Anda di halaman 1dari 6

Nama : Teddy Hardiansyah

NPM : 71200517003

Prodi : Pendidikan Kimia

Mata Kuliah : Kimia Koordinasi

TEORI MEDAN KRISTAL


Teori Medan Kristal dikemukakan oleh seorang ahli fisika Hans Bethe pada tahun 1929
ia menyatakan bahwa “interaksi yang terjadi antara ion logam dengan ligan adalah murni
interaksi elektrostatik. Logam yang menjadi pusat dari kompleks dianggap sebagai suatu ion
positif yang muatannya sama dengan tingkat oksidasi dari logam tersebut. Logam pusat ini
dikelilingi oleh ligan-ligan bermuatan negatif atau ligan netral yang memiliki pasangan
elektron bebas (PEB)”. Kemudian pada tahun 1935 seorang ahli fisika bernama Van Vleck
memodifikasi atau menyempurnakan teori Bethe yang disebut dengan dengan memasukkan
faktor interaksi kovalen yang dapat terjadi antara atom pusat dengan ligan dan dikenal sebagai
teori medan ligan. Namau pada awalnya teori ini kurang dikenal oleh pakar kimia koordinasi
yang cukup puas dengan menggunakan teori ikatan valensi untuk menentukan
keelktronegatifan dan struktur senyawa kompleks, namun pada awal tahun 1950 barulah pakar
kimia koordinasi menerapkan teori medan kristal. Teori medan kristal ini digunakan untuk
menjelaskan energi kompleks koordinasi. Hal ini didasarkan pada deskripsi ionik pada ikatan
logam ligan. Teori Medan ligan ini termasuk teori yang paling lengkap dalam menjelaskan
pada senyawa-senyawa kompleks karena melibatkan interaksi kovalen dan elektrostatik (ikatan
secara ionik), namun teori ini relatif rumit dan menyulitkan pada penjelasan beberapa kasus.
Dalam teori ini, orbital – orbital dari atom pusat akan saling berinteraksi dengan orbital–orbital
dari ligan membentuk orbital–orbital molekul. Teori medan kristal yang dikemukakan Bethe
dilandasi oleh tiga asumsi yaitu :

1. Ligan-ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan.


2. Interaksi anatara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenunya sebagai interaksi
elektrostatik(ionik). Apabila ligan yang ada merupakan ligan netral seperti NH3, dan H2O,
maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam molekul-molekul netral
diarahkan terhadap ion logam.
3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari ligan
H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negative dari dipol dalam molekul-molekul
netral diarahkan terhadap ion logam.

Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antara atom pusat dan
ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya yang ada hanya berupa gaya elektrostatik.
Ion kompleks tersusun dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul
yang mempunyai momen dipol permanen. Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi
ligand-ligand sekelilingnya, sedang medan gabungan dari ligand-ligand akan mempengaruhi
elektron-elektron dari ion pusat. Pengaruh ligan ini terutama mengenai elektron d dari ion pusat
dan ion kompleks dari logam- logam transisi. Pengaruh ligand tergantung dari jenisnya,
terutama pada kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri ligand-ligand dalam kompleks.
Di dalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate artinya mempunyai energi yang
sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum multiplicity yang maksimal.
Dengan adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate, orbital d ini terbagi
menjadi beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga orbital d ini mengalami
splitting.
Jika beberapa kompleks menggunakan ligan, yang berbeda posisi penyerapan ikatan akan

bergeser ke gelombang tinggi atau lebih rendah jumlahnya tergantung pada sifat ligan. Dengan

cara ini, hal ini mungkin untuk mengatur ligan sesuai dengan kemampuan mereka untuk

menyebabkan splitting. Rangkaian ligan diatur cara ini juga dikenal sebagai spectrochemical,

dan urutan untuk berbagai: ligan adalah sebagai berikut:

Perbedaan antara anggota splitting yang dihasilkan dalam rangkaian kecil, dan
perkiraan untuk dalam beberapa hal terutama pada logam atau ion dengan ion logam dalam
baris pada sistem tabel periodik. Misalnya, urutan ion halida yang berubah dari logam atau ion
sesuai dengan transisi seri kedua yang berhubungan dengan prinsip hard-soft. Serangkaian
spectrochemical yang sangat berguna membantu pembalikan karena tidak ada splitting,
sebagai anggota NO3- dan NH3 yang tidak dapat terjadi. Dalam urutan pembalikan besar ligan
yang ditunjukkan di atas, kadang-kadang untuk closely spaced anggota dari seri yang
berdekatan. Ligan yang memaksa pasangan elektron yang dikenal sebagai ligan kuat, dan ligan
ini bisa diharapkan untuk memberikan kompleks oktahedral low-spin dengan ion logam
sebagai atom pusat. Ligan lemah seperti F- dan OH- normalnya akan memberikan kompleks
low-spin hanya dengan logam second- dan third-row.

