikan diagram berikut:

Diagram mineral-mineral umum penyusun batuan beku (O’Dunn & Sill, 1986)

Deret Bowen adalah deret yang memperlihatkan diferensiasi mineral hasil


pembekuan magma berdasarkan pendinginan magma. Dalam susunan Deret
Bowen, temperatur pembentukan kristal – kristal mineral makin rendah makin
ke bawah. Deret Bowen menyimpan dua poin penting, yaitu tentang
temperatur terbentuknya mineral dan tentang sifat mineral yang terbentuk.
Ketika magma bergerak menuju permukaan bumi, maka temperaturnya
berangsur turun dan mulai membentuk mineral. Mineral yang pertama kali
terbentuk merupakan mineral- mineral yang bersifat basa, yang tersusun dari
unsur-unsur magnesium, ferrum dan kalsium, contohnya Olivin dan Piroksen,
lalu selanjutnya terbentuk mineral- mineral bersifat intermediet seperti
hornblende atau biotit, dan yang terakhir adalah mineral-mineral bersifat asam
yang mengandung banyak silica dan alumina, seperti muskovit dan kuarsa.
Sehingga pada batuan beku sangat jarang ditemukan mineral yang bersifat
basa berasosiasi dengan mineral asam.

4
Deret reaksi Bowen

Berdasarkan genesa atau tempat terjadinya, pembagian batuan beku dibagi


menjadi batuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif, ini merupakan pembagian
awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut.
1) Batuan beku intrusif, Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering
juga disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku
intrusif mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat
(dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang
besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh
batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,
tergantung pada kondisi magma dan batuan disekitarnya. Batuan beku intrusi
selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan
beku intrusi permukaan. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan
batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
menjadi dua yaitu konkordan (struktur tubuh batuan beku yang sejajar
dengan struktur batuan di sekitarnya) dan diskordan (Struktur tubuh batuan
beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya).
2) Batuan beku ekstrusif, yaitu batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang

5
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu
kristalinitas, granularitas, dan bentuk kristal
1) Kristalinitas, yaitu derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan
untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak
berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan
pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung
lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung
cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya
berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Kristalinitas dibagi menjadi 3, yakni
 Holokristalin, adalah batuan beku yang semuanya tersusun oleh
kristal
 Hipokristalin, apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal
 Holohialin, apabila semua penyusun batuan adalah massa gelas
2) Granularitas, dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Granularitas terbagi menjadi 3, yakni :
 Faneritik, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan
satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang.
 Porfiritik, tekstur khusus dimana terdapat butiran halus dan butiran
kasar dalam batuan.
 Afanitik, besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan
dengan mata telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop
3) Bentuk kristal, yaitu sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal
tiga bentuk kristal, yaitu:
 Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang
kristal.

6
 Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat
lagi.
 Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk
mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah
dari senyawa oksidanya, seperti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO,
Na2O, K2O,H2O,P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan
beberapa lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma
asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan
lain-lain. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut
mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya.
Batuan beku yang telah mengalami ubahan atau pelapukan akan mempunyai
komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa haruslah
batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai
catatan pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang
dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus
dilakukan melalui analisa kimiawi.

Pembagian batuan beku menurut kandungan SIO2 (silika)


Nama Batuan Kandungan Silika

Batuan Asam Lebih besar 66 %

Batuan Menengah 52 – 66 %

Batuan basa 45 – 52 %

Batuan Ultra basa Lebih kecil 15 %

Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik

7
Nama Batuan Kandungan Silika
Leucocratic 0 – 33 %
Mesocratic 34 – 66 %
Melanocratic 67 – 100 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :


 Batuan felsik, dominan mineral felsik dan umumnya berwarna cerah
 Batuan mafik, dominan mineral mafik dan umumnya berwarna gelap
 Batuan ultramafik, 90 % terdiri dari mineral mafik
Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar
batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral
yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium
feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya
mineral amphibol, piroksen danolovin.
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencerminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur
batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan
batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba
sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi
pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang
cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi :
a. Batuan dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapatdilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c. Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
2.3 Sifat Optik Mineral

