Anda di halaman 1dari 24

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN

KEMANGI (Ocimum sanctum L) TERHADAP


BAKTERI Staphylococcus aureus

Disusun Oleh :
Veisy Dianty Lengkey
NIM 20617002

Program Studi Farmasi


Fakultas Sains dan Teknologi
Univeristas Prisma

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas cinta kasih
dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan proporsal penelitian ini
dengan segala baik dan tepat pada waktunya.

Proposal Penelitian yang berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI


EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) TERHADAP
BAKTERI Staphylococcus aureus”. dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah metodologi penelitian, serta sebagai pengantar kepada suatu penyusunan
proporsal penelitian di akhir perkuliahan nanti.

Diucapkan banyak terimakassih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam


pennyusunan proposal ini. Terutama kepada Sir Mario Walean S.Pd M.Si selaku
penanggung jawab dan dosen pengampuh mata kuliah metodologi penelitian yang
telah memberikan arahan dan pelajaran selamma penyusunan proposal penelitian
ini.

Saya sebagai penyusun menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari
seluruh pembaca, demi kesempurnaan proposal ini. Namun besar harapan saya
kiranya proposal ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, dan dapat menjadi
bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang farmasi.

Kolongan, 13 April 2020

Penyusun

Veisy Dianty Lengkey


NIM : 20617002
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

ABSTRAK.................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5

1.1.Latar Belakang...............................................................................................5

1.2.Rumusan Masalah..........................................................................................6

1.3.Tujuan Penulisan............................................................................................7

1.4.Manfaat Penulisan..........................................................................................7

1.5. Definisi Operasional dan Ruang lingkup penelitian......................................7

1.5.1. Definisi Operasional...............................................................................7

1.5.2. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................7

Bab II Tinjauan Pustaka...........................................................................................8

2.1.Tinjauan Teoritis............................................................................................8

2.1.1.Taksonomi dan Morfologi Kemangi.......................................................8

2.1.2.Fitokimia Tanaman Kemangi..................................................................9

2.1.3.Bioaktivitas Kemangi............................................................................11

2.1.4.Bakteri Staphyloccocus Aereus.............................................................13

2.2.Hipotesis Penelitian......................................................................................14

Bab III Metode Penelitian......................................................................................15

3.1. Waktu dan Tempat......................................................................................15

3.2. Alat dan Bahan............................................................................................15

3.2.1. Uji Fitokimia Daun Kemangi...............................................................15

3.2.2. Uji Aktivitas Antibakteri......................................................................15

3.3. Rancangan Penelitian..................................................................................15

3.3.1. Skrining Fitokimia................................................................................15

3.3.2. Aktivitas Antibakteri............................................................................15


3.4. Prosedur Kerja.............................................................................................17

3.4.1. Persiapan Sampel Ekstrak Daun Kemangi...............................................17

3.4.2. Skrining Fitokimia................................................................................17

3.4.3. Uji Aktivitas Antibakteri......................................................................18

3.5. Indikator yang diamati.................................................................................19

3.5.1. Skrining Fitokimia................................................................................19

3.5.2. Aktivitas Antibakteri............................................................................19

3.6. Analisis Data Penelitian..............................................................................20

Daftar Pustaka........................................................................................................21
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak daun
kemangi (Ocimum sanctum L) terhadap bakteri patogen dengan menggunakan
metode difusi kertas cakram. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
dan komponen kimia ekstrak daun kemangi yang memberikan penghambatan
terhadap bakteri.

Daun kemangi (Ocimum sanctum L) di ekstraksi dengan metode ekstraksi


maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil ekstraksi kemudian di skrining
aktivitas antibakteri dengan 6 kali perlakuan dengan konsentrasi ekstrak yang
berbeda-beda. Dan pada uji skrining fitokimia menggunakan teknik dengan
ditetskan pereaksi dan dilihat perubahan warnanya.

Pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% daun


kemangi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Uji
identifikasi menunjukkan bahwa senyawa yang memberikan antibakteri adalah
flavonoid, alkaloid dan terpenoid.

Kata kunci : Kemangi, antibakteri , Fitokimia, difusi cakram

ABSTRACT
Research on the antibacterial activity of basil leaf extract (Ocimum
sanctum L) on pathogenic bacteria has been carried out using the paper disc
diffusion method. This study aims to study the activity and chemical components
of basil leaf extract which provides inhibition of bacteria.
Basil leaves (Ocimum sanctum L) were extracted by maceration
extraction method using 70% ethanol solvent. The extraction results are then
screened for antibacterial activity with 6 consultations with different extract
concentrations. And the screening test uses a technique that reacts and the color
changes are seen. 70% of basil leaves can inhibit the growth of Staphylococcus
aureus bacteria. The agreed test shows that the compounds that produce
antibacterial are flavonoids, alkaloids and terpenoids.
Keywords: Basil, antibacterial, phytochemical, disk diffusion

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab penyakit dan
kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Tingginya angka kejadian
infeksi dimasyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara
umum, sedangkan dilain pihak menyebabkan peningkatan pengeluaran yang
berhubungan dengan upaya pengobatan Penanggulangan infeksi bakteri dapat
dilakukan dengan memberikan antibiotik, karena antibiotik memiliki peranan
penting dalam mengatasi bakteri di dalam tubuh. Pemberian antibiotik saja
belum memberikan hasil maksimal dalam upaya mengatasi bakteri. Hal ini
dikarenakan setiap bakteri memiliki resistensi yang berbeda terhadap suatu
antibiotik.

