Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini demi pemenuhan akan kebutuhan hidup manusia dilakukan


peningkatan pembangunan dan pengembangan dalam berbagai bidang. Salah satunya
adalah peningkatan pembangunan dalam bidang pertambangan di mana bidang inilah
yang berperan penting dalam pengambilan mineral-mineral berharga untuk berbagai
industri, yang melalui tahap-tahap yaitu prospcting, eksplorasi, dan kemudian
eksplorasi mineral-mineral. Pengetahuan yang spesifik mengenai mineral-mineral
yang akan ditambang baik itu mengenai ciri fisik mineral dan yang lebih penting lagi
mengenai genesa dari mineral tersebut harus dipahami dengan baik.
Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan galian memiliki sifat khusus
dibandingkan dengan sumber daya lain yaitu biasanya disebut wasting assets atau
diusahakan ditambang, maka bahan galian tersebut tidak akan tumbuh atau tidak dapat
diperbaharui kembali. Dengan kata lain industri pertambangan merupakan industri
dasar tanpa daur, oleh karena itu didalam mengusahakan industri pertambangan akan
selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah
maupun mutu materialnya.
Mineral yang merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik dan mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu serta mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral dapat kita
jumpai di mana-mana di sekitar kita, dapat berwujud batuan, tanah atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai.
Mineral kecuali beberapa jenis memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, mineral akan dibatasi oleh bidang-bidang rata dan
diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang disebut sebagai kristal.
Kristal umumnya terbagi lagi menjadi 7 sistem kristal, yaitu isometrik,
hexagonal, monoklin, tetragonal, trigonal, ortohombik, triklin. Dan setiap sistem
terbagi lagi menjadi beberapa subkelas (Doddy, 1987).

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dari kegiatan praktikum ini adalah untuk mempelajari kristal dan semua
yang saling berhubungan dengan kristal itu sendiri, serta mengamati bagaimana teknis
identifikasi mineral dan sifat-sifat fisiknya.
1.2.2 Tujuan

1. Mengetahui proses teknik identifikasi mineral.


2. Memahami dan mengenal sifat-sifat fisik dari kristal.
3. Mendeskripsikan kandungan unsur tiap mineral dan mengklasifikasikannya.
4. Mengetahui pengertian mineral
5. Mengetahui cara terbentuknya setiap golongan mineral.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat

1. Alat Tulis Menulis (ATM)


2. Kaca
3. Kawat Tembaga
4. Keramik
5. Kikir Baja
6. Lap Kasar dan Lap Halus
7. Loop
8. Magnet
9. Paku
1.3.2 Bahan

1. HCl 0,1 M
2. Problem Set (Min. 10 Lembar)

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mineral

Mineral adalah zat padat yang berupa bahan anorganik yang terbentuk secara
alamiah berupa unsur atom dengan suatu persyaratan komposis kimia tertentu dan
umumnya mempunyai struktur Kristal tertentu yatitu bentuk-bentuk geometris
beraturan. Defenisi mineral menurut beberapa ahli :
2.1.1 L.G Burry dan D.mason,1959
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen yang terdapat dialam
terbentuk secara anorganik mempunyai suatu komposisi kimia pada batasan-batasan
tertentu mempunyai atom-atom yang tersusun teratur.
2.1.2 D.G.A Whitten dan J.R.V.Brooks ,1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
2.1.3 A.R.W Potter dan H. Robinson, 1997
Mineral adalah suatu zat atau bahan homogeny yang mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas–batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat dibentuk di
alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

2.2 Sifat Fisik Mineral

Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah
dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah
(1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6)
goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau
analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu
yang lama. Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk
mengenal mineral secara cepat, yaitu:
2.2.1 Bentuk kristal (crystall form)
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa
mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi
apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga
akan terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas,
NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI
09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari
susunan kristalnya di dalam.
Untuk dapat memberikan gambaran bagaimana suatu bahan padat yang terdiri
dari mineral dengan bentuk kristalnya yang khas dapat terjadi, kita contohkan suatu
cairan panas yang terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Klorit. Selama suhunya tetap
dalam keadaan tinggi, maka ion-ion tetap akan bergerak bebas dan tidak terikat satu
dengan lainnya. Namun begitu suhu cairan tersebut turun, maka kebebasan
bergeraknya akan berkurang dan hilang, selanjutnya mereka mulai terikat dan
berkelompok untuk membentuk persenyawaan Natrium Chlorida. Dengan semakin
menurunnya suhu serta cairan mulai mendingin, kelompok tersebut semakin tumbuh
membesar dan membentuk mineral Halit yang padat.
Mineral kuarsa, dapat kita jumpai hampir disemua batuan, namun umumnya
pertumbuhannya terbatas. Meskipun demikian, bentuknya yang tidak teratur tersebut
masih tetap dapat memperlihatkan susunan ion-ionnya yang ditentukan oleh struktur
kristalnya yang khas, yaitu bentuknya yang berupa prisma bersisi enam. Tidak perduli
apakah ukurannya sangat kecil atau besar karena pertumbuhannya yang sempurna,
bagian dari prisma segi enam dan besarnya sudut antara bidang-bidangnya akan tetap
dapat dikenali. Selama suhunya tetap dalam keadaan tinggi, maka ion-ion tetap akan
bergerak bebas dan tidak terikat satu dengan lainnya

Gambar 2.1 Bentuk Kristal Isometrik

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


2.2.2 Berat Jenis (specific gravitif)
Berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air, dan ukuran ini di
sebut sebagai berat jenis. Cara melakukan pengukuran sebagai berikut, pertama
timbanglah berat dalam keadaan di udara dan kemudian catatlah. Kedua timbanglah
mineral tersebut dalam air, sambil ditenggelamkan dalam air akan kehilangan berat
daripada di udara karena untuk gaya mengapung. Demikian dalam waktu yang sama
akan dipindahkan sejumlah air yang sama dengan volumenya sendiri. Berat air yang
dipindahkan itu adalah sama dengan selisih antar berat mineral di udara dan berat
mineral dalam air.
2.2.3 Kilap (Luster)
Gejala ini terjadi apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi dan kilap
suatu mineral sengat penting untuk diketahui. Beberapa kilap yang bisa dipergunakan
adalah sebagai berikut :
1. Kilap logam (melatic), kilap yang dihasilkan dari mineral–mineral logam,
seperti kalkopirit;
2. Kilap sub logam (sub metalic), kilap yang dihasilkan dari mineral hasil alterasi
mineral sebelumnya, seperti ilmenit;
3. Kilap intan (adamantine), kilap sangat cenderung seperti pada intan pertama;
4. Kilap kaca (vitreous), kilap sperti pada pecahan kaca atau kuarsa;
5. Kilap damar (resineour), kilap seperti damar, misalnya monosit;
6. Kilap lemak (greasy), kilap seperti lemak, seakan–akan terlapis oleh lemak,
misalkan nefelin;
7. Kilap mutiara (pearly), kilap seperti mutiara, biasanya terlohat pada bidang-
bidang belah dasar mineral, misalkan brukit;
8. Kilap sutera (silky), kilap seperti sutera,biasanya terlihat pada mineral–mineral
yang menyerat, misalkan gipsun;
9. Kilap tanah (earthy) atau kilap guram (dull), biasanya terlihat pada mineral-
mineral yang kempal, misalkan bauksit.
2.2.4 Bidang belah (fracture)
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-
atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang lemah yang
dimiliki oleh suatu mineral, maka akan memperlihatkan suatu pecahan dan jika
NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI
09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


pecahanya mengikuti permukaan yang sesuai dengan struktur kristalnya akan
memperlihatkan uatu belahan.
1. Pecahan concoidal, dimana pecahan seperti kulit bawang misalnya kuarsa;
2. Hackly, pecahannya seperti pecahnya besi, tajam – tajam;
3. Univon, permukaan pecahnya kasar dan tidak beraturan seperti kebanyakan
mineral;
4. Even, bidang agak kasar, tetapi kecil – kecil, masih mendekati bidang mineral.
Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan, maka
dapat dibagi menjadi :
1. Sempurna (perfect), bila bidang belahansangat rata, bila pecah tidak melalui
bidang;
2. Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih
dapat pecah pada arah lain;
3. Jelas (distinct), dimana bidang belahan jelas, tapi tidak begitu rata, dapat pecah
pada arah lain dengan mudah;
4. Tidak jelas (indictinct), dimana kemungkinan untuk membentuk belahan dan
pecahan akibat adanya tekanan, adalah sama besar;
5. Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga
kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada untuk
membentuk pecahan.
2.2.5 Warna (color)
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat
membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warna-
warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu di
dalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan
terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan banyak
mengandung aluminium.
2.2.6 Kekarasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan
mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral
terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching).
Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling
digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang
NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI
09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral
mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs
dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.

