Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KIMIA KOORDINASI

Teori Orbital Molekul Dan Ligan Field Theory

By
Iing Akhirudin

Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Kelebihan dan Kelemahan Teori-Teori
Sebelumnya
Teori Ikatan Valensi Teori Medan Kristal
Kelebihan Kelebihan
 Dapat menjelaskan interaksi ikatan Dapat menjelaskan sebagian besar dari sifat-
kovalen antara ligan dan atom pusat yang sifat senyawa ataupun ion kompleks, seperti
membentuk orbital hibridisasi sifat kemagnetan, kestabilan, dan warna
 Dapat menggambarkan bentuk geometri yang terbentuk dari suatu senyawa kompleks
dari suatu senyawa kompleks
Kelemahan
Kelemahan
mengannggap interaksi antara ion pusat
 Tiadak dapat menjelaskan sifat dengan ligan-ligannya hanya merupakan
kemagnetan dari suatu senyawa interaksi elektrostatik
kompleks
 Selain itu juga, teori ikatan valensi tidak
dapat menjelaskan warna dan kestabilan
dari suatu senyawa kompleks
Teori Orbital Molekul
 Teori orbital molekul mempertimbangkan interaksi
elektrostatik dan interaksi kovalen antara atom
pusat dengan ligan
 Orbital-orbital pada atom pusat dengan orbital-orbital dari ligan
saling berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul baru
 Orbital-orbital yang terdapat pada atom pusat akan mengalami
kenaikkan tingkatan energy tertentu setiap orbitalnya, sehingga
memiliki orbital ikatan dan orbital tidak berikatan
 Orbital-orbital yang mempunyai energi sama/hampir sama atau
dapat mengadakan tumpang tindih yang lebih luas, dapat
bergabung dan membentuk orbital molekul bonding dan
antibonding
Diagram Energy Yang Dihasilkan Dari
F3B.NH3

Pada diagram orbital ini dapat


dilihat bahwa pasangan
electron bebas yang berasal dari
atom N menempati orbital bonding
BN (pada energy yang lebih rendah)
dan menstabilkan senyawa kompleks
tersebut
 Ligan dapat membentuk orbital molekul dengan orbital logam jika
posisinya segaris dengan logam, atau berada tepat pada
sumbu/garis penghubung ion pusat dan ligan
 Orbital molekul terbentuk sebagai gabungan/kombinasi dari
orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan
 Misalkan pada senyawa kompleks oktahedral, ligan
mendekat ke logam sepanjang sumbu x, y, dan z, sehingga orbital
simetri σ nya membentuk kombinasi ikatan dan anti-ikatan pada
orbital eg (dz2 dan dx2−y2), sedangkan orbital t2g (dxy, dxz dan
dyz) yang tersisa menjadi orbital tidak berikatan
 Beberapa interaksi ikatan dan anti-ikatan yang lemah dengan
orbital s dan p logam juga terjadi, sehingga menghasilkan total 6
orbital molekul ikatan dan 6 orbital anti-ikatan
Proses Pembentukkan Diagram Orbital
Pada Senyawa Kompleks Oktahedral
 Metal valenci orbital merupakan
orbital logam atau ion logam pada keadaan
bebas atau sebelum ada interaksi dengan
ligan
orbital
 ML6 molecular orbital merupakan
molekul kompleks octahedral yang
melibatkan baik interaksi elektrostatik
maupun interaksi kovalen
 Ligand δ-orbital merupakan orbital-
orbital dari ligan sebelum terjadi interaksi
dengan orbital-orbital atom logam,
disebut juga orbital-orbital kelompok
ligan
 Δo selisih antara energi bonding dan
antibonding
Contoh 1 : [Co(NH3)6]3+
Memiliki 18 elektron
diamagnetic
Cara pengisian ke 18 elektronnya
 Pertama, mengisikan 6 pasang
elektron pada orbital-orbital alg,
tul, dan eg
 Kedua, mengisikan 6 elektron yang
tersisa pada orbital t2g secara
berpasangan karena kompleks
[Co(NH3)6]3+ merupakan kompleks
dengan medan kuat, harga 10Dq > P
 Sifat diamagnetic ion kompleks
[Co(NH3)6]3+ ditunjukkan dengan
berpasangannya semua
elektron yang terdapat pada
orbital molekul kompleks.
Contoh 1 : [CoF6]3-
Memiliki 18 elektron
paramagnetik
Cara pengisian 18 elektron
 Pertama, mengisikan 6 pasang elektron
pada orbital-orbital alg, tul, dan eg.
 kedua, mengisikan 3 elektron yang pada
orbital t2g dan 2 elektron pada
orbital eg* karena ion kompleks[CoF6]3-
merupakan kompleks dengan medan lemah
sehingga menghasilkan high spin, dan
harga 10Dq < P
 Ketiga, memasangkan 1 elektron yang
tersisa dengan salah satu elektron tak
berpasangan yang terdapat pada orbital t2g
 Sifat paramagnetic ion kompleks [CoF6]3-
ditunjukkan dengan adanya 4
elektron tidak berpasangan pada
orbital molekul kompelks tersebut
Proses Pembentukkan Diagram Orbital
Pada Senyawa Kompleks Terahedral
 5 orbital d pada atom pusat
mengalami pemisahan
menjadi orbital t2 dan e
 Kompleks terahedral
merupakan kompleks dengan
medan lemah 10Dq < P
Proses Pembentukkan Diagram Orbital
Pada Senyawa Kompleks Bujursangkar

