Kovalensi atom suatu unsur biasanya ditentukan oleh banyaknya elektron tunggal
elektron yang tak berpasangan, sebagai contoh misalnya mengapa atom karbon bervalensi
empat ? misalnya dalam CCl4 , padahal konfigurasi elektron dalam keadaan dasarnya hanya
Untuk menjelaskan gejala ini konsep hibridisasi. Mula-mula terjadi pemisahan kedua
elektron dari orbitel 2s, dan memindahkannya satu elektron ke orbitel 2p z yang kosong,
Peristiwa ini terkenal sebagai promosi. Sekarang terlihat adanya 4 orbital yang masing-masing
mengandung elektron tunggal (elektron yang tak berpasangan) dan orbital ini kemudian dapat
mengikat atom lain, misalnya empat atom Cl , sehingga terjadi CCl 4. Keempat orbital baru
dari atom C yang energinya sama ini, disamping mempunyai arah ruang yang berbeda dari
orbital-orbital pembentuknya, yaitu orbital s yang digambarkan dengan bulatan dan ketiga
orbital p yang digambarkan saling tegak lurus yang masing- masing mempunyai daya pengikat
yang kuatdan karena sifatnya yang berbeda tersebut, maka Pauling menyebutnya orbital
hibrid atau blaster (pencampuran) yang merupakan hasil hibridisasi (pemblasteran) antara
satu orbital s dan tiga orbital p, dan orbital tersebut dinamakan orbital hibrid sp3 .
ORBITAL HIBRIDA
Hibridisasi dapat terjadi antara orbital s dengan orbital p, atau antara orbital s, p dan d.
Dan kita mengenal berbagai orbital hibrid, yaitu : sp , sp2 , sp3 , dsp2 , sp3d , dan d2sp3 .
1
SENYAWA KOMPLEKS
Unsur transisi dapat membentuk ion kompleks, suatu keadaan dimana kation (atom
pusat) berikatan kovalen koordinasi dengan molekul atau anion yang mempunyai
pasangan elektron bebas (ligan). Jumlah ligan yang dapat berikatan dengan atom pusat
(jumlah ikatan koordinasi) disebut bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi kation dan
hibridasi ikatannya menentukan bentuk geometri dari ion kompleks.
Ligan dapat dibedakan berdasarkan kekuatan medannya, yaitu ligan bermedan kuat dan
bermedan lemah. Ligan bermedan kuat dapat memaksa elektron tidak berpasangan menjadi
berpasangan, sedangkan ligan bermedan lemah tidak dapat.
JAWAB :
a. K4Fe(CN)6 4K+ + [Fe(CN)6]-4 26Fe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s2
Fe2+ = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s0
Susunan elektron ion Fe2+ : [Ar] 3d6
2
CN- merupakan ligan medan kuat, dapat membuat elektron 3d berpasangan serta
H2O merupakan ligan medan lemah sehingga tak dapat membuat elektron 3d
Bil. Bentuk
Hibridasi Contoh
Koordinasi Molekul
[Cr(NH3)6]Cl
2 O O SP
Trigonal Planar [HgCl 3]-
3 SP2
Tetrahedral [Zn(NH3)4]2+
SP3 [CoCl4]2-
4 [Zn(CN)4]2-
[FeCl4]-
Segi Empat Planar [Ni(CN)4]2-
4 dSP2 [Cu(NH3)4]2+
5 SP3d [Mn(CO)4NO]
Segiempat [VOCl4]2-
5 piramidal
Oktahedral [Co(NO2)6]4-
6 SP3d2 [Fe(CN)6]4-
[Cr(NH3)4Cl2]-
[Co(NH3)6]3+
Tata cara penamaan senyawa kompleks antara lain dipublikasikan oleh IUPAC dalam
Nomenclature of Inorganic Chemistry ( Blackwell Scientific Publisher, 1989).
Beberapa aturan dasar dalam penamaan senyawa kompleks dijelaskan berikut ini.
