Anda di halaman 1dari 25

PAPER EMBRIOLOGI VETERINER

REKAYASA GENETIKA SEL GAMET JANTAN

Oleh:

1. Komang Ayu Triana Sanjiwani ( 1809551049)


2. Meiliani Herna Suprihatin ( 1809511061)
3. Matilda Krisnawati (1809511063)
4. Ahmad Rohmadhan H. (1809511064)

JURUSAN PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada kesempatan ini kami penyusun
makalah ini masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tulisan ini yang berisi tentang
rekayasa sel gamet jantan. Tulisan dalam paper ini kami tulis berdasarkan referensi-referensi
jurnal dan internet. Penyusunan paper ini bertujuan untuk memperbanyak pengetahuan juga
untuk memenuhi tugas mata kuliah Embriologi Veteriner Veteriner.

Semoga dengan paper yang kami susun ini dapat menambah pengetahuan sekaligus
manfaat bagi pembaca.

Denpasar, 30 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................1

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................................................1

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1

1.1 Latar belakang ........................................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................................4

2.1 Definisi Gamet (Jantan) .........................................................................................................5

2.2 Manipulasi Gamet Jantan ......................................................................................................5

2.3 Isolasi Gamet Jantan ..............................................................................................................5

BAB III PENUTUP .........................................................................................................................4

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................5

3.2 Saran ......................................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................4


DAFTAR GAMBAR

Table of Contents
Gambar 2.1 .....................................................................................................................................1

Gambar 2.2 .....................................................................................................................................1

Gambar 2.3 .....................................................................................................................................1


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan produktivitas menjadi alasan untuk mendorong terjadinya rekayasa atau


manipulasi sel gamet. Istilah manipulasi memiliki konotasi adanya intervensi atau campur
tangan manusia melalui teknologi terhadap proses-proses yang secara alami berlansung pada
gamet dan embrio yang memiliki sifat atau mengekspresikan sifat tertentu sesuai dengan
yang dikehendaki.

Gamet jantan spermatozoa atau yang dalam tunggalnya disebut spermatozoon


mempunyai dua fungi yaitu membawa dan sekaligus mengantarkan materi genetis dari induk
jantan serta mengaktifkan program perkembangan dalam telur.untuk memahami fungsi
gamet jantan yang sangat vital dalam kelansungan suatu individu, banyak pendekatan telah
dipakai untuk memperoleh manfaat-manfaat yang sebesar-besarnya.

Di dunia termasuk Indonesia, jumlah satwa ternak belum memadai, dan jumlah satwa liar
dan yang dilindungi semakin menipis. Oleh karena itu, teknik rekasaya atau manipulasi
sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan tersebut. Sehingga akan terjadi peningkatan
kualitas dan kuantitas sumber daya alam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gamet?


2. Apa yang dimaksud dengan manipulasi gamet?
3. Bagaimana Isolasi gamet jantan?

1.3 Tujuan

1. untuk mengetahui apa itu gamet


2. untuk mengetahui apa itu manipulasi gamet
3. untuk mengetahui isolasi gamet jantan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gamet

Gamet merupakan sel yang diproduksi oleh organisme untuk tujuan reproduksi seksual.
Gamet jantan pada hewan ialah sperma, sedangkan gamet betinanya ialah ovum (sel telur).
Pada gamet jantan, proses pembentukan spermanya disebut spermatogenesis dan tempat
terjadinya ialah pada tubulus semineferus.

Berikut proses pembentukannya yaitu

1. Spermatogonium (2n) membelah secara mitosis menjadi spermatosit primer atau


spermatosit I.
2. Spermatosit I membelah secara meiosis menghasilkan dua sel spermatosit sekunder
atau spermatosit II (n)
3. Setiap spermatosit II membelah menghasilkan apermatid (n)
4. Spermatid akan mengalami pematangan dan diferensiasi menjadi spermatozoa
(sperma)
Gamet jantan sendiri merupakan sel reproduksi yang bersatu dengan sel reproduksi betina
selama pembuahan untuk menghasilkan zigot. Proses produksi gamet jantan atau sel sperma
disebut meiosis. Pembagian normal sel untuk menghasilkan salinan baru dari aslinya terjadi
melalui proses yang disebut mitosis.
Spermatozoa ialah hasil produksi sel-sel sperma hewan sebagian besarnya diamputasi
kecuali sperma nermatoda , udang, lipan, dan tungau. Pada vertebrata yang lebih tinggi,
sperma diproduksi di testis. Kepala dan ekor adalah dua komponen sperma yang matang.
Pada manusia, kepala sperma berbentuk almond dan terutama mengandung nucleus. Pada
bagian inti terdiri dari satu set kromosom spesies.
Gambar 2.1: sperma (Ahablogweb)
(Sumber:https://www.sridianti.com/jenis-dan-contoh-gamet-pada-manusia-dan-hewan.html)
Struktur seperti topi yang menutupi kepala sperma disebut akrosom. Akrosom
mengandung enzim untuk menurunkan lapisan pelindung gamet perempuan. Mitokondria
dapat ditemukan di tengah-tengah sperma. Ekor sperma terdiri dari flagella, yang terlibat
dalam gerakan sperma.
Berikut perbedaan gamet jantan dan gamet betina:

Definisi

a) Gamet jantan: Gamet jantan adalah sel reproduksi laki-laki, yang bersatu dengan
gamet perempuan untuk menghasilkan zigot.
b) Gamet Betina: Gamet betina adalah sel reproduksi wanita, yang menyatu dengan
gamet jantan untuk menghasilkan zigot.

