Anda di halaman 1dari 38

PENUNTUN PRAKTIKUM

EMBRIOLOGI VETERINER

Tim Penyusun:
drh. Herlina Pratiwi, M.Si
drh. Desi Wulansari, M.Vet
drh. Galuh Chandra Agustina, M.Si
drh. Yudit Oktanella, M.Si
drh. Viski Fitri Hendrawan, M.Vet
drh. Aulia Firmawati, M.Vet

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
PENUNTUN RAKTIKUM
EMBRIOLOGI VETERINER

Tim Penyusun:
drh. Herlina Pratiwi, M.Si
drh. Desi Wulansari, M.Vet
drh. Galuh Chandra Agustina, M.Si
drh. Yudit Oktanella, M.Si
drh. Viski Fitri Hendrawan, M.Vet
drh. Aulia Firmawati, M.Vet

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
ii
KATA PENGANTAR

Kegiatan praktikum Embriologi Veteriner adalah suatu


kegiatan akademik yang wajib diikuti mahasiswa dan
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
mahasiswa dalam mata kuliah Embriologi Veteriner.
Pelaksanaan praktikum Embriologi Veteriner mengajarkan
tentang perkembangan anatomi sel gamet hingga menjadi
embrio dan fetus menjadi dasar diagnosa hewan berdasarkan
tataletak dan bentukan anatomi embrio normal, sehingga
menjadi dasar pemeriksaan laboratoris seperti X-Ray dan USG.

Sebagai tuntunan pelaksanaan kegiatan praktikum maka


disusunlah suatu panduan praktikum yang wajib dimiliki
mahasiswa. Panduan ini diharapkan dapat memberi dasar untuk
memahami perkembangan embrional pada hewan. Pelaksanaan
praktikum ini diharapkan juga dapat memberikan dasar ilmu
untuk mata kuliah selanjutnya. Kritik dan saran kami harapkan
guna penyempurnaan materi dalam buku ini.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................. iii


DAFTAR ISI ............................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................ v
TOPIK I GAMET JANTAN ..................................................... 1
TOPIK II GAMET BETINA..................................................... 4
TOPIK III FERTILISASI PADA IKAN MAS (Cyprinus
carpio)........................................................................................ 7
TOPIK IV PEMBELAHAN PADA KATAK ......................... 11
TOPIK V PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM 1 .............. 16
TOPIK VI PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM 2 ............. 21
TOPIK VII PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM 3 ........... 25
TOPIK VIII FETUS KAMBING ............................................ 29
TOPIK IX MALFORMASI KONGENITAL ......................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 33

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Spermatozoa sapi ................................................... 2


Gambar 1.2 Perbandingan berbagai spermatozoa ternak dan
hewan lainnya ............................................................................ 2
Gambar 1.2 Perkembangan folikel, ovulasi, pembentukan dan
regresi corpus luteum pada ovarium mamalia. Detail oosit
sekunder yang terovulasi dan bagian-bagiannya ....................... 5
Gambar 2.2 Oosit kambing ....................................................... 5
Gambar 4.1 Tahap pembelahan pada potongan melintang ..... 11
Gambar 4.2 Tahap pembelahan pada potongan melintang ..... 12
Gambar 4.3 Tahap blastula. Tampak lateral, kutub animal
(mikromer) dan kutub vegetal (makromer) ............................. 12
Gambar 4.4. Tahap gastrulasi. Tampak lateral........................ 13
Gambar 4.5. Tahap neurolasi. Tampak lateral ........................ 14
Gambar 5.1 Embrio Ayam 16 post fertlisasi ........................... 16
Gambar 5.2 Preparat Embrio Ayam 16 post fertlisasi ............ 17
Gambar 5.3 Embrio Ayam 18 post fertlisasi ........................... 17
Gambar 5.4 Preparat Embrio Ayam 18 post fertlisasi ............ 18
Gambar 5.5 Embrio Ayam 21 post fertlisasi ........................... 18
Gambar 5.6 Embrio Ayam 24 post fertlisasi ........................... 19
Gambar 6.1 Embrio Ayam 33 post fertlisasi ........................... 21
Gambar 6.2 Embrio Ayam 48 post fertlisasi ........................... 22
Gambar 6.3 Embrio Ayam 72 post fertlisasi ........................... 23
Gambar 7.1 Embrio Ayam umur 10 hari................................. 25
Gambar 7.1 Pulmo Embrio Ayam umur 10 hari ..................... 26
Gambar 7.2 Jantung Embrio Ayam umur 10 hari ................... 27
Gambar 7.2 Otak Embrio Ayam umur 10 hari ........................ 27

