Oleh:
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada kesempatan ini kami penyusun
makalah ini masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tulisan ini yang berisi tentang
rekayasa sel gamet jantan. Tulisan dalam paper ini kami tulis berdasarkan referensi-referensi
jurnal dan internet. Penyusunan paper ini bertujuan untuk memperbanyak pengetahuan juga
untuk memenuhi tugas mata kuliah Embriologi Veteriner Veteriner.
Semoga dengan paper yang kami susun ini dapat menambah pengetahuan sekaligus
manfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................5
Table of Contents
Gambar 2.1 .....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN
Di dunia termasuk Indonesia, jumlah satwa ternak belum memadai, dan jumlah satwa liar
dan yang dilindungi semakin menipis. Oleh karena itu, teknik rekasaya atau manipulasi
sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan tersebut. Sehingga akan terjadi peningkatan
kualitas dan kuantitas sumber daya alam.
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Gamet merupakan sel yang diproduksi oleh organisme untuk tujuan reproduksi seksual.
Gamet jantan pada hewan ialah sperma, sedangkan gamet betinanya ialah ovum (sel telur).
Pada gamet jantan, proses pembentukan spermanya disebut spermatogenesis dan tempat
terjadinya ialah pada tubulus semineferus.
Definisi
a) Gamet jantan: Gamet jantan adalah sel reproduksi laki-laki, yang bersatu dengan
gamet perempuan untuk menghasilkan zigot.
b) Gamet Betina: Gamet betina adalah sel reproduksi wanita, yang menyatu dengan
gamet jantan untuk menghasilkan zigot.
Dibentuk oleh
a) Gamet jantan: Gamet jantan dapat ditemukan di dalam serbuk sari dari tanaman
berbiji.
b) Gamet Betina: Gamet betina dapat ditemukan di dalam ovarium tanaman berbiji.
Dalam Hewan
Ukuran
a) Gamet jantan: Gamet jantan lebih kecil dari gamet betina.
b) Gamet Betina: Gamet betina manusia adalah 100.000 kali lebih besar dari gamet
jantan manusia.
Bentuk
Ukuran sitoplasma
a) Gamet jantan: Gamet jantan mengandung sitoplasma kecil. Oleh karena itu, gamet
jantan memiliki berat yang lebih rendah, memungkinkan berenang.
b) Gamet Betina: Gamet betina mengandung sitoplasma yang lebih besar untuk
menyuburkan embrio .
Mobilitas
Ekor / Flagella
a) Gamet jantan: Gamet jantan mengandung ekor atau flagella, yang membantu dalam
berenang.
b) Gamet Betina: Gamet betina tidak mengandung ekor atau flagela.
Jumlah
a) Gamet jantan: Gamet jantan diproduksi dalam jumlah besar untuk memastikan
pembuahan yang sukses.
b) Gamet Betina: Hanya satu gamet betina yang dirilis per bulan pada manusia.
Zona Pellucida
Akrosom
a) Gamet jantan: Gamet jantan terdiri dari akrosom, yang mengandung enzim untuk
menurunkan lapisan yang mengelilingi gamet betina.
b) Gamet Betina: Gamet Betina tidak memiliki akrosom.
Mitokondria
a) Gamet jantan: Gamet jantan terdiri dari banyak mitokondria untuk menghasilkan energi
untuk berenang.
b) Gamet Betina: Gamet Betina terdiri dari beberapa mitokondria karena mereka tidak dapat
bergerak
d) Pengawetan Gamet
Pengawetan gamet adalah upaya-upaya dalam rangka membuat gamet
menjadi lebih lama umurnya dibandingkan dengan umur dalam kondisi alaminya.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa gamet, telur maupun spermatozoa
adalah sel-sel yang umurnya terbatas. Keterbatasan tersebut sangat mengganggu
pengembangan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan individu baru
sesuai keinginan.
Berbeda dari telur yang disimpan dan diawetkan didalam medium
ovarium, baik alami maupun sintesis, spermatozoa umumnya tidak disimpan
untuk diawetkan demikian. Medium untuk penyimpanan berupa semen atau milt
ditambahkan zat-zat penyedia energi seperti gula dan turunan-turunan gula. Gula
atau zat-zat energi tersebut dimaksudkan untuk menyediakan substrat bagi
spermatozoa untuk dimetabolisir menjadi energi dalam rangka memperpanjang
umurnya. Umur spermatozoa yang relatif pendek disebabkan karena jumlah
sitoplasma yang dimiliki spermatozoa amatlah sedikit dan oleh karenanya
ketersediaan bahan untuk dimetabolisir menjadi energi juga amat terbatas,
akivatnya umur amat terbatas. Apabila bahan penyedia energi disuplai dari luar
sel spermatozoa, maka sel gamet tersebut dapat mengambilnya dan
memanfatkannya sebagai sumber energi untuk memperpanjang masa variabel atau
hidupnya.