Dalam (Pelczar, M.J., 1988) menyatakan resistensi atau kerentanan terhadap


infeksi oleh suatu patogen tertentu dapat berbeda-beda dari satu spesies
hewan ke yang lain. Oleh karena itu, kekebalan bakteri terhadap suatu antibiotik
menyebabkan angka kematian semakin meningkat. Di Indonesia tanaman obat
tradisional mampu membuktikan pentingnya bahan alam untuk berbagai proses
pengobatan manusia. Dalam beberapan tahun terakhir, telah terjadi peningkatan
minat para peneliti terhadap penggunaan bahan alam sebagai senyawa biologis
alam dalam pembuatan obat. Penelitian terbaru difokuskan pada produk tanaman
alami atau tanaman obat sebagai alternatif. Tapi mayoritas penduduk pedesaan
tidak memiliki akses untuk mendapatkan perawatan kesehatan modern sehingga
mereka bergantung pada tanaman obat untuk mencegah atau mengobati penyakit.
Pasalnya, tanaman obat lebih murah dan lebih mudah digunakan oleh sebagian
besar penduduk.

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif. Sel-sel berbentuk bola,


berdiameter 0,5 – 1,5 µm, terdapat dalam tunggal dan berpasangan dan secara
khas membelah diri pada lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombolan
yang tak teratur. Non motil. Tidak diketahui adanya stadium istirahat. Dinding sel
mengandung dua komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam teikoat yang
berkaitan dengannya. Kemoorganotrof. Metabolisme dengan respirasi dan
fermentatif. Anaerob fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam
keadaan aerobik. Suhu optimum 35 – 400C. Terutama berasosiasi dengan kulit,
dan selaput lendir hewan berdarah panas. Kisaran inangnya luas, dan banyak jalur
merupakan patogen potensial (Pelczar, M.J., 1988)

Hal inilah yang mendorong dilakukannya penelitian untuk, mendapatkan obat


baru yang efektif dan relatif aman. Salah satu alternatifnya adalah dengan
menggali dan mengembangkan obat tradisional terutama berasal dari bahan alam,
dan salah satu tumbuhan herbal yang memiliki khasiat sebagai bahan obat ialah
daun kemangi (Ocimum sanctum L).

Di kutip dalam journal International .pharmacy, kemangi dapat mengobati


gangguan pada lambung dan hati serta memiliki efek analgesic, antihiperlipidemia
dan antioksidan (Muzafer, 2016). Daun kemangi juga dapat mengobati penyakit
kanker seperti kulit, paru-paru, payudara, prostat, leher rahim dan karsinoma
mulut. Ekstrak kemangi memiliki efek antioksidan, antikanker dan antimikroba
(Sarah SM and Lamia, 2015). Di Indonesia tanaman ini dimanfaatkan sebagai
lalapan.

Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan penggunaan tanaman sebagai


obat, maka dilakukan penelitian Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kemangi
Terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang dapat dihambat oleh ekstrak daun
kemangi beserta golongan senyawa yang yang memberikan efek antibakteri
sehingga penggunaan daun kemangi dalam bidang mikrobiologi dapat
dipertanggung jawabkan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak etanol 70% daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri


terhadap bakteri Staphylococcus aureus?
2. Kompoen senyawa aktif apakah yang dapat memberikan efek antibakteri
pada ekstrak etanol daun kemangi?

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah :

1. Untuk mengetahui apakah ekstrak dari daun kemangi memiliki aktifitas


antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus
2. Untuk mengetahui komponen senyawa kimia apa yang terkandung dalam
daun kemangi yang memiliki aktifitas antibakteri.

1.4.Manfaat Penulisan
Manfaat dalam penulisan ini ialah mahasiswa dapat menambah
pengetahuan tentang mikrobiologi, dan tanaman atau tumbuhan obat yang
memiliki aktivitas antibakteri. Serta dapat mengetahui aktivitas antibakteri dari
ekstrak etanol daun kemangi, dan komoponen senyawa aktif apa yang terdapat
dalam daun kemangi.

