Anda di halaman 1dari 23

KONSEP HIBRIDISASI

Kovalensi atom suatu unsur biasanya ditentukan oleh banyaknya elektron tunggal

elektron yang tak berpasangan, sebagai contoh misalnya mengapa atom karbon bervalensi

empat ? misalnya dalam CCl4 , padahal konfigurasi elektron dalam keadaan dasarnya hanya

memiliki 2 elektron tunggal.

6C : 1s2 2s2 2p1x 2p1y

Untuk menjelaskan gejala ini konsep hibridisasi. Mula-mula terjadi pemisahan kedua

elektron dari orbitel 2s, dan memindahkannya satu elektron ke orbitel 2p z yang kosong,

sehingga diperoleh susunan : 17 Cl = 1S2 2S2 2P6 3S2 3P5

6C* : 1s2 2s1 2p1x 2p1y 2p1z (keadaan tereksitasi)

Peristiwa ini terkenal sebagai promosi. Sekarang terlihat adanya 4 orbital yang masing-masing

mengandung elektron tunggal (elektron yang tak berpasangan) dan orbital ini kemudian dapat

mengikat atom lain, misalnya empat atom Cl , sehingga terjadi CCl 4. Keempat orbital baru

dari atom C yang energinya sama ini, disamping mempunyai arah ruang yang berbeda dari

orbital-orbital pembentuknya, yaitu orbital s yang digambarkan dengan bulatan dan ketiga

orbital p yang digambarkan saling tegak lurus yang masing- masing mempunyai daya pengikat

yang kuatdan karena sifatnya yang berbeda tersebut, maka Pauling menyebutnya orbital

hibrid atau blaster (pencampuran) yang merupakan hasil hibridisasi (pemblasteran) antara

satu orbital s dan tiga orbital p, dan orbital tersebut dinamakan orbital hibrid sp3 .

ORBITAL HIBRIDA

Hibridisasi dapat terjadi antara orbital s dengan orbital p, atau antara orbital s, p dan d.

Dan kita mengenal berbagai orbital hibrid, yaitu : sp , sp2 , sp3 , dsp2 , sp3d , dan d2sp3 .

Bila : 1 orb. s + 1 orb. p 2 orb. hibrid sp

1 orb. s + 2 orb. p 3 orb. hibrid sp2

1 orb. s + 3 orb. p 4 orb. hibrid sp3

1 orb. s + 2 orb. p + 1 orb. d 4 orb. hibrid dsp2

1 orb. s + 3 orb. p + 1 orb. d 5 orb. hibrid sp3d

1 orb. s + 3 orb. p + 2 orb. d 6 orb. hibrid d2sp3

1
SENYAWA KOMPLEKS

Unsur transisi dapat membentuk ion kompleks, suatu keadaan dimana kation (atom
pusat) berikatan kovalen koordinasi dengan molekul atau anion yang mempunyai
pasangan elektron bebas (ligan). Jumlah ligan yang dapat berikatan dengan atom pusat
(jumlah ikatan koordinasi) disebut bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi kation dan
hibridasi ikatannya menentukan bentuk geometri dari ion kompleks.
Ligan dapat dibedakan berdasarkan kekuatan medannya, yaitu ligan bermedan kuat dan
bermedan lemah. Ligan bermedan kuat dapat memaksa elektron tidak berpasangan menjadi
berpasangan, sedangkan ligan bermedan lemah tidak dapat.

Urutan kekuatan Medan Ligan


CO > CN- > NO2- > NH3 > SCN- >> H2O > C2O4- > OH- > F- Cl- Br-
Ligan dengan medan magnet kuat Ligan dengan medan magnet lemah

Sifat magnet unsur transisi dan senyawanya


Berdasarkan pasangan elektron yang menempati orbital-orbital, sifat kemagnetan unsur
transisi dan senyawanya dibagi atas,
1. Paramagnetik, dapat terpengaruh oleh medan magnet : terjadi bila ada elektron tak
berpasangan pada orbital-orbitalnya, makin banyak elektron tidak berpasangan
maka sifat paramagnetik makin kuat.
2. Diamagnetik, tidak trepengaruh oleh medan magnet : Terjadi bila semua elektron
pada orbital-orbital berpasangan.
CONTOH :

1. Bagaimana sifat magnet senyawa kompleks :


a. K4[Fe(CN)6]
b. [Fe(H2O)6]Cl2

JAWAB :

a. K4Fe(CN)6  4K+ + [Fe(CN)6]-4 26Fe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s2
Fe2+ = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s0
Susunan elektron ion Fe2+ : [Ar] 3d6

3d6 4s0 4p0

2
CN- merupakan ligan medan kuat, dapat membuat elektron 3d berpasangan serta

membentuk hibridasi : d2sp3.

