Anda di halaman 1dari 4

Shofia Khoerunnisa Saef 1187040069

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan medan kristal

Pasangan energi, terutama untuk logam transisi baris pertama, relatif konstan. Sehingga
kuat dan lemahnya bidang, dan rendah atau tingginya spin berdasar pemisahan energi bidang
kristal, Δ. Semakin rendah Δ, maka semakin besar peluang dari weak-field, high-spin konfigurasi
elektronnya.

Pada Tabel 4.2 menunjukkan berbagai ion logam dan sistem ligan. Misal pada Mn Δ
selalu besar pada +3 dari pada +2 karena dalam uji menggunakan CFT elektrostatik: semakin
besar muatannya pada logam, semakin banyak ligan ditarik kearahnya, dan karenanya semakin
banyak pula elektron dalam ligan yang dapat mempengaruhi orbital d pada logam. Pemisahan
bidang kristal juga dipengaruhi oleh ukuran logam, pada Tabel 4.2 misalnya pada Cr 3+, Mo3+ atau
Co3+, Rh3+ dan Ir3+, yang menunjukkan ion logam transisi baris kedua dan ketiga yang lebih besar
karena memiliki banyak ruang sehingga ion ligan tertentu dapat lebih dekat ke ion itu tanpa
menyikut satu sama lain.

Faktor yang mempengaruhi besarnya energi yang memecah bidang kristal adalah medan
geometri, sifat-sifat kation logam. Pada Gambar 4.11a menunjukkan ketika ligan berkerumun di
sekitar ion atau atom yang relatif kecil, terjadi overlapping. Karena terdapat hambatan sterik
yang signifikan. Pada Gambar 4.11b, menunjukkan ligan-ligan mundur untuk meminimalkan
pengaruh hambatan sterik, sehingga peningkatan jarak dari logam membuat ligan kurang efektif
dalam pemecahan orbital d. Gambar 4.11c menunjukkan ligan yang sama mendekati dan
memecah orbital d dengan lebih efektif. Gambar 4.11d menunjukkan jika terdapat ligan yang
lebih kecil dapat mendekati atom atau ion logam yang lebih kecil juga dan menghasilkan ∆ o yang
lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin dekat ligan dengan atom atau ion logam
maka semakin banyak pasangan elektron yang dapat mempengaruhi pemecahan energi pada
orbital d.

Seri spektorkimia:

I- > Br- ,> Cl- > SCN- > NO-3 > F- > OH- > C2O42- > H2O > NCS- > gly > C5H5N > NH3 > en > NO2- > PPh3 >
CN- > CO
Asumsi bahwa semakin semakin besar momen dipol ligan maka semakin tinggi dalam
rangkaiannya, tetapi dalam eksperimen amonia memiliki momen dipol lebih kecil dari air,
namun NH3 lebih tinggi dalam seri. Sehingga asumsi tersebut masih keliru. Pada PPh3 adalah
ligan yang sangat besar dan netral dengan momen dipol rendah, namun sangat tinggi dalam seri.
CO berifat netral dan memiliki momen dipol yang sangat sederhana, namun tertinggi dalam seri.
Sehingga berasumsi interaksi antara ligan dan logam sepenuhnya elektrostatik dan tidak
merasionalisasi seri spektrokimia dengan baik.

Faktor terakhir adalah derajat dan sifat interaksi logam-ligan kovalen. Pada Gambar 4.12
menunjukkan interaksi tipe π dan sigma yang melibatkan tumpang tindih paralel orbital yang
berpartisipasi dalam ikatan sigma dan π. Orbital logam yang penting menunjukkan tipe-t2g dan
orbital ini menunjuk diantara ligan dan diposisikan dengan tepat sehingga tidak langsung
menunjuk pada ligan. Orbital ligan yang mampu mengikat π yaitu orbital tipe p dan d dan π*.

Pada Gambar 4.13 menunjukkan dua jenis ikatan π yang dapat terjadi pada senyawa
koordinasi. Gambar 4.13a menjelaskan bahwa antara orbital logam yang diisi dan orbital ligan
yang tidak terisi atau disebut backbonding, yang menghasilkan beberapa kerapatan elektron yang
ditransfer ke ligan dan menghasilkan muatan negatif yg lebih besar pada ligan dan muatan positif
yang lebih besar pada logam, sehingga ikatan ligan-logam menjadi lebih polar gara-gara
backbonding. Ligan yang mampu melakukan jenis interaksi tersebut adalah fosfin, karbonil dan
ion sianida. Pada Gambar 4.13b menunjukkan ikatan π logam-ligan terjadi tupang tindih kovalen
antra orbital terisi dan tidak sehingga membuat ikatan logam-ligan kurang polar. Menghasilkan
pemisahan yang lebih kecil antara orbital d logam. Ligan yang mampu melakukan interaksi ini
adalah hidroksida, oksida, dan halida.