1.5. Definisi Operasional dan Ruang lingkup penelitian

1.5.1. Definisi Operasional


 Ekstraksi merupakan suatu sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan
menggunakan pelarut yang sesuai.
 Bakteri patogen merupakan kelompok bakteri parasit yang dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.

1.5.2. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini, hanya membatasi pada bakteri patogen saja,
tidak untuk bakteri non-patogen. Kemudian, dari segi metode penelitian yang
dilakukan menggunakan metode difusi dengan kertas cakram untuk mengetahui
daya hambat suatu sampel. Penulis tidak menggunakan dua metode atau lebih.
Pelarut atau cairan penyari yang digunakan yaitu penyari Etanol.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Taksonomi dan Morfologi Kemangi


1. Klasifikasi Tanaman (Kusuma, 2010)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas Ordo : Dicotyledonae : Tubiflorae
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum sanctum L
2. Nama Daerah

Kemangi, kemangen (Indonesia, Jawa), Kamangi (Makassar), Lampes


(Jawa Tengah), Uku-Uku (Bali), Lufe-Lufe (Ternate), Suraung (Sunda),
Kemanghi (Madura), Lemon basil (Inggris), Basilic citron (Perancis),
Maenglak (Thailand).

3. Morfologi Kemangi

Tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis ini merupakan herba


tegak tinggi 0,3-1,5 m. Batang pokoknya tidak jelas, berwarna hijau sering
keunguan, dan berambut atau tidak. Daun tunggal, berhadapan dari bawah
ke atas. Panjang tangkai daun 0,25-3 cm dengan setiap helaian daun yang
berbentuk bulat telur sampai elips, memanjang, dan ujung meruncing atau
tumpul. Pangkal daun pasak sampai membulat, di kedua permukaan
berambut halus. Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga berbentuk
menegak. Bunganya jenis hemafrodit, berwarna putih dan berbau sedikit
wangi. Bunga majemuk berkarang dan di ketiak daun ujung terdapat daun
pelindung berbentuk elips atau bulat telur dengan panjang 0,5-1 cm.
Kelopak bunga berbentuk bibir, sisi luar berambut kelenjar, berwarna
ungu atau hijau dan ikut menyusun buah. Mahkota bunga berwarna putih
dengan benang sari tersisip di dasar mahkota dan kepala putik bercabang
dua namun tidak sama. Buah berbentuk kotak, berwarna cokelat tua, tegak,
dan tertekan dengan ujung berbentuk kait melingkar. Panjang kelopak
buah 6-9 mm. Biji berukuran kecil, bertipe keras, cokelat, dan waktu
diambil segera membengkak. Tipe buah terdiri dari empat biji. Akar
tunggang dan berwarna putih kotor. (Vardaro et al., 2016)

Kemangi (Ocimum sanctum L.) adalah hibridadari Ocimum basilicum


dan O. americanum juga sebagai O. basilicum var. anisatum Benth aroma
khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan
bunganya. (Tambajong et al., 2017).

Kemangi (Ocimum sanctum) merupakan tanaman tahunan yang


tumbuh liar yang dapat ditemukan di tepi jalan dan di tepi kebun.
Tanaman ini tumbuh ditempat tanah terbuka maupun agak teduh dan tidak
tahan terhadap kekeringan. Tumbuh kurang lebih 300 m di atas permukaan
laut. (Berlian et al., 2016)

4. Kegunaan di Masyarakat

Daun dapat digunakan untuk mengobati demam, batuk, selesma,


encok, urat syaraf, air susu kurang lancar, sariawan, panu, radang telinga,
muntah-muntah dan mual, peluruh kentut, peluruh haid, pembersih darah
setelah bersalin, borok, dan untuk memperbaiki fungsi lambung. Biji
digunakan untuk mengatasi sembelit, kecing nanah, penyakit mata, borok,
penenang, pencahar, peluruh air kencing, peluruh keringat, kejang perut .
Akar digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Semua bagian tanaman
digunakan sebagai pewangi, obat perangsang, disentri, dan demam.
(Kusuma, 2010)

2.1.2. Fitokimia Tanaman Kemangi


Kemangi adalah tanaman yang mudah didapatkan tersebar hampir
diseluruh Indonesia karena dapat tumbuh liar maupun dibudidayakan .
Secara tradisional tanaman kemangi digunakan sebagai obat sakit perut,
obat demam, menghilangkan bau mulut, dan sebagai sayuran. O. sanctum
memiliki senyawa aktif seperti minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid,
triterpenoid, steroid, tannin dan fenol. Beberapa golongan kandungan
kimia tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, dan Klebsiella pneumonia seperti senyawa
alkaloid, minyak atsiri dan fenol. Sifat dari penghambatan ini disebut
sebagai bakteriostatik atau bakteriosida. (Angelina et al., 2015).