v
TOPIK I
GAMET JANTAN

I. DASAR TEORI
Hewan mammalia secara umum berkembang biak secara seksual
untuk menghasilkan embrio. Pembentukan embrio pada mamalia
dimulai dengan terjadinya proses perkawinan dimana pada
perkawinan tersebut terjadi fertilisasi. Fertilisasi merupakan proses
meleburnya sel gamet jantan (spermatozoa) dan sel gamet betina
(ovum). Proses pembentukan sel gamet ini disebut dengan
Gametogenensis. Gametogenesis secara spesifik dibagi menjadi dua
yaitu spermatogenesis pada hewan jantan dan oogenesis pada hewan
betina. Proses pembentukan gamet jantan (spermatogenesis) pada
hewan jantan terjadi pada organ reproduksi jantan yaitu testis,
tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis ini akan
menghasilkan sel kelamin jantan yang disebut dengan spermatozoa.
Pada hewan betina, proses pembentukan gamet (oogenesis) terjadi
pada ovarium dimana sel gamet yang dihasilkan disebut dengan
ovum.
Proses ini berjalan di dalam testis pada bagian tubulus
seminiferus. Proses spermatogenesis terdiri dari empat tahap, yaitu
1) proliferasi: sejak pra lahir sampai beberapa waktu sesudah fetus
dilahirkan; 2) tumbuh: spermatogonium aktif membagi diri secara
mitosis sebanyak empat kali, sehingga dari sebuah spermatogonium
akan menghasilkan 16 buah dan tumbuh menjadi spermatosit primer;
3) masak: pembelahan meiosis sehingga spermatosit primer berubah
menjadi spermatosit sekunder yang jumlah kromosomnya hanya
setengah dari spermatosit primer, dilanjutkan dengan pembelahan
spermatosit sekunder secara meiosis menjadi spermatid; dan 4)
transformasi (metamorfosa): dari spermatid berubah menjadi
spermatozoa.
Secara umum spermatogenesis dibagi menjadi dua yaitu tahapan
proses, yaitu spermatositogenesis dan spermiogenesis.
Spermatositogenesis merupakan tahapan pembelahan dari

1
spermatogonia hingga spermatid, sedangkan spermiogenesis adalah
perubahan bentuk (metamorfosa) dari spermatid menjadi
spermatozoa. Hasil akhir dari spermatogenesis adalah spermatozoa
yang memiliki empat bagian yaitu : 1.) Kepala, terdiri dari nukleus
yang mengandung informasi genetik; 2) Akrosom, berisi enzim di
ujung kepala yang digunakan untuk menembus lapisan ovum; 3)
bagian tengah (leher), merupakan bagian spermatozoa yang banyak
mengandung mitokondria; 4) ekor spermatozoa.

Gambar 1.1 Spermatozoa sapi (Ounjai et al., 2012).

Gambar 1.2 Perbandingan berbagai spermatozoa ternak dan


hewan lainnya (Garner and Hafez, 2008).

II. TUJUAN
Mempelajari Perbedaan morfologi gamet jantan.

2
III. ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Alat
Obyek dan cover glass, mikroskop binokuler dan kamera digital.
3.1.2 Bahan
Semen Sapi, NaCl Fisiologis.

IV. METODE PRAKTIKUM


Pengamatan dilakukan dengan metode pengamatan langsung
dengan prosedur yang dilakukan yaitu:
1) Teteskan satu tetes semen sapi dengan satu tetes PBS (A) atau
NaCl fisiologis (B) pada obyek glass, kemudian tutup dengan
cover glass.
2) Amati dengan menggunakan mikroskop (diamati motilitas dan
pergerakan dari spermatozoa).
3) Amati morfologi spermatozoa, tetesi coverglass dengan oil
emersi sebanyak 1 tetes kemudian amati menggunakan
mikroskop pembesaran 1000x.
4) Catat dan gambar morfologi dan pergerakan sel spermatozoa.

V. Latihan Soal
1) Sebutkan tahapan pembentukan sel gamet jantan!
2) Sebutkan bagian-bagian sel gamet jantan!

3
TOPIK II
GAMET BETINA

I. DASAR TEORI
Pembentukan gamet pada hewan betina disebut dengan oogenesis,
proses ini bersamaan dengan proses pembentukan folikel
(foliculogenesis). Oogenesis terjadi pada ovarium hewan betina
tepatnya pada bagian kortek. Oogenesis dimulai sejak masih didalam
kandungan yaitu dimulai sejak pembentukan bakal telur (oogonium)
yang berasal dari sel germinal primordial menjadi oogonia. Setelah 3
bulan umur fetus oogonia (2n) tersebut akan membelah secara
mitosis menjadi oosit primer (2n) dan dilanjutkan pembelahan
meiosis hingga pada fase profase. Oosit primordial tersebut akan
berhenti mebelah atau biasa disebut resting primary oocyte lahir
hingga individu masuk masa pubertas. setelah pubertas pembelahan
meiosis yang sudah sampai pada tahap profase kemudian dilanjutkan
dengan anafase, metafase dan telofase hingga menjadi oosit sekunder
haploid (n), dan badan polar I (n). Tahapan selanjutnya yaitu oosit
sekunder dan badan polar I sama-sama mengalami pembelahan
meiosis II dimana oosit sekunder akan menjadi satu buah oosit (sel
telur) dan kemudian berhenti pada fase metafase sekitar 3 jam
sebelum terjadinya ovulasi. Selain itu, dihasilkan pula satu buah
badan polar II, Sedangkan badan polar I setelah pembelahan meiosis
II akan berubah menjadi dua buah badan polar II. Sehinga pada
setiap oogonesis akan menghasilkan satu buah sel telur dan 3 badan
polar yang akan mengalami degenerasi.
Pada proses ovulasi, bagian yang ikut terovulasikan tersusun atas:
1) inti sel; 2) membrana vitelin; 3) zona pelusida dan 4) corona
radiata.

