Laboratorium Kimia adalah suatu tempat yang menyenangkan, karena Anda bisa
mempelajari dan memahami kimia melalui percobaan. Pada dasarnya Kimia adalah ilmu yang
deskriptif/nyata yang mempelajari perubahan fenomena alam. Dengan melakukan praktikum
Kimia di laboratorium, Anda diharapkan dapat lebih memahami fenomena yang muncul dalam
reaksi-reaksi Kimia, yang selama ini hanya dapat dibaca atau dibayangkan selama mempelajari
teori dalam perkuliahan. Laboratorium Kimia adalah suatu tempat yang sangat berbeda dengan
tempat lain karena Anda akan berhadapan langsung dengan zat-zat yang banyak sekali
macamnya (berbahaya) dan peralatan yang banyak ragamnya, akan tetapi sudah dirancang
khusus sehingga memungkinkan kita bisa merasa aman untuk bekerja di dalamnya, dengan
syarat harus mengerti aturannya dan tahu cara bekerja yang baik. Di bawah ini akan dijelaskan
mengenai aturan/tata tertib bekerja di Laboratorium Kimia Dasar dan pengenalan beberapa
peralatan Laboratorium Kimia Dasar. Sebelum Anda memulai kegiatan praktikum, terlebih
dahulu WAJIB untuk membaca, mempelajari dan memahami ketentuan-ketentuan ini.
Aturan Keselamatan
Aturan Umum
Sebelum bekerja di laboratorium, persiapkan dengan betul-betul mengenai peraturan di
laboratorium dan menguasai materi praktikum dengan sebaik-baiknya, mulai dari
tujuan, konsep dasar, prosedur dan teknik-teknik pengerjaan yang akan dilakukan.
Jangan bekerja sendirian di laboratorium, minimal berdua, dan untuk praktikum kimia
dasar harus disertai asisten atau instruktur laboratorium, sesuai dengan jadwal yang
diberikan.
Di dalam ruangan laboratorium, tidak diperbolehkan: merokok, makan dan minum.
Diharuskan memakai baju yang rapi (bukan kaos oblong), memakai jas laboratorium
lengan panjang yang memenuhi syarat, memakai sepatu tertutup (bukan sandal).
Hal ini demi keselamatan dan kesehatan kerja anda sendiri.
Selalu dipelihara kebersihan meja kerja, bak cuci, dan sekitarnya. Buanglah sampah pada
tempatnya.
Jika membuang zat cair pekat, dituangkan ke bak cuci sambil diguyur air yang banyak.
Hati-hati dengan H2SO4 pekat, ada caranya sendiri.
Zat padat dan logam-logam buang ke wadah yang tersedia (jangan dibuang ke
washbak)!
Larutan yang mengandung logam berat (seperti: Pb, Cd, Cu, Cr, Hg, Ag, As, Zn, Ni)
harus dibuang ke wadah/botol tersendiri yang sudah disediakan. Jangan sekali-kali
dibuang ke washbak!
Apabila bekerja dengan gas-gas atau zat berasap/pekat, bekerjalah di dalam lemari asam
(fume hood), jangan sampai terhirup gas-gas beracun. Jangan sekali-kali meninggalkan
percobaan yang sedang berjalan, tunggu sampai prosesnya berhenti.
Laboratorium Kimia adalah tempat yang khusus serius untuk belajar dan bekerja.
Dilarang ngobrol, bercanda atau main-main dengan teman. Janganlah membuang-buang
waktu percuma.
Bekerjalah yang tekun, percaya diri dan jangan ragu-ragu. Catatlah setiap kejadian dan
pengamatan percobaan dengan teliti dan cermat, sebab salah satu kegiatan terpenting
dalam praktikum adalah pengamatan dan pengumpulan data. Jangan ragu untuk bertanya
kepada asisten, dan jawablah setiap pertanyaan yang diajukan asisten dengan singkat dan
jelas.
Menanggulangi kecelakaan/kebakaran
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan. Akan tetapi laboratorium adalah
tempat yang banyak bahayanya, baik bahaya keracunan maupun kebakaran. Kalau terjadi
kecelakaan atau kebakaran, yang pertama dan utama harus dilakukan adalah: JANGAN
PANIK!