3d6 4s0 4p0

CN- CN- CN- CN- CN- CN-

Maka K4Fe(CN)6 bersifat diamagnetik dengan hibridasi d2sp3.

b. [Fe(H2O)6]Cl2  [Fe(H2O)6]+2 + 2Cl-


Muatan Fe = + 2 dan susunan elektron ion Fe+2 = [Ar] 3d6 4s0 4p0

H2O merupakan ligan medan lemah sehingga tak dapat membuat elektron 3d

berpasangan. Maka [Fe(H2O)6]Cl2 bersifat paramagnetik dengan hibridasi sp3d2.

H2O H2O H2O H2O H2O H2O

Beberapa Kompleks yang Umum

Bil. Bentuk
Hibridasi Contoh
Koordinasi Molekul

2 sp Liniar [Ag(NH3)2]Cl, K[Hg(CN)2]

4 sp3 Tetrahedral [Zn(NH3)4]SO4

4 dsp2 / sp2d Bujursangkar [Cu(NH3)4]SO4

6 d2sp3 / sp3 d2 Oktahedral K4[Fe(CN)6], [Co(NH3)6]Cl2,

[Cr(NH3)6]Cl

Struktur ion kompleks dan contohnya


3
Bil. Koordinasi BENTUK GAMBAR Bentuk geommetri Contoh
RUANG
Linier [Cu(CN)2]-

2 O O SP
Trigonal Planar [HgCl 3]-

3 SP2
Tetrahedral [Zn(NH3)4]2+

SP3 [CoCl4]2-

4 [Zn(CN)4]2-

[FeCl4]-
Segi Empat Planar [Ni(CN)4]2-

4 dSP2 [Cu(NH3)4]2+

Trigonal Bipiramid [Fe(CO)5]

5 SP3d [Mn(CO)4NO]

Segiempat [VOCl4]2-

5 piramidal

Oktahedral [Co(NO2)6]4-

6 SP3d2 [Fe(CN)6]4-

[Cr(NH3)4Cl2]-

[Co(NH3)6]3+

Tatanama Senyawa Kompleks

Tata cara penamaan senyawa kompleks antara lain dipublikasikan oleh IUPAC dalam
Nomenclature of Inorganic Chemistry ( Blackwell Scientific Publisher, 1989).
Beberapa aturan dasar dalam penamaan senyawa kompleks dijelaskan berikut ini.
IUPAC telah membuat tatanama yang sistematis untuk senyawa kompleks koordinasi, yang

dapat disarikan sebagai berikut :

4
1. Kation ditulis di depan anion
2. Ligan ditulis di depan atom pusat
3. Jumlah ligan ditulis secara rinci, mono = 1, di = 2, tri = 3, tetra = 4, penta = 5, dst
4. Ligan
a. Anion, diberi akhiran o, contoh : Cl - = kloro, CO3-2 = karbonato, CN- = siano, Br- =
Bromo, SO4-2 = sulfato
b. Netral, tetap dengan nama molekulnya, contoh : H2O = akua, NH3 = ammin, CO =
karbonil.
5. Biloks atom pusat ditulis dalam kurung dengan angka Romawi.

Urutan Penulisan :

a. Komplek bermuatan positif

Bil-ligan A – bil-ligan Z atom pusat (Val) + anion

b. Komplek bermuatan negatif

Kation bil-ligan A – bil-ligan Z atom pusat+ at(Val)

 Ligan diurutkan secara alfabetik, tanpa memprioritaskan muatan.

PENULISAN NAMA SENYAWA KOMPLEKS


Dalam menuliskan nama dari suatu senyawa kompleks, beberapa aturan
dasar adalah sebagai berikut :
1. Nama ion positif dalam senyawa kompleks dituliskan di awal, diikuti nama ion
negatif
2. Untuk menuliskan nama ion kompleks, nama ligan dituliskan pertama dan
diurutkan secara alfabetis (tanpa memandang jenis muatannya), diikuti oleh nama
logam
Contoh :
 [CoSO4(NH3)4]NO3  [CoSO4(NH3)4]+ + NO3-
Kation anion = nitrat
+
BO [CoSO4(NH3)4] = +1
Bo Co + BO SO4 + 4 BO NH3 = +1
Bo Co + (-2) + 4. 0 = +1
Bo Co -2 = +1
Bo Co = +1 + 2 = +3
Ligan dalam komplek kation :