Dibentuk oleh

a) Gamet jantan: Gamet jantan diproduksi oleh spermatogenesis.


b) Gamet Betina: Gamat betina diproduksi oleh oogenesis.

Dalam Tumbuhan Berbiji

a) Gamet jantan: Gamet jantan dapat ditemukan di dalam serbuk sari dari tanaman
berbiji.
b) Gamet Betina: Gamet betina dapat ditemukan di dalam ovarium tanaman berbiji.
Dalam Hewan

a) Gamet jantan: Gamet jantan diproduksi di testis.


b) Gamet Betina: Gamet betina diproduksi di ovarium.

Ukuran
a) Gamet jantan: Gamet jantan lebih kecil dari gamet betina.
b) Gamet Betina: Gamet betina manusia adalah 100.000 kali lebih besar dari gamet
jantan manusia.

Bentuk

a) Gamet jantan: Gamet jantan adalah sel berbentuk jagung.


b) Gamet Betina: Gamet betina adalah sel berbentuk bulat.

Ukuran sitoplasma

a) Gamet jantan: Gamet jantan mengandung sitoplasma kecil. Oleh karena itu, gamet
jantan memiliki berat yang lebih rendah, memungkinkan berenang.
b) Gamet Betina: Gamet betina mengandung sitoplasma yang lebih besar untuk
menyuburkan embrio .

Mobilitas

a) Gamet Jantan: Gamet jantan adalah mobile.


b) Gamet Betina: gamet betina tidak bisa bergerak.

Ekor / Flagella

a) Gamet jantan: Gamet jantan mengandung ekor atau flagella, yang membantu dalam
berenang.
b) Gamet Betina: Gamet betina tidak mengandung ekor atau flagela.
Jumlah

a) Gamet jantan: Gamet jantan diproduksi dalam jumlah besar untuk memastikan
pembuahan yang sukses.
b) Gamet Betina: Hanya satu gamet betina yang dirilis per bulan pada manusia.

Zona Pellucida

a) Gamet jantan : gamet jantan tidak memiliki zona pelusida.


b) Gamet Betina: Gamet betina terdiri dari mantel jelly yang disebut zona pellucida
yang mengikat gamet jantan.

Akrosom

a) Gamet jantan: Gamet jantan terdiri dari akrosom, yang mengandung enzim untuk
menurunkan lapisan yang mengelilingi gamet betina.
b) Gamet Betina: Gamet Betina tidak memiliki akrosom.

Mitokondria

a) Gamet jantan: Gamet jantan terdiri dari banyak mitokondria untuk menghasilkan energi
untuk berenang.
b) Gamet Betina: Gamet Betina terdiri dari beberapa mitokondria karena mereka tidak dapat
bergerak

