Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MENINGKATKAN SENYAWA ALLICIN PADA BAWANG PUTIH


MELALUI KULTUR IN VITRO UNTUK STIMULASI IMUNITAS TUBUH
TERHADAP SARS-COV

BIDANG KEGIATAN

PKM GAGASAN TERTULIS

Anggota Kelompok:

Rezky Salma Mutmainah I1C018024

Retno Ayu Wulandari I1C018026

‘Adlan Baqi I1C018076

Larasati Maharani I1C018078

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia
dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Karya tulis ini diberi
judul “Meningkatkan Senyawa Allicin pada Bawang Putih Melalui Kultur in Vitro
untuk Stimulasi Imunitas Tubuh terhadap SARS-COV”, disusun dalam rangka tugas
besar pembuatan proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Gagasan Tertulis.

Selama proses penyusunan dan menyelesaikan tugas ini, penulis


mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan, arahan, saran dan kritik demi terselesaikannya tugas besar ini dengan baik.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda tercinta dan adik, serta
rekan-rekan Farmasi angkatan 2018 yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

Akhirnya dengan selesainya tugas besar ini penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan tugas besar ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang sifatnya mebangun akan penulis terima dengan senang hati demi
kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta
masyarakat umumnya dan semoga dapat memberikan wawasan baru dalam
perkembangan ilmu dan teknologi.

Purwokerto, 10 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... II
DAFTAR ISI................................................................................................................................ III
BAB 1 Pendahuluan...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian...................................................................................................1
1.2. Tujuan Penelitian..............................................................................................................2
1.3. Manfaat Penelitian.............................................................................................................2
BAB 2 Gagasan............................................................................................................................. 4
2.1. Kondisi Covid Saat Ini.......................................................................................................4
2.2. Senyawa Allicin pada Tanaman Bawang Putih.....................................................................4
2.3. Kultur in Vitro..................................................................................................................5
2.4. Pengembangan Produksi Allicin dengan Kultur in Vitro........................................................5
2.5. Langkah Strategis Pengembangan Penelitian........................................................................7
BAB 3 Penutup............................................................................................................................. 8
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 9
1

BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Penelitian
COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) merupakan wabah penyakit
yang menginfeksi saluran pernafasan pada manusia. Secara resmi WHO
mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi global dan
mengklasifikasikannya sebagai darurat internasional pada 11 Maret 2020
(Stahel, 2020). WHO menyatakan bahwa wabah ini disebabkan oleh
coronavirus dengan strain baru yang disebut SARS-CoV-2 (Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2). Virus ini dapat ditularkan melalui
airborne droplet dari batuk, bersin dan kontak (Li et al, 2020). Corona virus
memiliki kemampuan bertahan yang cukup baik karena virus bersifat self
medication. Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang akan
melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, hingga parasite, serta
mengeliminasi zat asing lain dari tubuh. Untuk itu pada masa ini sangat
penting bagi masyarakat untuk menjaga sistem imun agar tetap kuat untuk
menjaga tubuh dari infeksi virus (Susilo et al, 2020)
Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan
beraneka ragam, terutama keragaman tanaman hasil pertanian dan rempah-
rempah. Kondisi tanah yang subur menyebabkan berbagai macam tanaman
dapat tumbuh terutama tanaman jenis rempah. Rempah-rempah di Indonesia
selain dimanfaatkan sebagai pengawet dan penambah rasa dalam masakan
juga digunakan sebagai obat tradisional. Salah satu tanaman yang banyak
digunakan yaitu bawang putih. Bawang putih merupakan imunostimulan
alami yang terbukti efektif dengan cara kerja memfasilitasi fungsi dari sel-sel
fagositik dan meningkatkan aktivitas bakterisida (Erguig et al., 2015).
Imunostimulan adalah salah satu jenis imunomodulator. Cara kerja
imunomodulator meliputi: 1) mengembalikan fungsi sistem imun yang
terganggu (imunorestorasi), 2) memperbaiki fungsi sistem imun
(imunostimulasi) dan 3) menekan respon imun (imunosupresan) (Suhirman &
Winarti, 2010). Imunostimulan diketahui mampu meningkatkan pertahanan
tubuh secara alami dengan melawan agen penginfeksi serta membantu
pengobatan berbagai jenis penyakit sistem imun. Imunostimulan ini
merupakan zat yang dapat meningkatkan sistem imun yang berguna bagi
tubuh untuk melawan COVID-19 (Gasmi, et al., 2020).
Bawang putih (Allium sativum) mengandung lebih dari 100 metabolit
sekunder yang sangat berguna termasuk alliin, alliinase, allisin, S-alilsistein,
diallil sulfida, allil metil trisulfida. Allicin merupakan senyawa organosulfur
yang paling banyak dalam bawang putih. Senyawa ini kebanyakan
mengandung belerang yang bertanggung jawab atas rasa, aroma, dan sifat
sifat farmakologi bawang putih seperti antibakteri, antijamur, antioksidan,
antikanker. Allicin terbentuk dari senyawa organosulfur utama dalam bawang
putih yaitu gamma-glutamyl-s-allyl-cysteine dan S-allyl-L-cysteine sulfoxides
(allicin) melalui reaksi enzimatis dengan bantuan enzim allinase (Rahmi, et
al., 2019). Bawang putih selain berfungsi sebagai perangsang kekebalan
2