8
Sifat optik mineral merupakan kunci untuk mengetahui jenis mineral, untuk itu
sangat diperlukan ketelitian saat melakukan pengamatan. Pengamatan mineral
optik dilakukan dengan bantuan mikroskop, yang dimaksud di sini adalah
mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa, dimana mikroskop
biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan
cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya terpantul. Mikroskop yang
dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama
dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan
dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar
terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas
sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral,
karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Sifat optik mineral diuraikan
dibawah ini :
 Warna mineral adalah pencerminan dari data serap atau absorpsi panjang
gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk. Terjadinya warna
merupakan akibat adanya gejala serapan cahaya yang melintasi kristal. Jenis
warna ada 3, yaitu :
 Opak (tidak tembus cahaya), suatu obyek yang berwarna hitam akan
menyerap semua cahaya yang mengenainya.
 Transparan (tembus cahaya), apabila diberi cahaya akan menampilkan
berbagai macam warna. Sifat ini yang digunakan pada mikroskop
polarisasi.
 Putih, semua obyek yang warna putih akan memantulkan seluruh
warna yang datang dan hanya sebagian kecil yang terpantulkan,
ssehingga tampak memperlihatkan warna kelabu.
 Bentuk mineral, pengamatan bentuk mineral secara optik dilakukan dengan
melihat bentuk mineral dalam kondisi dua dimensi. Sementara itu dengan
adanya bidang belahan dari mineral, maka dapat pula kita menafsirkan
struktur kristal dari mineral tersebut. Ada 3 macam bentuk mineral, bentuk
mineral yang seluruhnya dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri disebut

9
Euhedral, jika sebagian dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri disebut
Subhedral, jika tidak dibatasi bidang kristalnya sendiri disebut Anhedral.
 Belahan (Cleavage), setiap mineral mempunyai kemampuan dan
kecenderungan untuk terpisah menjadi bagian yang lebih kecil. Apabila
bidang-bidang tersebut berbentuk lurus dengan arah tertentu sesuai dengan
bentuk kristalnya, bidang tersebut adalah belahan (cleavage). Salah satu dari
sifat mineral adalah adanya bidang belahan yang tetap, hal tersebut
berhubungan pula dengan sifat-sifat khusus struktur atom mineral tersebut.
 Pecahan (Fracture), jika bidang-bidang kecil dari mineral tidak lurus dengan
arah yang tidak teratur dan tidak dikontrol oleh struktur atomnya , maka
bidang tersebut adalah pecahan (fracture).
 Pleokroisme, gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol
atau nikol sejajar bila meja objek diputar 90º, disebut dengan pleokroisme.
Untuk semua jenis mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokroisme
yang berbeda. Bila terjadi dua perubahan warna yang berbeda disebut
Dwikroik, bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda disebut Trikroik.
 Relief mineral, adalah kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan
indeks bias antara suatu mineral dengan media yang terdapat disekitarnya,
karena umumnya perekat sayatan tipis adalah balsam kanada, maka skala
relief pembandingnya adalah balsam kanada. Jadi balsam kanada tidak
mempunyai relief atau berelief nol (nkb = 1,537). Relief bisanya meliliki
kenampakan seperti sebuah garis yang mengelilingi bagian permukaan
mineral yang di amati, semakin jelas kenampakan dari garis tersebut
semakin tinggi relif pada objek tersebut.
 Intensitas, adalah banyaknya cahaya yang dilihat pada nikol sejajar. Ketika
suatu objek di berikan cahaya dapat kita lihat bahwa semakin terang objek
mineral tersebut maka semakin tinggi intensitas dari mineral tersebut.
 Ukuran mineral, adalah ukuran yang dimiliki suatu mineral. Ukuran suatu
mineral dapat dihitung dari hasil perkalian antara perbesaran lensa okuler
dan lensa obyektif, bisa juga dilihat langsung dengan mikrometer obyek
atau penggaris. Untuk mengetahui ukuran tiap bagian, dipergunakan lensa

10
okuler yang berskala. Dariperhitungan tersebut dapat diketahui diameter
dari lingkaran medan pandangan. Dengandemikian kita akan bisa
mengetahui ukuran setiap mineral (umumnya dalam satuan ukur mm).
 Warna interferensi, adalah warna yang dihasilkan dari cahaya yang
diteruskan melalui analisator kepada mata pengamat. Warna interferensi
terjadi pada mineral anisotrop karena adanya selisih harga indeks bias sinar
ordiner dan sinar ekstraordiner. Rangkaian warna interferensi terbagi
menjadi beberapa orde, mulai dari orde pertama hingga orde keempat.
Semakin tinggi ordenya maka akan semakin cerah (terang) warnanya,
begitupun sebaliknya, semakin rendah ordenya, maka akan semakin gelap
warnanya.
 Bias rangkap, cahaya yang masuk dalam media anisotrop akan dibiaskan
menjadi 2 sinar, yang bergetar dalam 2 bidang yang saling tegak lurus.
Harga bias rangkap merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar
yang bergetar dalam suatu mineral.
 Sudut gelapan, adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang kristalografi
(sb-c) dengan sumbu indikatrik mineral, baik sinar cepat maupun sinar
lambat. Ada 3 macam sudut gelapan yaitu, Parallel Apabila sumbu C sejajar
atau tegak lurus dengan sumbu indikatrik mineral atau C ^ X,Z =0° atau C
^ X,Z = 90°, Miring Apabila sumbu C membentuk sudut dengan sumbu
indikatrik mineral atau C ^ X,Z = 1°-44°, dan simetri jika mineral menjadi
padam pada kedudukan dimana benang silang membagi sudut yang
dibentuk oleh dua arah belahan sama besar atau apabila sumbu C
membentuk sudut 45° dengan sumbu indikatrik mineral, C ^ X,Z = 45°.
 Jenis gelapan, jenis gelapan dapat diketahui dari hasil nilai sudut gelapan.
Ada 5 jenis gelapan, yaitu gelapan paralel (sejajar), gelapan simetris,
gelapan miring, gelapan bergelombang dan gelapan bintik.
 Kembaran, pada kenampakan mikroskopis kembaran nampak sebagai
lembar-lembar yang memperlihatkan warna interferensi dan pemadaman
yang berbeda. Kenampakan tersebut dapat disebabkan karena terjadi
gangguan pada waktu proses kristalisasi yang menyebabkan kembaran