IUPAC telah membuat tatanama yang sistematis untuk senyawa kompleks koordinasi, yang
4
1. Kation ditulis di depan anion
2. Ligan ditulis di depan atom pusat
3. Jumlah ligan ditulis secara rinci, mono = 1, di = 2, tri = 3, tetra = 4, penta = 5, dst
4. Ligan
a. Anion, diberi akhiran o, contoh : Cl - = kloro, CO3-2 = karbonato, CN- = siano, Br- =
Bromo, SO4-2 = sulfato
b. Netral, tetap dengan nama molekulnya, contoh : H2O = akua, NH3 = ammin, CO =
karbonil.
5. Biloks atom pusat ditulis dalam kurung dengan angka Romawi.
Urutan Penulisan :
5
SO4 = Sulfato sebanyak 1 buah
NH3 = Amin sebanyak 4 buah
Tetra ammin sulfato kobalt (III) nitrat
K4[Fe(CN)6] 4K+ + [Fe(CN)6]4-
Kation = kalium anion= ion kompleks
BO [Fe(CN)6] = -4
BO Fe + 6 BO CN = -4
BO Fe + 6 (-1) = -4
BO Fe – 6 = -4
BO Fe = -4 + 6 = +2
Ligan dalam kompleks anion :
CN = Siano sebanyak 6 (heksa)
kalium heksasiano ferat (II)
3. Jika dalam senyawa kompleks ada sejumlah ligan yang sama, biasanya
digunakan awalan di, tri, tetra, penta, heksa, dan seterusnya untuk menunjukkan
jumlah ligan dari jenis itu. Suatu pengecualian terjadi jika nama dari suatu ligan
mengandung suatu angka, misalnya dipiridil atau etilendiamin. Untuk menghindari
kerancuan dalam kasus semacam itu, digunakan awalan bis, tris, dan tetrakis
sebgai ganti di, tri, dan tetra, dan nama dari ligan ditempatkan dalam tanda
kurung.
Contoh :
[Co(en)3]2(SO4)3
Tris(etilendiammin)kobalt(III) tri sulfat
[Co(en)2(ONO)Cl]Cl
Bis(etilendiammin)nitritokobalt(III)di klorida
Contoh lain :
Senyawa [Cu(py)2Cl2], (py adalah ligan piridin), tidak dinamakan sebagai
diklorodipiridintembaga (II). Kompleks tersebut dinamakan sebagai kompleks
diklorobis(piridin)tembaga(II). Penamaan tersebut dikarenakan kompleks
mengandung 2 ligan piridin, bukan 1 ligan dipiridin.
(a) (b)
yang tidak bermuatan atau netral tidak diberi akhiran khusus. Contohnya
meliputi NH3 (amina), H2O (akua), CO (karbonil) dan NO (nitrosil). Ligan N 2
dan O2 disebut dinitrogen dan dioksigen. Ligan organik biasanya disebut
dengan nama lazimnya, contohnya fenil, metil, etilendiamin, piridin,
trifenilfosfin
(b) Walaupun jarang ada, ligan yang bermuatan positif diberi akhiran –ium,
misalnya NH2NH3+ (hidrazinium)
Beberapa ligan yang cukup rumit strukturnya atau memiliki nama yang cukup
panjang dapat dituliskan dengan menggunakan singkatan tertentu. Beberapa
nama ligan yang umumnya disingkat dapat dilihat dalam tabel berikut.
Etilendiamin En
Piridin py
Propilendiammin pn
Dietilendiammin dien
Trietilendiammin trien
Bipiridin bipy
Etilendiamintetraasetat EDTA
Dimetilglioksimat DMG
Fenantrolin Phen
7
PENULISAN RUMUS MOLEKUL SENYAWA KOMPLEKS
Dalam menuliskan rumus molekul senyawa kompleks, ada beberapa aturan
yang harus iikuti, yaitu sebagai berikut :
