Anda di halaman 1dari 13

PEMBUATAN PREPARAT RENTANG

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

Oleh :
Meita Ayu Puspitasari
181810401009

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan merupakan kumpulan sel yang membentuk suatu kerangka
struktur atau matriks. Kumpulan sel tersebut dibagi kedalam empat kelompok,
yaitu jaringan otot, jaringan saraf, jaringan epitel dan jaringan pengikat.
Jaringan pengikat dibedakan menjadi dua menurut susunan serat dalam
matriksnya, yaitu jaringan pengikat longgar dan jaringan pengikat padat.
Jaringan pengikat longgar dapat ditemukan pada mesentrium, omenta dari
saluran pencernaan dan dalam jaringan subkuntan. Jaringan subkuntan
merupakan lapisan hipodermis yang terletak dibawah kulit. Jaringan ini
berupa lapisan tipis dan bening seperti plastik (Koesoemawati et al., 2017).
Preparat rentang merupakan salah satu proses pembuatan preparat dari
suatu jaringan atau organ yang dibuat sedemikian rupa dengan metode
rentang. Metode rentang disebut juga metode spread yang menggunakan
obyek jaringan tipis yang direntangkan diatas gelas benda agar bisa diamati
menggunakan mikroskop (Rudyatmi, 2015). Jaringan tipis yang digunakan
untuk preparat rentang dapat diamati secara langsung meskipun tanpa
pewarnaan dan fiksasi, namun hal tersebut membuat preparat yang dihasilkan
tidak dapat bertahan lama. Preparat rentang dapat bertahan lama ketika diberi
dilakukan fiksasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pewarnaan. Metode
rentang dapat digunakan untuk pengamatan sitologi, histologi dan sitokimiawi
(Subowo, 2002).
Pembuatan preparat rentang memiliki beberapa manfaat, seperti
mempermudah peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap histologi dan
sitologi jaringan ikat. Tahapan pembuatan preparat lebih kompleks
dibandingkan dengan pembuatan preparat apus. Menurut Wahyuni (2000), hal
tersebut dapat tejadi dikarenakan dalam tahapan pembuatan preparat rentang
memerlukan dua kali pengulangan proses dehidrasi dan pewarnaan. Tahapan
dalam pembuatan preparat rentang harus benar-benar diperhatikan untuk
mendapatkan preparat rentang jadi yang memiliki kualitas baik.
1.2 Tujuan
Mengetahui struktur suatu organ yang tipis atau organ yang hanya
tersusun oleh jaringan pengikat saja.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Preparat rentang (spread) merupakan suatu metode pembuatan preparat


menggunakan jaringan ikat yang direntangkan pada gelas benda, sehingga dapat
diamati dibawah mikroskop. Menurut Suntoro (1983), tujuan dari pembuatan
preparat rentang adalah mendapatkan preparat dari jaringan ikat yang tipis dan
tidak terjadi penumpukan. Maksut dari tujuan tersebut, yaitu agar preparat rentang
yang dibuat dapat diamati baik histologi maupun sitologinya menggunakan
mikroskop. Pembuatan preparat rentang juga dapat digunakan untuk mengamati
sitokimiawi untuk melihat adanya enzim-enzim seperti phosphatase dan
hyaluroidase (Susetyarini et al., 2019)
Jaringan yang digunakan untuk pembuatan preparat rentang adalah
jaringan tipis, yaitu jaringan ikat. Jaringan ikat berasal dari lapisan tengah pada
jaringan mesoderm yang tersebar diseluruh bagian tubuh. Jaringan ikat tersusun
dari sel dan matriks, baik seluler maupun intrasel. Menurut Harjana (2011),
jaringan ikat memliki sel-sel terspesialisasi yang menghasilkan beberapa jenis sel.
Sel tersebut memiliki sifat-sifat morfologik dan fungsional, seperti sel fibroblas,
makrofag, sel mast, sel plasma, sel adiposa dan leukosit (Wangko dan Ronny,
2014).
Jaringan subkutan merupakan jaringan yang terletak di bagian bawah kulit.
Jaringan ini termasuk dalam jaringan ikat longgar, namun lebih longgar dari
jaringan ikat longgar lainnya seperti mesentrium, perikardium dan omentum dari
saluran pencernaan. Susunan umum dari jaringan subkutan adalah serabut dan sel
mesenkim. Jaringan subkutan terdapat pada kelompok mamalia kecil, yaitu
kelinci ataupun mencit untuk menyokong tubuhnya. (Kalangi, 2013).
Pembuatan preparat rentang membutuhkan prosedur fiksasi agar preparat
yang dihasilkan dapat bertahan lama. Pembuatan preparat rentang juga
memerlukan proses pewarnaan. Zat warna yang umum digunakan untuk membuat
preparat rentang, antara lain hematoxilin, eosin dan methylen blue. Pewarna
hematoxilin baik digunakan untuk mewarnai inti sel. Pewarna eosin baik
digunakan untuk mewarnai sitoplasma sel. pewarna methylen blue baik digunakan
untuk mewarnai butir-butir sel mast (Susatyo, 2000).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan :


3.1.1 Alat
- Gunting
- Sonde
- Gelas benda
- Gelas penutup
- Seperangkat alat fiksasi dan pewarnaan

3.1.2 Bahan
- Larutan metanol (methyl alkohol)
- Larutan Haematoxylin
- Larutan Eosin
- Larutan alkohol (ethyl alkohol)
- Larutan xylol
- Enthellan

3.2 Langkah kerja


3.2.1 Proses Perentangan
Disiapkan mencit

Dibedah mencit diatas papan seksi

Diambil jaringan subkutan mencit

Jaringan subkutan diletakkan diatas gelas benda

Diregangkan jaringan subkutan setipis mungkin dan jangan sampai


menumpuk
3.2.2 Fiksasi
Dimasukkan preparat kedalam larutan metanol 5-7 menit kemudian
diangkat menggunakan pinset secara hati-hati

Dimasukkan kedalam aquades untuk proses pembilasan

3.2.3 Pewarnaan dan Dehidrasi Pertama


Diwarnai preparat rentang dengan Hematoxylin 5-10

Dibilas dengan air mengalir selama 10 menit

Diamati dibawah mikroskop

Dimasukkan preparat kedalam alkohol bertingkat 30%, 50%, dan 70%


masing-masing 5 menit

3.2.4 Pewarnaan dan Dehidrasi Kedua


Diwarnai preparat rentang dengan eosin selama 5-10 menit

Dilakukan proses dehidrasi dengan alkohol bertingkat 80%, 96% dan absolut
selama 3 menit

3.2.5 Dealkoholisasi dan Clearing


Preparat dimasukkan kedalam larutan xylol selama 3 menit

Dikeringkan preparat menggunakan tissue


3.2.6 Mounting
Diteteskan larutan enthellan secara hati-hati dan jangan sampai ada
gelembung udara

Preparat diberi label dan nama pada preparat

Preparat diamati dibawah mikroskop

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Gambar Preparat yang bagus Gambar Preparat yang kurang bagus

1 Rentang / Subkutan mencit Rentang / Subkutan mencit


4.2 Pembahasan
Pembuatan preparat rentang menggunakan jaringan ikat dari organisme
yang sebelumnya sudah dibedah. Tahap pembuatan metode rentang untuk
jaringan ikat subkutan lebih kompleks daripada pembuatan preparat apus.
Pembuatan preparat rentang membutuhkan beberapa tahap dehidrasi dan
pewarnaan. Tahap pembuatan preparat rentang yang pertama adalah membuat
rentangan jaringan ikat yang akan dibuat preparat rentangnya. Jaringan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah jairngan subkutan mencit. Mencit yang
sudah dibedah diambil jaringan subkutannya, kemudian diletakkan diatas
gelas benda dengan sangat hati-hati agar tidak menumpuk. Jaringan subkutan
yang direntangkan bertujuan untuk membuat preparat setipis mungkin agar
histologi dari jaringan tersebut dapat dengan mudah diamati (Subowo, 2002).
Tahap selanjutnya adalah fiksasi. Tahap fiksasi bertujuan untuk
menjaga jaringan yang digunakan tidak mengalami kerusakan dan
menghasilkan preparat awetan yang mampu bertahan lama. Tahap selanjutnya
melakukan proses pewarnaan yang terdiri dari beberapa pewarnaan.
Pewarnaan pertama dilakukan dengan larutan hematoxylin yang bertujuan
untuk mewarnai inti sel dari jairngan ikat subkutan. Hasil dari pewarnaan
hematoxylin menghasilkan warna biru keunguan pada inti sel (Setyawati et
al., 2017). Tahapan selanjutnya yaitu dehidrasi yang dilakukan sebanyak dua
kali. Dehidrasi pertama maupun kedua meski menggunakan alkohol
bertingkat dengan konsentrasi yang berbeda, namun memiliki tujuan yang
sama, yaitu mengeluarkan seluruh cairan di dalam sel atau jaringan yang telah
difiksasi sebelumnya agar proses pewarnaan dapat berlangsung secara
maksimal. Alkohol bertingkat yang digunakan dalam proses dehidrasi
berfungsi sebagai stabilisator sel-sel pada jaringan agar tidak terjadi
perubahan yang mendadak (Januar et al., 2014).
Proses pewarnaan yang kedua menggunakan larutan warna eosin.
Pewarnaan eosin pada jaringan bertujuan untuk mewarnai sitoplasma sel yang
akan diamati. Pewarnaan eosin menimbulkan warna merah pada
sitoplasmanya, sehingga dapat dibedakan antara inti sel yang sudah terwarnai
menjadi biru keunguan dengan sitoplasma yang berwarna kemerahan.
Tahapan selanjutnya ialah dealkoholisasi dan clearing pada preparat rentang.
Tahap dealkoholisasi bertujuan untuk menghilangkan larutan alkohol setelah
proses dehidrasi. Tahap clearing bertujuan untuk memperjelas struktur
preparat rentang ketika diamati di bawah mikroskop. Tahap clearing tersebut
menggunakan larutan xylol. Tahapan terakhir dalam pembuatan preparat
rentang adalah mounting. Mounting sendiri menggunakan laurtan enthellan
yang berfungsi untuk mempertahankan kualitas sel yang akan diamati,
sehingga preparat rentang yang telah dibuat dapat bertahan dalam waktu yang
relatif lama (Hidayani et al., 2018).
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, diketahui jika da dua gambar
yang menunjukkan preparat rentang yang baik dan preparat yang kurang baik.
Kedua gambar tersebut memperlihatkan adanya perbedaan yang dapat
diamati secara kasat mata. Preparat rentang yang baik menunjukkan bahwa
objek yang diamati tipis, tidak terjadi penumpukan dan pewarnaan yang
dilakukan merata di seluruh jaringan. Hal tersebut ditunjukkan dengan bentuk
sel yang dapat diamati dengan jelas dibawah mikroskop. Preparat yang
kurang baik menunjukkan adanya jaringan yang menumpuk dan sel tidak
dapat diamati dengan jelas. Hal tersebut mengakibatkan peneliti yang sedang
mengamati preparat rentang tersebut kesulitan untuk membedakan histologi
dari jaringan ikat yang diamati (Tiras et al., 2011).
V. Kesimpulan