4
Gambar 1.2 Perkembangan folikel, ovulasi, pembentukan dan
regresi corpus luteum pada ovarium mamalia.
Detail oosit sekunder yang terovulasi dan bagian-
bagiannya (McGeady, 2017).

Gambar 2.2 Oosit kambing (ZP: zona pelusida; K: kumulus;


1st PB:first polar body sebagai indikasi terjadinya
metafase II) (Widayati dkk, 2014).

5
II. TUJUAN
Mempelajari morfologi gamet betina

III. ALAT DAN BAHAN


3.1.1 Alat
Syringe 5 mL, needle 18G (sapi) atau 21G (kambing), tissue,
cawan petri kecil, mikroskop binokuler dan kamera digital.
3.1.2 Bahan
Ovarium sapi atau kambing, Phosphat Buffer Saline (PBS), NaCl
Fisiologis.

IV. METODE PRAKTIKUM


Pengamatan dilakukan dengan metode pengamatan langsung
dengan mata telanjang. Prosedur yang dilakukan yaitu:
Pengamatan ovarium:
1. Bersihkan ovarium sapi atau kambing dari jaringan-jaringan yang
ada di sekitarnya dengan NaCL.
2. Amati bentukan apa saja yang ditemukan di ovarium!
Temukanlah bagian yang disebut dengan folikel.
3. Catat dan gambarkan hasil pengamatan yang didapat.
Pengamatan oosit:
1. Bersihkan ovarium sapi atau kambing dari jaringan-jaringan
yang ada di sekitarnya dengan NaCl.
2. Isi Syringe dengan PBS atau NaCl fisiologis sebanyak 2 mL.
3. Aspirasi folikel dengan menggunakan syringe melalui bagian
stroma dan diarahkan ke folikel.
4. Lepas needle dan pindahkan cairan yang sudah diperoleh dari
spuit ke cawan petri.
5. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan 400x
6. Catat dan gambarlah sel-sel yang didapatkan.

V. Latihan Soal
1) Sebutkan tahapan pembentukan sel gamet betina!
2) Sebutkan bagian-bagian sel gamet betina!

6
TOPIK III
FERTILISASI PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

I. DASAR TEORI
Spesies ikan mas (Cyprinus carpio) masuk dalam genus
Cyprinus dari famili Cyprinidae. Adapun ciri-ciri yang terdapat pada
spesies ini adalah badan memanjang, sedikit pipih ke samping
(compressed), mulut dapat disembulkan terletak diujung tengah
(terminal), mempunyai sungut dua pasang, sirip punggung panjang
dengan bagian belakang berjari keras, mempunyai sisik yang relatif
besar dan tergolong tipe cycloid, gigi kerongkongan (pharyngeal
teeth) terdiri dari tiga baris yang berbentuk geraham (Susanto, 2002).
Telur ikan mas memiliki ciri-ciri antara lain berbentuk oval,
kuning telur berwarna pucat dan banyak terdapat granula, korion
transparan, dan bersifat menempel pada substratnya (Anonymous,
2005). Telur ikan memiliki bagian khusus yaitu, mikrofil, membran
telur, dan lapisan periveteline (Shao dkk., 2001). Mikrofil terdapat
pada permukaan lapisan telur dimana sperma hanya dapat masuk
melaluinya untuk memasuki membran plasma oosit, mikrofil akan
menutup setelah sperma melaluinya, struktur ini tidak terdapat pada
telur mamalia (Murata, 2006).
Sel telur ikan mempunyai kuning telur yang berlimpah dan
mempunyai pengaruh paling jelas pada pembelahan sel telur
tersebut. Pembelahan pada sel telur kaya kuning telur dikenal sebagai
pembelahan meroblastik. Pembelahan sel tersebut, setelah fertilisasi,
hanya terjadi pada cakram kecil sitoplasma yang bebas kuning telur
pada kutub animal sel telur tersebut (Campbell, 2000).
Ikan mas melakukan reproduksi secara eksternal, ikan jantan
dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian betina
akan mengeluarkan telur. Selanjutnya jantan akan segera
mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur tersebut bercampur
di dalam air. Cara reproduksi tersebut dikenal sebagai oviparus, yaitu
telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan.