Apabila kulit anda terkena zat kimia, agar secepatnya dicuci denganair kran dan
menggunakan sabun cuci. Jika yang kena adalah mata atau muka, semprot langsung
dengan air kran di atas bak cuci. Jangan sekali-kali digosok dengan tangan, apa lagi
sebelum cuci tangan. Secepatnya hubungi petugas/asisten untuk minta pengobatan
darurat.
Apabila anggota badan yang terkena, apa lagi jumlahnya banyak, gunakan shower atau
air kran yang besar, segera lepas baju laboratorium atau penutup lain di bagian yang
kena zat. Segera lapor ke petugas untuk mendapat pengobatan selanjutnya.
Bila terjadi kebakaran di atas meja kerja, misalnya larutan dalam gelas kimia, pertama-
tama jangan panik, jangan coba memadamkan sendiri apa lagi membanting gelas yang
terbakar. Menjauhlah dari meja, segera laporkan ke petugas/asisten. Bila tidak ada yang
menolong, tutup gelas yang terbakar dengan lap basah atau keset basah, biarkan mati
sendiri atau disemprot dengan alat pemadam kebakaran yang ada.
Bila tangan atau kulit terbakar (jumlah kecil), taruh air es di sekitar yang terbakar, lalu
obati dengan obat analgesik misalnya salep atau larutan rivanol. Mintalah pada
petugas/asisten.
Laporan Resmi :
nama dan NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas, nama universitas,
2. Isi
a. Judul praktikum
b. Tujuan praktikum
c. Dasar teori
e. Hasil praktikum
g. Kesimpulan
h. Daftar pustaka
Kriteria Penilaian :
Indikator penilaian Nilai
Postest 20
Praktikum 40
Laporan 10
Responsi 30
A. TUJUAN PERCOBAAN
2. Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton.
B. TEORI
Aldehid dan keton merupakan senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus
penting di dalam kimia organik, yaitu gugus karbonil, C=O. Semua senyawa yang mengandung
gugus ini disebut senyawa karbonil.
Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehid, keton, ester dan asam
karboksilat. Secara struktural, aldehid dan keton dibedakan oleh substituen pada R’, begitu pula
dengan ester dan asam karboksilat. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika terdapat
kemiripan sifat-sifat dari senyawa golongan aldehid dan keton atau ester dan asam karboksilat.
Meskipun demikian, untuk aldehid dan keton, perbedaan substituen yang terikat pada karbon
kabonil menimbulkan banyak perbedaan sifat kimia, dua sifat kimia diantaranya yang paling
menonjol adalah sifat oksidasi dan respon terhadap reaksi adisi nukleofilik. Aldehid cukup
mudah teroksidasi sedangkan keton sulit. Aldehid lebih reaktif daripada keton terhadap adisi
nukleofilik, yang mana reaksi ini karakteristik terhadap gugus karbonil.
1. Alat
Tabung reaksi
- Gelas kimia
Pipet tetes
- Gelas ukur
Pipet ukur
- Labu semprot
2. Bahan
- Formalin
- Aseton
- Larutan glukosa
- CrO3
- 2,4-dinitrofenilhidrasin
- Asam sulfat
- AgNO3 5 %
- NaOH 10 %
- Pereksi Fehling
- Pereaksi Benedict
- Pereaksi Schiff
D. CARA KERJA
kuat-kuat!
- Jika tidak terjadi endapan,panaskan lartan tersebut di atas penangas air selama 1 menit lalu
ditambah 5 tetes air!
- Buat larutan asam kromat dengan jalan melarutkan 5 gram CrO3 ke dalam 15 mL akuades.
Tambahkan tetes demi tetes 5 mL asam sulfat pekat hingga diperoleh campuran homogen!
- Ke dalam tabung reaksi yang berisi 0,02 gram atau 5 tetes formalin, selanjutnya tambahkan 5
tetes asam kromat lalu kocok kuat-kuat. Perhatikan kecepatan terbentuknya endapan!
- Ulangi percobaan ini untuk senyawa aseton dan glukosa. Dan bandingkan kecepatan
terbentuknya endapan ketigha senyawa tersebut!
3. Uji Tollen
- Ke dalam campuran tersebut tambahkan larutan ammonium hidroksida encer hingga endapan
perak hidroksida melarut (hindari penggunaan larutan ammonia berlebihan)!