2. Energi Penstabilan Medan Kristal

Konsep energi stabilisasi medan kristal (CFSE), yang didefinisikan sebagai penurunan
energi, relatif terhadap keadaan tidak terbuka, dari senyawa koordinasi yang disebabkan oleh
pemisahan orbital d logam dengan bidang ligan.

Dalam kasus d1, d2 dan d3 untuk mengisi orbital tidak ada pilihan karena orbital t2g
memiliki energi terendah, dan 3 elektron pertama akan menempati orbital tersebut tanpa harus
berpasangan. Namun untuk d4 terdapat pilihan antara elektrok ke-4 dapat berpasangan
disalahsatu orbital atau beralih ke orbital eg ke energi lebih tinggi, dan CFSE pada d4 berbeda
untuk high dan low spinnya, dimana low spin terdapat 4 elektron pada set t2g yang harus
berpasangan dua elektronnya, sedang dalam keadaan unsplit tidak diperlukan pemasangan.
CFSE yang lebih baik pada Δo < P.

3. Distorsi Senyawa Kompleks Oktahedral

Medan oktahedral yang terdistorsi secara tetragon dihasilkan ketika ligan sumbu z
didorong lebih dekat atau ditarik menjauh dari atom logam atau ion. Memindahkan ligan sumbu
z lebih dekat menghasilkan kompresi tetragonal dan menariknya menjauh menghasilkan
perpanjangan tetragonal dari bidang oktahedral. Istilah terdistorsi tatragonal berasal dari fakta
bahwa ketika dilihat ke bawah sumbu z oktahedron terlihat seperti tetragon.

Pada gambar 4.6 menunjukkan perubahan fisik dan energi yang menyertai perpanjangan
tetragonal dimana saat bersamaan kedua ligan sumbu z ditarik dari logam, ligan pd sumbu x dan
y bergerak sedikit lebih dekat untuk mengisi ruang kosong.

4. Absorbansi Spektroskopi dan warna pada senyawa koordinasi

Warna merupakan hasil penyerapan sebagian dari spektrum yang terlihat, dimana
frekuensi-frekuensi yang tidak diserap dipantulkan atau ditransmisikan melalui suatu zat ke mata
kita untuk menghasilkan sebuah warna. Sedang pada senyawa koordinasi yang memiliki khas
dengan warna-warna yang berbeda, berdasarkan persamaan yang diusulkan oleh MaX Planck
disimpulkan bahwa warna dari senyawa koordinasi tersebut karena tingkat energi (yang
bertanggungjawab untuk penyerapan cahaya tampak sehingga warna dapat dihasilkan)
ditugaskan ke berbagai set orbital yang terdegenerasi yang dihubungkan dengan senyawa
koordinasi oleh CFT. Dan perlu diingat bahwa warna berbeda yang dimiliki senyawa kompleks
juga didasarkan pada pemisahan bidang kristal yang berbeda yang bertanggungjawab dalam
warna-warna tersebut.

Spektrum-spektrum warna ini berhubungan dengan nilai Δ untuk kompleks logam


transisi karena fenomena yang dikenal sebagai kopling spin-orbit.

5. Kelemahan teori medan kristal


a. Medan yang ditimbulkan oleh ligan negatif seperti OH - seharusnya lebih kuat
dibandingkan medan yg ditimbulkan oleh ligan netral seperti H2O. Dalam kenyataannya
tidak seperti itu dan kebalikannya.
b. Ligan dengan momen dipol lebih besar misalnya NH3 seharusnya menimbulkan medan
yg lebih kuat dibandingkan dengan ligan yg memiliki momen dipol lebih kecil seperti
H2O. Dalam faktanya tidak seperti itu dan kebalikannya.
c. Oksidasi nol terjadi saat senyawa kompeks dengan atom pusat dan ligan netral, hal
tersebut tidak mungkin terjadi karena tidak terjadi interaksi elektrostatik antara atom
pusat dg ligan. Dalam faktanya tidak seperti itu dan kebalikannya, bahkan bersifat stabil.

Anda mungkin juga menyukai