2.2 Manipulasi Gamet Jantan

Memanipulasi gamet merupakan proses meningkatkan produktivitas teori gamet dalam


bidang perkembangan embriologi berhubungan dengan teknologi-teknologi. Manipulasi
gamet adalah gamet yang dimanipulasi dengan teknologi-teknologi yang sudah dipelajari
seperti teknologi pemasakan gamet in vitro, pembuahan buatan serta pengawetan gamet.
Pada sebagian besar spesies mamalia, organ reproduksi eksternal jantan adalah skrotum
dan penis. Organ reproduksi internal terdiri atas gonad yang menghasilkan gamet (sel-sel
sperma) dan hormon, kelenjar aksesoris yang mensekresikan produk yang esensial bagi
pergerakan sperma, dan sekumpulan duktus yang membawa sperma dan sekresi
grandular,system reproduksi jantan terdiri atas: 1)testis, 2)saluran kelamin dengan kelenjar
kelamin dan 3)alat kopulasi (penis). Saluran-saluran kelamin terdiri atas : vas efferens,
epididimis dan vas deferens.kelenjar-kelenjar kelamin terdiri dari vesikula seminalis,prostate
dan cowpers.organ primer/testis berjumlah dua buah dan pada ternak mamalia secara normal
terdapat di dalam kantung luar yang disebut skrotum.
Saluran-saluran kelamin berpangkal pada testis dan bersambung ke urethra yang
kemudian menjadi bagian dari penis dan merupakan jalan bersama dengan urine serta
sekresi kelenjar-kelenjar kelamin terletak di sekiar saluran-saluran kelamin dan bermuara ke
dalam urethra. System reproduksi pada jantan secara anatomi berhubungan dangan saluran
pengeluaran urine yang terdiri atas ginjal dan vesica urnaria serta saluran-
salurannya,sehingga seluruh system ini disebut tractus urogenitalis setiap tastis tergantung di
dalam kantung skrotum dengan spermatic cord,yang terletak di bagian leher skrotum dan
terdiri atas arteri spermatic dalam yang berkelok-kelok di bagian atas testi, vena spermatic
dalam yang muncul dari plexus pampiniformis,merupakan anyaman di sekeliling arteri
spermatic,plexus pampiniformis membentuk bundelan spermatic cord dan muncul dari
beberapa vena yang meninggalkan kepala testis, saraf otonomik dari ginjal dan plexus
mesenteric dari belakang, pembuluh limfe, otot kremaster dalam yang membungkus bagian-
bagian tersebut diatas,semuanya itu terdapat di dalam lapisan viseral tunica vaginalis dan
duktus defferens lewat sendiri di tengah-tengah mesorchium.
a. Testis
Gonad indiferen sewaktu embrio dini pada betina berdiferensiasi menjadi ovarium,
sedangkan pada jantan menjadi testis. Pada semua spesies testis berkembang di dekat
ginjal, yaitu pada daerah krista genitalis primitif. Pada mamalia, testis mengalami
penurunan, tetap tinggal pada posisi disekitar daerah testis itu berasal. Fungsi testis ada
dua macam: yang menghasilkan hormon seks jantan disebut androgen, dan yang
menghasilkan gamet jantan disebut sperma.
b. Epididymis
Epididymis terdiri dari tiga bagian yaitu caput epididymis atau kepala epididymis, corpus
epididymis atau badan epididymis, dan cauda epididymis atau ekor epididymis. Ketiga
bagian ini mempunyai fungsi yang berbedada, caput berfungsi sebagai tempat
memasakan spermatozoa, corpus berfungsi sebagai transpor atau pengangkutan
spermatozoa, cauda berfungsi sebagai tempat penimbunana spermatozoa.
c. Ductus Deferen
Ductus deferen merupakan saluran sperma lanjutan dari cauda epididymis sampai ke
urethra. Dindingnya tebal mengandung serabut-serabut urat daging yang licin.
d. Ampula Ductus Deferen
Ampula ductus deferen adalah ductus deferen an kedua testes setelamelalui
canalisinguinalis sampai atas kandung kemih yang lambat laun menjadi membesar.
Pembesaran ini disebabkan oleh adanya kelenjar-kelenjar yang ada di dinding ductus
deferen, sedang lumennya sedikit meluas.
e. Urethra
Urethra adalah saluran dari tempat bermuaranya Ampula ductus deferen sampai ujung
penis. Urethra merupakan saluran urogenitalis yang berfungsi sebagai tempat lewatnya
urine dan semen.
f. Kelenjar Vesikularis
Kelenjar vesicularis berjumlah sepasang yang terletak di kanan-kiri ampula duktus
deferens. Pada ruminansia kelenjar ini besar dan susunannya berlobus-lobus. Saluran
keluar dari kelenjar ini bermuara ke dalam urethra, secara umum muaranya menjadi satu
dengan ampula sehingga ada 2 muara di kiri dan kanan. Muara ini disebut ostium
ejaculatorium. Kadang-kadang muaranya terpisah, yaitu muara kelenjar vesicularis
berada di bagian cranial dari kelenjar ampula. Sekresi kelenjar ini banyak mengandung
protein, potasium, fruktosa, asam sitrat, asam askorbut, vitamin dan enzim, warnanya
kekuning-kuningan karena banyak menagndung flavin dengan pH 5,7-6,2. Sekresi
kelenjar vesicularis pada sapi merupakan 50% dari total volume ejakulasi.
g. Kelenjar Prostata
Pada sapi kelenjar prostata berjumlah sepasang, berbentuk bulat dan tidak berlobus.
Kelenjar prostata terdiri dari 2 bagian, badan prosatata dan prostata yang cryptik. Bagian
badan prosatata terdapat di belakang ampula dekat diatas urethra pars pelvina, sehingga
disebut corpus prostata. Kelenjar prostata berfungsi sebagai penghasil cairan yang encer
dan mengandung ion organik (Na, Cl, Ca, Mg) dengan pH lebih besar dari 7,0.
h. Kelenjar bulbourethralis
Kelenjar bulbourethralis berjumlah sepasang, terdapat di sebelah kanan dan kiri urethra
bulbourethralis, dibawah musculus bulbo spongiosus. Pada sapi kelenjar ini sebesar buah
kemiri, padat dan mempunyai kapsul. Kelenjar bulbourethralis berfungsi sebagai
penghasil getah kental yang berfungsi sebagai pembersih saluran reproduksi dari sisa-sisa
urine.
i. Penis
Penis merupakan organ kopulatoris pada hewan jantan, mempunyai tugas ganda yaitu
pengeluaran urine dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Penis
berbentuk silinder panjang dan bersifat fibroelastik atau kenyal. Penis terdiri dari akar
atau pangkal, badan penis dan ujung penis atau gland penis. Dalam keadaan relaks ada
bagian yang membengkok membentuk huruf S, bagian ini disebut flexera sigmodea.
Untuk memanjang dan memendek penis dilengkapi dengan musculus retraktor penis
yaitu otot yang dapat merelaks dan mengkerut (kontraksi), dan corpus cavernosum penis
yaitu otot yang dapat menegakan penis. Penis mempunyai dua fungsi yaitu untuk
menyemprotkan sperma ke dalam alat reproduksi betina dan untuk lewatnya urine.