tubuh, dapat merangsang sistem makrofag, sel darah putih dan


menghancurkan organisme asing dan meningkatkan sel T helper (Mathew &
Titus, 2009). Komponen bahan aktif bawang putih (misalnya allicin) dapat
meningkatkan stimulasi kekebalan tubuh dengan aktivasi mitogenik (Dorhoi
et al., 2006). Allicin adalah agen pengoksidasi dan berpotensi bereaksi dengan
tiol protein seluler dan glutathione yang mengarah ke pembentukan dari S-
allyl-mercapto-protein / glutathione. Peran multi-aspek allicin sebagai
antivirus agen, agen antimikroba, modulator sistem kekebalan tubuh,
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular mungkin berguna dalam
memerangi pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung (Shamasoddin et
al., 2020).
Kemenkes menyatakan bahwa pemulihan dari infeksi virus ini dapat
dilakukan tanpa perawatan khusus apabila seseorang memiliki imunitas yang
kuat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga sistem imun
agar tetap kuat untuk menjaga tubuh dari infeksi virus (Susilo et al, 2020)
karena wabah ini sangat meresahkan dikarenakan penyebarannya yang terjadi
sangat cepat. Peran allicin sebagai metabolit sekunder dari bawang putih yang
memiliki aktivitas imunostimulan berupaya untuk memerangi pandemi
COVID-19 yang penyebarannya terus berlanjut. Tumbuhan menghasilkan
berbagai jenis metabolit sekunder, namun kadarnya sangat rendah dan
pembentukannya sering berhubungan dengan tahap perkembangan tumbuhan.
Kultur in vitro merupakan alternatif yang dianggap efisien untuk
memproduksi metabolit sekunder dalam jumlah besar. Pemanfaatan kultur in
vitro didasarkan oleh teori totipotensi sel yang menyatakan bahwa setiap sel
membawa informasi genetik yang sama dengan genetik induknya. Hal ini
berimplikasi bahwa tumbuhan yang dikultur secara in vitro akan
menghasilkan metabolit sekunder yang sama dengan tumbuhan induknya
(Suryowinoto, 1996). Sehingga diharapkan dengan cara kultur in vitro, dapat
diperoleh metabolit sekunder yaitu allicin dari bawang putih dengan jumlah
besar sehingga dengan banyaknya senyawa metabolit yang berperan sebagai
imunostimulan tersebut, dapat memerangi pandemi COVID-19 yang
penyebarannya terus berlanjut.

