dengan ligan melalui overlap antara orbital hibrida logam yang kosong
dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas.
Pada hibridisasi yang melibatkan orbital d, ada dua macam kemungkinan
hibridisasi. Jika dalam hibridisasi orbital d yang dilibatkan adalah orbital d
yang berada di luar kulit dari orbital s dan p yang berhibridisasi, maka
kompleks yang terbentuk disebut sebagai kompleks orbital luar, atau outer
orbital complex. Sebaliknya, jika dalam hibridisasi yang dilibatkan adalah
orbital d di dalam kulit orbital s dan p yang berhibridisasi, maka kompleks
tersebut dinamakan kompleks orbital dalam atau inner orbital complex.
Umumnya kompleks orbital dalam lebih stabil dibandingkan kompleks orbital
luar, karena energi yang dilibatkan dalam pembentukan kompleks orbital
dalam lebih kecil dibandingkan energi yang terlibat dalam pembentukan
kompleks orbital luar. Untuk menghibridisasi orbital d yang berada di dalam
orbital s dan p diperlukan energi yang lebih kecil, karena tingkat energinya
tidak terlalu jauh.
Contoh :
[Ni(CO)4], memiliki struktur geometris tetrahedral
28 Ni : [Ar] 3d8 4s2
: [Ar]
3d8 4s2 4p0
28 Ni : [Ar]
3d8 4s 4p
hibridisasi sp3
Orbital hibrida sp3 yang telah terbentuk kemudian digunakan untuk berikatan
dengan 4 ligan CO yang masing-masing menyumbangkan pasangan elektron
bebas
[Ni(CO)4] : [Ar]
3d10 sp3
Karena semua elektron berpasangan, maka senyawa bersifat diamagnetik
: [ Ar]
3d5 4s0 4p0
Dua buah elektron pada orbital d yang semula tidak berpasangan dipasangkan
dengan elektron lain yang ada pada orbital d tersebut, sehingga 2 orbital d yang
semula ditempati oleh kedua elektron tersebut kosong dan dapat digunakan
untuk membentuk orbital hibridal d2sp3
Fe3+ : [Ar]
hibridisasi d2sp3
Karena orbital d yang digunakan dalam hibridisasi ini berasal dari orbital d yang
berada disebelah dalam orbital s dan p, maka kompleks dengan orbital hibrida
semacam ini disebut sebagai kompleks orbital dalam (inner orbital complex)
[Fe(CN)6]3- : [Ar]
3d6 d2sp3
Orbital hibrida d2sp3 yang terbentuk diisi oleh pasangan elektron bebas dari ligan
CN-
Dalam kompleks terdapat satu elektron yang tidak berpasangan, sehingga
kompleks bersifat paramagnetik.
: [Ar]
3d8 4s2 4p0
Ni2+ : [Ar]
membentuk orbital hibrida dsp2
Salah satu elektron pada orbital d yang tidak berpasangan dipasangkan dengan
elektron lain, sehingga salah satu orbital d kosong dan dapat digunakan untuk
membentuk orbital hibrida dsp3
[Ni(CN4)]2- : [Ar]
3d8 dsp2
Semua elektron dalam kompleks ini berpasangan sehingga kompleks bersifat
diamagnetik
Contoh :
Ion [FeF6]3-, memiliki bentuk geometris oktahedral. Jika
diasumsikan kompleks ini merupakan kompleks orbital dalam
dengan hanya satu elektron yang tidak berpasangan, maka
seharusnya momen magnet senyawa adalah sebesar 1,73 BM.
Menurut hasil pengukuran, momen magnet ion [FeF 6]3- adalah
sebesar 6,0 BM, yang akan sesuai jika terdapat lima elektron tidak
berpasangan. Berarti ion Fe3+ dalam kompleks mengalami
hibridisasi sp3d2 dengan melibatkan orbital d sebelah luar, dan
disebut sebagai kompleks orbital luar (outer orbital complex).
Fe26: [Ar] 3d6 4s2
Fe3+: [Ar] 3d5 4s0
: [Ar]
3d5 4s1 4p0 4d0
membentuk orbital hibrida sp3d2
(1) Elektronetralitas
Ligan donor umumnya merupakan atom dengan
elektronegativitas yang tinggi, sehingga atom ligan tidak
memberikan keseluruhan muatan negatifnya, sehingga elektron
ikatan tidak terdistribusi secara merata antara logam dengan ligan
(2) Backbonding
Pada atom logam dengan tingkat oksidasi yang rendah,
kerapatan elektron diturunkan melalui pembentukan ikatan balik
(backbonding) atau resonansi ikatan partial. Ion pusat
memberikan kembali pasangan elektron kepada ligan melalui
pembentukan ikatan phi ().
Bentuk Orbital-d
Karena orbital d seringkali digunakan pada
pembentukan ikatan dalam kompleks, terutama dalam
teori TMK, maka adalah penting untuk mempelajari bentuk
dan orientasi ruang orbital d. Kelima orbital d tidak identik,
dan dapat dibagi menjadi dua kelompok; orbital t 2g dan eg.
Orbital-orbital t2g dxy; dxz; dan dyz memiliki bentuk yang
sama dan memiliki orientasi arah di antara sumbu x, y,
dan z. Orbital-orbital eg dx2-y2 dan dz2 memiliki bentuk
yang berbeda dan terletak di sepanjang sumbu
x x y
y z z
x z
y y
dz2
dx2-y2
Kompleks Oktahedral
Pada kompleks oktahedral, logam berada di pusat
oktahedron dengan ligan di setiap sudutnya. Arah
mendekatnya ligan adalah sepanjang sumbu x, y dan z.
Karena orientasi arah orbital dx2-y2 dan dz2 adalah
sepanjang sumbu x; y; z, dan menghadap langsung ke
arah mendekatnya ligan, maka kedua orbital tersebut
mengami tolakan yang lebih besar dari ligan dibandingkan
orbital dxy; dxz dan dyz yang berada di antara sumbu-
sumbu x; y; dan z. Dengan demikian orbital d pada
Y
0,6o
L
o
L M+ L X
dxy dxz dyz dx2-y2 dz2
L
0,4o
t2g
(a) (b)
Gambar a. kompleks oktahedral
Gambar b. pemecahan energi yang terjadi pada orbital d
menjadi orbital eg dan t2g
Konfigurasi
Jumlah elektron d CFSE
t2g eg
5 (kompleks high spin) 0
5 (kompleks low spin) -2,00
6 (kompleks high spin) -0,40
6 (kompleks low spin) -2,40
7 (kompleks high spin) -0,80
7 (kompleks low spin) -1,80
8 -1,20
9 -0,60
10 0
Besarnya harga 0 ditentukan oleh jenis ligan yang
terikat dengan logam pusat. Untuk ligan medan lemah
(weak field ligand), perbedaan selisih energi antara orbital
t2g dan eg yang terjadi dalam splitting sangat kecil, dengan
demikian elektron-elektron akan mengisi kelima orbital
tanpa berpasangan terlebih dahulu. Kompleks dengan
ligan medan lemah semacam ini disebut sebagai
kompleks spin tinggi (high spin complex).
Ligan medan kuat (strong field ligand) menyebabkan
perbedaan energi yang besar antara orbital t2g dengan
orbital eg. Karena energi yang diperlukan untuk
menempatkan elektron ke orbital eg yang tingkat
energinya lebih tinggi lebih besar dibandingkan energi
yang diperlukan untuk memasangkan elektron, elektron
akan mengisi orbital t2g terlebih dahulu hingga penuh
sebelum mengisi orbital eg.
Besarnya harga o dapat ditentukan secara
Spektrofotometri UV-Vis. Kompleks akan menyerap
bipy ~ phen < NO2- < fosfina < C6H5- < CN- < CO
eg
E
t2g
KOMPLEKS TETRAHEDRAL
Orientasi ruang dari suatu kompleks dengan
geometris tetrahedral dapat dihubungkan sebagai suatu
kubus, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar (g).
X
Y Y
Logam pusat
Ligan
(g)
Gambar g. Struktur kompleks tetrahedral sebagai suatu
kubus
E (t)
(h)
Gambar (h) Pemecahan tingkat energi yang terjadi dalam
kompleks tetrahedron
PEMBENTUKAN ORBITAL
Pembentukan ikatan melalui orbital yang paling sederhana dapat
dicontohkan dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul
H2.
orbital * (orbital molekul antibonding)
1s 1s Dalam Kompleks
Bab III Teori Ikatan
Diktat Kimia Koordinasi 32
H H
H2
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-masing
satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut kemudian
bergabung membentuk orbital molekul , sehingga terbentuk dua macam
orbital, orbital yang merupakan orbital bonding, dan orbital * yang
merupakan orbital antibonding. Sesuai dengan aturan Hund, maka mula-
mula elektron dari salah satu atom H mengisi orbital molekul yang
terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi orbital
tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari
kedua atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi
molekul H2. Molekul H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektron-
elektronnya berada pada orbital molekul yang tingkat energinya lebih
rendah dibandingkan tingkat energi orbital atom pembentuknya.
Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan
ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :
1s 1s
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi 33
He He
He2
Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat
orbital-orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital
molekul, terbentuk 2 macam orbital molekul pula, orbital dan *. Elektron-
elektron mula-mula mengisi orbital bonding yang tingkat energinya lebih
rendah, kemudian mengisi orbital antibonding *. Karena baik orbital bonding
maupun orbital antibonding sama-sama terisi elektron, maka keduanya akan
saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi sangat tidak stabil.
Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk
molekul diatomik yang homogen, sehingga orbital atom yang digunakan
dalam pembentukan orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada
molekul diatomik yang heterogen, atom yang lebih elektronegatif orbital
atomnya memiliki tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi
antar orbital atom dari dua atom berbeda yang saling berikatan merupakan
ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua atom tersebut.
Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang
terbentuk dengan orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah)
merupakan ukuran sifat kovalen ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan ilustrasi yang diberikan dalam diagram berikut :
orbital *
1s
A
1s b
B
orbital
AB
Karena jauh lebih banyak orbital dan elektron yang terlibat, maka
diagram pembentukan orbital molekul dalam senyawa kompleks lebih rumit
dibandingkan diagram pembentukan orbital molekul untuk molekul diatomik
sederhana. Umumnya orbital atom dari ligan tingkat energinya lebih rendah
dibandingkan orbital atom dari logam pusat, sehingga karakteristik dari orbital
molekul yang terbentuk lebih mirip dengan karakteristik orbital atom ligan
dibandingkan orbital atom logam. Berikut ini contoh diagram pembentukan
orbital molekul untuk kompleks [Co(NH3)6]3+
*s
*p
4p
*d
4s
0
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi 36
3d
Pada kompleks [Co(NH3)6], orbital-orbital 4s, 4px, 4py, 4pz, 3dx2-y2, dan
3dz2 dari logam Co bergabung dengan keenam orbital p x dari atom ligan NH3
membentuk orbital molekul. Orbital molekul yang terbentuk masing-masing
diisi dengan sepasang elektron dari ligan NH 3. Orbital 3dxy, 3dxz, dan 3dyz dari
Co3+ tidak bergabung membentuk orbital molekul, ketiga orbital tersebut
merupakan orbital nonbonding (non ikatan) dalam kompleks ini. Selisih antara
tingkat energi nonbonding dengan orbital * (orbital antibonding) merupakan
harga 0 dari kompleks tersebut. Dalam TOM, splitting/pemecahan tingkat
energi yang terjadi merupakan akibat dari kovalensi. Makin besar
kovalensi,makin besarpula harga 0. Dalam kompleks [Co(NH3)6]3+ tersebut,
harga 0 cukup besar, sehingga semua elektron lebih memilih untuk mengisi
orbital nonbonding, kompleks merupakan kompleks low spin. Karena semua
elektron dalam kompleks berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa
kompleks tersebut bersifat diamagnetik.
Pada kompleks [CoF6]3-, selisih tingkat energi antara orbital
nonbonding dengan orbital antibonding /orbital * yang terbentuk relatif cukup
kecil, sehingga elektron dapat mengisi orbital * terlebih dahulu. Kompleks ini
merupakan kompleks high spin. Diagram pembentukan orbital molekul pada
kompleks [CoF6]3- dapat dilihat berikut ini :
*s
*p
4p
4s
0 *d
3d
Orbital-orbital 3dx2-y2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung
dengan 6 buah orbital px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat
tersebut. Orbital-orbital t2g dari logam membentuk orbital nonbonding atau
non-ikatan. Selisih tingkat energi antara orbital nonbonding ini dengan orbital
antibonding * yang terbentuk dinotasikan dengan 0. Pada kompleks
[CoF6]3-, karena harga 0 relatif cukup kecil, maka sebelum mengisi orbital
nonbonding secara berpasangan, elektron dari ligan mengisi orbital *
terlebih dahulu. Akibatnya setiap orbital * yang merupakan orbital
antibonding masing-masing terisi satu buah elektron. Terisinya orbital
antibonding ini mengakibatkan ikatan antara logam Co dengan ligan F
tersebut menjadi lebih lemah. Karena dalam kompleks terdapat sejumlah
elektron yang tidak berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa kompleks
[CoF6]3- merupakan kompleks yang bersifat paramagnetik.
PEMBENTUKAN ORBITAL
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital dapat terbentuk
antar orbital atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital dapat
terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital
atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam. Salah satu contoh
bagaimana orbital dapat terbentuk antara orbital atom dari logam dengan
orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut :
- +
- - + +
+ + - -
+ -
Gambar (i)
Gambar (i) Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan
Dari Gambar (i) di atas dapat dilihat bahwa orbital d xz berada sejajar
dengan orbital py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom
logam dan orbital atom ligan tersebut dapat menghasilkan orbital molekul .
Selain dari penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz,
orbital molekul juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital p z
dari logam dengan orbital p z dari ligan. Ilustrasi kedua orbital atom tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
+
+ + +
+ -
- - -
-
Bab III Teori Ikatan Dalam Kompleks
Diktat Kimia Koordinasi 39
(j)
Gambar (j) Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul .
LATIHAN
1. Berdasarkan Teori Ikatan Valensi, jelaskan bentuk geometris dari ion
kompleks [HgI3]- !
2. Berdasarkan Teori Ikatan Valensi, ramalkan jumlah elektron tidak
berpasangan dalam kompleks [NiCl4]2-; [Ni(CN)4]2-; dan [Cu(NH3)4]2+!
3. Jelaskan dengan menggunakan Teori Ikatan Valensi, mengapa kompleks
[NiCl4]2- dan [Ni(CO)4] sama-sama memiliki bentuk geometris tetrahedral,
tetapi momen magnetiknya berbeda!
4. Untuk masing-masing kompleks [Fe(CN)6]4- dan [Fe(CN)6]3-, dengan
menggunakan Teori Ikatan Valensi, jelaskan :
a. hibridisasi yang terjadi!
b. Apakah kompleks yang terbentuk kompleks orbital dalam atau
kompleks orbital luar!?
c. Ramalkan sifat kemagnetan kompleks-kompleks tersebut!
d. Hitung momen magnetik dari setiap kompleks tersebut!
5. Jika diketahui momen magnetik dari [Fe(H 2O)5(NO)]2+ adalah sebesar 3,89
BM, tentukan tingkat oksidasi dan jenis hibridisasi yang terjadi!
6. Ion Fe3+ dalam larutan berair tidak berwarna, akan tetapi penambahan ion
NCS- ke dalam larutan akan mengubah warna larutan menjadi merah.
Jelaskan mengapa!
7. Hitunglah jumlah elektron tidak berpasangan dan harga CFSE dari
kompleks :
a. [Fe(H2O)6]3+ b. [Cr(NH3)6]3+ c. [CoCl4]2-
8. Berikan alasan mengapa semua kompleks oktahedral dari ion Co 3+
merupakan kompleks spin rendah yang bersifat diamagnetik!
9. Kompleks Co(II) stabil dalam geometris tetrahedral, akan tetapi Ni(II) lebih
stabil dalam geometris segi empatplanar. Jelaskan!
10. Ion Co3+ membentuk kompleks oktahedral amonia yang lebih stabil
dibandingkan kompleks amonia oktahedral dari ion Co 2+. Akan tetapi
kompleks Co3+ dengan ligan H2O dalam geometris oktahedral kurang
stabil dibandingkan ion Co2+ yang membentuk kompleks dengan ligan
dan geometris yang sama. Jelaskan mengapa!