 Teknik yang digunakan dalam manipulasi gamet


a) Pemasakan Gamet In Vitro
Teknik pemasakan gamet in vitro dikembangkan antara lain untuk
memecahkan masalah ketersedian gamet yang mudah digunakan dan terkontrol.
Tujuan lain pengembangan teknik ini dalah upaya-upaya untuk memahami proses
biologi dari gamet itu sendiri. Proses pembentukan gamet yang demikian
kompleks dari gametonium berkembang menjadi gamaet yang siap untuk dibuahi
melibatkan banyak sekali faktor yang rinci dan persisnya ingin diketahui
seluruhnya. Apabila seluruh faktor pembentukan gamet dapat diketahui maka
akan bermanfaat untuk memodifikasi dalam rangka mendapatkan gamet yang
diinginkan.
Sejauh ini teknik-teknik yang dikembangkan masih belum sepenuhnya
mengungkap semua faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan gamet.
Teknik yang telah berkembang dan banyak memberikan data memiliki kontribusi
yang sangat berharga terhadap pemahaman biologi gamet adalah dalam proses
pemasakan gamet. Pemasakan gamet merupakan tahapan terakhir dari proses
pembentukan gamet atau gametogenesis yang panjang dan kompleks.
Faktor- faktor yang berperan dalam proses pemasakan gamet telah dapat
diungkapkan, walaupun belum keseluruhannya, namun cukup berarti untuk
kebutuhan saat ini. Kontribusi hasil penelitian in vitro sangat nyata dalam hal
mengungkapkan faktor yang berperan tersebut. In vitro arti bahasa harfiahnya
adalah dalam tabung (in=dalam, vitro=tabung).
Dari hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan diketahui bahwa
faktor hormon, dan faktor-faktor untuk pemasakan gamet sekarang ini mulai
dapat diformulasikan. Formula atau resep berapa banyaknya hormon dan jenis
hormon apa serta kapan diberikan termasuk berapa lama hormon diberikan dalam
kultur gamet in vitro akhirnya dapat diketahui. Pada masa kini, ada beberapa
resep media pemeliharaan gamet untuk dibuat masak secara in vitro di
laboratorium.
Kultur pemasakan gamet jantan (sel spermatozoa) in vitro umum
dilakukan pada kelompok hewan mamalia untuk tujuan membuat gamet jantan
tersebut terkapasitasi. Berbeda dari gamet betina yang dikeluarkan dari ovarium
masih dalam stadium oosit. Jadi gamet jantan yang keluar dari testis merupakan
sel gamet haploid yang telah selesai menjalani metamorfosis menjadi sel dengan
kepala dan ekor, struktur yang sesuai dengan fungsinya untuk mengantarkan
material genetis jantan dan mengaktifkan program perkembangan telur.
Spermatozoa pada kelompok mamalia yang ke luar dari testis tidak siap
untuk membuahi, mereka harus menjalani prosees pemasakan fisiologi terlebih
dahulu untuk dapat kemampuan membuahi. Proses pemasakan fisiologi terakhir
untuk menjadi gamet yang telah memiliki kapasitas ini biasanya dilakukan secara
in vitro. Pada kelompok hewan selain mamalia, spermatozoa yang keluar dari
testis dapat langsung digunakan untuk membuahi telur dalam spesiesnya. Jadi
tidak memerluakan proses pemasakan kapasitas.
Manipulasi proses kapasitasi gamet jantan spermatozoa in vitro dilakukan
dalam inkubator khusus seperti halnya proses pemasakan gamet betina in vitro.
Ini berlangsung relatif lebih mudah dibandingkan dengan manipulasi pemasakan
gamet betina in vitro, dalam arti medium dan resepnya sebenarnya kekomplekan
spermatogenesis tidak lebih sederhana dari oogenesis keduanya sama-sama
kompleks. Secarain vitro, proses oogenesis in vitro telah berkembang lebih dulu,
dibandingkan partnernya, spermatogenesis. Penyebabnya mungkin karena
interaksi sebagai yang terlibat dalam proses spermatogenesis lebih kompleks,
sehingga metode in vitronya tidak atau belum semaju oogenesis. Faktor-faktor
yang menentukan spermatogenesis mungkin jauh lebih kompleks.
Kemungkinan lain adalah kenyataan bahwa spermatogenesis in vitro lebih
ketinggalan dari manipulasi oogenesis in vitro karena gamet betina lebih banyak
diperlukan untuk proses pembuhahan baik pembuahan buatan maupun
pembuahan in vitro, dibandingkan dengan kebutuhan spermatozoa. Hal ini
mungkin karena di alam lebih mudah memperoleh gamet jantan dengan jumlah
yang jutaan dibandingkan dengan peroleh gamet, betina di alam yang jauh lebih
sedikit. Seperti diketahui dalam proses pembuahan yang diperlukan hanyalah satu
gamet betina untuk satu gamet jantan.
Prosedur kapasitas in vitro adalah prosedur pemasakan gamet jantan in
vitro yang telah berkembang sedemikian majunya sehingga dari medium yang
sederhana sehingga kompleks dapat digunakan untuk memperoleh gamet jantan
yang siap digunakan untuk pembuahan. Penambahan suatu zat ke dalam medium
dasar untuk kultur sel bahkan telah berhasil untuk membuat spermatozoa
mengalami kapasitasi dan siap digunakan untuk pembuahan in vitro maupun
pembuahan buatan.
b) Pembuahan Buatan
Pembuahan buatan adalah manipulasi dalam bidang reproduksi hewan
yang dilakukan untuk memperoleh keturunan seperti yang diharapkan. Manipulasi
pertama yang dilakukan manusia adalah pembuahan buatan. Manipulasi
dilakukan untuk mengontrol faktor-faktor seperti musim atau cuaca yang
mempengaruhi proses reproduksi menjadi terkontrol. Maksud lain adalah untuk
mengatur waktu atau saat hewan bereproduksi sesuai waktu yang dikehendaki
manusia.
Pembuahan buatan adalah manipulasi reproduksi yang pertama
kalidilakukan manusia untuk mengatur reproduksi hewan termasuk pada hewan
air. Pembuahan buatan ini telah dipraktikkan sehari-hari oleh budidaya ikan atau
petani ikan. Manipulasi ini dimulai dari persiapan induknya yaitu dengan
manipulasi hormonal menggunakan ekstrak hipofisa dalam prosedur hipofisa atau
hormon lain termasuk hormon sinetik. Dengan manipulasi tersebut diharapkan
dapat dihasilkan gamet-gamet fertil pada waktu diperlukan, jadi tidak tergantung
misalnya musim.
Hasil studi morfologi telur diketahui bahwa telur selalu memiliki bungkus
telur. Bungkus telur yang langsung berhubungan dengan telur (disebut bungkus
primer) adalah zona pelucida (ZP). Ada telur yang memiliki bungkus tambahan
seperti bungkus sekunder dan bahkan bungkus tersier. Bungkus ini bahkan tetap