• 4 pasangan elektron
akan menempati ikatan
sigma
• Sedangkan elektron-
elektron yang tersisa akan
menempati orbital-orbital
yang diatasnya
• Kompleks bujur sangkar
cenderung memiliki
medan kuat harga 10
Dq > P
Pembentukkan orbital phi (π) pada
suatu senyawa kompleks
 Orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz,
dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah
dengan orbital logam
 Ikatan π pada kompleks oktahedral terbentuk dengan dua cara yaitu:
melalui orbital p ligan yang tidak digunakan pada ikatan σ, ataupun
melalui orbital molekul π atau π* yang terdapat pada ligan
 Dalam pembentukan ikatan π ini, ligan dapat bertindak sebagai asam
Lewis yang menerima pasangan elektron yang didonorkan oleh logam
 Orbital-orbital p logam digunakan untuk ikatan σ, sehingga interaksi
π terjadi melalui orbital d, yakni dxy, dxz dan dyz
 Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan,
sehingga meningkatkan kestabilan kompleks
LANJUTAN……….
Ligan Akseptor phi (π)
 Ligan ini terbentuk karena orbtal phinya
kosong
 Orbital ligan yang kosong, mempunyai
energi tinggi, elektron dari orbital t2g akan
mengisi orbital molekul bonding dengan
energi rendah, akibatnya ∆0 akan
bertambah
Ligan Donor phi (π)
orbital
 Sejumblah ligan tertentu memiliki
π yang telah terisi elektron dan
mengalami overlap dengan orbital t2g dari
logam, sehingga menghasilkan ikatan π
 Orbital ligan yang terisi elektron memiliki
energi rendah sehingga elektron ligan
mengisi orbital bonding t2g. elektron dari
orbital logam t2g mengisi orbital antibonding
t2g, sehingga ∆0 lebih kecil
 Teori medan ligan melihat efek atom donor energi orbital d di
kompleks logam
 Pada saat ligand mengikat atom pusat maka akan terjadi
interaksi antara ligand dan atom pusat yang
menyebabkan meningkatnya energy orbital d pada atom pusat
 Efek meningkatnya orbital d pada atom pusat tergantung pada
ligand yang membentuk geometri senyawa kompleks dengan atom
pusat
 ligand yang dapat membentuk geometri senyawa kompleks
tetrahedral dengan atom pusat akan memiliki efek yang
berbeda dengan ligand yang dapat membentuk geometri senyawa
kompleks octahedral dengan atom pusat, karena keduanya
akan berinteraksi dengan cara yang berbeda dengan orbital d
Misalkan Suatu Senyawa Kompleks
Dengan Bentuk Geometri Oktahedral
 Diasumsikan semua enam ligannya
terletak disepanjang sumbu x, y,
dan z
 Ada 2 orbital d yang akan
berinteraksi sangat kuat dengan
ligan tersebut, yaitu orbital dx2-
y2 dan dz2
 Bersama-sama, orbital atom pusat
dengan orbital ligan keduanya
berinteraksi dan akan membentuk
ikatan baru dan orbital antibonding
Berikut adalah kelima orbital d
Lanjutan………

Logam biasanya memiliki elektron d yang jauh lebih tinggi energinya


daripada atom donor (seperti oksigen, sulfur, nitrogen atau fosfor)