1.2. Tujuan Penelitian


Dalam penulisan gagasan tertulis ini, penulis memiliki beberapa tujuan yaitu :
- Mengatasi penyebaran SARS-CoV-2 dengan meningkatkan imunitas
tubuh
- Mengetahui kandungan senyawa metabolit dari bawang putih (Allium
sativum) yaitu allicin sebagai stimulasi imunitas tubuh terhadap
SARS-CoV-2
- Mengetahui pengembanagn kultur in Vitro senyawa metabolit dari
bawang putih (Allium sativum) yaitu allicin untuk stimulasi imunitas
tubuh terhadap SARS-CoV-2

1.3. Manfaat Penelitian


3

- Bagi Universitas
Pemanfaatan kultur in vitro pada senyawa metabolit bawang
putih (Allium sativum) yaitu allicin sebagai stimulasi imunitas tubuh,
diharapkan dapat memberikan kontribusi penambahan ilmu
pengetahuan, khususnya bagi Manajemen Sumber Daya Manusia dan
digunakan untuk menambah referensi sebagai bahan penelitian
lanjutan yang lebih mendalam pada masa yang akan datang.
- Bagi Mahasiswa
Pemanfaatan kultur in vitro pada senyawa metabolit bawang putih
(Allium sativum) yaitu allicin sebagai stimulasi imunitas tubuh,
diharapkan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa serta
digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
- Bagi Masyarakat
Pemanfaatan kultur in vitro pada senyawa metabolit bawang putih
(Allium sativum) yaitu allicin sebagai stimulasi imunitas tubuh,
diharapkan mampu memberikan upaya kepada masyarakat untuk
mengurangi jumlah penyebaran SARS-CoV-2 yang berimplikasi pada
peningkatan taraf hidup masyarakat luas
- Bagi Negara
Pemanfaatan kultur in vitro pada senyawa metabolit bawang putih
(Allium sativum) yaitu allicin sebagai stimulasi imunitas tubuh, tentu
akan memberikan efek positif bagi perkembangan nusa dan bangsa di
segala bidang tidak hanya di bidang kesehatan namun juga di bidang
lain seperti ideologi, ekonomi, sosial dan budaya.
4

BAB 2
Gagasan
2.1. Kondisi Covid Saat Ini
Sampai dengan 07 Desember 2020, Pemerintah Republik Indonesia
telah melaporkan sejumlah 581.550 orang dikonfirmasi terjangkit COVID-19.
Telah dilaporkan pula, sebanyak 17.867 menunjukan angka kematian akibat
COVID-19 dan 479.202 pasien telah pulih dari penyakit tersebut. WHO
bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk memantau situasi dan
mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) Republik Indonesia telah mengambil tindakan untuk
meningkatkan upaya penanggulangan COVID-19 di Indonesia, mengacu pada
pedoman sementara WHO tentang novel coronavirus. Salah satu tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah yaitu menerapkan aturan terkait Social
distancing untuk mengurangi dan memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Konsep ini pada awalnya berjalan dengan cukup baik, dilihat dari
pertambahan jumlah orang yang terjangkit virus setiap harinya tidak sebanyak
sebelum diterapkan konsep social distancing.
Perjalanan konsep sosial distancing memang memberikan dampak
yang positif terhadap pengurangan penyebaran virus covid tetapi konsep ini
membawa perubahan di seluruh sektor kehidupan masyarakat sehingga
konsep sosial distancing ini justru dirasa memberatkan apabila terus
diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah mengkaji ulang terkait
hal ini yang selanjutnya mengeluarkan keputusan terkait New Normal atau
tatanan hidup baru. Konsep ini memperbolehkan setiap orang untuk
beraktivitas tetapi masih mengikuti protokol kesehatan. Namun, konsep new
normal ini justru dimanfaatkan dan akhirnya diremehkan oleh sebagian
masyarakat untuk membebaskan diri dengan melakukan kegiatan yang kurang
bermanfaat seperti berkumpul dengan teman-teman dan berlibur tanpa
memperhatikan protokol kesehatan sehingga penyebaran virus ini justru
semakin meningkat dan meresahkan semua warga masyarakat di Indonesia
2.2. Senyawa Allicin pada Tanaman Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu
masak dan obat-obatan oleh masyarakat Indonesia. Bawang putih banyak
dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, tidak hanya itu bawang putih juga
diketahui memiliki kemampuan untuk mengobati berbagai penyakit seperti
kolesterol, tekanan darah tinggi, dan jantung koroner. Bawang putih juga
sering digunakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah
penyempitan pembuluh darah (Brewster, 1994). Bawang putih mengandung
senyawa Allicin yang bermanfaat sebagai bakterisida dan Fungisida. Bawang
putih mengandung banyak metabolit sekunder salah satunya Allicin. Allicin
merupakan senyawa organosulfur yang paling banyak dalam bawang putih
dan banyak mengandung belerang yang yang bertanggung jawab atas rasa,
aroma, dan sifat-sifat farmakologi bawang putih seperti antibakteri, antijamur,
antioksidan, antikanker (Borlinghaus et al, 2014; Charu et al, 2014). Allicin
5