ada ketika telur telah dibuahi dan berkembang hingga tahapan tertentu. Bungkus
telur itu hilang atau rusak, waktunya atau saatnya berbeda pada satu spesies
dengan lainnya, jadi tergantung pada spesies atau jenisnya. Telah lama diketahui
pula bahwa bungkus telur memiliki fungsi untuk menyeleksi spermatozoa mana
yang dapat menembusnya untuk membuahi telur.
Hanya spermatozoa dari spesies yang sama yang dapat menebusnya.
Fungsi tersebut kemudian dikenal sebagai barier spesies. Kalaupun ada
spermatozoa kambing dicampur dengan telur manusia dalam satu cawan
pembuahan, maka telur manusia tak dapat dibuahi oleh spermatozoa kambing
karena bungkus telur menghalanginya, kalaupun demikian halnya, timbul
pemikiran apabila bungkus telur dihilangkan, daptkah telur itu kehilangan seleksi
spesiesnya? Jawabannya adalah ya. Dengan perkiraan perkembangan embrio
hanya sampai batas tertentu saja. Hal itu disebebkan oleh masing-masing sistem
biologi spesies tertentu mempunyai sifat-sifat autoimun sendiri (reaksi anti gen-
anti bodi). Eksperimen in vitro memang membuktikan adanya kekhususa di antara
spesies-spesies. Untuk menguji kemampuan spermatozoa untuk membuahi telur,
telur hamster banyak dipakai mungkin dikarenakan telur hamster mudah
diperoleh dan dihilangkan bungkus telur zona pelucidanya dengan enzim.
Contoh penggunaannya adalah pada pasien yang belum dikarunia anak
dengan penyebab yang belum diketahui. Pada pemeriksaan air mani dari bapak,
diuji kemampuan spermatozoanya dengan menggunakan telur hamster yang telah
dibuang zona pellucidanya (dan telur yang digunakan untuk percobaan tersebut
disebut zona free egg, telur yang tidak memiliki zona pellucida karena zona
pellucidanya sengaja dihilangkandengan perlakuan). Hasil uji coba ini dapat
menunjukkan bahwa ada masalah atau tidak dengan kemampuan spermatozoa per
mililiter air mani, gerakan spermatozoa dan menunjukkan hasil yang baik.
Pada manipulasi pembuahan gamet jantan maupun gamet betina dapat
diperoleh dari proses pemasakan alami in vivo ( dalam tubuh). Atau pun gamet
jantan berasal dari proses pemasakan in vivo dan gamet betina dari hasil
pemasakan in vivo. Atau sebaliknya, yang pasti bahwa dalam proses pembuahan
buatan tempat terjadinya pembuahan adalah pada atau di tempat di mana secara
alami pembuahan terjadi, yaitu pada ampula dari tuba falopi pada bangsa mamalia
atau di lingkungan air pada hewan yang fertilisasinya eksternal seperti ikan dan
katak.
Cara memasukkan gamet ke tempat pembuahan misalnya dengan jalan
menyuntikkan spermatozoa langsung ke bagaian ampula induk pada waktu yang
telah diketahui sekitar ovulasi terjadi. Ovulasi bisa diketahui terjadi dikarenakan
monitoring yang terus menerus dan insetif. Monituring itu dilakukan bisa dengan
pemberian hormon dan perlakuan untuk terjadi ovulasi. Dari sisi gamet jantannya
spermatozoa, bisa berasal daari ejakulat bapak(suami) dengan atau tanpa
perlakuan kapasitas dan atau lainnya terlebih dahulu.
Pada ternak, pembuahan buatan dikenal dengan istilah AI (atau IB),
singkatan dari “artificial insemination” atai inseminasi buatan atau terjemahannya
pembuahan buatan. Pembuahan buatan pada ternak biasanya dilakukan dengan
mengguanakan semen beku yang diperoleh dari bibit unggul impor dan
disemprotkan ke dalam vagina hewan ternak betina yang tengah birahi (sekitar
waktu ovulasi) yang dapat dilihat secara visual dengan mudah. Pada hewan yang
pembuahannya eksternal istilah pembuahan buatan mudah sekali dirancukan
untuk dengan pembuahan in vitro.
Satu hal yang penting untuk dicatat dalam ingatan adalah hasil yang
diperoleh dari proses pembuahan buatan haruslah tetap dilekatkan pada kerangka
pembuahan buatan. Faktor-faktor yang perperan dalam proses pembuahan alami
jauh lebih kompleks dan banyak yang tidak mudah untuk dikontrol seperti halnya
dengan proses pembuahan buatan yang beberapa faktor penting memungkinkan
untuk dikontrol. Tentu saja membandingkan dengan hasil pembuahan alami untuk
tujuan pembahasan adalh baik, terutama dalam kerangka untuk melihat efektivitas
dan efisiensi prosedur.
c) Pembuahan In Vitro = Pembuahan Dalam Tabung ( In Vitro Fertilisai=IVF)
Banyak yang mencampuradukkan pengertian pembuahan buatan dengan
pembuahan in vitro (pembuahan di tabung atau IVF). Bedanya kalu pembuahan
buatan adalah tempat terjadinya dan seterusnya di tempat dimana proses
pembuahan secara alami biasa terjadi, namun yang dibuat atau dimanupulasi
adalah pemasakan gametnya atau waktu pertemuan antara gamet-gametnya yang
dibuat, contoh yang riil misalnya inseminasi buatan pada hewan ternak.
Kerancunan dua istilah tersebut mungkin terjadi manakala manipulasi ini
diterapkan untuk hewan-hewan yang proses pembuahannya secara alami terjadi di
luar tubuh induknya atau disebut cara pembuahan eksternal, seperti ikan.
Diharapkan dengan mengetahui kedua perbedaan tersebut tidak lagi rancu mana
yang pembuahan buatan dan mana yang pembuahan dalam tabung.
Prosedur IVF yaitu gamet betina (telur) dalam medium buatan, yang
diperoleh dari pemasakan alami atau in vitro, dipertemukan dengan spermatozoa
untuk proses pembuahan dalam sebuah tabung atau cawan petri. Gamet jantan
spermatozoa yang digunakan bisa diperoleh dari ejakulat alami lalu diinkubasi in
vitro terlebih dahulu (yang biasa dilakukan adalah diinkubasi terlebih dahulu)
untuk pemasakan spermatozoa yang telah siap tersebut selanjutnya diinkubasi
dalam inkubotor khusus untuk dibiarkan bergabung (proses pembuahan) menjadi
zigot dan melakukan pembelahan (cleavege) hingga stadium tertentu dalam
inkubator khusus itu.
Setelah tahap ini sebenarnya sudah masuk stadium embrio yang akan
dibahas pada kegiatan belajar kedua. Embrio kemudian dapat diimplantasikan ke
induk, bila itu embrio hewan mamalia atau manusia. Induk yang diimplantasikan
embrio hasil pembuahan in vitro tersebut dapat induk asli, yaitu induk dari mana
sel telur berkembang (embrio) itu berasal, ataupun induk lain yang biasa disebut
foster mother atau induk semang. Keterangan rinci akan akan dibahas dalam
kegiatan belajar dua bagian transfer embrio.

