Anda di halaman 1dari 5

Metode Petrografi / Analisis laboratorium

Pengamatan batuan di laboratorium menggunakan metode analisis sayatan tipis, yaitu


batuan dipotong menjadi sayatan tipis dan pengamatannya menggunakan alat bantu
mikroskop polarisasi. Sayatan tipis ( thin section) adalah batuan yang disayat / diiris sesuai
dengan ketipisan standar, yaitu 0,03 mm. Angka 0,03 mm dipakai sebagai standar adalah
berdasar indeks warna dari mineral kwarsa dan plagioklas ( William, Turner, F,J Gilbert ).
Kegunaan sayatan tipis ini adalah untuk keperluan Analisa Batuan atau analisa mineral secara
detil ( Analisa Petrografi ).

Pada saat batuan disayat mencapai ketipisan 0,03 mm maka mineral-mineral yang
tampak pada mikroskop polarisasi posisi sejajar nikol, akan relatif sesuai warna yang
sebenarnya. Sebagai contoh apabila batuan disayat dengan ketebalan lebih dari 0,03 mm,
pada mikroskop polarisasi posisi sejajar nikol maka mineral plagioklas akan tampak
berwarna warni sehingga akan menyebabkan kesalahan dalam menentukan nama mineral
tersebut, sedangkan apabila disayat 0,03 mm akan tampak berwarna putih sesuai warna
aslinya yang telah ditentukan oleh para ahli mineral.

Langkah pembuatan sayatan tipis batuan adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan sample batuan


2. Penentuan arah potong pada sampel. Sampel batuan dipotong dengan mesin potong
sesuai ukuran dengan tebal 1 cm, lebar 2 cm, dan panjang 4 cm.

3. Pelicinan salah satu permukaan sampel pada gerinda mesin dan hand gerinda,
penggosokan salah satu permukaan slide glass. Setelah itu ditipiskan dengan batu asah
sampai ketebalannya 0,5 cm.

4. Keping batuan ditempel pada slide glass. Sampel digerinda sampai pada ketebalan
mendekati 0,03 mm dengan mesin gerinda.

5. Untuk mengetahui ketebalan 0,03 mm ini maka diperiksa dengan mikroskop


polarisasi sampai mineral mineralnya tampak jelas dan mineral kuarsa tampak
berwarna kuning jerami dan atau mineral plagioklas berwarna putih (tidak berwarna
warni lagi pada mikroskop polarisasi sejajar nikol )

6. Pemasangan cover glass. Setelah mencapai ketipisan 0,03 mm, lalu di atas sayatan
tersebut kita Canada balsam lalu kita tutup dengan kaca penutup.

7. Sayatan dibersihkan dengan alkohol, xylene, toluene

8. Pemberian kode & no. sample pemula untuk penulisan kode sayatan (misal LP1,
bagian tengah)

9. Selanjutnya sayatan tipis siap diamati dengan memakai mikroskop polarisasi.

Pembuatan sayatan tipis dari sampel batuan kami dilakukan oleh orang yang sudah
ahli dalam membuat sayatan tipis batuan. Dari sampel sampel yang kami dapatkan, dibuatkan
5 sayatan tipis dari stasiun yang berbeda beda untuk selanjutnya dilakukan pengamatan lebih
detail di bawah mikroskop.

Pengamatan Mikroskop

Pengamatan mikroskop pada sayatan tipis batuan berdasarkan pada jenis batuan
tersebut dimana masing – masing batuan sesuai dengan klasifikasi batuan itu sendiri.

Petrografi batuan beku

Hal yang diamati :

1. Kenampakan mikroskopis
a. Warna (ppl)
b. Granularitas : afantik, porfiritik dan faneritik
c. Kristalisasi : holokristalin, hipokristalin dan holohylin
d. Keseragaman butir : equigranular dan inequigranular
e. Bentuk mineral : panidiomorf, hipidiomorf dan alotriomorf
2. Deskripsi mineral dan massa dasar
a. Deskripsi mineral : warna, pleikroisme, indeks bias, relief, bentuk, belahan,
tekstur, zoning dan warna interferensi.
b. Deskripsi massa dasar : warna, bentuk, warna interferensi, tentukan jenis
massa dasar seperti mikroklit plagioklas, gelas dan mineral lain.
3. Menetukan jenis dan nama batuan dengan klasifikasi Streckeisen (1978)

Petrografi batuan sedimen

Hal yang diamati :

1. Kenampakan mikroskopis dan tekstural


a. Warna (PPL)
b. Persentase matriks
1) 0 % – 15 % arenit
2) 15% - 75% wacke
3) > 75% mudstone

(Klasifikasi Pettijohn, 1975)

c. Jenis semen
1) Lempung (isotrop)
2) Oksidasi besi (reddish)
3) Karbonat (warna interferensi)
4) Silika (colourles)
d. Grain morphology
1) Roundness : well roundness – very angular
2) Spericity : low, medium, dan high
e. Sorting & kemas
1) Well sorted atau poorly sorted
2) Grain supported atau matrix supported
2. Deskripsi fragmen dan matriks
a. Mineral : warna dan warna interferensi
b. Grain : warna dan bentuk
c. Matriks : warna dan warna interferensi
3. Menentukan jenis dan nama batuan menggunakan klasifikasi Pettijohn (1975)

Petrografi batugamping

Hal yang diamati :

1. Kenampakan mikroskopis dan tekstural


a. Warna (PPL & XPL)
b. Kenampakan komponen : terikat atau tidak terikat
c. Sorting atau pemilahan : baik (well sorted) – buruk (poorly sorted)
d. Kemas atau fabric : grain supported atau mud supported
2. Deskrips grain
a. Skeletal : foraminifera, cangkang, alga, coral, ets
b. Non skeletal : ooid, peloid dan oncoid
c. Mineral : kalsit
3. Menentukan jenis batugamping berdasarkan klasifikasi Dunham (1962) yang
sudah dimodifikasi oleh Hallsworth dan Knox (1999)

Petrografi batuan piroklastik

Hal yang diamati :

1. Kenampakan dan tekstural


a. Warna : warna segar & warna lapuk
b. Kemas atau fabric : grain supported atau matriks supported
c. Sorting : baik (well sorted) atau buruk (poorly sorted)
d. Persentasi komposisi fragmen dan matriks
2. Deskripsi rock fragmen dan mineral
3. Menentukan jenis dan nama batuan piroklastik berdasarkan klasifikasi Schimd
(1981)
Sumber:

http://repositori.kemdikbud.go.id/8914/1/BATUAN-X-2.pdf

https://www.academia.edu/8988260/SAYATAN_TIPIS_Thin_Section_

Anda mungkin juga menyukai