1. Ion kompleks dituliskan dalam tanda kurung persegi “ […..]”
2. Logam dituliskan pertama, diikuti ligan
3. Ligan dituliskan setelah logam dengan urutan :
ligan negatif – ligan netral – ligan positif
4. Urutan penulisan ligan dengan muatan yang sama disesuaikan dengan urutan
abjad
Contoh :
triammintrinitrokobalt (III) = [Co(NO2)3(NH3)3]
kalium nitrosilpentasianoferat(II) = K[Fe(CN)5NO]
LIGAN AMBIDENTAT
Beberapa jenis ligan memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas yang bisa
digunakan dalam pembentukan ikatan, sehingga dapat terikat pada logam melalui
atom yang berbeda. Ligan semacam ini disebut sebagai ligan ambidentat.
Contoh :
NO2- : nitro ONO- : nitrito
Ligan nitro berikatan dengan logam melalui pasangan elektron bebas pada
atom N. Adapun ligan nitrito berikatan dengan logam melalui psangan elektron
bebas yang dimiliki oleh atom O
SCN- : tiosianato NCS- : isotiosiano
Tiosianat terikat pada logam melalui atom S. Sedangkan isotiosianta
membentuk ikatan dengan logam melalui pasangan elektron bebas yang
dimiliki oleh atom N
Atom pada ligan yang berikatan dengan logam dapat pula ditunjukkan dengan
menuliskannya dalam huruf kapital
Contoh :
[Co(NH3)5(NO2)]Cl2 (kuning-kecoklatan)
Pentaamminnitrokobalt(III) klorida
pentaamminnitrito-N-kobalt(III) klorida
[Co(NH3)5(ONO)]Cl2 (merah)
Pentaamminnitritokobalt(III) klorida
Pentaamminnitrito-O-kobalt(III) klorida
Beri nama senyawa kopleks berikut :
a. Na3[Cr(NO2)6]
b. K[Ag(CN)2]
c. [Co(H2O)4Cl2]Cl
8
JAWAB :
LIGAN JEMBATAN
Pada sejumlah kompleks, terdapat lebih dari satu atom logam sebagai atom
pusat dari kompleks tersebut. Kedua atom logam dihubungkan oleh ligan yang
berfungsi sebagai jembatan dengan menghubungkan 2 atom logam tersebut. Ligan
semacam ini disebut sebagai ligan jembatan
Ligan yang berfungsi sebagai ligan jembatan pada penulisannya diberi awalan
μ. Jika ada dua atau lebih ligan jembatan, dinyatakan sebagai di-μ atau μ-di,tri-μ atau
μ-tri, dan seterusnya
Urutan ligan jembatan dalam penulisan nama kompleks disesuaikan secara
alfabetis dengan ligan-ligan lainnya dalam kompleks tersebut
Contoh :
LATIHAN
1. Berikan bentuk, sifat dan nama bagi sejumlah senyawa kompleks berikut !
a. Na2[Fe(CN)5(NO)]
b. [Co(N3)(NH3)5]SO4
c. K2[Cr(CN)2(O)2(O2)(NH3)]
d. [Pt(NH3)4Cl2][PtCl4]
e. K4[Ni(CN)4]
2. Tuliskan rumus bagi senyawa kompleks yang memiliki nama berikut !
a. Diklorotetraakuakromium (III) nitrat
b. Kalium tetrafluoroargentat (I)
c. Kalium tetraazidokobaltat (III)
d. Amonium akuopentafluoronikelat (IV)
e. Diammin perak (I) tetrasianoferrat (III)
9
REAKSI-REAKSI SENYAWA KOMPLEKS
Senyawa Kompleks
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA
( disodium ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ). Titrasi kompleksometri ini
ada 3 macam, yaitu langsung, tidak langsung, dan substitusi. tergantung sifat zat yang akan
ditentukan, misalnya calcium, maka indikator yang dipakai, pH dll akan berbeda, dalam titrasi
kompleksometri juga. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion – ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Syaratnya
mempunyai kelarutan tinggi.
Contohnya : kompleks logam dengan EDTA dan titrasi dengan merkuro nitrat dan perak
sianida.
Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul
pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik lain. Gugus-gugus yang
terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh
persamaan:
Disini ligan (L) dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan
penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat terjadi, sampai terbentuk
kompleks MLn; n adalah bilangan koordinasi dari logam itu, dan menyatakan jumlah
maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya.
Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion
logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul H2O atau
NH3, adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh
penyumbangan satu pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau
ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron
10
menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan adalah mungkin untuk
membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama; ligan seperti ini disebut
bidentat dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina)
kobalt(III), [Co(en)3]3+. Dalam kompleks oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(III), setiap
molekul etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron
menyendiri dari kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin
beranggota-5, yang masing-masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan cincin ini
disebut penyepitan (pembentukan sepit atau kelat).
Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom-koordinasi per molekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigen-penyumbang dalam
molekul, dapat merupakan heksadentat.
Spesi-spesi yang lompleks itu tak mengandung lebih dari satu ion logam, tetapi pada
kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua
ion logam, atau bahkan suatu komleks polinuklir, yang mengansung lebih dari dua ion logam,
dapat terbentuk. Begitulah, interaksi antar ion Zn2+ dan Cl- dapat menimbulkan pembentukan
kompleks binuklir, misalnya [Zn2Cl6]2- disamping spesi seederhana seperti ZnCl3- dan ZnCl42-.
Pembentukan kompleks binuklir dan polinuklir jelas akan lebih diuntungkan oleh konsentrasi
yang tinggi ion logam itu; jika yang terakhir ini berada sebagai konstitusi runutan dari larutan,
kompleks-kompleks polinuklir sangat kecil kemungkinannya akan terbentuk.
[MA4]++ M2+ + 4A
Pada kesetimbangan :
[M++] [A]4
K=
[MA4++]
11
[MX4]= M++ + 4X-
Pada kesetimbangan :
[M++] [X-]4
K=
[MX4=]
Besar kecilnya harga K merupakan harga ukuran derajat disosiasinya. Makin besar harga K
maka makin besar pula derajat dissosiasinya, sehingga tetapan kesetimbangan K disebut
tetapan dissosiasi.
Derajat Disosiasi
Dalam suatu reaksi yang berkesudahan, zat-zat yang kita reaksikan senantiasa habis (tidak ada
sisa), asalkan perbandingan mol zat-zat yang kita reaksikan itu sesuai dengan ukurannya.
Namun dalam suatu reaksi kesetimbangan ada kalanya zat-zat yang kita reaksikan tidak
pernah habis, sebab reaksi berlangsung dalam dua arah. Ketika kesetimbangan tercapai, zat-zat
diruas kiri selalu kita dapatkan, dan zat-zat yang diruas kanan yang dihasilkan.
Oleh karena itu, zat-zat yang kita reaksikan (zat diruas kiri) memiliki suatu harga yang disebut
derajat disosiasi atau derajat penguraian yang dilambangkan , dimana merupakan ukuran
tentang banyaknya hasil reaksi yang terbentuk. Jika harga derajat disosiasi besar, maka
semakin banyak zat tersebut terurai untuk membentuk hasil reaksi.
Derajat disosiasi dirumuskan :
12
= = 1/5
0,05
LATIHAN
13
3. Dalam suatu kesetimbangan terdapat 10 gram [Co(H 2O)6]Cl2 dan menghasilkan 10-5
mol Cl-. Hitunglah derajat disosiasi [Co(H2O)6]Cl2 tersebut !