Gambar 2.2 Skala Mohs


Setiap skala Mohs yang lebih tinggi dapat menggores mineral–mineral dengan
skala mohs yang lebih rendah. Berdasarkan penentuan kualitatif dari kekerasan
ternyata interval-interval pada skala mohs hampis bersamaan, kecuali interval antara
9 dan 10. Untuk pengukuran kekerasan ini dapat menggunakaan alat–alat yang
sederhana, seperti kuku tangan, pisau baja dan alat–alat lain untuk memperlihatkan
hubungan antara alat pengukur kekerasan dengan derajat kekerasan dari mohs.
2.2.7 Goresan pada bidang (streak)
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada
mineral kuarsa dan pirit, yang sangat jelas dan khas.

2.3 Sifat Kimiawi Mineral

Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi


mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral Non-
silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid, Karbonat,
Hidroksida, dan Fospat.
2.3.1. Mineral Silikat

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal.
Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari
kerak Bumi).
Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.
2.3.2 Mineral ferromagnesium
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
Mineral ini terbagi menjadi :
1. Olivine dikenal karena warnanya yang olive. Berat jenis berkisar antara 3.27-
3.37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang
sempurna;
2. Augitit: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2- 3.4
dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini
sangat penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende;
3. Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang
belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat
membantu dalam cara mengenalnya;
4. Biotite: adalah mineral mika bentuknya pipih yang dengan mudah dapat
dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam.
2.3.3 Mineral non-ferromagnesium.
1. Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda,
coklat, hijau atau merah. BD. berkisar antara 2.8-3.1;
2. Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak. Namanya
juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. Feld
dalam bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya di dalam kerak Bumi
hampir 54 %. Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah plagioklas dan
orthoklas. Plagioklas kemudian juga dapat dibagi dua, albit dan anorthit.
Orthoklas adalah yang mengandung Kalium, albit mengandung Natrium dan
Anorthit mengandung Kalsium;
NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI
09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


3. Orthoklas: mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah
jambu;
4. Kuarsa: Kadang disebut silica adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan
yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Kadang-kadang juga
dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang
demikian disebut amethyst, merah masif atau merah-muda, kuning hingga
coklat. Warna yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-
unsur lain yang tidak bersih.
2.3.4 Mineral oksida.
Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya
lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali
sulfida.
Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, Chrom, mangan, timah dan
aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah es (H2O), korondum
(Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (Sn2O3). Warna yang bermacam-macam ini
disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
2.3.5 Mineral Sulfida.
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan
sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa
dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau
bijih, seperti ìpiritî (FeS3), chalcocite (Cu2), galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).
2.3.6 Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat.
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2−, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO3 dikenal
sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan
sedimen.
Mineral-mineral yang umum dijumpai pada batuan beku, yaitu plagioclase
feldspar, K-feldspar, quartz, muscovite mica, biotite mica, amphibole, olivine, dan
calcite. Mineral mineral tersebut mudah dikenali, baik secara megaskopis maupun
mikroskopis berdasarkan dari sifat sifat fisik mineral masing-masing.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


2.4 Sistem – Sistem Kristal

Bentuk kristal yang terdapat di bumi sangat banyak sekali ragamnya, dari
bentuk yang paling sederhana sampai ke bentuk yang sangat rumit. Bentuk–bentuk
kristal yang terdapat di bumi dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelompok dasar.
Pembagian ini berdasarkan sistem sumbu dari kristal–kristal tersebut. Ada tujuh sistem
kristal yaitu isometrik, hexagonal, monoklin, tetragonal, trigonal, ortorombik dan
tirklin.

2.5 Mineral Pembentuk Batuan

2.5.1 Mineral Utama


Pada dasarnya mineral pembentuk batuan beku sebagian besar (90%)
mengandung oksigen, silikon, aluminium, besi, kalsium, sodium, potasium dan
magnesium. Atau bisa juga dikelompokkan berdasarkan warna mineralnya. Mineral
utama dapat dilihat di Deret Bowen.