- Tambahkan 0,05 gram atau 2 tetes larutan yang diuji (formalin, aseton, glukosa) ke dalam
larutan tersebut!
- Kocok dan biarkan selama 10 menit. Jika tidak terjadi perubahan panaskan di atas penangas air
selama 5 menit!
E. TUGAS
1. Sebelum praktikum
a. Tuliskan struktur senyawa glukosa dan masing-masing 2 senyawa aldehid dan keton !
2. Setelah praktikum
c. Mengapa aldehid lebih resktif terhadap reaksi adisi nukleofilik dibandingkan dengan keton?
Tambahkan 4 tetes larutan asam kromat, goyangkan tabung, lalu biarkan selama 10 menit.
Perhatikan terjadi tidaknya perubahan warna dan catat berapa lama perubahan itu terjadi.
Aldehid dapat dioksidasi oleh asam kromat, sedangkan keton tidak. Ketika aldehid teroksidasi,
akan terjadi perubahan warna dari coklat kemerahan menjadi hijau, karena kromat tereduksi
menjadi Cr+3. Inilah yang membedakan aldehid dari keton.
2. Uji Tollens
Gugus fungsi lain, seperti alkohol primer dan sekunder juga dapat teroksidasi oleh asam kromat.
Aldehid juga dapat teroksidasi oleh reagen Tollens, suatu zat yang mengandung ion Ag+. Ion
perak(I) akan tereduksi menjadi logam perak. Ion logam adalah pengoksidasi yang lemah;
aldehid sangat mudah teroksidasi dan hasilnya akan terbentuk logam perak hasil reduksi dari ion
Ag+.
Dibuat oleh Analis: Siapkan reagen Tollens di dalam labu Erlenmeyer 25 mL dengan
mencampurkan 5 mL larutan perak nitrat 9% dalam 5 mL larutan NaOH 10%. Terhadap
campuran reaksi,tambahkan larutan amoniak 10% tetes demi tetes sambil digoyang, sampai
terbentuk endapan coklat dari perak oksida mulai melarut; jangan menambahkan amoniak
berlebih!
Dilakukan oleh praktikan: Larutkan 5 tetes senyawa aldehid dan keton yang telah ada di dalam
tabung reaksi dengan bis(2-etoksietil)eter atau pelarut eter lainnya secara tetes demi tetes. Lalu
tambahkan 2 mL reagen Tollens, kemudian tabung digoyang/diaduk. Tempatkan tabung reaksi
di dalam penangas air 60 oC selama 5 menit. Uji positif bagi aldehid adalah terbentuknya cermin
perak pada tabung reaksi (jika tabung reaksi bersih); jika tabung reaksinya kotor, akan terbentuk
endapan hitam. Catat pengamatan Anda! Cuci tabung reaksi segera dengan asam nitrat 1 M, lalu
bilas dengan air yang banyak.
3. Uji Iodoform
Senyawa metil keton, tetapi bukan keton yang lain, akan teroksidasi oleh iod di dalam larutan
natrium hidroksida. Metil keton akan teroksidasi menjadi asam karboksilat; juga akan terbentuk
iodoform yang berwarna kuning, yang menjadi indikasi uji yang positif. Asetaldehid, tetapi
bukan aldehid yang lain, akan memberikan hasil positif juga terhadap uji ini, karena memiliki
kemiripan dalam struktur dengan metil keton. Di samping itu, etanol (teroksidasi menjadi
asetaldehid) dan alkohol sekunder yang dapat teroksidasi menjadi metil keton dapat juga
memberikan hasil positif terhadap uji ini.
Ke dalam tiap tabung reaksi yang mengandung sampel yang akan diuji, tambahkan 2 mL air, lalu
goyang tabung reaksinya. Jika senyawanya tak larut, tambahkan dioksan tetes demi tetes sambil
diaduk sampai campuran homogen. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 6 M. Aduk. Kemudian
tempatkan tabung reaksi di dalam penangas air 60 oC selama 3 atau 4 menit, dan sambil tabung
reaksi masih di dalam penangas air, tambahkanlah larutan I2/KI tetes demi tetes sambil
digoyang/diaduk (untuk hal ini, keluarkan sebentar tabung reaksi, lalu masukkan kembali ke
dalam penangas), sampai warna coklatnya bertahan selama 2 menit di dalam tabung.