d) Pengawetan Gamet
Pengawetan gamet adalah upaya-upaya dalam rangka membuat gamet
menjadi lebih lama umurnya dibandingkan dengan umur dalam kondisi alaminya.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa gamet, telur maupun spermatozoa
adalah sel-sel yang umurnya terbatas. Keterbatasan tersebut sangat mengganggu
pengembangan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan individu baru
sesuai keinginan.
Berbeda dari telur yang disimpan dan diawetkan didalam medium
ovarium, baik alami maupun sintesis, spermatozoa umumnya tidak disimpan
untuk diawetkan demikian. Medium untuk penyimpanan berupa semen atau milt
ditambahkan zat-zat penyedia energi seperti gula dan turunan-turunan gula. Gula
atau zat-zat energi tersebut dimaksudkan untuk menyediakan substrat bagi
spermatozoa untuk dimetabolisir menjadi energi dalam rangka memperpanjang
umurnya. Umur spermatozoa yang relatif pendek disebabkan karena jumlah
sitoplasma yang dimiliki spermatozoa amatlah sedikit dan oleh karenanya
ketersediaan bahan untuk dimetabolisir menjadi energi juga amat terbatas,
akivatnya umur amat terbatas. Apabila bahan penyedia energi disuplai dari luar
sel spermatozoa, maka sel gamet tersebut dapat mengambilnya dan
memanfatkannya sebagai sumber energi untuk memperpanjang masa variabel atau
hidupnya.
Gambar 2.2 Tempat penyimpanan sperma
(Sumber: https://candramanik.wordpress.com/category/tak-berkategori/)
Cara lain untuk mengawetkan gamet jantan spermatozoa adalah dengan
metode pembekuan dan pengenceran. Cara ini yang umum diterapkan untuk
spermatozoa dari pejantan-pejantan unggul untuk diinseminasikan secara buatan
kepada betina-betina yang dikehendaki. Cara pengawetan dengan metode
pembekuan ini diterapkan di bank-bank sperma. Bank sperma adalah tempat
penyimpanan plasma nuftah spermatozoa (manusia) untuk dipakai sebagi donor
dalam prosedur pembuahan bayi tabung atau in vitro fertilisasi. Donor bank
sperma berasal dari laki-laki yang karena keputusannya sendiri ingin menyimpan
sperma atau maninya di bank sperma untuk suatu ketika barangkali diperlukan.
Biasanya laki-laki (bapak-bapak) yang menyimpan spermanya di bank sperma
adalah yang hendak melakukan vasektomi, yaitu artinya ejakulat akan bebas dari
sel spermatozoa. Vasektomi adalah salah satu metode dalam keluarga berencana
dalam rangka usaha tidak menurunkan keturunan lagi. Untuk menjaga kalau suatu
hari kelak sang bapak yang telah divasektomi tersebut berubah pikiran ingin
memiliki keturunan kembali dan apabila akibat vasektomi masalah kesuburannya
menjadi terganggu. Maka sperma yang disimpannya di bank sperma dapat
digunakan untuk menginseminasi telur istrinya dalam program bayi tabung atau
program pembuahan buatan, dengan penyuntikan spermatozoa ke saluran telur
istrinya pada waktu telur dekat siap dikeluarkan untuk dibuahi.
Pengawetan atau penyimpanan dengan pembekuan ini juga dilakukan
dengan penambahan zat-zat pelindung pembekuan atau krioprotektan.
Spermatozoa dengan krioprotektan dibekukan dengan cepat dan disimpan dalam
tabung nitrogen cair. Dengan cara ini gamet bisa disimpan selama bertahun-tahun
bahkan puluhan atau ratusan tahun bila perlu.
Pada masa kini, tabung nitrogen cair yang berisi sel-sel gamet yang
diawetkan menjadi barang bawaan petugas penyuluh lapangan dari dinas-dinas
peternakan dan atau balai penelitan dalam upaya memperoleh keturunan yang
diunggul atau lebih baik dari yang sudah ada. Artinya bibit lokal hewan-hewan
ternak petani dikawinkan dengan bibit unggul yang berupa spermatozoa dari
pejantan unggul, sehingga diharapkan dapat menghasilkan ternak dengan sifat-
sifat unggul orang tuanya. Mendatangkan hewan atau induk unggulnya langsung,
jauh lebih mengandung resiko seperti masalah keamanan transportasi,
penyesusaian terhadap perbedaan iklim dan cuaca yang bisa menggangu
kesehatan ternak dan sebagainya, maka sebagai gantinya adalah sel-sel gametnya
yang amat memadai. Tentu saja sel gamet tersebut harus terjamin dapat dipakai
pada waktu dibutuhkannya yaitu harus telah mengalami proses pengawetan atau
penyimpanan.