Jika kita perhatikan dua senyawa C2H4 (etena) dan C2H2 (etuna). Dalam kedua
karena 1 orbital 2s dan 2 orbital 2p mengalami pemblasteran. Selanjutnya antara ke dua atom
C terjadi overlapping (tumpang tindih) yaitu antara 1 orbital sp2 dengan 1 orbital sp2
menghasilkan ikatan sigma ( ). Dua orbital sp2 yang lain dari masing-masing atom C
overlapping dengan orbital 1s dari 4 atom H, menghasilkan ikatan sigma ( ). Sisa orbital 1p
ikatan sigma dan ikatan pi pada etena dapat dilukiskan sebagai berikut
14
Pada etuna , mula mula masing-masing atom C mengalami hibridisasi sp, karena 1
orbital 2s dan 1 orbital 2p mengalami pencampuran. Selanjutnya antara dua atom C terjadi
pertindihan antara sp dengan sp menghasilkan ikatan sigma, kemudian sisa 1 orbital sp dari
masing-masing atom C overlaping dengan orbital 1s dari atom H, menghasilkan ikatan sigma.
Kemudian sisa 2 orbital 2p dari masing-masing atom C saling overlap menghasilkan 2 ikatan
pi. Terjadinya ikatan sigma dan pi pada etuna dapat digambarkan sebagai berikut :
I I
H-C–C–H H–C C-H
I I
15
IKATAN PISANG (BANANA BOND)
Jika kita perhatikan pada molekul B2H6, yang sepintas lalu strukturnya serupa dengan
C2H6. Akan tetapi pada B2H6 jumlah elektron valensinya 12 dan rumus elektronnya
Pada struktur terlihat bahwa atom H memenuhi aturan duplet, sedangkan atom B tidak
memenuhi aturan okrtet. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa atom H pada B 2H6 tidak
seharga, 4 atom H dari B2H6 dapat diganti dengan mudah, misalnya dapat diganti dengan
gugus CH3, akan tetapi dua pengganti ataom H yang lain mengakibatkan molekul B 2H6
16
Dalam gambar terlihat bahwa 4 atom H yang ekivalen (seharga) bersama dengan 2 atom B
yang lain terletak pada bidang yang lain, dan kedua bidang tersebut saling tegak lurus. Kedua
atom B dihubungkan melalui dua jembatan hidrogen sehingga membentuk hibridisasi sp3 dan
hibridisasi sp3 dari masing-masing atom B overlap dengan orbital 1s dari 4 atom H yang
seharga membentuk ikatan sigma. Sedangkan ikatan sp3 yang lain dari kedua atom B overlap
dengan orbital 1s dari 2 atom H menghasilkan ikatan pisang. Terjadinya ikatan pisang pada
Umumnya senyawa semacam itu elektron aseptor, oleh karena itu B2H6 dapat berreaksi dengan
17
JARI-JARI ATOM DAN ION
Menurut model atom Bhor, jarak dari inti atom ke lintasan elektron yang paling luar
sama dengan harga jari-jari atom tersebut. Oleh karena awan elektron sebenarnya tidak
mempunyai bentuk yang kaku, maka harga jari-jari atom dapat berubah-ubah, bergantung
kepada keadaan unsur tersebut. Misalnya jari-jari atom suatu unsur dalam keadaan gas akan
berlainan dengan jari-jari atom unsur tersebut dalam keadaan padat. Begitu pula jari-jari atom
Oleh karena jari-jari atom itu bersifat aditif, yang artinya jarak antara dua inti atom
dapat dianggap sama dengan jarak dari jumlah jari-jari jika atom-atom tersusun rapat, maka
berdasarkan harga jarak-jarak antara inti atom tersebut dapat dihitung harga jari-jari atom.
18
Jari-jari atom (jari-jari kovalen) sama dengan setengah jarak antara inti atom sejenis yang
berikatan dan jari-jari atom (jari-jari kovalen) untuk inti atom yang tak sejenis yang berikatan,
berlaku :
rAB = rA + rB
rA = jari-jari atom A
rB = jari-jari atom B
Menurut Schomaker dan Stevenson bahwa menurut hasil eksperi r AB < rA + rB , hal
tersebut disebabkan adanya perbedaan sifat elektromagnertifitas antara atom A dan atom B
rAB = rA + rB - 9. 10-2 . x
a) Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil (karena terjadi
konstraksi)
b) Dalam satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom semakin besar (karena kulit
semakin bertambah)
Menurut Fazans menyatakan bahwa pembentukan ion akan bertambah dengan mudah apabila :
3. Bila ukuran atom yang membentuk ion negatif besar, dan atom yang membentuk ion
positif kecil.