Tambahkan larutan NaOH 6 M tetes demi tetes sambil digoyang, sampai warna coklat
menghilang. Tetap simpan tabung reaksi dalam penangas air selama 5 menit. Lalu keluarkan
tabung reaksi dari penangas dan amati isinya, apakah terdapat endapan kuning dari iodoform,
yang menunjukkan keberadaan asetaldehid atau suatu metil keton. Catat hasilnya.
Perhatian!!
Asam kromat sangat korosif! Jika Anda terkena zat ini, segera bilas anggota tubuh Anda
yang terkontaminasi oleh air yang banyak! Segera cuci tabung reaksi Anda dengan air
yang banyak setelah selesai melakukan uji Tollens, jangan dibiarkan begitu saja dalam
waktu lama karena dapat menimbulkan ledakan/letupan!
LAPORAN SEMENTARA
Judul Praktikum :
Tanggal Praktikum :
Hasil Pengamatan :
BAB II
TUJUAN :
Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan Fehling
Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling
A. Pre-lab
1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!
Aldehida dan keton adalah senyawa organik yang bergabung atau menbentuk
korporasi dengan gugus fungsi karbonil, C=O. Atom karob pada grup ini memiliki 2 sisa
tangan/ikatan yang dapat digantikan dengan H, alkil, atau gugus aril. Apabila digantikan
dengan H, maka senyawa tersebut adalah Aldehydes dan jika digantikan dengan yang lain
selain H, maka senyawa tersebut adalah keton (Hornback, 2006).
Sistem penamaan IUPAC pada aldehid adalah dengan mengganti huruf “a” terakhir
pada alkana dan menggantikannya dengan “al” dan pada keton adalah dengan “on”
(Hornback, 2006).
Tollen terdiri dari Ag2SO4 yang bila ada gula pereduksi Ag akan direduksi menjadi
Ag+ yang akan membentuk cinci perak. Kelemahan dari reaksi Tollen adalah dia bukan
cuma bereaksi dengan gula pereduksi tetapi juga bereaksi dengan senyawa keton yang
mempunyai gugus metil (Wardhana, 2007).
Fehling terdiri dari campuran CuSO4 + Asam tartat + Basa. Jika gula tersebut
merupakan gula pereduksi (glukosa, galaktosa, dll) Cu akan berubah menjadi Cu2O yang
berwarna merah bata. Berfungsi sebagai oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehid (Wardhana, 2007).
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Aldehid
Aldehid mempunyai setidaknya satu atom Hidrogen (H) yang terikat pada
gugus karbonilnya. Rumus umus dari aldehid adalah R – COH. Penamaan secara
IUPAC pada aldehid adalah dengan mengganti huruf “a” pada alkana menjadi
“al” sehinnga menjadi alkanal. Tata cara penamaan adalah rantai terpanjang yang
memiliki gugus fungsi karbonil (Hornback, 2006).
2. Pengertian Keton
Keton adalah keluarga hidrokarbon yang bersifat mudah terbakar dan
narkotik. Rumus dari keton adalah R – C – O – R. Gugus karbonil pada keton
adalah C yang berikatan rangkap dua dengan O. Keton bersifat polar sehingga
apabila sampai terbakar harus dipadamkan dengan alkohol atau busa dari senyawa
yang bersifat polar karena air tidak akan efektif, namun derajat kepolarannya
kurang dari alkohol dan asam organik. Tata cara penamaan IUPAC pada keton
adalah dengan mengganti “a” pada alkana menjadi “on” pada keton sehingga
menjadi alkanon (Raton, 2013).