5
SO4 = Sulfato sebanyak 1 buah
NH3 = Amin sebanyak 4 buah
Tetra ammin sulfato kobalt (III) nitrat
 K4[Fe(CN)6]  4K+ + [Fe(CN)6]4-
Kation = kalium anion= ion kompleks
BO [Fe(CN)6] = -4
BO Fe + 6 BO CN = -4
BO Fe + 6 (-1) = -4
BO Fe – 6 = -4
BO Fe = -4 + 6 = +2
Ligan dalam kompleks anion :
CN = Siano sebanyak 6 (heksa)
kalium heksasiano ferat (II)
3. Jika dalam senyawa kompleks ada sejumlah ligan yang sama, biasanya
digunakan awalan di, tri, tetra, penta, heksa, dan seterusnya untuk menunjukkan
jumlah ligan dari jenis itu. Suatu pengecualian terjadi jika nama dari suatu ligan
mengandung suatu angka, misalnya dipiridil atau etilendiamin. Untuk menghindari
kerancuan dalam kasus semacam itu, digunakan awalan bis, tris, dan tetrakis
sebgai ganti di, tri, dan tetra, dan nama dari ligan ditempatkan dalam tanda
kurung.
Contoh :
 [Co(en)3]2(SO4)3
Tris(etilendiammin)kobalt(III) tri sulfat
 [Co(en)2(ONO)Cl]Cl
Bis(etilendiammin)nitritokobalt(III)di klorida

Contoh lain :
Senyawa [Cu(py)2Cl2], (py adalah ligan piridin), tidak dinamakan sebagai
diklorodipiridintembaga (II). Kompleks tersebut dinamakan sebagai kompleks
diklorobis(piridin)tembaga(II). Penamaan tersebut dikarenakan kompleks
mengandung 2 ligan piridin, bukan 1 ligan dipiridin.

(a) (b)

Gambar a. ligan piridin


Gambar b. ligan dipiridin

Aturan Penulisan Nama Ligan


(a) Nama dari ligan yang bermuatan negatif beri akhiran –o, contohnya:

F- fluoro H- hidrida HS- merkapto


- - 2-
Cl kloro OH hidrokso S thio
6
Br- bromo O2- okso CN- siano
I- iodo O2-2 perokso NO2- nitro
Ligan

yang tidak bermuatan atau netral tidak diberi akhiran khusus. Contohnya
meliputi NH3 (amina), H2O (akua), CO (karbonil) dan NO (nitrosil). Ligan N 2
dan O2 disebut dinitrogen dan dioksigen. Ligan organik biasanya disebut
dengan nama lazimnya, contohnya fenil, metil, etilendiamin, piridin,
trifenilfosfin
(b) Walaupun jarang ada, ligan yang bermuatan positif diberi akhiran –ium,
misalnya NH2NH3+ (hidrazinium)

Beberapa ligan yang cukup rumit strukturnya atau memiliki nama yang cukup
panjang dapat dituliskan dengan menggunakan singkatan tertentu. Beberapa
nama ligan yang umumnya disingkat dapat dilihat dalam tabel berikut.

Nama ligan Simbol/singkatan

 Etilendiamin En
 Piridin py
 Propilendiammin pn
 Dietilendiammin dien
 Trietilendiammin trien
 Bipiridin bipy
 Etilendiamintetraasetat EDTA
 Dimetilglioksimat DMG
 Fenantrolin Phen

Aturan Penulisan Nama Logam


a. Nama logam pusat dalam ion kompleks dituliskan paling akhir
b. Logam pada kompleks negatif (anion) diberi akhiran –at
Contoh : Na[Co(CO)4] = natrium tetrakarbonilkobaltat (I)
c. Logam pada kompleks netral atau kompleks positif (kation) tidak diberi
akhiran khusus
Contoh :
[Co(NO2)3(NH3)3] = Triammindinitrokobalt(III)
[CoSO4(NH3)4]NO3 = Tetraamminsulfatokobalt(III)
d. Muatan dari logam pusat ditunjukkan dengan angka Romawi yang
langsung dituliskan di belakang nama logam tersebut

7
PENULISAN RUMUS MOLEKUL SENYAWA KOMPLEKS
Dalam menuliskan rumus molekul senyawa kompleks, ada beberapa aturan
yang harus iikuti, yaitu sebagai berikut :
1. Ion kompleks dituliskan dalam tanda kurung persegi “ […..]”
2. Logam dituliskan pertama, diikuti ligan
3. Ligan dituliskan setelah logam dengan urutan :
ligan negatif – ligan netral – ligan positif
4. Urutan penulisan ligan dengan muatan yang sama disesuaikan dengan urutan
abjad
Contoh :
 triammintrinitrokobalt (III) = [Co(NO2)3(NH3)3]
 kalium nitrosilpentasianoferat(II) = K[Fe(CN)5NO]
LIGAN AMBIDENTAT
Beberapa jenis ligan memiliki lebih dari satu pasang elektron bebas yang bisa
digunakan dalam pembentukan ikatan, sehingga dapat terikat pada logam melalui
atom yang berbeda. Ligan semacam ini disebut sebagai ligan ambidentat.
Contoh :
 NO2- : nitro ONO- : nitrito
Ligan nitro berikatan dengan logam melalui pasangan elektron bebas pada
atom N. Adapun ligan nitrito berikatan dengan logam melalui psangan elektron
bebas yang dimiliki oleh atom O
 SCN- : tiosianato NCS- : isotiosiano
Tiosianat terikat pada logam melalui atom S. Sedangkan isotiosianta
membentuk ikatan dengan logam melalui pasangan elektron bebas yang
dimiliki oleh atom N