Gambar 2.3 Bowen’s Reaction Series


Kelompok mineral gelap (mafik) mengandung banyak unsur Magnesium (Mg)
dan Besi (Fe). Kelompok mineral terang (Felsic) banyak mengandung unsur
Aluminium (Al), Kalsium (Ca), Natrium (Na), Kalium (K) dan Silium (Si). Sebelah
kiri mewakili mineral gelap dan sebelah kanan mewakili mineral terang. Mineral-
mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma yang menjadi penentu dalam
NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI
09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


penamaan batuan. Deret Bowen secara umum menggambarkan urutan kristalisasi
mineral sesuai dengan penurunan suhu (bagian kiri) dan perbedaan kandungan magma
(bagian kanan), dengan asumsi bahwa semua magma berasal dari magma induk yang
bersifat basa.
Deret Kontinyu, Deret ini dibangun dari feldspar plagioklas. Dalam deret
kontinyu, mineral awal akan ikut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari
bagan, plagioklas yang kaya kalsium akan terbentuk terlebih dahulu, seiring dengan
penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang pada
akhirnya akan membentuk plagioklas yang kaya dengan sodium. Demikian seterusnya
hingga plagioklas yang kaya kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena mineral
awal akan terus bereaksi, maka sulit ditemukan plagioklas yang kaya kalsium di alam
bebas.
Deret Diskontinyu, Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates.
Dalam deret ini, satu mineral ini akan bereaksi menjadi mineral lain pada suhu tertentu
dengan melakukan reaksi dengan larutan sisa magma. Bowen menemukan bahwa pada
suhu tertentu akan membentuk olivin yang jika diteruskan akan bereaksi dengan sisa
larutan magma membentuk piroksin. Jika pendinginan dilanjutkan, akan terbentuk
biotite (sesuai skema). Deret ini berakhir ketika biotite mengkristal, yang berarti semua
besi dan magnesium dalam larutan magma telah habis untuk membentuk mineral.
2.5.2 Mineral Ikutan/Tambahan
Mineral tambahan adalah mineral-mineral yang terbentuk akibat kristalisasi
magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit. Mineral ini tidak menjadi pedoman dalam
menentukan nama batuan. Contoh: Zirkon, magnesit, hematit, pirit, rutil apatit, garnet,
sphen.
2.5.3 Mineral Sekunder
Mineral sekunder merupakan mineral hasil ubahan mineral utama, dari hasil
pelapukan, dari reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral
utama. Contohnya adalah serpentit, kalsit, serisit, kalkopirit, kaolin, klorit, pirit.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Sebelum memulai praktikum terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan seperti
alat tulis menulis, lap kasar, lap halus, loop, kawat tembaga, pecahan kaca, kikir baja,
keramik, paku, magnet, HCl 0,1 M, sampel mineral dan problem set.
Kita mengamati sampel mineral mulai dari warna segar, warna lapuknya
dilanjutkan mengamati cerat/gores dengan cara menggesekkan permukaan batuan
dengan permukaan porselen kemudian mengamati kilap dengan menggunakan loop
agar sampel batuan dapat memantulkan cahaya, selanjutnya dengan mengamati
belahan sampel apakah sempurna atau tidak sempurna.
Tahap selanjutnya kita mengamati pecahannya, pecahan akan selalu selaras
dengan belahannya, kemudian menguji kekerasan sampel menggunakan penguji
kekerasan dari yang terendah sampai tertinggi, selanjutnya menentukan tenacity dari
sampel dengan melihat kilap pada mineral jika kilapnya logam maka tenacity brittle
dan jika kilapnya non logam maka tenacity malleable.
Setelah menentukan sifat fisik pada mineral selanjutnya menentukan
kemagnetan yang diuji dengan menggunakan magnet, derajat ketransparanan, sifat
khas, nama kimia, komposisi kimia beserta sistem kristalnya dari beberapa ciri-ciri
pada pengamatan sebelumnya, kemudian kegunaan dari mineral tersebut dan genesa
juga asosiasi mineral.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Golongan Native Element

1. Nomor Urut : IV

Warna segar : Hitam

Warna lapuk : Putih

Sistem Kristal : Hexagonal

Kilap : Non Logam

Kekerasan : Kuku (2,5)

Gores : Hitam

Belahan : Sempurna

Tenacity : Brittle

Berat jenis : 2,23

Kemagnetan : Diamagnetik

Derajat Ketransparanan : Translucent

Sifat Khas : Native Element

Nama mineral/Rumus Kimia : Grafit/G

Makassar, 30 Oktober 2019


Asisten Praktikan

(Nurfadhilah Sam Tappa) (Wahyuni Hartanti)