3. Tinjauan Bahan
a. Aseton
Dikenal juga dengan nama dimetil keton. Tidak berwarna dan memiliki
menyengat khas yang harum wangi. Aseton bersifat karbonil, polar, dan larut
didalam air, sehingga memerlukan busa dari larutan polar untuk memadamkan
apinya. Sangat mudah terbakar. Titik didih 56°C dan secara otomatis terbakar
pada suhu 465°C. Aseton juga bersifat narkotik pada konsentrasi tinggi dan
bersifat racun apabila terhirup ke dalam pernafasan (Raton, 2013).
b. Glukosa
Glukosa adalah monosakarida berkarbon enam (heksosa) yang
digunakan sebagai sumber dasar energi oleh kebanyakan sel heterotrofik
(Stansfield, 2006).
c. Fruktosa
Fruktosa (bahasa Inggris: fructose, levulose), atau gula buah, adalah
monosakarida yang ditemukan di banyak jenis tumbuhan dan merupakan salah
satu dari tiga gula darah penting bersama dengan glukosa dan galaktosa, yang bisa
langsung diserap ke aliran darah selama pencernaan. Fruktosa ditemukan oleh
kimiawan Perancis Augustin-Pierre Dubrunfaut pada tahun 1847. Fruktosa murni
rasanya sangat manis, warnanya putih, berbentuk kristal padat, dan sangat mudah
larut dalam air. Fruktosa ditemukan pada tanaman, terutama pada madu, pohon
buah, bunga, beri dan sayuran. Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk
monosakarida dan/atau sebagai komponen dari sukrosa. Sukrosa merupakan
molekul disakarida yang merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan satu
molekul fruktosa (Habibana, 2014).
Fruktosa adalah polihidroksiketon dengan 6 atom karbon. Fruktosa
merupakan isomer dari glukosa; keduanya memiliki rumus molekul yang sama
(C6H12O6) namun memiliki struktur yang berbeda (Habibana, 2014).
d. Formalin
Formalin adalah larutan yang terdiri atas 37-40% gas formaldehid.
Formalin dapat menyebabkan kanker, iritasi, kontak hipersensitif dan kerusakan
paru-paru. Formalin sangat efektif dalam membunuh parasit dan melemahkan
kerja mikrobakteria. Formalin harus disimpan ditempat yang gelap pada suhu
diatas 4°C (Noga, 2011).
e. Tollens (AgNO3)
Reagen Tollens adalah senyawa perak nitrat yang apabila dipanaskan
bersama aldehid akan membentuk asam karboksil dan perak itu sendiri. Dengan
dilepaskannya perak dari reagen tollens oleh aldehid, maka reaksi ini juga disebut
tes cermin perak untuk aldehid (Mehta, 2005).
f. NH4OH
Ammonium Hidroksida bersifat korosif dan beracun. Dapat menyebabkan
kerusakan pada pengelihatan/mata, kulit, sistem pencernaan dan pernafasan dan
dapat menyebabkan rasa terbakar pada paru-paru. Memiliki wujud cair, tidak
berwarna, berbau kuat menyengat seperti ammonia, titik didih 27°C, dengan
massa molekul 35.04 gram (Meadow, 2008)
g. NaOH
Natrium Hidroksida, atau yang dikenal juga sebagai soda api atau soda
gosok berwarna putih, kuat dan padatannya mudah mencair di dalam air, alkohol,
etanol dan gliserol (Craig, 2005).
h. Fehling A
Memiliki nama lain tembaga (II) sulfat, pentahidrida. Berwujud cair,
memiliki warna biru dan tidak memiliki bau. Tidak dapat terbakar dan termasuk
kedalam senyawa yang stabil. Bersifat racun pada kehidupan air dan tumbuhan
(Jackson, 2012).
i. Fehling B
Dapat menyebabkan rasa terbakar pada mata, kulit, pencernaan dan
pernafasan karena adanya kandungan natrium hidroksida dan kalium natrium
tartrat tetrahidrad. Berwujud cair, tidak berwarna dan tidak berbau. Memiliki pH
diatas 12 (Jackson, 2012).
j. Aquades
Nama lainnya adalah Dihidrogen Oksida. Massa molekul 18.02 g/mol.
Berwujud cair, berwarna transparant, tidak berbau dan tidak berasa. Titik beku
0°C dan Titik didih 100°C. Memiliki pH 7 (Netral). Tidak menyebabkan
keracunan, kebakaran/ledakan. Sangat stabil (Bregovits, 2013).
C. Diagram Alir
1. Uji Tollens
1 ml larutan AgNO3 5%
Ditambahkan 1 ml sampel
Dipanaskan + 2 menit
Hasil
2. Uji Fehling
5 tetes Fehling A
5 tetes NaOH
10 tetes Fehling B
1 ml sampel
Hasil