memiliki kandungan senyawa yang merupakan komponen dari imun aktif


sehingga memiliki sifat imunostimulan yang nantinya mampu mempengaruhi
stress oksidatif dan respon imun (Erguig et al., 2015). Efek imunostimulan
allicin dalam bawang putih telah dilaporkan dalam banyak studi yaitu
penambahan ekstrak pada manusia dan mencit meningkatkan fagositosis sel
peritoneal dan meningkatkan produksi interleukin-2 (IL-2), IL-12, interferon
dan tumor necrosis factor-alpha dari splenosit (Kyo et al., 2001; Lamm dan
Riggs, 2001; Chandrashekar et al., 2009; Osman et al., 2012), serta
metabolisme yang keluar dari makrofag (Rehman dan Munir, 2015).
2.3. Kultur in Vitro
Kultur In Vitro merupakan proses isolasi bagian-bagian tanaman
seperti sel, jaringan atau organ di atas medium secara aseptik dalam ruangan
terkendali sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Prinsip kultur ini didasarkan
pada teori sel yang ditemukan oleh dua ahli biologi Jerman yaitu Schleiden
dan Schwann. Teori tersebut menyatakan bahwa sel tumbuhan bersifat
autonom dan bersifat totipotensi. Sel bersifat autonom artinya dapat
melakukan metabolisme, tumbuh dan berkembang secara mandiri jika
diisolasi tunas dari jaringan induknya. Totipotensi diartikan sebagai
kemampuan sel untuk tumbuh dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap
kembali (Indriyanto, 2003). Kultur in vitro meliputi kultur kalus, suspensi sel,
agregat sel, kultur akar, meristem, akar adventif dan kultur organ. Salah satu
tujuan dilakukan kultur in vitro adalah produksi metabolit sekunder terutama
senyawa yang berkhasiat obat. Kultur in vitro mulai diperkenalkan pada akhir
tahun 1960 sebagai alat untuk mempelajari produksi metabolit sekunder
tumbuhan.
Kultur in vitro dalam menghasilkan metabolit sekunder mempunyai
beberapa keuntungan, antara lain:
a. Mampu membentuk senyawa bioaktif dalam kondisi terkontrol dan
waktu yang relatif lebih singkat
b. Bebas dari kontaminasi mikroba
c. Setiap sel dapat menghasilkan senyawa untuk memperbanyak
senyawa metabolit sekunder tertentu
d. Pertumbuhan sel terkontrol dan proses metabolismenya dapat diatur
secara rasional) karena kultur ini tidak bergantung kepada kondisi
lingkungan seperti keadaan geografi, iklim, dan musim.
(Hussain et al, 2020)