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam kemangi, yaitu 3,7-


dimetil-1,6-oktadien-3- ol (linalool 3,94 mg/g), 1-metoksi-4-(2-propenil)
benzena (estragol 2,03 mg/g), metil sinamat (1,28 mg/g), 4-alil-2-
metoksifenol (eugenol 0,896 mg/g), dan 1,8-sineol (0,288 mg/g) yang
diidentifikasi dengan metode GC/MS.12 Kandungan utama daun kemangi
yaitu minyak atsiri dan kandungan lainnya, seperti flafon apigenin,
luteolin, flavon O-glukotisidaapigenin 7-O glukoronida, luteolin 7-O
glukoronida, flavon C-glukosida orientin, molludistin dan asam ursolat
yang berfungsi sebagai anti bakteri. (Larasati & Apriliana, 2016).
Kemangi juga memiliki kandungan asam heksauronat, pentose, xilosa, dan
asam metal homosiat. (Nur Aulia, 2019)

Skrining fitokimia yang telah dilakukan pada penelitian ini


menunjukkan bahwa fraksi etanol daun kemangi mengandung metabolit
sekunder tumbuhan berupa alkaloid, fenol, tanin, flavonoid dan saponin.
Alkaloid memiliki aktivitas antimikroba dikarenakan kemampuannya
dalam menginterkalasi DNA mikroba. Fenol dapat menghambat
pertumbuhan bakteri karena dapat mengoksidasi bakteri dengan cara
merusak dinding sel bakteri, menghilangkan substrat, menonaktifkan
enzim, berikatan dengan adhesin yang merupakan protein pada bakteri.
Tanin merupakan golongan senyawa fenolik. Tanin dapat berekasi dengan
protein membentuk kopolimer. Aktivitas antimikroba tanin yaitu berkaitan
dengan kemampuannya dalam menginaktivasi adhesi, enzim-enzim,
transpor protein pada mikroba serta dapat berikatan dengan polisakarida
dan merusak membran sel. Flavonoid merupakan golongan terbesar
senyawa fenolik. Flavonoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan
cara merusak dinding sel, menonaktifkan kerja enzim, berikatan dengan
adhesin, dan merusak membran sel. Saponin dapat bereaksi dengan porin
(protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri,
membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya
porin sehingga mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan
mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi serta terhambat
pertumbuhannya dan mati. (Mustika, 2014).

Kemangi merupakan salah satu tanaman obattradisional yang


dimanfaatkan di Indonesia. Sebagai tanaman obat tradisional berdasarkan
penelitian terdahulu kandungan kimia kemangi berupa minyak atsiri
berperan sebagai antifungi. Kandungan minyak atsiri di dalam daun
kemangi yang diduga sebagai antifungi adalah methyl chavicol dan
linalool. Kandungan senyawa lain dalam daun kemangi yang berperan
sebagai antifungi berupa flavonoid, saponin dan fenol. (Berlian et al.,
2016)

2.1.3. Bioaktivitas Kemangi


Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa kemangi mengandung
senyawa yang bersifat insektisida, larvasida, nematisida, antipiretik,
fungisida, antimikroba dan antioksidan. (Solikhah, 2016)

Ekstrak ethanol dari daun kemangi (Ocimum sactum L.) mempunyai


daya anti bakteri terhadap sembilan species termasuk dari genus
Acinetobacter, Bacillus, and Micrococcus. Sedangkan ekstrak methanol
dan hexanol dari daun Ocimum basilicum menunjukkan adanya aktivitas
anti bakteri terhadap tiga belas species dari tujuh genus termasuk
Acinetobacter, Bacillus, Brucella, Eschericia, Micrococcus, dan
Staphylococcus, dan efek anticandida terhadap Candida albicans.

Selain itu, Maryati (2007) dalam (Larasati & Apriliana,


2016)menyatakan bahwa minyak daun kemangi (Ocimum basilicum L.)
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli, dengan konsentrasi bunuh minimal 0,5 dan 0,25% v/v.
Dari harga KBM yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat dikatakan
bahwa minyak atsiri daun kemangi poten terhadap E. coli.
Dari hasil pengujian farmakologi didapatkan bahwa biji dari tumbuhan
kemangi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan selasih memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Saphylococcus aureus, Salmonella
enteritidis, Escherichia coli, aktivitas antiseptik terhadap Proteus vulgaris,
Bacillus subtilis, Salmonella paratyphi, aktivitas antifungi terhadap
Candida albicans, Penicillium notatum, Microsporeum gyseum, aktivitas
larvasida terhadap lalat rumah dan nyamuk, dan repelan terhadap
serangga. Konsentrasi efektif dari minyak untuk membunuh 90 persen
larva berkisar 113-283 ppm. Kamfor, d- limonen, myrcene, dan timol
merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas repelan. Sedangkan
eugenol dan metikavikol bertanggung jawab terhadap aktivitas larvasida.
(Rahmawati Afinii, 2010)