Atom pada ligan yang berikatan dengan logam dapat pula ditunjukkan dengan
menuliskannya dalam huruf kapital
Contoh :
 [Co(NH3)5(NO2)]Cl2 (kuning-kecoklatan)
Pentaamminnitrokobalt(III) klorida
pentaamminnitrito-N-kobalt(III) klorida
 [Co(NH3)5(ONO)]Cl2 (merah)
Pentaamminnitritokobalt(III) klorida
Pentaamminnitrito-O-kobalt(III) klorida
 Beri nama senyawa kopleks berikut :
a. Na3[Cr(NO2)6]
b. K[Ag(CN)2]
c. [Co(H2O)4Cl2]Cl

8
JAWAB :

A. Natrium heksanitrokromat(III) = kompleks negatif


B. Kalium disianoargentat(I) = kompleks negatif
C. Tetraakuadiklorokobal(III) klorida = kompleks positif

LIGAN JEMBATAN
Pada sejumlah kompleks, terdapat lebih dari satu atom logam sebagai atom
pusat dari kompleks tersebut. Kedua atom logam dihubungkan oleh ligan yang
berfungsi sebagai jembatan dengan menghubungkan 2 atom logam tersebut. Ligan
semacam ini disebut sebagai ligan jembatan
Ligan yang berfungsi sebagai ligan jembatan pada penulisannya diberi awalan
μ. Jika ada dua atau lebih ligan jembatan, dinyatakan sebagai di-μ atau μ-di,tri-μ atau
μ-tri, dan seterusnya
Urutan ligan jembatan dalam penulisan nama kompleks disesuaikan secara
alfabetis dengan ligan-ligan lainnya dalam kompleks tersebut
Contoh :

Oktaammine μ-dihidroksodikobalt(III) sulfat

LATIHAN
1. Berikan bentuk, sifat dan nama bagi sejumlah senyawa kompleks berikut !
a. Na2[Fe(CN)5(NO)]
b. [Co(N3)(NH3)5]SO4
c. K2[Cr(CN)2(O)2(O2)(NH3)]
d. [Pt(NH3)4Cl2][PtCl4]
e. K4[Ni(CN)4]
2. Tuliskan rumus bagi senyawa kompleks yang memiliki nama berikut !
a. Diklorotetraakuakromium (III) nitrat
b. Kalium tetrafluoroargentat (I)
c. Kalium tetraazidokobaltat (III)
d. Amonium akuopentafluoronikelat (IV)
e. Diammin perak (I) tetrasianoferrat (III)

9
REAKSI-REAKSI SENYAWA KOMPLEKS

Senyawa Kompleks

Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA
( disodium ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ). Titrasi kompleksometri ini
ada 3 macam, yaitu langsung, tidak langsung, dan substitusi. tergantung sifat zat yang akan
ditentukan, misalnya calcium, maka indikator yang dipakai, pH dll akan berbeda, dalam titrasi
kompleksometri juga. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion – ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Syaratnya
mempunyai kelarutan tinggi.

Contohnya : kompleks logam dengan EDTA dan titrasi dengan merkuro nitrat dan perak
sianida.

Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian satu molekul
pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik lain. Gugus-gugus yang
terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh
persamaan:

              M(H2O)n + L = M (H2O)(n-1) L + H2O

Disini ligan (L) dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan, dengan
penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat terjadi, sampai terbentuk
kompleks MLn; n adalah bilangan koordinasi dari logam itu, dan menyatakan jumlah
maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya.

              Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion
logam. Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul H2O atau
NH3, adalah monodentat,  yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh
penyumbangan satu pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau
ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron

10
menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan adalah mungkin untuk
membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama; ligan seperti ini disebut
bidentat dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina)
kobalt(III), [Co(en)3]3+. Dalam kompleks oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(III), setiap
molekul etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron
menyendiri dari kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin
beranggota-5, yang masing-masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan cincin ini
disebut penyepitan (pembentukan sepit atau kelat).

              Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom-koordinasi per molekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asam etilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen-penyumbang dan empat atom oksigen-penyumbang dalam
molekul, dapat merupakan heksadentat.