7
Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni
hanya satu spermatozoa yang akan melewati mikropil dan membuahi
sel telur. Sel telur dan spermatozoa yang berada dalam cairan
fisiologis masing-masing dalam tubuh induk betina dan jantan masih
bersifat non aktif. Pada saat sel telur dan spermatozoa dikeluarkan ke
dalam air mereka menjadi aktif. Berjuta-juta spermatozoa
dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur, tetapi
hanya satu yang dapat melewati mikropili satu-satunya lubang masuk
spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa masuk melalui
mikropil dan bersatu dengan inti sel telur sedangkan ekornya
tertinggal pada saluran mikropil tersebut, dan berfungsi sebagai
sumbat untuk mencegah sel-sel jantan yang lain ikut masuk (Effendi,
2009).
Menurut Fujaya (2002) Perkembangan embrio ikan pada
umumnya dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Tahap pembelahan: Tahap ini terjadi berturut-turut setelah
terjadi pembuahan.
2. Blastulasi, Gastrulasi dan Neurulasi: blastulasi adalah tahap
pembentukan blastula, terbentuknya rongga di tengah saat sel-
sel morula mengalami pembelahan, yang disebut blastocoel.
Proses selanjutnya adalah gastrulasi dimana terjadi
pembentukan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Neurulasi
adalah tahap pembentukan sistem syaraf.
3. Tahap Organogenesis: Tahap ini merupakan tahap pembentukan
organ dan alat tubuh.
Pembelahan (cleavage) adalah suksesi pembelahan sel secara
cepat yang terjadi setelah fertilisasi dan merupakan suatu rangkaian
pembelahan mitosis dengan membagi volume sitoplasma telur
menjadi lebih kecil, berupa sel-sel berinti. Sel-sel pada tahapan
cleavage ini disebut blastomere (Gilbert, 2000). Selama pembelahan
tersebut, sel-sel mengalami fase S (sintesis DNA) dan fase M
(mitosis) siklus sel. Embrio tidak membesar selama perkembangan
ini (Campbell, 2000). Zigot hanya membelah berulang kali sampai

8
terdiri dari banyak sel yang lebih kecil yang disebut blastomer
(Yatim, 1994).
Tipe pembelahan pada ikan adalah discoidal cleavage. Setelah
fertilisasi sitoplasma mengalir ke kutub animal membentuk
blastodisc (Kalthoff, 2001). Cleavage pada ikan terjadi pada
blastodisc, bagian sitoplasma yang tanpa kuning telur dan tipis pada
kutub animal telur, pembelahan ini tidak lengkap pada seluruh
bagian sel telur, yang mana tipe ini disebut sebagai pembelahan
meroblastik (Gilbert, 2000). Pembelahan pada ikan disebut juga
sebagai pembelahan parsial dimana setiap sel yang terbentuk pada
belahan akan terikat pada puncak dan sisi membran sel, tapi dasarnya
berhubungan langsung dengan yolk (kuning telur) (Kimball, 1999).
Setelah tahap gastrulasi, terjadi pembentukan germ ring yang
mengelilingi seluruh bagian tepi embrio, dan deep cell membentuk 2
lapisan, yaitu epiblast (bagian luar), yang akan menumbuhkan
ectoderm, dan hypoblast (bagian dalam), yang akan menumbuhkan
endoderm (Kalthoff, 2001). Gastrulasi dimulai saat blastoderm
memipih ke arah kuning telur dan menutupi kuning telur. Pada tahap
neurulasi kuning telur yang tertutup blastoderm mengelilingi kutup
vegetal dan mulai terbentuk kepala, otak dan syaraf. Tahap somite
terjadi dengan ditandai adanya pembentukan sirip pektoral,
notochord, pembuluh darah dan insang. Setelah itu terjadi
pelengkapan organ somite untuk persiapan penetasan (Ornamental
Fish Information, 2003).

II. TUJUAN
Mengetahui mekanisme fertilisasi in vitro dan tahapan
embriologi ikan mas serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. LCD
3.2 Bahan
1. Video fertilisasi ikan mas
9
IV. CARA KERJA
4.1 Fertilisasi normal
Fertilisasi in vitro normal dilakukan dengan mencampurkan
telur dan sperma ikan mas. Sperma ikan mas terlebih dahulu
diencerkan dengan laktat ringer dengan perbandingan 1:9 (1 ml
sperma ikan mas ditambah 9 ml laktat ringer) kemudian
dihomogenkan.
Sperma yang telah diencerkan dengan laktat ringer kemudian
dituangkan ke dalam cawan petri, telur kemudian di tebar diatas
cawan petri dengan menggunakan cotton bud, saat penebaran cotton
bud tidak boleh menyentuh dasar dari cawan petri. Tunggu 10
menit, kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak 3 kali. Telur
hasil perlakuan tersebut kemudian diinkubasi dalam akuarium yang
telah disiapkan.
4.2 Pengamatan Embrio
Pengamatan pada telur dilakukan secara berlanjut sampai
perkembangan embrio terakhir yang berhasil dicapai. Pengamatan
dimulai saat 5 menit setelah perlakuan fertilisasi, kemudian
pengamatan dilanjutkan setiap 10 menit sampai perkembangan
embrio mencapai fase gastrula. Setelah fase gastrula, pengamatan
dilakukan setiap 1 jam sampai perkembangan embrio terakhir yang
bisa dipakai. Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop binokuler.
Perubahan yang terjadi dicatat, digambar, dicatat setiap perubahan
yang terjadi setiap waktu pengamatan dan didokumentasikan dengan
kamera digital.

V. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan bagian-bagian yang menyusun telur ikan!
2. Sebutkan tipe pembelahan telur pada ikan!
3. Sebutkan tahapan perkembangan embrio ikan!