Kandungan Flavonoid dari Kemangipun berfungsi sebagai penangkal


radikal bebas. (Erviana et al., 1987)

Ekstrak daun kemangi digunakan sebagai stimulan dan karminatif


(agen yang mencegah dan mengurangi perut kembung atau flatulen), untuk
mengobati muntah, batuk, disentri kronis dan diare. Kandungan senyawa
bioaktif daun kemangi dapat membantu mengoptimalkan kesehatan dan
mengurangi resiko penyakit kronis seperti kanker, jantung koroner, stroke
dan Alzheimer. (Setiawan, 2018)

Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki aktivitas


antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan
diameter zona hambat 21mm pada konsentrasi 200mg/ml untuk bakteri
Escherichia coli dan 16mm pada konsentrasi 200mg/ml untuk bakteri
Staphylococcus aureus. (Tambajong et al., 2017). Aktivitas antimikroba
ekstrak etanol pada daun dengan konsentrasi 100% memberikan zona
bening terbesar dimana daya hambat bakteri S. aureus lebih tinggi
dibandingkan E. coli sedang- kan pada batang tidak menunjukkan aktivitas
penghambatan sama sekali. Senyawa aktif ekstrak etanol daun yang
diduga berperan sebagai antibakteri adalah tetrametil-okta-5,7- dien-3-on,
2,6-oktadiena-1,8 diol, ekso metil kamfenilol, kamfor, fitol, linalool
oksida, cis geraniol dan cis karveol. (Solikhah, 2016)

Respon hambat pada bakteri S. aureus keseluruhan dikategorikan kuat.


Hasil yang berbeda disebabkan karena kemampuan setiap bakteri dalam
melawan aktivitas antibakteri berbeda tergantung pada ketebalan dan
komposisi dinding selnya. (Angelina et al., 2015)

Minyak atsiri dalam daun kemangi memiliki kemampuan dalam


menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, Bacilus cereus, Pseudomonas fluorescens, Candida albicans,
Streptococcus alfa dan Bacillus subtilis. (Larasati & Apriliana, 2016)

Daun Ocimum sanctum L. digunakan untuk mencegah formasi radikal


bebas dan telah digunakan dalam pengobatan arthritis, nyeri otot, dan
reumatik. Kandungan utama Ocimum sanctum L. yang bersifat
antioksidatif adalah asam askorbat, b-karotene, b-sitosterol, eugenol, asam
palmitat, dan tannin. (Kusuma, 2010)

2.1.4. Bakteri Staphyloccocus Aereus


Staphylococcus aureus bersifat non-motil, non-spora, anaerob
fakultatif, katalase positif dan oksidase negatif. Staphylococcus aureus
tumbuh pada suhu 6,5-46º C dan pada pH 4,2-9,3. Staphylococcus aureus
merupakan bakteri Gram positif dan berbentuk kokus. Staphylococcus
aureus mudah tumbuh pada banyak pembenihan bakteri. Berbagai tingkat
hemolisis dihasilkan oleh S. aureus dan kadang-kadang oleh spesies
bakteri lain. Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang
bersifat antigenik dan merupakan substansi penting di dalam struktur
dinding sel.(Di et al., 2013). Staphylococcus aureus merupakan bakteri
berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompokyang
tidak teratur seperti buah anggur.

Infeksi S. aureus pada kuda telah menghasilkan berbagai penyakit


klinis seperti, pneumonia, arthritis, dermatitis, osteomyelitis, metritis,
endokarditis, supuratif, folikulitis, septicemia, dan selulitis pada hewan.
Staphylococcus aureus juga merupakan penyebab utama sindrom syok
toksik. (Rahmi et al., 2015).

Bakteri ini juga dapat menyebabkan keracunan makanan. Infeksi


yang terjadi misalnya keracunan makanan karena Staphylococcus, salah
satu jenis faktor virulensi yaitu Staphylococcus enterotoxin (Ses). Gejala
keracunan makanan akibat Staphylococcus adalah kram perut, muntah-
muntah yang kadang-kadang di ikuti oleh diare. (Ely John Karimela, Frans
G Ijong, 2017).

2.2. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya didapati bahwa ekstrak
etanol daun kemangi mempunyai aktifitas antibakteri, dan komponen
senyawa aktif yang berperan di dalamnya ialah minyak atsiri.
Bab III
Metode Penelitian
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Universitas Prisma, dan
akan dilangsungkan pada bulan Juni – Juli 2020.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Uji Fitokimia Daun Kemangi


Alat dan Bahan yang dipersiapkan yaitu cawan petri, batang pengaduk,
labu Erlenmeyer, gelas kimia, pipet volume, pipet ukur, pipet tetes, seperangkat
alat destilasi, neraca digital,mikroskop, jarum ose, chock bor, pemanas listrik
(magnetic stirrer), gelas Ukur, kaca preparat, . Bahan-bahan yang digunakan
adalah akuades, alkohol 75%, kertas saring, kapas, spiritus, daun kemangi,
Pereaksi, logam Mg.