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


2. Nomor Urut : VII

Warna segar : Hitam

Warna lapuk : Coklat

Sistem Kristal : Isometrik

Kilap : Logam

Kekerasan : Pecahan Kaca (5,5 - 6)

Gores : Hitam

Belahan : Sempurna

Tenacity : Meleablle

Berat jenis : 7,25

Kemagnetan : Ferromagnetik

Derajat Ketransparanan : Opaq

Sifat Khas : Native Element

Nama mineral/Rumus Kimia : Krom/Cr

Makassar, 30 Oktober 2019


Asisten Praktikan

(Nurfadhilah Sam Tappa) (Wahyuni Hartanti)

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


3. Nomor Urut : II

Warna segar : Hitam

Warna lapuk : Putih

Sistem Kristal : Monoklin

Kilap : Non Logam (Tanah)

Kekerasan : Pecahan Kaca (5,5-6)

Gores : Hitam

Belahan : Tidak Sempurna

Tenacity : Brittle

Berat jenis : 4,38

Kemagnetan : Diamagnetik

Derajat Ketransparanan : Opaq

Sifat Khas : Native Element

Nama mineral/Rumus Kimia : Mangan/Mn

Makassar, 30 Oktober 2019


Asisten Praktikan

(Nurfadhilah Sam Tappa) (Wahyuni Hartanti)

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


4.1.2 Golongan Sulfida

1. Nomor Urut :5

Warna segar : Kuning

Warna lapuk : Coklat

Sistem Kristal : Isometrik

Kilap : Logam

Kekerasan : Paku Baja (5,5 – 6)

Gores : Hitam

Belahan : Tidak Sempurna

Tenacity : Melleable

Berat jenis : 4,28

Kemagnetan : Paramagnetik

Derajat Ketransparanan : Opaq

Sifat Khas : Sulfida

Nama mineral/Rumus Kimia : Pirit / FeS2

Makassar, 30 Oktober 2019


Asisten Praktikan

(Nurfadhilah Sam Tappa) (Wahyuni Hartanti)

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


2. Nomor Urut : III

Warna segar : Abu-abu

Warna lapuk : Coklat

Sistem Kristal : Isometrik

Kilap : Logam

Kekerasan : Kuku (2,5)

Gores : Abu-abu

Belahan : Sempurna

Tenacity : Maleablle

Berat jenis : 7,58

Kemagnetan : Ferromagnetik

Derajat Ketransparanan : Opaq

Sifat Khas : Sulfida

Nama mineral/Rumus Kimia : Galena / PbS

Makassar, 30 Oktober 2019


Asisten Praktikan

(Nurfadhilah Sam Tappa) (Wahyuni Hartanti)

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


4.1.3 Golongan Oksida

1. Nomor Urut :I

Warna segar : Hitam

Warna lapuk : Coklat

Sistem Kristal : Isometrik

Kilap : Logam

Kekerasan : Kaca (5,5 – 6)

Gores : Coklat

Belahan : Tidak Sempurna

Tenacity : Meleablle

Berat jenis : 4,5 – 4,8

Kemagnetan : Diamagnetik

Derajat Ketransparanan : Opaq

Sifat Khas : Oksida

Nama mineral/Rumus Kimia : Kromit/FeCr2O4

Makassar, 30 Oktober 2019


Asisten Praktikan

(Nurfadhilah Sam Tappa) (Wahyuni Hartanti)

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


4.1.4 Golongan Halida

1. Nomor Urut :-

Warna segar : Tidak Berwarna

Warna lapuk : Kuning, Merah Muda

Sistem Kristal : Isometrik

Titik Lebur : 141 - 30º C

Titik Didih : 80-10º C

Gores : Putih

Berat jenis : 2,16

Kelistrikan : Konduktor

Derajat Ketransparanan : Transparan

Sifat Khas : Halida

Nama mineral/Rumus Kimia : Natrium Klorida/NaCl

Makassar, 30 Oktober 2019


Asisten Praktikan

(Nurfadhilah Sam Tappa) (Wahyuni Hartanti)

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


4.2 Pembahasan

4.2.1 Golongan Native Element


Native element adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya memiliki
satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur
lain selain unsur pembentuk utamanya.
1. Grafit (G)

