Kemudian ketika geodiversity (komponen – komponen) memiliki nilai lebih sebagai suatu
warisan dan berfungsi menjadi rekaman atas suatu peristiwa di bumi yang pernah atau
sedang terjadi dan dimaknai sebagai situs geologi dinamakan geoheritage. Oleh karenanya
warisan geologi penting untuk kegiatan penelitian dan pendidikan kebumian. Selanjutnya
ruang lingkup geoheritage juga mencakup terhadap bagian dari geodiversity yang memliki
potensi parawisata dan memiliki hubungan yang erat dengan sejarah dan budaya.
Pemahaman tentang warisan geologi secara benar akan meningkatkan apresiasi orang
terhadap warisan bumi.
Kemudian ada Hipotesa Pemekaran Lantai Samudra. Dikemukakan pertama kalinya oleh
Harry Hess (1960). Hipotesis ini menyebutkan bahwa bagian kulit bumi yang ada didasar
samudra Atlantik tepatnya di Pematang Tengah Samudra mengalami pemekaran yang
diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang
berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Arus konveksi dapat disebabkan oleh:
Peluruhan unsur-unsur radioaktif, panas yang tersimpan pada saat planet terbentuk,
gradien geothermal, adanya impact benda asing.
Kerak-bumi (litosfir) terbagi dalam 13 lempeng besar dan kecil dengan karakteristik:
Lempeng-lempeng besifat kaku dan memiliki ketebalan ± 100 km
Lempeng terdiri dari kerak benua dan kerak samudra
Lempeng-lempeng berada di atas lapisan astenosfer yang bersifat plastis
Lempeng-lempeng tersebut saling bergerak horizontal secara dinamis dan
berkesinambungan satu sama lainnya, dan menimbulkan tiga macam gerakan yaitu
gerak konvergen, divergen dan transfom.
- Gerak konvergen adalah suatu gerakan dimana lempeng-lempeng saling bertemua
- Gerak Divergen adalah suatu gerakan dimana lempeng-lempeng saling menjauh,
mengakibatkan material dari selubung nail ke atas membentuk lantai samudera baru
- Gerak Transform adalah suatu gerakan dimana lempeng saling bersinggungan tanpa
membentuk atau merusak kerak.
Batas dimana lempeng-lempeng saling bertemu disebut zona-zona aktif, batas-batas ini
ditandai dengan adanya deformasi kuat disepanjang lempeng yang bertemua sehingga
menghasilkan fenomena gunung api dan gempabumi
Bagian dalam (tengah) lempeng merupakan wilayah yang stabil
Saat ini, banyak bukti-bukti tentang tektonik lempeng yang diakuisisi dengan teknologi
satelit. Melalui penggunaan Global Positioning System (GPS) dan teknik pengumpulan
data berbasis satelit lainnya, para ilmuwan dapat langsung mengukur velocity (kecepatan
dan arah gerakan) dari lempeng di permukaan bumi.
Dan ternyata Himalaya mulai terbentuk sekitar 50 juta tahun yang lalu ketika Lempeng
India bertabrakan dengan Lempeng Eurasia, mengangkat dan melipat batuan yang
terbentuk di bawah permukaan laut ke puncak gunung. Karena Lempeng India sampai
sekarang masih bergerak ke utara, maka Himalaya masih terus terangkat dengan laju
sekitar 1 cm per tahun. Kita tidak perlu lagi menggunakan teori pengerutan bumi untuk
menjelaskan keberadaan fosil laut di puncak Himalaya; yang ternyata itu merupakan proses
tektonik lempeng.