Anda di halaman 1dari 6

TEORI ORBITAL MOLEKUL

Teori orbital ini muncul karena kelemahan dari teori medan kristal. Teori orbital molekul
merupakan teori yang memperbaharui teori medan kristal dengan menambahkan interaksi
kovalen, yang dapat disebut sebagai teori medan ligan atau Ligand Field Theory. Selain itu, teori
orbital molekul lebih baik dan sempurna dibandingkan teori-teori sebelumnya, karena pada teori
ini berasumsi bahwa terjadinya tumpang tindih antara orbital-orbital atom pusat dengan orbital-
orbital dari ligan dalam pembentukkan senyawa kompleks sehingga membentuk orbital molekul.
Pembentukan orbital tersebut menunjukkan bahwa teori ini didasarkan pada pendekatan
kombinasi linear, sehingga tingkat energi yang terjadi pada orbital atom pusat dan linier yang
sangat tinggi diabaikan. Mengapa diabaikan? Karena agar mempermudah menggambarkan
orbital molekulnya, sehingga nanti yang digambar hanya orbital valensinya saja.

Sebagaimana teori orbital molekul pada senyawa bukan kompleks, orbital molekul
memiliki orbital bonding, non-bonding dan anti-bonding, begitupun pada teori orbital molekul
pada senyawa kompleks. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Diagram orbital molekul pada senyawa kompleks [AB]+

Pada gambar tersebut, ψb sebagai orbital bonding, ψa sebagai orbital anti-bonding, dan ψn
merupakan orbital non-bonding yang tidak digunakan dalam pembentukan ikatan. Serta
pembentukkan [AB]+ melibatkan interaksi elektrostatik dan interaksi kovalen. Interaksi
elektrostatik dan interaksi kovalen terjadi pada gambar 1. yang akan terjadi terlebih dahulu
adalah interaksi elektrostatik karena A+ sebagai asam Lewis berinteraksi dengan B+ sebagai basa
Lewis dan menyebabkan pemisahan antara hibrida A1 dan A2. Pemisahan tersebut juga
menyebabkan A1 mengalami kenaikan tingkat energi sedang A2 mengalami penurunan tingkat
energi. Sedangkan interaksi kovalen terjadi saat jarak A+ dan B cukup dekat. Sehingga pada
pembentukkan [AB]+ merupakan contoh dari teori orbital molekul karena adanya kombinasi
linear.

Pada kompleks oktahedral yang mengalami teori orbital molekul dapat digambarkan pada
contoh dibawah ini :

Gambar 2. Diagram orbital molekul kompleks [Co(NH3)6]3+

Pada senyawa kompleks [Co(NH3)6]3+, memiliki atom pusat Co3+, dengan ligan NH3 yang
bersifat ligan kuat. Berdasarkan konfigurasi elektronnya, maka Co3+ pada orbital d terdapat 6
elektron dan 6 elektron ini ditempatkan pada orbital ion Co 3+ bebas. Pada fakta eksperimen ion
kompleks [Co(NH3)6]3+ memiliki bentuk oktahedral, ditunjukkan pada t2g terdapat 6 elektron yang
berpasangan karena kompleks [Co(NH3)6]3+ termasuk ke dalam medan kuat dimana harga 10Dq
> P dan pada keadaan tersebut terjadi interaksi elektrostatik, serts semua orbital mengalami
kenaikan tingkat energi. Sedang pada orbital molekul kompleks [Co(NH 3)6]3+ ligan akan mengisi
orbital tersebut sehingga jumlah elektron pada orbital molekul adalah 18 elektron. Sehingga
untuk ligan pada orbital molekulnya terlebih dahulu mengisi orbital a1g dan seterusnya seperti
pada gambar 2. Keadaan ini melibatkan interaksi elektrostatik dan interaksi kovalen.
Kemudian pada orbital-orbital kelompok ligan NH3 menunjukkan orbital-orbital ligan
sebelum berinteraksi dengan orbital atom logam. Gambar 2. menunjukkan elektronnya tidak ada
yang tidak berpasangan sehingga bersifat diamagnetik dan hal ini sesuai dengan fakta
eksperimennya.