              Spesi-spesi yang lompleks itu tak mengandung lebih dari satu ion logam, tetapi pada
kondisi-kondisi yang sesuai, suatu kompleks binuklir, yaitu kompleks yang mengandung dua
ion logam, atau bahkan suatu komleks polinuklir, yang mengansung lebih dari dua ion logam,
dapat terbentuk. Begitulah, interaksi antar ion Zn2+ dan Cl- dapat menimbulkan pembentukan
kompleks binuklir, misalnya [Zn2Cl6]2- disamping spesi seederhana seperti ZnCl3- dan ZnCl42-.
Pembentukan kompleks binuklir dan polinuklir jelas akan lebih diuntungkan oleh konsentrasi
yang tinggi ion logam itu; jika yang terakhir ini berada sebagai konstitusi runutan dari larutan,
kompleks-kompleks polinuklir sangat kecil kemungkinannya akan terbentuk.

Stabilitas dari pada ion kompleks


Suatu ion kompleks yang terjadi dari gabungan ion sederhana dengan ion-ion lain atau dengan
molekul-molekul di dalam larutan dapat atau tidak dapat berdisosiasi kedalam komponen-
komponen penyususnnya.
Perubahan yang bolak-balik yang terjadi pada ion kompleks yang bilangan oksidasinya +2,
secara umum disosiasi dan pembentukannya kembali digambarkan sebagai berikut :

[MA4]++ M2+ + 4A

Pada kesetimbangan :

[M++] [A]4
K=
[MA4++]

Selanjutnya untuk reaksi kesetimbangan berikut :

11
[MX4]= M++ + 4X-

Pada kesetimbangan :

[M++] [X-]4
K=
[MX4=]

Besar kecilnya harga K merupakan harga ukuran derajat disosiasinya. Makin besar harga K
maka makin besar pula derajat dissosiasinya, sehingga tetapan kesetimbangan K disebut
tetapan dissosiasi.
Derajat Disosiasi
Dalam suatu reaksi yang berkesudahan, zat-zat yang kita reaksikan senantiasa habis (tidak ada
sisa), asalkan perbandingan mol zat-zat yang kita reaksikan itu sesuai dengan ukurannya.
Namun dalam suatu reaksi kesetimbangan ada kalanya zat-zat yang kita reaksikan tidak
pernah habis, sebab reaksi berlangsung dalam dua arah. Ketika kesetimbangan tercapai, zat-zat
diruas kiri selalu kita dapatkan, dan zat-zat yang diruas kanan yang dihasilkan.
Oleh karena itu, zat-zat yang kita reaksikan (zat diruas kiri) memiliki suatu harga yang disebut
derajat disosiasi atau derajat penguraian yang dilambangkan , dimana merupakan ukuran
tentang banyaknya hasil reaksi yang terbentuk. Jika harga derajat disosiasi besar, maka
semakin banyak zat tersebut terurai untuk membentuk hasil reaksi.
Derajat disosiasi dirumuskan :

Mol zat yang terurai


=
mol zat mula – mula
Sehingga mol zat yang terurai =  . mol zat mula-mula
Sebagai contoh :
Dalam suatu ruangan mula-mula kita mendapatkan 0,05 mol PCl 5 dan pada saat
kesetimbangan terdapat 0,01 mol PCl3, berdasarkan reaksi :
PCl5 PCl3 + Cl2
Tentukan besarnya derajat disosiasi dari persamaan tersebut!
Jawaba :
PCl5 PCl3 + Cl2
M 0,05
T 0,01 0,01 0,01
S 0,04 0,01 0,01
Maka
0,01

12
= = 1/5
0,05

Reaksi-reaksi kimia tergantung pada stabilitas :


Stabilitas dari suatu ion kompleks kadang-kadang dapat menentukan reaksi pada kondisi
tertentu. Misalnya disosiasi ion [Ag(NH3)2]+ dapat ditentukan apakah dalam kondisi tertentu
perakhalogenida akan diendapkan atau akan larut. Jika larutan yang mengandung ion-ion
[Ag(NH3)2]+ dicampur dengan larutan yang mengandung ion-ion Cl-, maka AgCl tidak akan
mengendap, sebab konsentrasi ion perak hasil dissosiasi ion kompleks [Ag(NH 3)2]+ tidak
cukup besar, sesuai dengan reaksi :
[Ag(NH3)2]+ Ag+ + 2NH3
sehingga CAg + x CCl- < LAgCl sehingga AgCl larurt
tetapi jika campuran tersebut ditambahkan dengan ion H+ , maka AgCl akan mengendap,
sebab :

persamaan 1 NH4+ NH3 + H+ derajat disosiasi 1

persamaan 2 [Ag(NH3)2]+ Ag+ + 2NH3 derajat disosiasi 2


dimana derajat disosiasi 1 < derajat disosiasi 2, sehingga ion H + akan mengikat Molekul-
molekul NH3 menjadi NH4+ dan pada kesetimbangan reaksi 2 akan bergeser kekanan maka
konsentrasi Ag+ menjadi besar, dan CAg + x CCl- > LAgCl sehingga AgCl dapat mengendap.