Gambar 4.1 Grafit


Genesa mineral grafit yaitu terbentuk dari batuan sedimen yang kaya akan
karbon (C). Mineral grafit terbentuk dari kristalisasi langsung magma dengan suhu
rendah. Mineral ini biasa terdapat pada batuan metamorfosa regional dan kontak,
seperti marmer dan sekis dan juga geneis. Terdapat dalam batubara yang mengalami
metamorfosa.
Mineral grafit berasosiasi dengan batuan beku basa (pegmatite) dan urat-urat
kuarsa, gypsum dan kalsit.
Kegunaan mineral grafit yaitu biasa digunakan dalam pembuatan pensil, alotrop
karbon, dan baterai kering.
Grafit sangat umum didapatkan dalam granit, sekis, genis, mika sekis ataupun
batugamping kristalin.
Sistem penambangan yang dilakukan biasanya tambang terbuka dan quarry,
mineral ini digunakan sebagai pengasah dan pemotong kaca.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


2. Krom

Gambar 4.2 Krom

Genesa mineral krom yaitu terbentuk di sekitaran gunung api. Mineral krom
terdapat pada mineral kromit, pembentukannya melalui oksidasi bijih melalui udara
dalam cairan alkali.
Mineral krom biasanya berasosiasi dengan mineral timah, selenium, ruby,
kuarsa, magnetite, korundum dan anortit.
Kegunaan mineral krom yaitu digunakan pada proses pembuatan baja yang
berfungsi dalam pengerasan baja.
Sistem penambangan yang dilakukan adalah tambang terbuka. Mineral ini
biasanya digunakan sebagai bahan stainless steel.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


3. Mangan

Gambar 4.3 Mangan

Genesa dari mangan yaitu terbentuk sebagai urat mineral dengan barit, kalsit,
dan siderite pada temperature rendah dalam proses hidrotermal.
Mangan berasosiasi dengan oksida mangan lainnya dalam endapan-endapan
yang dibentuk oleh air meteorik.
Mangan biasa ditemukan pada batuan sedimen berupa breksi.
Sistem penambangannya yaitu tambang terbuka. Mineral ini biasanya
digunakan pada proses metalurgi yaitu pada produksi besi baja, untuk produksi baterai,
keramik gelas, frit, produksi uranium dan lainnya.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


4.2.2 Golongan Sulfida
Golongan sulfida merupakan golongan yang mineral hasil persenyawaan
langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang)seperti besi, perak, tembaga,
timbal, seng dan merkuri.
1. Pirit

Gambar 4.4 Pirit

Genesa mineral pirit yaitu terdapat biasanya pada mineral sulfida yang terbanyak
dan terluas di dalam batuan hampir semua umur. Ia ditemukan dalam urat-urat endapan
temperature tinggi. Didalam batuan beku dan pegmatite, juga didalam batuan
metamorfosa dan sedimen.
Mineral pirit biasanya berasosiasi dengan mineral kalkopirit, emas dan galena.
Pirit bisa terbentuk pada suhu tinggi-rendah dan keterdapatannya bisa dalam
batuan beku, metamorf, dan sedimen walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Mineral ini biasanya digunakan sebagai perhiasan baik itu cincin, kalung
maupun gelang, karena mineral ini hampir mirip dengan emas. Hal ini menyebabkan
mineral pirit ini memang mineral pembawa emas dan berasosiasi bersama emas.
Sistem penambangan yang dilakukan adalah tambang terbuka.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


2. Galena (PbS)

Gambar 4.5 Galena

Genesa galena yaitu biasa terdapat dalam urat-urat hidrotermal dan terbentuk
bersama tembaga dalam urat-urat hidrotermal.
Berasosiasi dengan spalerit, kalkopirit, pirit, kuarsa, kalsit, dolomit, barit dan
fluorit.
Galena banyak ditemukan dalam batuan beku dan batuan metamorf.
Sistem penambangan yang digunakan adalah tambang terbuka. Mineral ini
hampir sama dengan nikel dan besi dimana mineral ini digunakan pada industri mesin,
hampir semua alat-alat mesin terbuat dari mineral ini.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