2.4. Pengembangan Produksi Allicin dengan Kultur in Vitro


Pemanfaatan kultur in vitro untuk memproduksi metabolit sekunder
telah banyak diteliti dan dilakukan antara lain senyawa glukotropaeolin dari
Tropaeolum majus, senyawa solasodin dari Solanum aviculare Forst dan
Solanum nigrum L., senyawa ajmalisin dan katarantin dari C. roseus.
Keberhasilan kultur ini dalam menghasilkan metabolit sekunder dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain, jenis media dan zat pengatur tumbuh.
6

Medium yang umum digunakan pada penelitian kultur in vitro adalah medium
MS dan B5. Medium MS digunakan secara luas untuk tujuan mikropropagasi
baik morfogenesis langsung, maupun morfogenesis tidak langsung, dan
produksi metabolit sekunder. Pemilihan medium yang digunakan dalam kultur
in vitro yang tepat dapat menentukan keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan suatu kultur (Hussain et al, 2020)
Untuk memproduksi metabolit sekunder melalui teknik in vitro
diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) pemilihan tanaman yang memiliki produksi metabolit sekunder yang
tinggi,
(2) pembuatan kultur in vitro dari sel tanaman terpilih,
(3) pengembangan medium pertumbuhan optimum,
(4) pengembangan metode untuk menginduksi pembentukan metabolit yang
diinginkan,
(5) pengembangan medium produksi yang optimum.
(Hussain et al, 2020)
Pada kultur in vitro perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu yaitu pembentukan tunas vegetatif, proliferasi tunas lateral dan
embriogenesis somatik (Lee et al, 2010). Embriogenesis somatik dipilih pada
kultur in vitro untuk menghasilkan produksi allicin. Kultur ini nantinya
membentuk variasi somaklonal dan perubahan produksi genetik pada
tumbuhan. Variasi somaklonal berpotensi untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas dari tumbuhan. Berdasarkan penelitian yang dijadikan
sebagai salah satu referensi, disebutkan bahwa kultur jaringan pada bawang
putih Mesir menggunakan medium MS, daun yang matang dari kultivar
bawang putih Mesir yang disterilkan selama 1 menit dalam etanol 70%
dilanjutkan selama 10 menit dalam larutan natrium hipoklorit 50% kemudian
dilakukan pencucian sebanyak tiga kali menggunakan air suling steril dan
terakhir ditanam pada media MS sehingga diperoleh akar steril dari daun yang
berkecambah secara aseptik. Kemudian 1 cm dari segmen akar yang
mengandung meristem apikal dikultur dalam media MS yang dilengkapi
dengan 2 mg/L kinetin, 1,7 mg/L asam asetat indol (IAA), dan 1,1 mg/L 2,4-
diklorofenoksi-asetat asam (2,4 -D). Setelah 1 bulan diperoleh kalus yang
rapuh dan kemudian dipindahkan ke media yang berbeda yaitu media yang
mengandung garam MS dan vitamin Gambergis lalu ditambah dengan 2 mg/L
asam asetat naftalen (NAA) dan disimpan di bawah regimen selama 16 jam
dengan cahaya atau 8 jam dalam kondisi gelap pada suhu 25°C (Badria & Ali,
1999).
Dihasilkan planlet yaitu tanaman mini yang tumbuh secara aseptik
dalam kondisi terkontrol yang telah memiliki batang, akar, dan daun, serta
sudah melakukan respirasi dan fotosintesis. Plantet kemudian dipindahkan ke
pot dengan kelembaban tinggi yang dikurangi secara bertahap. Tanaman yang
telah beregenerasi ditransplantasikan ke dalam tanah untuk mendapatkan
generasi somaklonal pertama (SCI) dan terbentuk umbi yang tidak terbagi.
Pada generasi selanjutnya (SC2) diperoleh tanaman normal dan umbi. Setelah
7