2.3 Isolasi Gamet Jantan


Isolasi Gamet jantan dapat dilakukan dengan Artifical Vagina, Electroejaculation,
Message pada Vesikula Seminalis dan Ampula melalui Rectum, Dummy, umumnya pada
Babi dan Pembedahan
A. Artificial Vagina
Metode artificial vagina atau vagina buatan ini umum digunakan untuk penampungan
semen karena lebih mendekati bentuk vagina alami, sehingga kualitas semen yang
diejaukulasikan lebih optimal. Sebab, frekuensi ejakulasi mempengaruhi volume semen,
dimana ejakulasi 2 kali sehari setiap 2-4 hari mampu menghasilkan volume semen yang
optimal.
Pada dasarnya vagina buatan dirancang untuk meniru vagina alami, baik dari segi suhu,
tekanan, dan gesekan untuk merangsang terjadinya ejakulasi. Dengan demikiian, semen
yang dihasilkan diharapkan semen yang bersih, maksimal, dan spontan keluar.
Penggunaan teknik ini mengatasi kerugian akibat penggunaan elektroejakulator atau
penampungan semen secara lansung dari dalam vagina sapi betina. Namun, teknik ii pun
memiliki kerugian yaitu harus memerlukan pejantan yang terlatih dan pemancing yang
memadai serta bahaya cedera bagi pelaksana lebih besar.