3.2.2. Uji Aktivitas Antibakteri


Alat yang digunakan adalah kertas label, blender, aluminium foil,
saringan, timbangan analitik, masker, rotary evaporator, labu erlenmeyer, pinset,
gelas ukur, petridish, ayakan, autoclave, bunsen, laminar air flow, jarum ose,
oven, incubator, dokumentasi, alat tulis menulis. Bahan yang akan digunakan
adalah Etanol 70%, Strain bakteri S. aureus, Akuades, Media nutrien agar (NA),
glukosa, bacto agar, Spritus, ekstrak daun kemangi, kertas cakram.

3.3. Rancangan Penelitian

3.3.1. Skrining Fitokimia


Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, untuk mengetahui
kandungan kimia dari Daun Kemangi. Dengan menggunakan metode sederhana
yaitu melihat perubahan warna dari esktrak daun kemangi setelah ditetesi oleh
pereaksi.

3.3.2. Aktivitas Antibakteri


Penelitian ini menggunakan metode eksperimen melalui pola Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan (t) dan enam ulangan (r). Menurut
Hanafiah, (2012) patokan jumlah ulangan dianggap telah cukup baik bila
memenuhi persamaan berikut:

(t-1) (r-1) ≥ 15 Peneliti melakukan kombinasi konsentrasi

Perlakuan Ulangan (r) Ket


(t)
K0 1 2 3 4 5 6
K1 40% K K 2.1 K 3.1 K 4.1 K 5.1 K 6.1
1.1
K2 60% K K 2.2 K 3.2 K 4.2 K 5.2 K 6.2
1.2
K3 80% K K 2.3 K 3.3 K 4.3 K 5.3 K 6.3
1.3
K4100% K K 2.4 K 3.4 K 4.4 K 5.4 K .6.4
1.4
Dengan control positif Tetrasiklin, dan kontol negatii tidak diberi perlakuan

3.3.2.1. Diagram Alur Penelitian AKtivitas Antibakteri

Pengambilan Sampel
Tumbuhan Kemangi

Ekstrak etanol 70% Daun


Kemangi

Uji aktivitas Antibakteri

Analisis daya hambat tumbuh


Metode Cakram
bakteri

Penanaman bakteri, dan


pemberian ekstrak Pengukuran Zona Bening
3.4. Prosedur Kerja

3.4.1. Persiapan Sampel Ekstrak Daun Kemangi


Daun Kemangi diambil sebanyak 1 kg. Bahan baku disortasi, dicuci,
dikeringkan, Setelah kering daun kemangi diblender sampai halus, sehingga
menjadi serbuk kemudian dimaserasi. Serbuk simplisia kemudian dimaserasi
dengan cara direndam dalam pelarut etanol 70% selama 24 jam yaitu selama 6
jam pertama sambil sekali-sekali diaduk, kemudian didiamkan selama 18 jam.
Perbandingan antara simplisia dan pelarut dalam proses maserasi ini yaitu 1:10,
sehingga untuk 1 kg simplisia diperlukan 10 L pelarut untuk sekali proses maerasi
pada penelitian ini. Kemudian disaring dengan kertas saring. Masing-masing
filtrate di rotavapor sehingga diperoleh ekstrak kasar.

3.4.2. Skrining Fitokimia


Pertama-tama terbuat terlebih dahulu ekstrak daun kemangi. Pada uji
skrining fitokimia digunakan pereaksi pendeteksi senyawa yang meliputi
pemeriksaan alkaloid, flavonoid, terpenoid/ steroid, saponin dan tanin.
Pemeriksaan senyawa alkaloid dilakukan menggunakan tiga pereaksi, yaitu
pereaksi Dragendroff, Meyer dan Wagner. Reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna jingga (pereaksi Dragendroff), putih (pereaksi
Meyer) dan coklat (pereaksi Wagner). Logam Mg sebanyak 2-3 potong dan
beberapa tetes HCl pekat ditambahkan ke dalam sampel uji untuk menguji
keberadaan flavonoid dan jika hasilnya memberikan warna orange-merah maka
positif mengandung flavonoid. Pereaksi Liebermann-Burchard digunakan untuk
menguji senyawa terpenoid dan steroid. Reaksi positif ditandai dengan
terbentuknya warna hijau-biru untuk steroid dan merah-ungu untuk terpenoid.
Pereaksi asam sulfat 50% juga dapat untuk mendeteksi keberadaan steroid dan
terpenoid. Terbentuknya bercak ungu-merah-coklat pada plat KLT jika reaksi
positif terpenoid dan warna biru-hijau pada plat KLT jika positif mengandung
steroid. Adanya busa yang stabil dalam waktu 10 menit dan setelah ditambahkan
asam klorida 2 N busa tetap stabil menandakan bahwa sampel uji positif
mengandung saponin. Uji senyawa golongan tanin dilakukan dengan larutan
FeCl3 1% dan jika terbentuk endapan biru hingga hitam kehijauan maka positif
mengandung tanin.
3.4.3. Uji Aktivitas Antibakteri