19
Suatu akibat yang mencolok dari pembentukan ion positif atau kation , ialah bahwa
ion yang bermuatan positif tersebut berukuran lebih kecil dari pada atom netralnya. Karena
jari-jari lintasan elektron paling luar menentukan ukuran atom, maka hilangnya elektron dari
lintasan tersebut mengakibatkan ukuran kation menjadi lebih kecil dari pada atom netralnya.
Sebaliknya, karena pembentukan ion negatif atau anion disertai penambahan satu elektron atau
lebih pada kulit valensinya atom netralnya, dan elektron baru tersebut menimbulkan gaya
tolak menolak dengan elektron yang lama, maka akan mengakibatkan jari-jari anion lebih
Kalau kita perhatikan SPU, maka dalam satu golongan dari atas ke bawah jari-jari
atom akan semakin besar, sedangkan dalam satu periode dari kiri ke kanan, kation dengan
muatan tetap jari-jarinya semakin kecil dikarenakan tingkat oksidasinya semakin kecil.
Pada kesetimbangan jarak antara inti kation dan anion ( ro ) sama dengan jumlah jari-jari
Z* = Z - S
1. Tuliskan konfigurasi elektron dari unsur dengan mengikuti urutan dan pengelompokkan
sabagai berikut : (1s) (2s,2p) (3s,3p) (3d) (4s,4p) (4d) (4f) (5s,sp) dan seterusnya
2. Semua elektron selain dari pada satu ( yang menderita atau dipertimbangkan) dalam kulit
4. Semua elektron dalam kulit n = 2 atau kulit yang lebih rendah dari n=2 mempunyai
20
5. Elektron sebelah kanan dari nx tidak diperhitungkan.
6. Jika elektron yang terkena lindungan berada dalam kelompok nd atau nf, maka semua
kelompok elektron yang disebelah kiri nd atau nf akan mempunyai harga lindungan
Contoh :
Z* : Z - S = 7 – 3,10 = 3,9
Z* :Z - S = 30 - 25,65 = 4,35
Z* :Z - S = 30 - 21,15 = 8,85
Jadi :
= Z*kat / Z* an = rF- / rNa+ = 4,850 / 6,850 ……………….. I
Tugas:
21
1. Tentukan nilai dari Z* dari :
a. 20Ca
b. 17Cl
c. 26Fe
d. 40Zr
e. 33As
3. Tentukan pula jari-jari K+ dan Cl- dalam KCl nomor atom K 19 dan Cl 17
Selamat mengerjakan
Muatan Resmi adalah suatu perhitungan yang kita gunakan pada struktur lewis yang
dirumuskan sebagai berikut :
Muatan Resmi =[ Jumlah e kulit valensi] – [Jumlah ikatan dalam atom] – [jumlah e yang
tidak terbagi]
Sebagai contoh :
22
b. dengan dua ikatan rangkap pada S – O
Jawab :
Bila beberapa kemungkinan struktur lewis yang dapat di buat, maka struktur dengan muatan
resmi yang paling kecil dan paling stabil yang dipilih, sehingga yang dapat dipilih untuk kedua
struktur H2SO4 tersebut adalah Struk yang memiliki ikatan rangkap dua S – O karena
memiliki muatan resmi yang kecil.
LATIHAN
1. Tentukan muatan resmi atom P dan O dalam POCl 3 dimana yang satu ada
ikatan tunggal P – O dan ikatan rangkap P = O serta tentukan rumus yang
terbaik dari ke dua struktur tersebut jika diketahui nomor atom P = 15, O = 8
dan Cl = 17 !
2. Tentukanlah rumus struktur lewis yang terbaik untuk ion SO 42- (sulfat) jika
diketahui nomor atom S = 16 dan O = 8 !
23