budidaya lapangan terjadi selama empat siklus, umbi tanaman beregenerasi


(somaklon) digunakan dalam investigasi penelitian (Badria & Ali, 1999).
Teknik kultur jaringan pada bawang menyebabkan terbentuknya hasil
yang luar biasa untuk menginduksi variasi genetik dan kimiawi. Pada variasi
somaklonal pertama didapatkan umbi yang tidak terbagi. Setelah empat siklus
budidaya lapangan, somaklon terpilih pada generasi keempat menunjukkan
perbedaan karakter umbi yang signifikan dibandingkan dengan tanaman
aslinya. Kandungan allicin dianalisis pada klon hasil regenerasi dengan
kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa
somaklon mengandung allicin sebanyak 14,50 mg / g, dibandingkan dengan
3,80 mg / g pada tanaman kontrol (Badria & Ali, 1999). Dengan demikian,
melalui kultur jaringan secara in vitro, allicin dapat dihasilkan dan ditemukan
lebih banyak dibandingkan dengan cara standar atau alami,

2.5. Langkah Strategis Pengembangan Penelitian


Dalam pengembangan perbanyakan produksi Allisin melalui kultur in
vitro ini dibutuhkan adanya kerjasama dari berbagai pihak diantaranya
pemerintah, peneliti, dan petani. Pemerintah bertanggung jawab memfasilitasi
terkait pemberian dana yang digunakan untuk melakukan pengembangan
lebih lanjut dalam memproduksi obat atau vaksin untuk mengatasi Virus
Covid-19. Selain itu, pemerintah juga berperan mensosialisasikan hasil
pengembangan dari penelitian yang sudah dilakukan dan terakreditasi kepada
masyarakat agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Para peneliti juga
memiliki tugas untuk merealisasikan program kultur in vitro ini dan terus
mengembangkan mengenai penelitian ini yang nantinya dijadikan inovasi
baru sehingga dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di
Indonesia, selanjutnya adalah peran petani untuk menghasilkan produk panen
bawang putih dengan kualitas yang baik sehingga memudahkan peneliti untuk
melakukan penelitian dan memperoleh hasil sesuai harapan yang nantinya
dapat berguna dan bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
8

BAB 3
Penutup
3.1. Kesimpulan
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu
masak dan obat-obatan oleh masyarakat Indonesia. Bawang putih
mengandung banyak metabolit sekunder, salah satunya yaitu Allicin. Peran
multi-aspek allicin sebagai agen antivirus, agen antimikroba, modulator
sistem kekebalan tubuh, menurunkan risiko penyakit kardiovaskular mungkin
berguna dalam memerangi pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung.
Kultur in Vitro merupakan proses isolasi bagian-bagian tanaman seperti sel,
jaringan atau organ di atas medium secara aseptik dalam ruangan terkendali
sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman yang lengkap. Teknik kultur jaringan pada bawang
menyebabkan terbentuknya hasil yang luar biasa untuk menginduksi variasi
genetik dan kimiawi. Dengan demikian, melalui kultur jaringan secara in
vitro, allicin dapat dihasilkan dan ditemukan lebih banyak dibandingkan
dengan cara standar atau alami.
9