3.4.3.1. Sterilisasi
Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dan dikeringkan.
Sterilisasi dilakukan pada autoklaf pada suhu 121oC selama 30 menit. Tabung
reaksi, gelas ukur, dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas. Cawan petri
dibungkus dengan kertas. Seluruh media pembenihan disterilkan. Pinset dan
jarum ose disterilkan dengan cara memijarkan pada api Bunsen.

3.4.3.2. Pemmbuatan Media Tumbuh Bakteri


Media nutrien agar (NA) sebanyak 23 gram dimasukkan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dengan menambahkan 1 L akuades, kemudian
dipanaskan hingga mendidih di atas hot plate sambil dihomogenkan dengan
menggunakan magnetic stirrer. Pembuatan media nutrien broth (NB) yaitu dengan
melarutkan 8 gram NB dengan 1 L akuades kedalam Erlenmeyer, dihomogenkan
dengan magnetic stirrer dan ditutup alumunium foil, dipanaskan hingga mendidih
dengan menggunakan hot plate kemudian kedua media tersebut disterilisasikan
dengan autoklaf pada suhu 121° C selama 15 menit dan tekanan 2 atm. (Angelina
et al., 2015). Setelah itu tuangkan larutan agar ke dalam peptridish tunggu sampai
dingin dan memadat.

3.4.3.3. Penanaman Bakteri


Bakteri yang digunakan ialah S.aereus Biakan bakteri S. aureus sebanyak
satu ose diinokulasikan kedalam medium agar miring NA yang telah membeku
secara terpisah dan aseptis dengan meletakkan jarum ose yang mengandung
biakan pada dasar kemiringan agar dan ditarik dengan gerakan zig- zag (metode
streak). Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37° C selama 24 jam.

3.4.3.4. Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi


Konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi ditentukan berdasarkan uji
pendahuluan yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% (g/ml). larutan sampel dibuat
dengan cara menimbang ekstrak kental kemangi masing-masing 0,2 g, 0,4 g, 0,6
g, 0,8 g, dan 1 g kemudian tiap konsentrasi diencerkan dengan pelarut etanol
hingga volumenya 1ml. Kontrol positif menggunakan antibiotic tetrasiklin
sebanyak 0,025 g dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 1 ml. control
negative menggunakan aquades.

3.4.3.5. Uji Antibakteri


Uji aktifitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi,. Media NA yang
telah dipanaskan dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 20 ml kemudian
didiamkan hingga membeku. Bakteri uji diusapkan pada media Na yang telah
membeku, metode ini dinamakan dengan metode swap. Kertas cakram
berdiameter 6 mm direndam dalam larutan ekstrak daun kemangi selama 15
menit, kemudian diletakkan pada permukaan media yang telah memadat. Media
yang telah diisi sediaan uji kemudian diinkubasi pada suhu 37° C, selanjutnya
dilakukan pengamatan dan pengukuran zona hambat yang terbentuk pada jam ke-
24 dan jam ke-48. Kertas cakram dibuat dari kertas saring Whatman dan membuat
bulat dengan alat pelubang kertas sehingga didapatkan kertas cakram dengan
diameter 6 mm.

3.4.3.6. Pengukuran Zona bening


Pengukuran diameter zona hambat dilakukan sebanyak 3 kali pada sisi
horizontal, vertikal, dan diagonal lalu dijumlahkan dan dirata-rata. Hasil diameter
zona hambat diperoleh dengan cara mengurangi diameter zona bening yang
terbentuk di sekitar kertas cakram dengan diameter kertas cakram yang
mengandung ekstrak.

3.5. Indikator yang diamati

3.5.1. Skrining Fitokimia


Perubahan warna dari larutan ekstrak dan kepekatan warna, masing2
perubahan warna saat ditetesi pereaksi menandakan ekstrak tersebut memiliki
kandungan kimia tertentu.

3.5.2. Aktivitas Antibakteri


Indikator yang diamati adalah besarnya diameter daya hambat ekstrak
etanol daun kemangi terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus.
3.6. Analisis Data Penelitian
1. Uji Fitokimia ini menggunakan analisis data secara kualitatif.
2. Uji Antibakteri. Daya zona hambatnya dianalisis menggunakan
pengelolaan secara statistic dengan metode uji turkey.
Daftar Pustaka
Angelina, M., Turnip, M., & Khotimah, S. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Jurnal Protobiont, 4(1),
184–189. jurnal.untan.ac.id

Berlian, Z., Aini, F., & Lestari, W. (2016). AKTIVITAS ANTIFUNGI


EKSTRAK DAUN KEMANGI ( Ocimum americanum L .) TERHADAP
FUNGI Fusarium oxysporum Schlecht . Biota Vol.2 No. 1, 2(1), 99–105.