Splitting Pada Kompleks Oktahedral

Pada kompleks oktahedral atom pusat berikatan dengan 6 atom donor. Kompleks oktahedral
memiliki tingkat simetri tertinggi apabila ligan-ligan yang terikat pada atom pusat merupakan
ligan monodentat monoatom yang sama, seperti: F-, Cl-, Br-, dan I-. Pada pembentukan
kompleks oktahedral dianggap ada 6 ligan monodentat yang mendekati atom pusat sampai pada
jarak tertentu saat ikatan-ikatan antara atom pusat dan ligan-ligan terbentuk

Pada gambar di atas nampak bahwa orbital dx2-y2 dan dz2 tedapat pada sumbu-sumbu x, y
dan z sedangkan orbital dxy, dxz dan dyz terdapat antara sumbu-sumbu. Karena ligan-ligan
terdapat pada sumbu x, y dan z maka pengaruh ligan pada orbital dx2-y2 dan dz2 lebih besar
daripada untuk orbital dxy, dxz dan dyz Setelah terjadi uraian atau spliting orbiltal dx2-y2 dan
dz2 mempunyai energi lebih tinggi daripada orbital dxy, dxz dan dyz . Pada pengisian elektron,
orbital dxy, dxz dan dyz akan mengisi lebih dahulu daripada orbital dx2-y2 dan dz2 .
Perbedaan antara orbital dx2-y2 dan dz2 dan obital dxy, dxz dan dyz biasanya dinyatakan
dengan o atau 10 Dq. Karena pada splitting tidak terjadi kehilangan energi, maka energi orbital
dx2-y2 dan dz2 menjadi 0,6 ∆o lebih tinggi sedangkan obital dxy, dxz dan dyz menjadi 0,4
∆o lebih rendah dari pada endx2-y2 dan dz2 i kompleks hipotesis. Besarnya ∆o untuk
bermacam-macam kompleks berkisar antara 30-60kcal/mol. Ao artinya ∆ oktahedral, untuk
membedakan dengan ∆t (tetrahedral) yang akan dibahas selanjutnya.
Elektron akan mengisi orbital d yang energinya rendah, jadi pada orbital dxy, dxz dan dyz .
Teori elektrostatik sederhana tidak mengenal adanya orbital d yang mempunyai energi berbeda
di dalam kompleks. Karena itu, teori ini menyatakan bahwa elektron d terhadap orbital d
merupakan hipotesis yang ddx2-y2 dan dz2 enerate. Kenyataannya elektron d tadi menempati
orbital dxy, dxz dan dyz yang mempunyai energi 0,4 ∆o lebih rendah dari orbital hipotesis yang
degenerate. Jadi, kompleks akan 0,4 ∆o lebih stabil dari pada senyawa elektrostatik yang
sederhana. Dengan kata lain elektron d dan juga kompleks sebagai keseluruhan, mempunyai
energi lebih rendah sebagai hasil penempatan elektron pada orbital t2g, suatu orbital yang
relatif jauh dari ligand. Energi sebesar 0,4∆o disebut crystal field stabilization energi (CFSE)
dari kompleks. Pengisian elekton pada orbital d, dipengaruhi oleh kekuatan medan dari ligand.
Untuk ligand yang kekuatan medannya besar atau strong ligand field, splitting yang terjadi
menghasilkan perbedaan energi yang besar, akibatnya elektron akan mengisi penuh energi
yang rendah sebelum mengisi orbital yang energinya tinggi. Contoh
Splitting Pada Kompleks Tetrahedral

Gambar Kompleks tetrahedral dalam sistem koordinat. Dua cuping pada dz2 pada garis z
aksis, dan dual cuping dari orbital dx2-y2 pada garis x
Dari eksperimen diketahui bahwa ion kompleks yang mempunyai bilangan koordinasi 4 dapat
mempunya struktur tetrahedral. Pada Gambar diatas menunjukkan sebuah kompleks
tetrahedral yang dibatasi dalam sebuah kubus. Juga diperlihatkan adalah cuping dari orbital
dz2 dan dua cuping (di sepanjang x -axis ) orbital dx2 _ y2. Mencatat bahwa dalam kasus ini
tidak ada dari orbital d akan menunjukkan secara langsung di ligan. Namun orbital yang
memiliki cuping yang terletak di sepanjang sumbu ( dx2_y2 dan dz2) yang diarahkan ke titik
yang tengah sepanjang sebuah diagonal dari sebuah permukaan kubus. Saat terletak pada (21/2
/ 2)l dari masing-masing ligan. Orbital yang memiliki cuping memproyeksikan antara sumbu
(dxy, dyz, dan dxz) diarahkan ke arah midpoint tepi yang hanya l/2 dari situs ditempati oleh
ligan. Hasilnya adalah bahwa (dxy, dyz, dan dxz) orbital energi yang lebih tinggi dari yang d
x2 _ y2 dan dz2 orbital karena perbedaan dalam seberapa dekat mereka ke ligan. Dengan kata
lain, pola splitting yang dihasilkan oleh suatu oktahedral terbalik dalam sebuah tetrahedral.
Besarnya splitting dalam sebuah tetrahedral ditetapkan sebagai ∆t, dan hubungan energi untuk
orbital yang akan ditampilkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar Splitting orbital tetrahedral dari empat ligan


Ada beberapa perbedaan antara pemisahan pada oktahedral dan tetrahedral. Tidak hanya dua
set energi orbital terbalik, tapi juga mengalami splitting pada tetrahedral jauh lebih kecil
daripada yang dihasilkan oleh sebuah oktahedral. Pertama, hanya ada empat ligan pada medan
daripada enam ligan yang ada dalam kompleks oktahedral. Kedua, tidak ada satupun dari
orbital d titik langsung di ligan di tetrahedral. Dalam sebuah kompleks oktahedral dua dari
titik orbital langsung ke arah ligan dan tiga titik antara mereka. Hasilnya, ada sebuah energi
maksimum membuat efek spitting orbital d dalam sebuah oktahedral. Bahkan, hal ini dapat
menunjukkan bahwa jika ligan identik hadir dalam kompleks dan metal-to-ligand jarak yang
identik, ∆t = (4/9) ∆o. Hasilnya adalah bahwa tidak ada low-spin pada kompleks tetrahedral
karena pemisahan orbital d tidak cukup besar untuk memaksa pasangan elektron. Ketiga,
karena hanya ada empat ligan sekitar ion logam dalam sebuah tetrahedral

Anda mungkin juga menyukai