Gambar 2.2 : Vagina Buatan


(Sumber: https://sufyanhadi.wordpress.com/edukatif/metode-penampungan-semen/)
B. Electroejaculation
Merupakan teknik yang digunakan untuk inseminasi buatan yaitu untuk menampung
semen (sperma). Alat untuk teknik ini yang telah dibuat terdiri dari tiga rangkaian utama
yaitu rangkaian catu daya, osilator, dan penguat tegangan non-inverting. Rangkaian
osilator berfungsi sebagai penghasil gelombang yang dapat diatur frekuensi dan
tegangannya. Bentuk gelombang yang dihasilkan osilator berupa gelombang sinusoidal,
segitiga dan kotak.
Penggunaan teknik ini dikhususkan untuk pejantan unggul, namun tubuhnya cacat.
Sehingga dengan kondisi tersebut dapat membantu hewan yang cacat tetap produktiv
meski tidak harus menuggangi betina.

Gambar 2.3. Elektroejakulator


(Sumber:https://sufyanhadi.wordpress.com/edukatif/metode-penampungan-semen/)
C. Message pada Vesikula Seminalis dan Ampula melalui Rectum
Metode ini biasanya dilakukan pada unggas, babi, dan lainnya. Metode
penampungan semen melalui pengurutan atau massage dapat diterapkan pada ternak
besar (sapi, kerbau, kuda, dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada ternak
besar metode pengurutan ampulla dan vas deferens diterapkan apabila hewan jantan
tersebut memiliki potensi genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melakukan
perkawinan secara alami baik karena libido rendah atau mempunyai masalah dengan
kakinya (lumpuh atau pincang/cedera). Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun
metode pengurutan punggung merupakan satu-satunya metode penampungan yang
paling baik hasilnya.

Gambar 2.4 Penyadapan semen ayam


(Sumber: Susilawati, Trinil. 2011. Spermatologi. Universitas Brawijaya. Malang

Metode menampung semen secara massage atau pengurutan :


 Tangan masuk ke dalam rektum untuk pengurutan ampulla vaas deferens dan
kelenjar vesikularis ke depan dan ke belakang kurang lebih selama 2 menit.
 Perlu keterampilan khusus
 Penis perlu dicuci dengan air hangat dan NaCL Fisiologis
 Kualitas semen cenderung rendah
D. Dummy, umumnya pada Babi
Teknik dummy atau patung/boneka ini merupakan teknik isolasi gamet jantan
dimana, dalam proses penampungannya apabila pejantannya masih dalam proses
pelatihan maka akan menggunakan dummy yang bisa dipindah-pindah sesuai
kemauannya. Sedangkan apabila pejantannya sudah terlatih, maka akan
menggunakan pejantan yang otomatis atau tidak dapat dipindah-pindah.

Gambar 2.5 Dummy pada babi


(Sumber:https://m.indonesian.alibaba.com/p-detail/Dummy-sow-for-big-boar-
animal-60530569989.html)
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Gamet merupakan sel yang diproduksi oleh organisme untuk tujuan reproduksi
seksual. Gamet jantan pada hewan ialah sperma, sedangkan gamet betinanya ialah ovum
(sel telur). Memanipulasi gamet merupakan proses meningkatkan produktivitas teori
gamet dalam bidang perkembangan embriologi berhubungan dengan teknologi-teknologi.
Manipulasi gamet adalah gamet yang dimanipulasi dengan teknologi-teknologi yang
sudah dipelajari seperti teknologi pemasakan gamet in vitro, pembuahan buatan serta
pengawetan gamet.
3.2. Saran
Sebaiknya masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama untuk meningkatkan
produktivitas ternak. Sehingga, akan mengurangi penurunan populasi melainkan semakin
meningkatnya produktivitas ternak.
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati, Trinil. 2011. Spermatologi. Universitas Brawijaya. Malang

Sumeidiana, I dkk. 2007. Volume Semen dan Konsentrasi Sperma Sapi Simmental, Limousin
dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Universitas Diponegoro. Semarang

Toilihere. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung

Masuda, H. 1992.Reproductive Function of male livenstock and semen physiology. In : S. Kudo


(Ed). Artificial insemination Manual for Cattle. Association of Livesto ck Technology, Nikkapu

Ax RI, Dally M, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B and Bellin ME. 2008.
Semen Evaluation In Farm Animal Reproduction ed By Hafez ESE. 7th Lea Febiger: 365-375

Darmawan, Eka.2019.IB Babi. (Https://www.academia.edu/39459173/IB_BABI) diakses pada :


30 September 2019

Sufyahandi. 2012, Metode Penampungan Semen


(https://sufyanhadi.wordpress.com/edukatif/metode-penampungan-semen/) diakses pada : 30
September 2019

Dody. 2015. Makalah Inseminasi Buatan pada Ternak Babi


(https://www.berbagiilmupeternakan.com/2015/05/makalah-inseminasi-buatan-pada-ternak-
html?m)=1) diakses pada : 30 September 2019

Anda mungkin juga menyukai