10
TOPIK IV
PEMBELAHAN PADA KATAK

II. DASAR TEORI


Sel telur katak termasuk sel telur tipe telolecital, yaitu sel telur
yang mempunyai kuning telur terpusat di belahan vegetal ke arah
kutub animal. Pembelahan pada telur katak yaitu holoblastik
unequal. Blastula yang dihasilkan terdiri dari lapisan sel-sel kecil
(mikromere) pada kutub animal dan seel-sel besar (makromere) pada
kutub vegetal (McGeady et al., 2006). Pada akhir pembelahan akan
dihasilkan blastula yang berukuran hanya sedikit lebih besar dari sel
telur yang baru difertilisasi. Proses blastulasi menjadi sangat penting
untuk proses perkembangan selanjutnya, yaitu gastrulasi.
Pembelahan pertama menjadi 2 sel pada embrio umur 2-4 jam
setelah fertilisasi. Pembelahan kedua pada embrio umur 4-5 jam
setelah fertilisasi menghasilkan 4 sel yang sama besar. Pembelaha
pertaman dan kedua terjadi pada daerah meridional (vertikal).
Pembelahan ketiga pada embrio berusia 5-6 jam berpola latitudinal.
Pada stadium ini terjadi perbedaan ukuran blastomer. Mikromer (sel-
sel blastomer berukuran kecil) pada kutub animal yang berpigmen
tebal dan makromer (sel-sel blastomer berukuran besar) pada kutub
vegetal, serta tampak adanya inisiasi calon blastosul.

a b
Gambar 4.1 Tahap pembelahan pada potongan melintang.
Dua sel (a), dan empat sel (b),

11
a b
Gambar 4.2 Tahap pembelahan pada potongan melintang.
Delapan sel (a) dan enam belas sel (b).

Blastula awal, umur embrio 16 jam blastosul terus membesar.


Permukaan embrio masih terlihat sebagai susunan sel-sel yang tidak
rata dan membentuk struktur permukaan multiseluler. Pembelahan
akhir blastula umur 21 jam, struktur permukaan yang multiseluler
berangsur menghilang dan menjadi lebih halus. Terdapat bentukan
yang disebut germ ring, epiblast dan hypoblast. Bagian dorsal, sesuai
dengan peta blastula merupakan calon pembentukan organ.

a b c
Gambar 4.3 Tahap blastula. Tampak lateral, kutub animal
(mikromer) dan kutub vegetal (makromer)
(Ciptono, 2008) (a), blastula awal potongan medial
(b) dan blastula akhir potongan medial (c).

12
Pembentukan gastrula awal umur 26 jam, terjadi epiboly germ
ring ke arah polus vegetativus, invaginasi dan involusi bibir dorsal
(labium dorsale). Gastrulasi pertengahan umur 34 jam, pembentukan
bibir lateral (labium laterale), invaginasi yang semakin dalam dan
blastosul mulai terdesak oleh adanya gastrocel. Perkembangan
gastrula akhir umur 42 jam, labium ventrale dan yolk plug mulai
terbentuk. Terjadi kontriksi labia, sedangkan ukuran gastrocel
menjadi lebih besar. Blastocel menghilang dan diikuti oleh
terbentuknya blastoporus.

a b

c
Gambar 4.4. Tahap gastrulasi. Tampak lateral (Ciptono, 2008)
(a), gastrula awal potongan medial(b) dan gastrula
akhir potongan medial (c).

Perkembangan selanjutnya proses pembentukan neurula


awal umur 50 jam, blastoporus mengecil seiring dengan
13
adanya pembentukan stria primitiva. Bentuk embrio tidak lagi
bundar melainkan agak lonjong. Lamina neuralis juga mulai
tampak. Pada pertengahan tahap pembentukan neurula, torus
medullaris terbentuk, axis (sumbu panjang tubuh) embrio
semakin jelas. Terjadi penebalan neuroectoderm sebagai calon
otak di bagian anterior (Ciptono, 2008).

a b

c
Gambar 4.5. Tahap neurolasi. Tampak lateral (Ciptono, 2008
)(a), neurolasi awal potongan medial (b) dan neurolasi
akhir potongan medial (c).

II. TUJUAN
Mengetahui tahap pembelahan pada embrio katak.

III. ALAT DAN BAHAN


3.2 Alat
14
1. Mikroskop binokuler dan
2. kamera digital.
3.2 Bahan
2. Preparat cleavage embrio katak

IV. CARA KERJA


1. Amatilah secara seksama preparat mikroskopis yang ada di atas
meja kerja. Gunakan makrometer atau mikrometer okuler untuk
memfokuskan gambar preparat pada mikroskop. Perhatikan pula
jika ada bagian yang ditunjuk pada mikroskop.
2. Gunakan gambar pada buku penuntun praktikum sebagai
pembanding gambaran yang nampak pada mikroskop.

VI. LATIHAN SOAL


Sebutkan dan jelaskan tahapan pembelahan embrio katak!