Reaksi Oksidasi Ion Kompleks


Reaksi oksidasi dan reduksi yang menyangkut ion kompleks berdasarkan sifat oksidasi dan
reduksi suatu ion logam yang dapat berbeda, dikarenakan perbedaan ligan yang dikoordinir.
Misalnya, molekul-molekul air yang berada dalam lingkungan koordinasi dari atom kobalt
menstabilkan atom kobalt tersebut pada keadaan oksidasi +2 dengan ion kompleks
[Co(H2O)6]++, sedangkan molekul-molekul NH3 menstabilkan atom kobalt pada keadaan
oksidasi +3 dengan ion kompleks [Co(NH3)6]+++

LATIHAN

1. 4 mol K4[Fe(CN)6] dimasukkan dalam wadah, kemudian terurai menurut reaksi :


K4[Fe(CN)6] 4K+ + [Fe(CN)6]4-
Jika terbentuk 2 mol K4[Fe(CN)6], hitunglah derajat disosiasinya!
2. Berapa gram [Co(NH3)6](NO)3 yang harus ditambahkan pada reaksi penguraian
[Co(NH3)6](NO)3 [Co(NH3)6]3+ + 3NO3-
yang menghasilkan 3 mol [Co(NH3)6]3+ dan derajat disosiasi sebesar 0,06 ?

13
3. Dalam suatu kesetimbangan terdapat 10 gram [Co(H 2O)6]Cl2 dan menghasilkan 10-5
mol Cl-. Hitunglah derajat disosiasi [Co(H2O)6]Cl2 tersebut !

IKATAN SIGMA DAN IKATAN PI

Jika kita perhatikan dua senyawa C2H4 (etena) dan C2H2 (etuna). Dalam kedua

senyawa tersebut masing-masing atom C kovalensinya 4 dan dalam keadaan tereksitasinya

konfigurasi atom C sebagai berikut :

6C : 1s2 2s1 2p1x 2p1y 2p1z

Pada C2H4 (etena), mula-mula masing-masing atom C mengalami hibridisasi sp2 ,

karena 1 orbital 2s dan 2 orbital 2p mengalami pemblasteran. Selanjutnya antara ke dua atom

C terjadi overlapping (tumpang tindih) yaitu antara 1 orbital sp2 dengan 1 orbital sp2

menghasilkan ikatan sigma (  ). Dua orbital sp2 yang lain dari masing-masing atom C

overlapping dengan orbital 1s dari 4 atom H, menghasilkan ikatan sigma ( ). Sisa orbital 1p

dari masing-masing atom C ( 2pZ ) , saling overlap menghasilkan ikatan pi ( ). Terjadinya

ikatan sigma dan ikatan pi pada etena dapat dilukiskan sebagai berikut

14
Pada etuna , mula mula masing-masing atom C mengalami hibridisasi sp, karena 1

orbital 2s dan 1 orbital 2p mengalami pencampuran. Selanjutnya antara dua atom C terjadi

pertindihan antara sp dengan sp menghasilkan ikatan sigma, kemudian sisa 1 orbital sp dari

masing-masing atom C overlaping dengan orbital 1s dari atom H, menghasilkan ikatan sigma.

Kemudian sisa 2 orbital 2p dari masing-masing atom C saling overlap menghasilkan 2 ikatan

pi. Terjadinya ikatan sigma dan pi pada etuna dapat digambarkan sebagai berikut :

I I
H-C–C–H H–C C-H
I I

15
IKATAN PISANG (BANANA BOND)

Jika kita perhatikan pada molekul B2H6, yang sepintas lalu strukturnya serupa dengan

C2H6. Akan tetapi pada B2H6 jumlah elektron valensinya 12 dan rumus elektronnya

digambarkan sebagai berikut :

Pada struktur terlihat bahwa atom H memenuhi aturan duplet, sedangkan atom B tidak

memenuhi aturan okrtet. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa atom H pada B 2H6 tidak

seharga, 4 atom H dari B2H6 dapat diganti dengan mudah, misalnya dapat diganti dengan

gugus CH3, akan tetapi dua pengganti ataom H yang lain mengakibatkan molekul B 2H6

terpecah, misalnya menghasilkan molekul B(CH3)3 . Struktur ruang molekul B2H6

digambarkan sebagai berikut :

16
Dalam gambar terlihat bahwa 4 atom H yang ekivalen (seharga) bersama dengan 2 atom B

yang lain terletak pada bidang yang lain, dan kedua bidang tersebut saling tegak lurus. Kedua

atom B dihubungkan melalui dua jembatan hidrogen sehingga membentuk hibridisasi sp3 dan

hibridisasi sp3 dari masing-masing atom B overlap dengan orbital 1s dari 4 atom H yang

seharga membentuk ikatan sigma. Sedangkan ikatan sp3 yang lain dari kedua atom B overlap

dengan orbital 1s dari 2 atom H menghasilkan ikatan pisang. Terjadinya ikatan pisang pada

molekul B2H6 dilukiskan sebagai berikut :

Umumnya senyawa semacam itu elektron aseptor, oleh karena itu B2H6 dapat berreaksi dengan

atom Kalium yang dapat memberikan elektron, sehingga terjadi K2B2H6.

