Oleh :
Meita Ayu Puspitasari
181810401009
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengetahui proses pembuatan preparat penampang melintang batang
tumbuhan dengan embedding.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3.2.1 Bahan
- Batang tumbuhan
- Larutan fiksatif FAA
- Alkohol bertingkat (70%,80%, 96% dan absolut)
- Larutan Safranin 1%
- Xylol
- Enthellan
- Parafin
Dimasukkan larutan FAA pada botol flakon sampai sampel terendam sepenuhnya
Difiksasi sampel dengan larutan FAA selama 24 jam
Dituang larutan FAA pada cawan petri dan diganti menggunakan alkohol 70%
selama 30 menit
Diganti dengan alkohol 80% dan ditunggu 30 menit, dan diulangi dengan alkohol
96% dan alkohol absolut
Dibuang larutan alkohol dan diganti dengan larutan alkohol absolut : xylol (3:1)
selama 30 menit
Dilakukan perlakuan yang sama dengan urutan larutan alkohol absolut : xylol
(1:3), alkohol absolut : xylol (1:1), xylol I dan xylol II masing-masing selama 30
menit
Dibuang larutan xylol : parafin (1:9), diganti dengan parafin murni pertama
selama 24 jam di dalam oven pada suhu 57oC
Diatur ketebalan preparat yang akan diiris dengan memutar pengaturan ketebalan
yang menunjukkan angka 5 mikron
Dipasang pisau pada microtom dengan membuka kunci lalu dimasukkan pisau
dan di kunci kembali
Diatur kemiringan holder terhadap base plate dengan memutar sekrup atas dan
samping
Diletakkan pita irisan diatas hotplate dan waterbath dengan suhu 32-33°C
Diambil pita irisan dengan cara meletakkan gelas benda dibawah pita irisan yang
mengambang dan diletakkan di permukaan gelas benda
Diisi wadah-wadah dalam auto stainer dengan larutan yang akan digunakan.
Diletakkan gelas benda yang telah terisi pita pada rak slide autostainer dan
dimasukkan dalam wadahnya
Ditutup dengan gelas penutup dan dipastikan tidak ada gelembung yang terlihat
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Gambar Preparat Yang Bagus Gambar Preparat Yang Kurang
Bagus
4.2 Pembahasan
Metode embedding dengan parafin merupakan metode pembuatan preparat
dengan pengirisan dan disertai penanaman sampel pada balok-balok parafin.
Metode ini termasuk ke dalam metode permanen yang banyak digunakan, karena
hampir semua jaringan dapat dipotong menggunakan metode ini. Metode
embedding dengan parafin dapat dilakukan untuk pengamatan mikroskopis
terhadap suatu jaringan dalam berbagai kondisi. Elemen dari jaringan yang dibuat
sebagai sampel dapat diamati dan diteliti melalui pembuatan preparat permanen
menggunakan parafin. Preparat embedding menggunakan parafin dapat dilakukan
untuk membuat preparat mikroskopis tumbuhan maupun hewan. Preparat
embedding menggunakan parafin tergolong dalam pembuatan preparat utuh yang
dapat digunakan untuk mengamati bagian-bagian jaringan dan jenis sel yang
terdapat di dalam suatu preparat (Uray, 2009).
Teknik pengirisan pada metode embedding menggunakan parafin
memerlukan suatu alat yang disebut sebagai mikrotom. Mikrotom merupakan
suatu alat untuk mengiris spesimen menjadi bagian yang tipis agar dapat
dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop. Mikrotom terdiri dari banyak
jenis, seperti mikrotom geser, mikrotom putar dan mikrotom beku. Pengirisan
spesimen menggunakan mikrotom bertujuan untuk mendapatkan irisans setipis
mungkin. Mikrotom terdiri atas skala, holder, pisau dan pengatur jarak antara
pisau dengan holder. Skala berfungsi untuk mengatur ketebalan irisan spesimen.
Holder digunakan untuk meletakkan spesimen yang akan diiris. Pisau digunakan
untuk mengiris spesimen dan pengatur jarak digunakan untuk mengatur jarak
antara holder dengan pisau (Aprilya et al., 2020).