15
TOPIK V
PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM 1

I. DASAR TEORI
Embriogenesis atau perkembangan embrio adalah tahapan
proses perkembangan embrio setelah terjadi fertilisasi hingga
terbentuknya fetus. Perkembangan embrio ayam merupakan salah
satu perkembangan embrio yang mudah untuk diamati. Embrio
unggas juga memiliki kemiripan dengan embrio mamalia, yaitu
mempunyai membrana foetalis yang disebut amnion. Perkembangan
embrio pada ayam terjadi di luar tubuh induk, di dalam cangkang
telur yang keras yang merupakan pelindung embrio. Pengamatan
perkembangan embrio ayam baru dapat diamati dengan jelas dengan
bantuan mikroskop.
Pembelahan sel embrio pada ungas terjadi pada daerah yang
berbentuk cakram yang disebut blastodisc. Pada bagian tengah
blastodisc berwarna terang, sedangkan bagian tepi yang disebut area
tepi (periblast) berwarna gelap. Periblast merupakan gabungan
bagian periphere (tepi) blastodisc dengan kuning telur. Untuk
membantu mengidentifikasi perubahan yang terjadi, berikut adalah
penjabaran ciri-ciri embrio ayam pada beberapa umur :
1. 16 JAM POST FERTILISASI

Gambar 5.1 Embrio Ayam 16 post fertlisasi

16
-

Gambar 5.2 Preparat Embrio Ayam 16 post fertlisasi

- Terjadinya pembentukan primitive groove pada blastodisc dengan tepian


tinggi yang disebut dengan primitive ridge
- Primitive pit  anterior  berkembang menjadi Hensen’s node
- Primitive plate  posterior
- Tampak adanya area pellucida yang berwarna terang
- Tampak adanya area opaca  banyak pembuluh darah

2. 18 JAM POST FERTILISASI

Gambar 5.3 Embrio Ayam 18 post fertlisasi

17
Gambar 5.4 Preparat Embrio Ayam 18 post fertlisasi
- Primitive pit menebal membentuk Hensen’s node
- Hensen’s node nantinya akan berkembang menjadi somite
- Mulai terbentuk lekukan-lekukan calon GIT

3. 21 JAM POST FERTILISASI

-
-
-
-
-
-

Gambar 5.5 Embrio Ayam 21 post fertlisasi


- Mulai terbentuk somite pertama
- Somite  vertebrae / tulang belakang

18
4. 24 JAM POST FERTILISASI

Gambar 5.6 Embrio Ayam 24 post fertlisasi


- Head fold makin jelas
- Tampak jelas adanya neural groove dan neural fold
- Somite berjumlah 3-4
- Mulai terbentuk kantong sebagai calon mata
- Lekukan primitive streak makin dalam

II. TUJUAN
Mempelajari tahapan perkembangan organ pada embrio ayam
pada 16 jam, 18 jam, 21 jam dan 24 jam.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Preparat histologi embriogenesis ayam
2. Mikroskop cahaya

19
IV. CARA KERJA
1. Amatilah secara seksama preparat mikroskopis yang ada di
atas meja kerja. Gunakan makrometer atau mikrometer
okuler untuk memfokuskan gambar preparat pada
mikroskop. Perhatikan pula jika ada bagian yang ditunjuk
pada mikroskop.
2. Gunakan gambar pada buku penuntun praktikum sebagai
pembanding gambaran yang nampak pada mikroskop.

V. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan ciri-ciri perkembangan embrio ayam pada umur 16
jam!
2. Sebutkan organ yang berkembang pada embrio ayam pada
umur 24 jam!

20
TOPIK VI
PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM 2

II. DASAR TEORI


Pembelahan sel embrio pada ungas terjadi pada daerah yang
berbentuk cakram yang disebut blastodisc. Pada bagian tengah
blastodisc berwarna terang, sedangkan bagian tepi yang disebut area
tepi (periblast) berwarna gelap. Periblast merupakan gabungan
bagian periphere (tepi) blastodisc dengan kuning telur. Untuk
membantu mengidentifikasi perubahan yang terjadi, berikut adalah
penjabaran ciri-ciri embrio ayam pada beberapa umur :

1. 33 JAM POST FERTILISASI

Gambar 6.1 Embrio Ayam 33 post fertlisasi

21
- Mulai terbentuk kantung untuk terbentuknya otak
- Somite makin banyak
- Mulai terbentuk jantung
- Mulai terbentuk calon telinga
- Bagian posterior  tail fold (calon ekor)
- Kepala mulai terangkat
- Mulai terbentuk vena vitellina dan arteri vitellin
- Primitive streak tertutup  neural tube  calon foramen vertebrae

2. 48 JAM POST FERTILISASI

Gambar 6.2 Embrio Ayam 48 post fertlisasi


- Terbentuk jantung yang mulai berdetak
- Mata dan telinga terbentuk

22
- Otak terbentuk dan terbagi menjadi 3 bagian (proencephalon,
mesencephalon, rhombencephalon)
- Vena vitellina dan arteri vitellina tampak jelas
- Terbentuk calon amnion
- Terbentuk aorta
- Somite ada 25

3. 72 JAM POST FERTILISASI

Gambar 6.3 Embrio Ayam 72 post fertlisasi

23
- Mulai terbentuk allantois
- Jantung mulai tersekat
- Otak terbagi menjadi 5 bagian : telencephalon, diencephalon,
mesencephalon, myelencephalon, dan metencephalon

II. TUJUAN
Mempelajari tahapan perkembangan organ pada embrio ayam 33
jam, 48 jam dan 72 jam post fertilisasi.

VI. ALAT DAN BAHAN


1. Preparat histologi embriogenesis ayam
2. Mikroskop cahaya

VII. CARA KERJA


1. Amatilah secara seksama preparat mikroskopis yang ada di
atas meja kerja. Gunakan makrometer atau mikrometer
okuler untuk memfokuskan gambar preparat pada
mikroskop. Perhatikan pula jika ada bagian yang ditunjuk
pada mikroskop.
2. Gunakan gambar pada buku penuntun praktikum sebagai
pembanding gambaran yang nampak pada mikroskop.