Di, M., Girimulyo, W., Area, G., Dewi, A. K., Hewan, F. K., & Mada, U. G.
(2013). Isolasi , Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa ( PE )
Penderita. 31(2), 138–150.

Ely John Karimela, Frans G Ijong, H. A. D. (2017). KARAKTERISTIK


Staphylococcus aureus YANG DI ISOLASI DARI IKAN ASAP
PINEKUHE HASIL OLAHAN TRADISIONAL KABUPATEN SANGIHE
Characteristics of Staphylococcus aureus Isolated Smoked Fish Pinekuhe
from Traditionally Processed from Sangihe District. JPHPI, 20(1).

Erviana, L., Malik, A., Najib, A., Farmasi, F., & Indonesia, U. M. (1987). UJI
AKTIVITAS ANTIRADIKAL BEBAS EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI
( Ocimum basilicum L .) DENGAN MENGGUNAKAN METODE DPPH.
3(2), 164–168.

Kusuma, W. (2010). EFEK EKSTRAK DAUN KEMANGI ( Ocimum sanctum


L .) TERHADAP KERUSAKAN HEPATOSIT MENCIT AKIBAT. Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Larasati, D. A., & Apriliana, E. (2016). Efek Potensial Daun Kemangi ( Ocimum
basilicum L .) sebagai Pemanfaatan Hand Sanitizer The Potential Effect of
Basil Leaves ( Ocimum basilicum L .) as Utilization of Hand Sanitizer. 5,
124–129.
Mustika, A. D. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etanol Daun Kemangi
Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi Secara In Vitro. Naskah Publikasi
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura Pontianak, 7–8.

Muzafer, B. (2016). Review of Botany, Phytochemistry, Pharmacology,


Contemporary applications and Toxicology of Ocimum sanctum.
International Journal of Pharmacy & Life Sciences, 7(2), 4918–4929.

Nur Aulia, B. H. dan P. N. (2019). UJI EFEK EKSTRAK DAUN KEMANGI


( OCIMUM SANCTUM LINN) SEBAGAI ANTI NYAMUK ELEKTRIK
TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI Effect of Basil ( Ocimum
sanctum Linn ) Leaf Extract as Repellent Against Mosquito Aedes aegypti
*Nur Aulia, Baharuddin Hamzah dan Purnama Ning. J. Akademika ISSN,
8(May), 78–81. https://doi.org/10.22487/j24775185.2019.v8.i2.2750

Pelczar, M.J., dan C. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi (R. Sari (ed.)).


Universitas Indonesia.

Rahmawati Afinii. (2010). Uji aktivitas daya anti bakteri ekstrak daun kemangi.
Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahmi, Y., Abrar, M., Jamin, F., & Fahrimal, Y. (2015). IDENTIFIKASI
BAKTERI Staphylococcus aureus PADA PREPUTIUM DAN VAGINA
KUDA ( Equus caballus ) Identification of Staphylococcus aureus in
Preputium and Vagina of Horses ( Equus caballus ). 9(2).

Sarah SM and Lamia. (2015). International Research Journal of Pharmaceutical


and Applied Sciences ( IRJPAS ) PHYTOCHEMICAL PROFILE OF THREE
SELECTED PLANTS OF OCIMUM SANCTUM , OCIMUM
GRATISSIMUM AND AREVARIA COLUMNARIS. 4(5), 21–23.

Setiawan, W. (2018). dan Arifah Rahayu. Jurnal Agronida ISSN, 4(2), 72–79.

Solikhah, S. B. W. K. dan N. W. (2016). UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA


EKSTRAK ETANOL BATANG DAN Info Artikel. Indonesian Journal Of
Chemical Science, 5(2).
Tambajong, J., Naharia, O., & Rompas, H. D. (2017). PENGARUH EKSTRAK
DAUN KEMANGI ( Ocimum sanctum L .) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Staphylococcus epidermidis. Jurnal Sains, Matematika Dan
Edukasi (JSME), 5(1), 105–110.

Vardaro, M. J., Systems, H. I. T., AG, H. T., Jari, A., Pentti, M., Information, B.
G., Procedure, T., Voltage, H., Procedure, T., Chen, P. C., Salcedo, R., Zhu,
Q., De Leon, F., Czarkowski, D., Jiang, Z. P., Spitsa, V., Zabar, Z., Uosef, R.
E., Schiffbauer, D., … Measurements, C. (2016). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L) terhadap bakteri patogen
dengan metode KLT Bioautograf. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar, 2002(1), 35–40.
https://doi.org/10.1109/ciced.2018.8592188

Anda mungkin juga menyukai