11
tumbuh. Dapat juga terjadi karena adanya proses deformasi pada waktu
kristal tersebut sudah terbentuk (kembaran deformasi). Sifat ini dapat
diamati pada posisi pengamatan nikol silang.
 Nama mineral, nama mineral didapatkan setelah semua sifat optik diatas
telah teramati. Nama mineral disimpulkan berdasarkan hasil pengamatan
yang telah dilakukan pada sayatan tipis batuan.

2.4 Keterkaitan Sifat Optik Mineral dalam Identifikasi Batuan Beku


Kaitan dari sifat optik mineral penyusun batuan dengan identikasi batuan beku
yaitu salah satunya terdapat pada sifat optik mineral dominan yang dapat
memungkinkan dilakukannya penyimpulan dalam menentukan jenis dari batuan
beku itu sendiri, baik itu asam, intermedit, basa maupun ultrabasa. Yang tidak luput
pula dari tekstur maupun struktur mineral yang terbentuk dari proses pembekuan
magma atau pembentukan dari batuan itu sendiri.
Ada pun kenampakan secara mikroskopis dari beberapa mineral penyusun
batuan beku antara lain sebagai berikut :
1. Kuarsa

Kuarsa merupakan mineral yang umum ditemukan di kerak kontinen bumi


dimana mineral ini memiliki struktur kristal heksagonal yang terbuat dari silika
trigonal terkristalisasi (silikon oksida, SiO2), juga memiliki kekerasan 7 skala
mohs dan densitas 2,65 g/cm3. Kuarsa memiliki bentuk kristal prismatik
anhedral.
2. Ortoklas

12
Ortoklas merupakan kelompok mineral tektosilikat pembentuk batuan yang
membentuk 41% kerak bumi. Mineral yang memiliki bentuk fenokris kristal
subhedral dan anhedral dan tersebar luas dalam batuan beku seperti granit dan
syenit.

3. Biotit

Biotit merupakan mineral yang tersebar luas dan umum, terdapat dalam
batuan beku hampir semua tipe. Juga merupakan kelompok mineral mika hitam
yang biasanya ditemukan dalam batuan beku, serta memiliki bentuk lembaran
silikat atau kristal euhedral dan agak melengkung.

4. Olivin

13
Olivin merupakan mineral pembentuk yang banyak ditemukan dalam
batuan beku mafik dan ultramafik seperti basalt, gabro, dunit, diabas, peridotit.
Olivin biasanya memiliki warna hijau serta memiliki komposisi kimia berkisar
antara Mg2SiO4 dan Fe2SiO4. Memiliki bentuk anhedral poligonal dan berupa
fenokris.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai keterkaitan sifat optik mineral terhadap
identifikasi batuan beku, dapat diambil kesimpulan, yaitu :
 Memahami karakteristik dan genesa mineral khususnya melalui sifat optis
suatu mineral dapat mempermudah dalam mendeskripsikan baik mineral
itu sendiri ataupun asosiasi mineral tersebut dalam batuan, sehingga
klasifikasi batuan dapat dilakukan dengan baik dengan memperhatikan
komposisi batuan tersebut serta mempertimbangkan tekstuk batuan yang
berkembang.
 Kaitan dari sifat optik mineral penyusun batuan dengan identikasi batuan
beku yaitu salah satunya terdapat pada sifat optik mineral dominan yang
dapat memungkinkan dilakukannya penyimpulan dalam menentukan jenis
dari batuan beku itu sendiri, baik itu asam, intermedit, basa maupun
ultrabasa. Yang tidak luput pula dari tekstur maupun struktur mineral yang
terbentuk dari proses pembekuan magma atau pembentukan dari batuan itu
sendiri.

15

Anda mungkin juga menyukai