VIII. LATIHAN SOAL


1. Sebutkan ciri-ciri perkembangan embrio ayam pada umur 33
jam!
2. Sebutkan organ yang berkembang pada embrio ayam pada
umur 72 jam!
3. Sebutkan urutan organogenesis secara umum dan jelaskan
pengertian masing-masing tahapan tersebut!

24
TOPIK VII
PERKEMBANGAN EMBRIO AYAM 3

III. DASAR TEORI


Pembelahan sel embrio pada ungas terjadi pada daerah yang
berbentuk cakram yang disebut blastodisc. Perkembangan embrio
ayam pada umur 10 hari sudah mulai bisa dilakukan identifikasi
secara jelas pembentukan organnya. Pada topik praktikum ini akan
mempelajari perkembangan organ pada embrio ayam umur 10 hari
dengan mengamati preparat histologi dengan pewarnaan
haematoxilin eosin. Organ yang diamati pada topik praktikum ini
adalah bagian thorak dimana terdapat paru-paru dan jantung serta
organ otak.

Gambar 7.1 Embrio Ayam umur 10 hari (Bellairs and Osmond,


2005).
1.right subcardinal vein 22. horizontal hepatic ligament
2. omphalo-mesenteric artery 23. right anterior thoracic air sac
3.dorsal aorta 24. right oviduct (Mullerian duct)
4. rhomboideus superficialis muscle 25. right pleuro-peritoneal septum
5. transverse process of rib 26. mesonephros
6. coeliac artery 27. dorsal root ganglion
7. pleural cavity 28. left pleuro-peritoneal septum
25
8. oesophagus 29. proventriculus
9. left lung 30. anterior thoracic air sac
10. dorsal hepatic cavity 31. anterior left lobe of liver
11. sternal rib 32. pericardium
12. lobes of left atrium 33. interventricular septum
13. Wing 34. left hepatic vein
14. left atrio-ventricular canal 35. right hepatic vein
15. left ventricle 36. femur
16. right ventricle 37. metanephros
17. sinus venosus 38. right foot
18. right atrium
19. caudal (posterior) vena cava
20. right lobe of liver
21. ventral hepatic cavity

Gambar 7.1 Pulmo Embrio Ayam umur 10 hari (Pratiwi dkk,


2019).
Keterangan: ---- = Bronkus primer, ---- = Parabronki, ---- = mesenkim, -
--- = mesotelium,  = epitel selapis kuboid,  = pembuluh
darah.
26
Gambar 7.2 Jantung Embrio Ayam umur 10 hari (Pratiwi dkk,
2019).
Keterangan: (1) valvus atrioventrikular, (2) septum interventrikular, (a)
endokardium, (b) miokardium, (c) epicardium.

Gambar 7.2 Otak Embrio Ayam umur 10 hari (Pratiwi dkk,


2019).
Keterangan: : inner cortical layer : ekstrernal granular layer
: marginal layer

II. TUJUAN

27
Mempelajari tahapan perkembangan organ pada embrio umur
ayam 10 hari.

IX. ALAT DAN BAHAN


1. Preparat histologi embriogenesis ayam
2. Mikroskop cahaya

X. CARA KERJA
1. Amatilah secara seksama preparat mikroskopis yang ada di
atas meja kerja. Gunakan makrometer atau mikrometer
okuler untuk memfokuskan gambar preparat pada
mikroskop. Perhatikan pula jika ada bagian yang ditunjuk
pada mikroskop.
2. Gunakan gambar pada buku penuntun praktikum sebagai
pembanding gambaran yang nampak pada mikroskop.

XI. LATIHAN SOAL


1. Sebutkan bagian-bagian dari organ pulmo yang dapat
diamati pada perkembangan embrio ayam pada umur 10
hari!
2. Sebutkan bagian-bagian dari organ jantung yang dapat
diamati pada perkembangan embrio ayam pada umur 10
hari!
3. Sebutkan bagian-bagian dari organ otak yang dapat diamati
pada perkembangan embrio ayam pada umur 10 hari!

28
TOPIK VIII
FETUS KAMBING

III. DASAR TEORI


Perkembangan embrio pada kambing terjadi di dalam tubuh
induk, maka perkembangan dari embrionya mendapatkan nutrisi dari
tubuh induk melalui plasenta. Berdasarkan hubungan antara korion
dengan endometrium secara histologia, maka tipe plasenta kambing
adalah sindesmokorial yaitu plasenta yang sebagan epitel
endometriumnya meluruh, dan jaringan penunjang berhubungan
dengan korion.
Tipe plasenta kambing adalah kotiledonaria dimana terdiri
dari plasenta induk yang disebut sebagai karunkula dan plasenta fetal
yang disebut sebagai kotileton. Perlekatan antara karunkula milik
induk dan kotiledon fetus disebut sebagai plasentom. Pada kambing
dan ruminansia lainnya, distribusi dan pertukaran baik nutrisi,
oksigen dan sisa metabolisme dari fetus ke induk hanya terjadi pada
permukaan plasenta yang membentuk plasentom.
Pada akhir perkembangan fetus kambing kita akan bisa
mengamati bagian-bagian tubuh kambing yang sudah terbentuk
lengkap seperti pada kambing dewasa pada umumnya.