17
JARI-JARI ATOM DAN ION

Menurut model atom Bhor, jarak dari inti atom ke lintasan elektron yang paling luar

sama dengan harga jari-jari atom tersebut. Oleh karena awan elektron sebenarnya tidak

mempunyai bentuk yang kaku, maka harga jari-jari atom dapat berubah-ubah, bergantung

kepada keadaan unsur tersebut. Misalnya jari-jari atom suatu unsur dalam keadaan gas akan

berlainan dengan jari-jari atom unsur tersebut dalam keadaan padat. Begitu pula jari-jari atom

dalam bentuk unsur tidak sama dengan dalam bentuk senyawa.

Oleh karena jari-jari atom itu bersifat aditif, yang artinya jarak antara dua inti atom

dapat dianggap sama dengan jarak dari jumlah jari-jari jika atom-atom tersusun rapat, maka

berdasarkan harga jarak-jarak antara inti atom tersebut dapat dihitung harga jari-jari atom.

18
Jari-jari atom (jari-jari kovalen) sama dengan setengah jarak antara inti atom sejenis yang

berikatan dan jari-jari atom (jari-jari kovalen) untuk inti atom yang tak sejenis yang berikatan,

berlaku :

rAB = rA + rB

rAB = jarak antara inti A dan inti B

rA = jari-jari atom A

rB = jari-jari atom B

Menurut Schomaker dan Stevenson bahwa menurut hasil eksperi r AB < rA + rB , hal

tersebut disebabkan adanya perbedaan sifat elektromagnertifitas antara atom A dan atom B

dan mengusulkan rumus sebagai berikut :

rAB = rA + rB - 9. 10-2 . x

dimana x = selisih kelektronegatifitas antara A dan B

jari-jari atom dalam satuan pikometer (pm)

1 m = 1012 pikometer = 1010 angstrom

Dalam susunan berkala unsur-unsur :

a) Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil (karena terjadi

konstraksi)

b) Dalam satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom semakin besar (karena kulit

semakin bertambah)

Menurut Fazans menyatakan bahwa pembentukan ion akan bertambah dengan mudah apabila :

1. Struktur ion yang terjadi adalah stabil

2. Muatan ionnya kecil

3. Bila ukuran atom yang membentuk ion negatif besar, dan atom yang membentuk ion

positif kecil.

19
Suatu akibat yang mencolok dari pembentukan ion positif atau kation , ialah bahwa

ion yang bermuatan positif tersebut berukuran lebih kecil dari pada atom netralnya. Karena

jari-jari lintasan elektron paling luar menentukan ukuran atom, maka hilangnya elektron dari

lintasan tersebut mengakibatkan ukuran kation menjadi lebih kecil dari pada atom netralnya.

Sebaliknya, karena pembentukan ion negatif atau anion disertai penambahan satu elektron atau

lebih pada kulit valensinya atom netralnya, dan elektron baru tersebut menimbulkan gaya

tolak menolak dengan elektron yang lama, maka akan mengakibatkan jari-jari anion lebih

besar dari pada atom netralnya.

Kalau kita perhatikan SPU, maka dalam satu golongan dari atas ke bawah jari-jari

atom akan semakin besar, sedangkan dalam satu periode dari kiri ke kanan, kation dengan

muatan tetap jari-jarinya semakin kecil dikarenakan tingkat oksidasinya semakin kecil.

Pada kesetimbangan jarak antara inti kation dan anion ( ro ) sama dengan jumlah jari-jari

kation ( r+ ) dan jari-jari anion ( r- ) dan dirumuskan sebagai berikut :

ro = r + + r - dan r- / r+ = Z* kation / z* anion

Z* kation = muatan inti efektif kation

Z* anion = muatan inti efektif anion

Sedangkan muatan inti efektif dapat dihitung dari :

Z* = Z - S

Dimana Z = nomor atom dan S = tetapan lindungan

Tetapan lindungan ( S ) dapat dihitung dengan menggunakan aturan empiris yang

dikemukakan oleh Slater sebagai berikut :

1. Tuliskan konfigurasi elektron dari unsur dengan mengikuti urutan dan pengelompokkan

sabagai berikut : (1s) (2s,2p) (3s,3p) (3d) (4s,4p) (4d) (4f) (5s,sp) dan seterusnya

2. Semua elektron selain dari pada satu ( yang menderita atau dipertimbangkan) dalam kulit

(ns,np) akan mempunyai lindungan 0,35.