Pembuatan preparat embedding menggunakan parafin memerlukan
beberapa tahapan yang kompleks, yaitu tahap pemotongan spesimen, fiksasi,
dehidrasi, dealkoholisasi dan clearing, infiltrasi dan embedding, pengirisan,
staining, serta mounting. Tahap pemotongan spesimen bertujuan untuk
mempermudah proses pengirisan menggunakan alat pada tahap selanjutnya.
Fiksasi merupakan tahan yang bertujuan untuk menghentikan proses metabolisme
dalam sel dengan cepat, mengawetkan elemen sitologi dan histologi,
mengawetkan bentuk yang sebenarnya dan mengeraskan atau memberi
konsistensi material yang lunak umumnya secara koagulasi (Sari et al., 2016).
Larutan fiksatif yang digunakan yaitu larutan FAA selama 24 jam. Komposisi dari
larutan FAA adalah formalin, asam asetat glasial dan alkohol yang memiliki
keterkaitan fungsi. Formalin berfungsi sebagai larutan yang mengeraskan
jaringan. Alkohol memiliki fungsi yang sama dengan formalin, namun alkohol
juga berfungsi untuk mengawetkan struktur dari jaringan sampel. Asam asetat
glasial berfungsi agar pengerasan oleh formalin dan alkohol tidak terjadi secara
berlebihan (Wulandari dan Rahmawati, 2019).
Tahap selanjutnya adalah tahapan dehidrasi menggunakan alkohol
bertingkat. Proses dehidrasi bertujuan untuk menarik air keluar dari dalam
jaringan dan akan digantikan oleh larutan alkohol. Proses dehidrasi dilakukan
dengan memasukkan spesimen ke dalam alkohol dari konsentrasi rendah hingga
alkohol absolut untuk mengurangi konsentrasi air dalam jaringan. Alkohol
bertingkat yang digunakan dalam proses dehidrasi bertuhuan agar sel tidak
mengalami shock pada saat seluruh cairan yang berada di dalam sel dikeluarkan
(Sari et al., 2016). Tahap selanjutnya dealkoholisasi dan clearing menggunakan
larutan alkohol dengan xylol dan xylol murni. Dealkoholisasi dan clearing
bertujuan untuk menarik sisa alkohol pada proses dehidrasi yang mungkin masih
berada di dalam sel, serta agar irisan spesimen tampak jernih dan transparan,
sehingga mudah untuk diamati (Hidayati et al., 2018).
Tahap selanjutnya adalah infiltrasi dan embedding. Tahap infiltrasi
bertujuan untuk menyusupkan media penanaman yaitu parafin ke dalam jaringan
dengan menggantikan kedudukan dehidran dan bahan clearing. Proses infiltrasi
biasanya dilakukan di dalam oven dengan suhu yang diatur sesuai dengan titik
leleh jenis parafin yang digunakan. Embedding merupakan proses penanaman
jaringan ke dalam balok-balok parafin yang telah dicetak, sehingga
mempermudah proses pengirisan menggunakan mikrotom. Blok parafin yang
mengandung spesimen kemudian diletakkan pada holder mikrotom, lalu
dilakukan sectioning hingga diperoleh pita irisan yang tipis. Pita yang telah
diperoleh kemudian di lakukan tahap destaining untuk membersihkan jaringan
dari parafin dan kaca objek (Sari et al., 2016)
Tahap selanjutnya yaitu pewarnaan menggunakan autostainer. Pewarnaan
bertujuan untuk mempertajam atau memperjelas bagian-bagian jaringan, sehingga
dapat dibedakan dan diamati dibawah mikroskop. Jaringan yang tidak diwarnai
akan berwarna transparan dan sulit untuk diamati dengan mikroskop (Tirtasari dan
Prasetya, 2020). Mounting merupakan proses penutupan jaringan menggunakan
cover glas, namun jaringan terlebih dahulu dengan enthellan. Penggunaan
enthellan berfungsi untuk mempertahankan kualitas jaringan yang akan diamati
(Hidayati et al., 2018).
Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa preparat yang
dihasilkan terdapat preparat yang bagus dan preparat yang tidak bagus. Preparat
embedding menggunakan parafin pada batang pinus yang bagus menunjukkan
proses pengirisan dengan ketebalan yang tepat sehingga jaringan terlihat utuh
dapat diamati dibawah mikroskop. Preparat yang kurang bagus menunjukkan
irisan jaringan yang sobek, hal tersebut dapat disebabkan oleh pengirisan yang
terlalu tipis. Preparat yang sobek atau rapuh dapat disebabkan karena tahapan
fiksasi atau dehidrasi yang terlalu lama dan suhu yang digunakan terlalu tinggi
(Sari et al., 2016).
Preparat batang jagung yang kurang baik ditunjukkan dengan terdapatnya
larutan di dalam jaringan dan pewarnaan yang kurang merata. Keberadaan larutan
dalam jaringan tersebut dapat diakibatkan proses dehidrasi atau proses
dealkoholisasi yang kurang sempurna. Jaringan batang jagung yag kurang baik
juga terlihat tidak jelas strukturnya yang dapat diakibatkan pengirisan yang terlalu
tipis. Hal tersebut mirip dengan penyebab preparat batang pinus yang kurang baik.
Preparat daun jagung yang baik terlihat sangat jelas sel-sel penyusun jaringannya
dan dapat dibedakan bersadarkan strukturnya. Preparat daun jagung yang kurang
baik terlihat adanya jaringan yang sobek dan pewarnaan yang tidak merata.
Pewarnaan yang tidak merata dapat disebabkan karena pada tiap tahapan
pembuatan preparat sebelumnya tidak berlangsung secara optimal, sehingga
hanya sebagian jaringannya saja yang mampu terwarnai (Hidayati et al., 2018).
BAB 5. KESIMPULAN
Aprilya, F., Farikhah, A.R. Rahim, dan D. Rosalina. 2020. Analisis Histologis
Lamun Halodule universis Dan Cymodocea serrulata Yang Berasal Dari
Perairan Tercemar Logam Berat Timbal (Pb) Di Kepulauan Bangka.
Jurnal Perikanan Pantura. 3(2): 49-56.
Hidayanti, A., T. Ariyadi, dan A. Iswara. 2018. Variasi Konsentrasi KOH dan
Waktu Clearing Terhadap Kualitas Preparat Awetan Caplak (Tick).
Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimus. Vol. 1.
Rahmi, I.A., Murkalina, dan R. Linda. 2017. Struktur Anatomi Batang Empat
Spesies Bambusa (B. maculata Widjaja, B. uetuldoide Widjaja, B.
glaucophylla Widjaja dan B. multiplex Widjaja) di Kalimantan Barat.
Protobiont. Vol. 4(1) :213-217.
Rudyatmi, E. 2015. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: FMIPA UNNES Press.
Samiyarsih, S., W. Herawati, Juwarno, dan N. Naipospos. 2018. Pelatihan
Pembuatan Preparat Mikroskopis Tumbuhan Sebagai Sarana Peningkatan
Program Pembelajaran Siswa Smp Negeri 1 Purwokerto. Prosiding
Seminar Nasional dan Call for Papers. Hal: 331-338.
Sari, D.P, U. Fatmawati, dan R.M. Prabasari. 2016. Profil Hands On Activity pada
Mata Kuliah Mikroteknik di Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Proceeding Biology Education Conference.Vol. 13(1): 476-481.
Setyawati, Dwi. 2017. Pengaruh Variasi Konsentrasi Koh Terhadap Kualitas
Sediaan Permanen (Rhipicephalus sanguineus). Thesis. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Susilowati, S.M.E. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Tirtasari, N.L., dan A.T. Prasetya. 2020. Pengaruh Rasio Bunga Telang (Clitoria
ternatea L.) dan Volume Pelarut Asam Sitrat Terhadap Pewarnaan
Preparat Jaringan Tumbuhan. Indonesian Journal of Chemical Science.
9(3).
Uray, A.D. 2009. Profil Sel Β Pulau Langerhans Jaringan Pankreas Tikus
Diabetes Mellitus Yang Diberi Virgin Coconut Oil (VCO). Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Wulandari, A., dan R.D. Rahmawati. 2019. Tingkat Ploidi Paku Sayur (Diplazium
esculentum) Pada Ketinggian Yang Berbeda Di Gunung Merbabu,
Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Bioeksperimen. 5(1): 11-15.