II. TUJUAN
Mengetahui plasenta pada kambing dan fetus kambing yang
telah mengalami organogenesis.

III. ALAT DAN BAHAN


3.3 Alat
Jas Lab dan kamera
3.2 Bahan
Plasenta kambing dan fetus kambing

29
IV. CARA KERJA
Pengamatan pada plasenta dan fetus dilakukan dengan seksama,
dicatat bagian-bagian yang diamati dan didokumentasikan dengan
kamera digital.

VII. LATIHAN SOAL


Jelaskan bagaimana plasenta kambing dan fetus kambing
yang diamati pada topik praktikum ini!

30
TOPIK IX
MALFORMASI KONGENITAL

IV. DASAR TEORI


Perkembangan embrio hingga menjadi fetus tidak selalu
berjalan normal sesuai dengan proses embriogenesis dan
organogenesis yang normal. Pada kondisis tertentu dimana
terdapat gangguan baik pada fase organogenesis maupun
embriogenesis dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan atau perkembangan. Gangguan yang terjadi pada
proses pertumbuhan atau perkembangan ini dibahas pada bab ini
melalui sub pokok bahasan teratogenesis, malformasi kongenital
dan anomali kongenital.
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal
dari bahasa Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah
medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal
dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada
embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak
sempurna (terjadi cacat lahir). Teratogenesis merupakan proses
yang mencakup gangguan perkembangan embrio atau janin dalam
uterus, yang mengakibatkan terjadinya kelainan maupun cacat
bawaan bayi, baik makroskopik maupun mikroskopik, mencakup
perubahan struktural maupun fungsional. Teratogenik (kelainan
bawaan) cenderung terjadi pada masa organogenesis janin.
Senyawa xenobiotik terkadang dapat menembus plasenta dan
ketuban. Efek yang ditimbulkan dapat berupa kematian
(embriotoksik), cacat bawaan (teratogenik), dan gangguan
fungsional, maupun perlambatan pertumbuhan.
Ilmu yang mempelajari tentang teratogenesis adalah
teratologi. Teratologi merupakan studi perkembangan janin
abnormal dan malformasi kongenital yang disebabkan oleh bahan
kimia eksogen dan agen fisik. Teratologi mulai banyak dipelajari
dan berkembang pada penelitian medis dalam upaya untuk

31
pencegahan cacat pada janin lahir (Haschekk dan Rousseaux,
1991).

II. TUJUAN
Mengetahui berbagai macam abnormalitas yang bisa terjadi
pada fase perkembangan embrio.

III. ALAT DAN BAHAN


3.4 Alat
LCD

3.2 Bahan
1. Jurnal malformasi kongenital
2. Makalah malformasi kongenital
3. PPT malformasi kongenital

IV. CARA KERJA


Masing-masing kelompok praktikan mempresentasikan makalah
yang telah dibuat dalam bentuk PPT diakhiri dengan sesi tanya jawab
oleh audiens.

VIII. LATIHAN SOAL


Jelaskan dan sebutkan macam-macam abnormalitas pada
perkembangan embrio yang bisa terjadi pada hewan!

32
DAFTAR PUSTAKA

Bellairs R and Osmond M. 2005. The Atlas of Chick Development.


Elsevier Academic Press.
Ciptono. 2008. Perkembangan Katak. Fakultas MIPA. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Elaine, N. M. 2003. Essentials of Human Anatomy and Physiology.
Benjamin Cummings. San Francisco
Gilbert, S.F. 2000. Developmental Biology 6th Edition. Sinauer
Associates Inc. Massachusetts.
Huettner, A.F. 1956. Comparative Embryology of The Vertebrates.
The Macmillan Company. New York.
McGeady, T.A., Quinn, P.J., FitzPatrisk, E.S., and Ryan, M.T. 2006.
Veterinary Embryology. Blackwell Publishing. Dublin.
Ounjai P., Kim D., Lishko P., and Downing K. 2012. Three-
Dimensional Structure of the Bovine Sperm Connecting Piece
Revealed by Electron Cryotomography. Biology of
Reproduction 87(3):73.
Pratiwi H., Firmawati, A. dan Herawati. 2019. Embriologi Hewan.
UB Press. Malang
Purnomo B, Widjiati, Mafruchati M, Luqman EM, Masithah ED,
Mukti AT. 2005. Penuntun Embriologi. Pustaka Melati.
Surabaya.
Widayati D., Fatmawati, D.H., Aresta N. dan Kustono. 2014. The
influence of follicular fluid on in vitro development
competence media of Bligon Goat oocytes. Jurnal Kedokteran
Hewan 8(1): 64-67.

33

Anda mungkin juga menyukai