MEDAN
KRISTAL
Asrial
Universitas Jambi
Bidang Kajian
Kimia Koordinasi
Teori Ikatan Valensi (TIV)
Teori Medan Kristal
Teori Orbital Molekul (TOM)
Teori Medan Ligand
Mekanisme Reaksi Senyawa Komplek
Kimia Zat Padat
3/30/17
IKATAN
KIMIA
TEORI III
TEORI ORBITAL MOLEKUL
(menjelaskan fakta bahwa ikatan antara ion logam dan
6
ligan bukan hanya merupakan ikatan ion yang murni tetapi
juga ada ikatan kovalen pada ion/senyawa kompleks
Kelemahan TIV
Tidak bisa menjelaskan
Sifat magnet senyawa komplek
Warna senyawa komplek
Pengaruh suhu terhadap senyawa
komplek
TEORI MEDAN KRISTAL
Pengantar (1)
Dikembangkan oleh Hans Bethe dan
John Hasbrouck Van Vleck (1932)
Model sederhana untuk menjelaskan
energi kompleks koordinasi, dan
melengkapi TIV
Pengantar (2)
Asumsi TMK
1. Ligan-ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan.
2. Interaksi antara ion logam dengan ligan-ligan
dianggap sepenuhnya sebagai interaksi
elektrostatik(ionik). Apabila ligan yang ada
merupakan ligan netral seperti NH3, dan H2O, maka
dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol
dalam molekul-molekul netral diarahkan terhadap ion
logam.
3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion
logam dengan orbital-orbital dari ligan.
Pengantar (3)
Ion logam pusat (+) didekati oleh ligan (-)
sehingga terjadi gaya elektrostatik antara
keduanya. Ikatan antara ion pusat (+) dan ligan
(-) didasarkan atas gaya elektrostatik sehingga
terbentuk ikatan ion dan mengabaikan ikatan
kovalen
Medan listrik dari ion pusat akan
mempengaruhi ligan-ligan sekelilingnya,
sedang medan gabungan dari ligan-ligan akan
mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat
Pengantar (4)
Pengaruh ligan ini terutama mengenai
elektron orbital d atom pusat (logam-
logam transisi)
Pengaruh ligan tergantung dari jenisnya,
terutama pada kekuatan medan listrik
dan kedudukan geometri ligan-ligan
dalam kompleks.
Pengantar (4)
Atom atau ion bebas, energi elektron
orbital d sama atau setingkat
(degenerate) yaitu pada tingkat dasar
(ground state)
Elektron ligan mendekati atom pusat,
sehingga terjadi interaksi dengan
elektron orbital dx terluar, sehingga
elektron orbital dx mengalami kenaikan
Diagram Energi
o
or
+ 6 Dq
o
or
- 4 Dq
Jika
dx terisi penuh atau setengah penuh
maka CFSE = 0
Energi Stabilisasi Medan
Kristal (2)
Komplek Segi Empat Planar
Empat ligan mengarah ke x, y.
Orbital dx2-y2 memiliki kerapatan
maksimum di sepanjang sumbu x dan y
yang aka ditolak kuat oleh elektron ligan
Energi dxy terletak diatas dxz dan dyz
Simetri Orbital eg
Orbital eg simetri jika eg0, eg4,
Orbital eg tidak simetri jika eg1, eg3
Orbital eg2 simetri jika konfigurasi (dx2-
y2) (dz2) dan tidak simetri jika konfigurasi
1 1
(dx2-y2)0(dz2)2
t2g(sim) + eg(sim) = tidak ada distorsi
t2g(tdk sim) = Terdistorsi sedikit
eg(tdk sim) = Terdistorsi kuat
Kekuatan Medan Ligan (E)
Diukur dengan spektrofotometer
Spektrumnya direkam pada daerah sinar
tampak (, 400-800 nm)
Setiap senyawa komplek menunjukkan warna
dan pola spektrum yang khas.
Spektrum muncul karena adanya transisi
elektronik orbital dx yang mengalami
pembelahan
Transisi terjadi jika energi yang diberikan
sama dengan E
Komplek [Ti(H2O6]3+
Berwarna merah violet
Memilik orbital 3d1 dengan konfigurasi t 2g1eg0
dengan perbedaan energi sebesar E. Jika
terjadi eksitasi dengan memberikan energi
sebesar E akan memiliki konfigurasi t 2g0eg1.
Spektrum elektronik memperlihatkan pada ~
493 nm.
Setara dengan energi 243 kJ
Energi 243 kJ diasosiasikan sebagai kekuatan
medan ligan
Deret Spektrokimia
Dari pengukuran di atas diperoleh urutan
kekuatan medan ligan sebagai berikut :
I- < Br- < Cl- < OH- < F- < H2O < NH3 < en < CN- < CO
650 580
800 560
400
430 490