3. Semua elekron dalam kulit n=1 mempunyai lindungan masing-masing 0,85.

4. Semua elektron dalam kulit n = 2 atau kulit yang lebih rendah dari n=2 mempunyai

lindungan masing-masing 1,00

20
5. Elektron sebelah kanan dari nx tidak diperhitungkan.

6. Jika elektron yang terkena lindungan berada dalam kelompok nd atau nf, maka semua

kelompok elektron yang disebelah kiri nd atau nf akan mempunyai harga lindungan

masing-masing sebesar 1,00

Contoh :

1) 7N : 1s2 2s2 2p3 -------- 7M : (1s)2 (2s,2p)5

S : (2 x 0,85) + (4 x 0,35) = 3,10

Z* : Z - S = 7 – 3,10 = 3,9

2) 30 Zn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10

30 Zn : (1s)2 (2s,2p)8 (3s,3p)8 (3d)10 (4s)2

S : (10 x 1,00) + (18 x 0,85) + (1 x 0,35) = 25,65

Z* :Z - S = 30 - 25,65 = 4,35

3) Untuk elektron 3d dari Zn

S : (18 x 1,00) + (9 x 0,35) = 21,150

Z* :Z - S = 30 - 21,15 = 8,85

4) Menghitung jari-jari Na+ dan F-


Jika diketahui ro = r+ + r- = 231 ppm dan r- / r+ = Z*kat / Z* an
Jawab :

11 Na : 1s2 2s2 2p6 3s1 ------ S = (2 x 1 ) + (8 x 0,85) + (0 x 0,35)

Z*Na+ : 11 – {(2 x 0,85) + (7 x 0,35)} = 6,85

9 F : 1s2 2s2 2p5 ----- S = (2 x 0,85) + (8 x 0,35)

Z*F- : 9 – { (2 x 0,85) + (7 x 0,35) } = 4,85

Jadi :
= Z*kat / Z* an = rF- / rNa+ = 4,850 / 6,850 ……………….. I

= ro = r+ + r- = 231 ppm ………………………………… II

Penyelesaian kedua persamaan tersebut akan menghasilkan :

rNa+ = 95 pm dan rF- = 136 pm

Tugas:

21
1. Tentukan nilai dari Z* dari :
a. 20Ca
b. 17Cl
c. 26Fe
d. 40Zr
e. 33As

2. Jika diketahui :ro = r+ + r- = 231 ppm


Tentukan jari-jari Li+ dan Br- dalam LiBr Nomor atom Li 3 dan Br 35

3. Tentukan pula jari-jari K+ dan Cl- dalam KCl nomor atom K 19 dan Cl 17

Selamat mengerjakan

Muatan Resmi dan Seleksi Struktur Lewis

Muatan Resmi adalah suatu perhitungan yang kita gunakan pada struktur lewis yang
dirumuskan sebagai berikut :

Muatan Resmi =[ Jumlah e kulit valensi] – [Jumlah ikatan dalam atom] – [jumlah e yang
tidak terbagi]

Sebagai contoh :

Tentukan muatan resmi untuk senyawa H2SO4 dengan


a. ikatan tunggal

22
b. dengan dua ikatan rangkap pada S – O

Jawab :

a. Muatan resmi untuk ikatan tunggal adalah :


Untuk atom belerang = 6 – 4 – 0 = +2
Untuk atom Oksigen = 6 – 1 – 6 = -1
b. Muatan resmi untuk ikatan rangkap S – O adalah :
Untuk atom belerang = 6 – 6 – 0 = 0
Untuk atom Oksigen = 6 – 2 – 4 = 0

Bila beberapa kemungkinan struktur lewis yang dapat di buat, maka struktur dengan muatan
resmi yang paling kecil dan paling stabil yang dipilih, sehingga yang dapat dipilih untuk kedua
struktur H2SO4 tersebut adalah Struk yang memiliki ikatan rangkap dua S – O karena
memiliki muatan resmi yang kecil.

LATIHAN
1. Tentukan muatan resmi atom P dan O dalam POCl 3 dimana yang satu ada
ikatan tunggal P – O dan ikatan rangkap P = O serta tentukan rumus yang
terbaik dari ke dua struktur tersebut jika diketahui nomor atom P = 15, O = 8
dan Cl = 17 !
2. Tentukanlah rumus struktur lewis yang terbaik untuk ion SO 42- (sulfat) jika
diketahui nomor atom S = 16 dan O = 8 !

23

Anda mungkin juga menyukai