Preparat rentang (spread) merupakan proses pembuatan preparat dari suatu


jaringan atau organ yang dibuat sedemikian rupa dengan metode rentang. Jaringan
yang dapat digunakan untuk membuat preparat rentang merupakan jaringan yang
tipis, salah satunya adalah jaringan ikat. Tahapan pembuatan preparat rentang
lebih kompleks dari pembuatan preparat apus, yaitu tahap perentangan jaringan,
fiksasi, pewarnaan dan dehidrasi yang diulang sebanyak 2 kali, dealkoholisasi dan
clearing, serta mounting. Preparat rentang dikatakan baik jika preparat tidak
menumpuk dan pewarnaan merata, sedangkan preparat rentang yang kurang baik
ditunjukkan dengan preparat yang menumpuk dan pewarnaan tidak merata.
DAFTAR PUSTAKA

Harjana, T. 2011. Buku Ajar Histologi. Yogyakarta : UNY Press.


Hidayani, Al, Tulus Ariyadi, dan Arya Iswara. 2018. Variasi Konsentrasi KOH
dan Waktu Clearing Terhadap Kualitas Preparat Awetan Caplak (Tick).
Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimus. Vol. 1.
Juniar, R., Yusfiati dan Fitmawati. 2014. Struktur Mikroskopis Hati Tikus Putih
(Rattus novergicus) Akibat Pemberian Ekstrak Tanaman Tristaniopsis
Whiteana Griff. JOM FMIPA. 1(2): 392-401.
Setyawati, Iriani, I Gusti Ngurah, dan N.G. Ketut. 2017. Histologi Tubulus
Seminiferus dan Kadar Testosteron Tikus yang Diberi Pakan Imbuhan
Tepung Daun Kaliandra dan Kulit Nanas. Jurnal Veteriner. Vol. 18(3) :369-
377.
Rudyatmi, E.. 2015. Diktat Mikroteknik. Semarang : UNNES.
Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara.
Susatyo, P. 2000. Diktat Petunjuk Praktikum Mikroteknik Hewan. Fakultas
Biologi UNSOED, Purwokerto.
Susetyarini, E., P. Wahyono, R. Latifa dan E. Nurrohman. 2019. Struktur
Histologis Tulang Femur Dan Jaringan Subkutan Kelinci New Zealand.
Seminar Nasional Pendidikan Sains. 17-3.
Tıras, U. MD, Serdar Kuru MD, Özlem Do ru MD, Aye Dursun MD, Yıldız
Dallar Assoc. Prof. MD, Salih Celepli MD, Bülent Kılıço lu Assoc. Prof.
MD. 2011. A Myofibroblastic tumor located in Mesentrium. Nobel Med .
7(2): 101-102.
Wangko, Sunny dan Ronny Karundeng. 2014. Komponen Sel Jaringan Ikat.
Jurnal Biomedik. Vol. 6(3) :1-7.

Anda mungkin juga menyukai