Gambar 2.2 Tempat penyimpanan sperma
(Sumber: https://candramanik.wordpress.com/category/tak-berkategori/)
Cara lain untuk mengawetkan gamet jantan spermatozoa adalah dengan
metode pembekuan dan pengenceran. Cara ini yang umum diterapkan untuk
spermatozoa dari pejantan-pejantan unggul untuk diinseminasikan secara buatan
kepada betina-betina yang dikehendaki. Cara pengawetan dengan metode
pembekuan ini diterapkan di bank-bank sperma. Bank sperma adalah tempat
penyimpanan plasma nuftah spermatozoa (manusia) untuk dipakai sebagi donor
dalam prosedur pembuahan bayi tabung atau in vitro fertilisasi. Donor bank
sperma berasal dari laki-laki yang karena keputusannya sendiri ingin menyimpan
sperma atau maninya di bank sperma untuk suatu ketika barangkali diperlukan.
Biasanya laki-laki (bapak-bapak) yang menyimpan spermanya di bank sperma
adalah yang hendak melakukan vasektomi, yaitu artinya ejakulat akan bebas dari
sel spermatozoa. Vasektomi adalah salah satu metode dalam keluarga berencana
dalam rangka usaha tidak menurunkan keturunan lagi. Untuk menjaga kalau suatu
hari kelak sang bapak yang telah divasektomi tersebut berubah pikiran ingin
memiliki keturunan kembali dan apabila akibat vasektomi masalah kesuburannya
menjadi terganggu. Maka sperma yang disimpannya di bank sperma dapat
digunakan untuk menginseminasi telur istrinya dalam program bayi tabung atau
program pembuahan buatan, dengan penyuntikan spermatozoa ke saluran telur
istrinya pada waktu telur dekat siap dikeluarkan untuk dibuahi.
Pengawetan atau penyimpanan dengan pembekuan ini juga dilakukan
dengan penambahan zat-zat pelindung pembekuan atau krioprotektan.
Spermatozoa dengan krioprotektan dibekukan dengan cepat dan disimpan dalam
tabung nitrogen cair. Dengan cara ini gamet bisa disimpan selama bertahun-tahun
bahkan puluhan atau ratusan tahun bila perlu.
Pada masa kini, tabung nitrogen cair yang berisi sel-sel gamet yang
diawetkan menjadi barang bawaan petugas penyuluh lapangan dari dinas-dinas
peternakan dan atau balai penelitan dalam upaya memperoleh keturunan yang
diunggul atau lebih baik dari yang sudah ada. Artinya bibit lokal hewan-hewan
ternak petani dikawinkan dengan bibit unggul yang berupa spermatozoa dari
pejantan unggul, sehingga diharapkan dapat menghasilkan ternak dengan sifat-
sifat unggul orang tuanya. Mendatangkan hewan atau induk unggulnya langsung,
jauh lebih mengandung resiko seperti masalah keamanan transportasi,
penyesusaian terhadap perbedaan iklim dan cuaca yang bisa menggangu
kesehatan ternak dan sebagainya, maka sebagai gantinya adalah sel-sel gametnya
yang amat memadai. Tentu saja sel gamet tersebut harus terjamin dapat dipakai
pada waktu dibutuhkannya yaitu harus telah mengalami proses pengawetan atau
penyimpanan.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gamet merupakan sel yang diproduksi oleh organisme untuk tujuan reproduksi
seksual. Gamet jantan pada hewan ialah sperma, sedangkan gamet betinanya ialah ovum
(sel telur). Memanipulasi gamet merupakan proses meningkatkan produktivitas teori
gamet dalam bidang perkembangan embriologi berhubungan dengan teknologi-teknologi.
Manipulasi gamet adalah gamet yang dimanipulasi dengan teknologi-teknologi yang
sudah dipelajari seperti teknologi pemasakan gamet in vitro, pembuahan buatan serta
pengawetan gamet.
3.2. Saran
Sebaiknya masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama untuk meningkatkan
produktivitas ternak. Sehingga, akan mengurangi penurunan populasi melainkan semakin
meningkatnya produktivitas ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Sumeidiana, I dkk. 2007. Volume Semen dan Konsentrasi Sperma Sapi Simmental, Limousin
dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Universitas Diponegoro. Semarang
Ax RI, Dally M, Didion BA, Lenz RW, Love CC, Varner DD, Hafez B and Bellin ME. 2008.
Semen Evaluation In Farm Animal Reproduction ed By Hafez ESE. 7th Lea Febiger: 365-375