Oleh karena itu kombinasi orbital antibonding akan lebih dekat ke


orbital d atom pusat, karena keduanya memiliki energy yang relative tinggi

Sedangkan kombinasi orbital bonding akan lebih dekat dengan


orbital ligan, karena keduanya memiliki energy yang relative rendah

Orbital dx2-y2 dan dz2 pada senyawa kompleks bentuk geomtri


octahedral, keduanya akan dinaikkan energi yang relatif tinggi dengan
ikatan sigma yang berinteraksi dengan orbital donor
Jika orbital d dari atom pusat telah terisi elektron, maka
dimungkinkan skema diagram orbitalnya sebagai berikut :

 Diasumsikan enam ligan semuanya terletak di sepanjang


sumbu x, y dan z
 Orbital dx2-y2 dan dz2 terletak disepanjang
sumbu ikatan
 Kedua orbital ini akan dinaikkan energinya yang relatif
tinggi
 Orbital ini seperti tingkat antibonding
 Orbital ini terkadang disebut juga sebagai orbital “eg”
 Sedangakan tiga orbital d lainnya, dxy , dxz dan dyz ,
semuanya terletak di antara ligan atau terletak di antara
sumbu ikatan
 Orbital ini akan berinteraksi secara lemah dengan
elektron donor pada ligan
 Ketiga orbital tersebut lebih seperti orbital
nonbonding, dan biasanya disebut orbital "t2g"
Kemungkinan elektron berpasangan
atau tidak berpasangan pada orbital d

 Pada keadaan dasar ion besi (II) memiliki konfigurasi


elektron [Ar] 4d6 maka setiap elektronnya menempati orbital d

 Namun pada senyawa kompleks K4[Fe(CN)6], dalam hal ini


orbital d tidak lagi dalam tingkat energy yang sama, melainkan
ada 2 kemungkinan konfigurasi elektron valensi pada ion besi (II)
 Apakah semua elektron valensi pada ion besi (II) berpasangan
atau tidak berpasangan ?
Lanjutan………
Pilihannya tergantung dari berapa energi yang dibutuhkan untuk
menempatkan elektron pada orbital lain diatas orbital d,dan berapa
energy yang dibutuhkan untuk menempatkan elektron di orbital d
yang sama agar berpasangan

Jika "splitting energi" cukup rendah dan spin tinggi, maka


elektron pada orbital d tidak berpasangan melainkan menempati
orbital lain yang memiliki energi lebih besar dibandingkan orbital d

Sedangkan "splitting energi" cukup besar dan spin rendah,


maka elektron pada orbital d akan berpasangan
“Senyawa dengan elektron berenergi tinggi pada
umumnya lebih labil, artinya melepaskan
ligan lebih mudah”
Faktor yang menentukan besarnya
splitting energy orbital d
 Sebagian didasarkan pada kekuatan medan ligan

 Bergantung pada muatan pada ion logam


 Dan apakah logam berada dibaris pertama, kedua atau
ketiga dari logam transisi pada SPU
 Semakin tinggi muatan pada logam, semakin besar
splitiing energi orbital dny
Logam transisi pada baris kedua dan ketiga pada tabel
periodik hampir tidak pernah memiliki spin tinggi pada suatu senyawa
kompleks sehingga splitting energi orbital dnya besar

Dari sudut pandang yang sangat sederhana, logam baris kedua dan ketiga
pada tabel periodic memiliki lebih banyak proton pada inti atomnya dari
logam transisi baris pertama

Namun gagasan tersebut tidak secara keseluruhan menggambarkan logam transisi baris
kedua dan ketiga karena nyatanya kekuatan ikatan logam-ligan lebih
besar sangat banyak ditemukan dibaris kedua dan ketiga daripada baris pertama
Berikut adalah diagram orbital untuk kompleks
octahedral termasuk adanya kontribusi orbital s
dan p
 Hasil interaksi antara atom pusat
dengan ligan, ditunjukkan pada
bagian tengah pada gambar
 Diagram splitting energy
orbital d ditunjukkan dalam sebuah
kotak
 Misalkan diagram di atas adalah
untuk logam transisi baris pertama,
kedua, dan ketiga, namun untuk
logam baris kedua atau ketiga dengan
ikatan yang lebih kuat
 Karena peningkatan tumpang-tindih orbitalnya, selain itu
semua proton pada inti atom yang menarik elektron ligan
lebih kuat
 Adapun yang membuat logam transisi baris kedua dan ketiga
lebih rendah spin dan energi untuk memasangkan
elektronnya, dikarena logam transisi baris kedua dan ketiga
memiliki orbital lebih besar sehingga ada lebih
banyak ruang untuk dua elektron dalam satu orbital, dengan
sedikit tolakan
 Akibatnya, elektron jauh lebih mungkin berpasangan
dibanding untuk menempati tingkat energi berikutnya
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai