Anda di halaman 1dari 20

BAB III

TEORI IKATAN VALENSI


Deskripsi Singkat
 Bab ini membahas: Pembentukan ikatan,
geometri dan sifat magnetik senyawa
kompleks ditinjau dari Teori Ikatan Valensi.
 Berdasarkan teori ini orbital-orbital atom
atau ion pusat sebelum menerima
pasangan elektron bebas dari ligan akan
mengalami hibridisasi.
 Teori ikatan valensi dikembangkan oleh
Pauling.
 Berdasarkan teori ini senyawa koordinasi
dibentuk dari reaksi antara asam Lewis
(atom/ion pusat) dgn basa Lewis (ligan)
melalui ikatan kovalen koordinasi antara
keduanya.
 Di dalam senyawa koordinasi atau senyawa
kompleks atom atau ion pusat memiliki
bilangan koordinasi tertentu.
Geometri senyawa koordinasi dengan bilangan koordinasi
2, 3, 4 dan 6 diberikan pada table di bawah ini.

Tabel 3.1 Geometri senyawa kompleks dengan beberapa


bilangan koordinasi

Bilangan Geometri Contoh


Koordinasi
2 Linear [Ag(NH3)2]+, [Cu(CN)2]-

3 Segi tiga datar [HgCl3]-, [AgBr(PPh3)2]

4 Tetrahedral [FeCl4]2-, [Zn(NH3)4]2+

4 Bujur sangkar [Ni(CN)4]2-, [Pt(CN)4]2-

5 Trigonal bipiramidal [CuCl5]3-, [Fe(CO)5]

6 Octahedral [CoF6]3-, [Fe(CN)6]3-


 Berdasarkan TIV, geometri dari senyawa
kompleks berhubungan erat dgn geometri
orbital-2 dari atom/ion pusat yg digunakan
dalam pembentukan ikatan.
 Dari contoh pada tabel 3.1, tampak bahwa
geometri senyawa/ion kompleks tsb tidak ada
yang menyerupai geometri 3 orbital p, atau
geometri 5 orbital d.
 Dpt disimpulkan bahwa dalam pembentukan
ikatan kovalen koordinasi atom/ion pusat
menggunakan orbital-orbital hibrida yg
dibentuk melalui proses hibridisasi.
 Hibridisasi adalah proses pembentukan
orbital-orbital hibrida dgn tingkat energi yg
sama dari orbital-orbital atom yg jenis dan
tingkat energinya berbeda. Jumlah orbital
hibrida yg terbentuk adalah sama dgn jlh
orbital atom-atom yg terlibat dlm hibridisasi.

 Berikut diberikan contoh hibridisasi orbital-


orbital atom atau ion pusat beserta geometri
orbital-orbital hibrida yang diperoleh:
Hibridisasi Orbital Atom Yang Geometri Orbital Contoh
Terlibat Hibrida
sp 1 orbital s dan 1 Linear [Cu(CN)2]-, [Ag(NH3)2]+
orbital p
sp2 1 orbital s dan 2 [HgCl3]-, [AgBr(PPH3)2]
orbital p Segitiga datar
sp3 1 orbital s dan 3 [FeCl4]2-, [Zn(NH3)4]2+
orbital p Tetrahedral
dsp2 1 orbital d 1
orbita s dan 2 Bujursangkar [Ni(CN)4]2-, [Cu(NH3)4]2+
orbital p
dsp3 atau sp3d 1 orbital d 1 trigonal
orbita s dan 3 bipiramidal [CuCl5]3-, [Fe(CO)5]
orbital p
d2sp3 atau sp3d2 2 orbital d 1
orbita s dan 3 oktahedral [CoF6]3-, [Fe(CN)6]3-
orbital p
 Dalam menjelaskan pembentukan ikatan
pada senyawa kompleks, orbital-orbital
hibrida dari atom/ion pusat digambarkan
dengan kotak, lingkaran atau garis.

 Berikut diberikan contoh-contoh


pembentukan ikatan pada senyawa kompleks
dengan bilangan koordinasi 2 sampai 6.
Contoh 1: Ion Kompleks [Cu(CN)2]-

Konfigurasi elektron dari:


3d 4s 4p
Keadaan dasar atom Cu = [Ar]

3d 4s 4p
Keadaan dasar ion Cu+ = [Ar]

3d 4s 4p
Hibridisasi ion Cu+ = [Ar]

Hibridisasi sp

[Cu(CN)2]- = [Ar]

Dua pasang elektron bebas didonorkan


oleh 2 ligan CN-
Contoh 2. senyawa kompleks [AgBr(PPh3)2
Konfigurasi elektron dari :
4d 5s 5p
Keadaan dasar atom Ag = [Kr]

4d 5s 5p
Keadaan dasar ion Ag+ = [Kr]

4d 5s 5p
Hibridisasi ion Ag+ = [Kr]

Hibridisasi sp2
[AgBr(PPh3)2] = [Kr]

3 pasang elektron bebas didonorkan


oleh 1 ligan Br- dan 2 ligan PPh3
 Pertanyaan yang sering muncul adalah:
“Kapan elektron-elektron yang ada pada
orbital d ion pusat dipasangkan dan kapan tidak
dipasangkan?”
 Dipasangkan atau tidaknya elektron-elektron tersebut
tergantung pada fakta eksperimen yang ada.
 Apabila dari eksperimen diperoleh bahwa suatu
senyawa/kompleks bersifat diamagnetik maka atom atau
ion pusat yang ada:
(1) memiliki orbital d atau orbital lain telah terisi penuh
(2) memiliki orbital d atau orbital lain yang belum terisi
penuh ttp semua elektron yg ada dlm keadaan
berpasangan.
 Pada kasus nomor 2 dlm menjelaskan
pembentukan ikatan kovalen koordinasi
antara ligan dgn atom/ion pusat dilibatkan
tahap eksitasi.
 Eksitasi ini cenderung terjadi apabila ligan yg
ada merupakan ligan kuat seperti CN-, akan
tetapi faktor yg mempengaruhi eksitasi tidak
hanya jenis ligan. Diantaranya adalah jumlah
ligan, jenis ion/atom pusat dan geometri
kompleks yang ada.
 Pertanyaan lain yang muncul: “apakah dgn
terjadinya eksitasi akan selalu dihasilkan
kompleks yg bersifat diamagnetik?”
 Tidak selalu kompleks yang terjadi bersifat
diamagnetik.
 Apabila jumlah elektron pada orbital d atom
atau ion pusat yang ada adalah 3, 4, 5 atau 7
maka meskipun terjadi eksitasi kompleks
yang terbentuk tetap bersifat paramagnetik
seperti contoh berikut.
Contoh 7 : ion kompleks [Fe(NH3)6]3+
Konfigurasi elektron dari :
3d 4s 4p
 Keadaan dasar atom Fe = [Ar]

3d 4s 4p
 Keadaan dasar ion Fe3+ = [Ar]

3d 4s 4p
 Keadaan tereksitasi ion Fe3+= [Ar]

3d 4s 4p
 Hibridisasi ion Fe3+ = [Ar]

Hibridisasi d2sp3
[Fe(NH3)6]3+ = [Ar]

6 Pasang Elektron Bebas didonorkan oleh 6 Ligan CN-


Contoh 3. Ion kompleks [NiCl4]2-
Konfigurasi elektron dari:
3d 4s 4p
Keadaan dasar atom Ni = [Ar]

3d 4s 4p
Keadaan dasar ion Ni2+ = [Kr]

3d 4s 4p
Hibridisasi ion Ni +
= [Kr]

Hibridisasi sp2
= [Ar]
[NiCl4]2-

4 pasang elektron bebas


didonorkan oleh 4 ligan Cl-
Contoh 4. ion kompleks [CoF6]3-
Konfigurasi elektron dari:
4d 5s 5p
Keadaan dasar atom Cu = [Ar]

3d 4s 4p
Keadaan dasar ion Cu2+ = [Ar]

3d 4s 4p 4d
= [Ar]
Hibridisasi ion Cu2+
Hibridisasi sp3d
= [Ar]
[CuF6]3-
5 pasang elektron bebas didonorkan oleh 5
ligan Cl-
Contoh 5. ion kompleks [CoF6]3-
Konfigurasi elektron dari:
3d 4s 4p
Keadaan dasar atom Co = [Ar]

3d 4s 4p
Keadaan dasar ion Co 3+
= [Ar]

3d 4s 4p
Keadaan tereksitasi ion Co 3+
= [Ar]

3d 4s 4p
Hibridisasi ion Co 3+
= [Ar]

Hibridisasi d2 sp3
[CoF6] 3-
= [Ar]

6 pasang elektron bebas


didonorkan oleh 6 ligan NH3
 Kompleks [Co(NH3)6]3+ bersifat
diamagnetik karena semua elektron yang
ada sudah berpasangan.

 Pada ion [Fe(NH3)6]3+ terdapat sebuah elektron


yang tidak berpasangan pada orbital d ion
pusat sehingga kompleks tersebut bersifat
paramagnetik.
Kelemahan TIV yaitu:
• Tidak dapat menjelaskan gejala perubahan
kemagnetan senyawa kompleks karena
perubahan temperatur.
• Tidak dapat menjelaskan warna atau
spektra senyawa kompleks
• Tidak dapat menjelaskan kestabilan
senyawa kompleks
B. Soal-Soal Latihan

1. Jelaskan mengapa ion kompleks [Ni(NH3)4]2+


bersifat paramagnetik sedangkan [Ni(CN)4]2- bersifat
diamagnetik. Berikan geometri dari ion-ion
kompleks tersebut.
2. Ion-ion kompleks [FeCl6]3- dan [Fe(CN)6]3- bersifat
paramagnetik. Sebuah ion merupakan kompleks
dengan spin tinggi, sedangkan yang lain merupakan
kompleks dengan spin rendah. Tunjukkan ion-ion
tersebut dan jelaskan fakta-fakta yang ada.
3. Pada senyawa kompleks [Pt(NH3)4][CoCl4] sebuah
ion bersifat diamagnetik sedangkan ion yang lain
bersifat paramagnetik. Jelaskan fakta tersebut dan
berikan geometrinya.

Anda mungkin juga menyukai