4.2.3 Golongan Oksida
Golongan oksida adalah golongan yang kelas mineralnya terbentuk sebagai
akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Banyak oksida
berwarna hitam tetapi yang lain bisa sangat berwarna-warni. Oksida mengandung
ikatan ionik tertentu yang bisa dijadikan patokan untuk membedakan golongan
mineral oksida dengan mineral lain di alam
1. Kromit

Gambar 4.6 Kromit

Genesa kromit yaitu biasanya terdapat pada endapan laterit bersama nikel dan
besi. Terbentuk dari proses alterasi dari mineral krom. Terbentuk secara mesotermal
bersama dengan endapan besi.
Kromit biasanya berasosiasi dengan mineral olivine, serpentin, piroksin, talk,
anortit, magnetit dan biotit
Kromit biasa terdapat pada batuan beku basa dan ultra basa seperti pada
peridotite dan pada batuan metamorf seperti pada serpentinit dan pada sebagian
permukan bijihbesi padat.
Sistem penambangannya adalah tambang terbuka, kegunaan mineral krom
adalah untuk bahan cat dan stainless steel (bahan baku sendok).

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


4.2.4 Golongan Halida
Golongan halida adalah golongan yang salah satu bagiannya merupakan atom
halogen dan bagian lainnya adalah elemen lainnya atau radikal yang mempunyai
tingkat keelektronegatifan lebih kecil daripada atom halogen, untuk membentuk
senyawa fluorida, klorida, bromida, iodida, atau astatin.
1. Natrium Klorida (Garam Dapur)

Gambar 4.7 Natrium Klorida

Halid dikenal sebagai garam dapur, adalah suatu jenis garam,


bentuk mineral (alami) dari natrium klorida (NaCl).
Terdapat pada lapisan mineral evaporit batuan sedimen yang luas, yang
dihasilkan dari pengeringan danau, playa dan laut tertutup.
Halid dibentuk karena proseseksogen melalui pengeringan danau yang
mengandung garam atau tempat lain yang mengandung air garam atau terbentuk dari
hasil presipitasi air laut secara primer/langsumg dangan temperatur sekitar 100 C, juga
merupakan hasil presipitasi pada endapan sedimen seperti lempug.
Berasosiasi dengan Anhydrit, Sylvenit, Carnalite, dan Gypsum.
Kegunaannya sebagai pembuatan asam Hydrofluoric ramuan obat diet, bahan
Optik dan juga perasa dalam makanan.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Mineral dapat diidentifikasi dengan melihat sifat-sifat fisik pada mineral.


Sifat-sifat fisik mineral antara lain warna segar, warna lapuk, cerat (gores), kilap,
kekerasan, pecahan, belahan, tenacity, derajat ketransparanan dan juga sistem kristal.
Mineral yang merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik dan mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu
serta memiliki sistem kristal dan juga atom-atom yang tersusun secara teratur.
Mineral golongan native element terbentuk dari pengerasan atau
pembentukan magma dengan reaksi kimia yang sekunder atau dengan reaksi-reaksi
kimia yang bertemperatur dan memiliki tekanan yang tinggi. Mineral golongan sulfida
terbentuk dari alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan
hidrotermal (air panas) dan biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya
unsur sulfur. Mineral oksida terbentuk akibat persenyawaan langsung antara oksigen
dengan unsur tertentu. Mineral halida terbentuk karena adanya dominasi dari ion
halogen elektronegatif.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Saran untuk laboratorium agar alat peraga yang digunakan dapat dilengkapi.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran untuk asisten agar tetap bisa meluangkan waktu dan sabar dalam
menghadapi praktikan saat di laboratorium maupun saat asistensi.

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NATIVE ELEMENT, SULFIDA, OKSIDA, DAN HALIDA


DAFTAR PUSTAKA

Djauhari Noor. 2012. Pengantar Geologi. UGM Press. Yogyakarta


Graha Doddy Setia, 1987. Mineral dan Batuan. Bandung. Nova
Pirrson, Louis. 1957. Rocks and Rock Mineral. John Wiley & Sons. New York
Sukandarrumidi, 2016. Bahan Galian Industri. Yogyakarta. Gadjah Mada University

NURFADHILAH SAM TAPPA WAHYUNI HARTANTI


09320160042 09320180266
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

SISTEM KRISTAL (mata acara yang bersangkutan)

NAMA ASISTEN* NAMA PRAKTIKAN*


093201XXXXX 093201XXXXX
Keterangan Halaman | 29

Anda mungkin juga menyukai