Contoh selanjutnya pada senyawa kompleks [FeF 6]3-. Langkah utamanya, menyimpan 6
pasangan elektron pada orbital a1g, t1u dan eg, kemudian karena kompleks [FeF6]3- termasuk
kedalam medan lemah, maka untuk mengisi orbital-orbitalnya menggunakan prinsip medan
lemah, dimana setiap orbital mengisi terlebih dahulu satu elektron pada orbital t 2g dan eg*,
sehingga didapat pada orbital t2g terdapat 3 elektron dan pada orbital eg* terdapat 2 elektron (eg*
merupakan orbital antibonding) sehingga menunjukkan sifat magnetiknya yaitu paramagnetik
dengan 5 elektron tak berpasangan. Dan hal ini sesuai dengan fakta eksperimennya bahwa
senyawa kompleks [FeF6]3- bersifat paramagnetik dengan 5 elektron tak berpasangan. Karena
pada kompleks [FeF6]3- termasuk kedalam medan lemah maka hara 10Dq < P. Maka pada orbital
molekul kompleks [FeF6]3- jumlah elektronnya adalah 17 elaktron. Dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram orbital molekul kompleks [FeF6]3-

Pada kompleks tetrahedral juga dapat mengalami teori orbital molekul, dan pada
prinsipnya juga sama dengan teori orbital molekul pada bidang oktahedral. Namun, pada bidang
tetrahedral hanya dapat berlaku pada medan lemah saja, sehingga harga Dq < P.

Dapat digambarkan pada contoh dibawah ini :


Gambar 4. Diagram orbital molekul kompleks [NiCl4]2-

Senyawa kompleks [NiCl4]2-. Langkah utamanya, menyimpan 4 pasangan elektron pada


orbital t2 dan a1 karena bidangnya tetrahedral, kemudian karena kompleks [NiCl4]2- berbentuk
geometri tetrahedral maka medan lemah, maka untuk mengisi orbital-orbitalnya menggunakan
prinsip medan lemah juga, dimana setiap orbital mengisi terlebih dahulu satu elektron pada
orbital e dan t2*, sehingga didapat pada orbital e terdapat 2 pasang elektron dan pada orbital t2*
terdapat 2 pasang elektron dan 2 elektron tak berpasangan (t 2* merupakan orbital antibonding)
sehingga menunjukkan sifat magnetiknya yaitu paramagnetik dengan 2 elektron tak berpasangan.
Dan hal ini sesuai dengan fakta eksperimennya bahwa senyawa [NiCl 4]2- bersifat paramagnetik
dengan 2 elektron tak berpasangan. Maka pada orbital molekul kompleks [NiCl4]2- jumlah
elektronnya adalah 16 elaktron, dengan atom pusat berupa ion Ni2+ yang memiliki 8 elektron
pada 3d. Dapat dilihat pada Gambar 4.

Selanjutnya pada kompleks dengan geomateri bujur sangkar, dengan prinsip sama pada
teori orbital molekul. Namun, pada bidang bujur sangkar ini pada umumnya atau cenderung
menggunakan medan kuat, sehingga hrga Dq > P. Contohnya dapat dilihat pada senyawa
kompleks [Cu(NH3)4]2+ dibawah ini :
Gambar 5. Diagram orbital molekul kompleks [Cu(NH3)4]2+

Sebelumnya pada gambar di atas ditunjukkan bahwa (a) orbitalnya terdapat elektron
bebas pada ion Cu2+, (b) orbital molekul kompleksnya dengan langkah utamanya, menyimpan 4
pasangan elektron pada orbital a1g, eu dan b1g, dan pada keadaan ini membentuk 4 ikatan sigma,
kemudian karena kompleks [Cu(NH3)4]2+ berbentuk geometri bujur sangkar maka medan kuat,
dimana setiap orbital mengisi terlebih dahulu 4 elektron tak berpasangan pada orbital e g, b2g dan
a*1g selanjutnya mengisi elektron yang tersisa pada setiap orbital dengan elektron yang sudah
terisi, sehingga didapat pada orbital eg terdapat 2 pasang elektron, pada orbital b2g terdapat 1
pasang elektron dan pada orbital a1g* terdapat 1 elektron berpasangan (a1g* merupakan orbital
antibonding). Karena ada 1 elektron yang belum dipasangkan maka ditempatkan pada orbital b *1g
sehingga menunjukkan sifat magnetiknya yaitu paramagnetik dengan 1 elektron tak berpasangan.
Dan hal ini sesuai dengan fakta eksperimennya bahwa senyawa kompleks [Cu(NH 3)4]2+ bersifat
paramagnetik dengan 1 elektron tak berpasangan. Maka pada orbital molekul kompleks
kompleks [Cu(NH3)4]2+ jumlah elektronnya adalah 17 elaktron, dengan atom pusat berupa ion
Cu2+ yang memiliki 9 elektron pada 3d. Sedang pada (c) elektron yang dimiliki oleh ligan NH3.
Kelemahan pada teori orbital molekul adalah penggambaran pada diagram orbitalnya
yang rumit, apalagi jika terjadi distorsi (adanya back bonding).

Anda mungkin juga menyukai