DAFTAR PUSTAKA

Badria FA, Ali A-AA (1999). Chemical and genetic evaluation of somaclonal
variants of egyptian garlic (Allium sativum L.). J. Med. Food 2: 39-43.
Borlinghaus, Jan & Albrecht, Frank & Gruhlke, Martin & Nwachukwu,
Ifeanyi & Slusarenko, Alan. 2014. Allicin: Chemistry and Biological
Properties. Molecules. 19 : 12591-12618
Brewster, J.L. 1994. Onion and Other Vegetable Alliums. CAB International,
UK
Chandrashekar PM, Venkatesh YP, 2009, Identification of The Protein
Components Displaying Immunomodulatory Activity in Aged Garlic
Extract. J Ethnopharmacol. 124(3):384-390.
Charu, K., S. Yogita, S. Sonali. 2014. Neutraceutical Potential of Organosulfur
Compounds in Fresh Garlic and Garlic Preparations. Int. J. Pharm.
Bio.Sci. 5(1): 112–126.
Dorhoi A, Dobrean V, Zahan M, Virag P, 2006, Modulatory effects of several
herbal extracts on avian peripheral blood cell immune responses.
Phytotherapy Research, 20(5): 352-358.
Erguig, M., Yahyaoui, A., Fekhaoui, M., & Dakki, M. 2015. The Use of Garlic
in Aquaculture. European Journal of Biotechnology and Bioscience.
3(8): 28-33.
Gasmi, A., Noor, S., Tippairote, T., Dadar, M., Menzel, A., 2020. Individual
Risk Management Strategy and Potential Therapeutic Options for The
COVID-19 Pandemic. Clin. Immunol. 215 : 1–9.
Hussain, A., Iqbal, A. Q., Hummera, N., and Ikram, U. 2010. Plant Tissue
Culture: Current Status and Opportunities.
http://dx.doi.org/10.5772/50568.: 1-28.
Indrianto. 2003. Bahan Ajar Kultur Jaringan Tanaman. Yogyakarta : Fakultas
Biologi UGM.
Kyo E, Uda N, Kasuga S, Itakura Y,. 2001. Immunomodulatory effects of
aged garlic extract. J Nutr. 131(3): 1075-1079.
Lamm DL, Riggs DR. 2001. Enhanced Immunocompetence by Garlic: role in
bladder cancer and other malignancies. J Nutr. 131:1067-70.
Lee, Sook-Young & Kim, Haeng-Hoon & Kim, Yong-kyoung & Park, Nam-il
& Park, Sang Un. (2010). Plant regeneration of garlic (Allium sativum
L.) via somatic embryogenesis. Scientific Research and Essay. 4. 1569-
1574.
Li, C., Zhao, W., He, C., Wu, D., Yue, Y. and Chen, Y., 2020, COVID-19
Prevention and Control Strategies for Psychiatric Hospitals. Psychiatry
Research.289: 112935.
Mathew & Titus. 2009. Efficacy of Allium sativum (garlic) Bulbs Extracts on
Some Enteric (Pathogenic) Bacteria. New York Science Journal. 2: 24-
28.
Osman, M.T., Adnan, A., Bakar, N. S., & Alashkham, F. 2012. The Potential
Immunomodulatory Effect Of Allicin Administration In Autoimmune
10

Disease Process Of Type 1 Diabetes Mellitus. International Journal of


Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 4(5): 440-444.
Rahmi, Z., Diannita H, Syafrina S. L & Darmawi. 2019. The Effect Of Giving
White Pure Ethanol Extract (Allium sativum) On The Growth Of
Aeromonas hydrophyla Bacteria In Goldfish (Cypirinus carpio)
cultivation. Jurnal Medika Veterinaria. 13 (2):159-165.
Rehman, Z. U., & Munir, M.T. 2015. Effect of Garlic On The Health and
Performance of Broilers. Veterinaria. 3(1): 32-39.
Shekh Shamasoddin, K. Kasi Amarnath Reddy & Konkallu Hanumae Gowd.
2020. In Silico Allicin Induced S-thioallylation of SARS CoV-2 Main
Protease. Journal of Sulfur Chemistry.
https://doi.org/10.1080/17415993.2020.181745
Shereen, M.A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N. and Siddique, R. 2020.
COVID-19 Infection: Origin, Transmission, and Characteristics of
Human Coronaviruses. Journal of Advanced Research. 24: 91-98.
Stahel, P.F., 2020, How to Risk-stratify Elective Surgery During The COVID-
19 Pandemic. Patient Safety in Surgery.14 (8) :1-4.
Suhirman, S., & Winarti, C. 2010. Prospek dan Fungsi Tanaman Obat
sebagai Imunomodulator. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik.

Anda mungkin juga menyukai