PRAKTIKUM MIKROTEKNIK
“PEMBUATAN SEDIAAN DENGAN METODE WHOLE MOUNT”
I. TUJUAN
Mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan dan alat untuk praktikum teknik
pembuatan sediaan whole mount dari berbagai serangga kecil, cacing pipih dan
embrio ayam.
Sediaan difiksasi
dalam staining jar
menggunakan
formalin 10% selama
5 menit
Pigmen gelap
dilunturkan
menggunakan
chlorox selama 3
menit
Sediaan di dehidrasi
menggunakan etanol
50% selama 5 menit
Sediaan di dehidrasi
menggunakan etanol
70% selama 5 menit
Sediaan di dehidrasi
menggunakan etanol
96% selama 5 menit
Sediaan di dehidrasi
menggunakan etanol
absolut selama 5
menit
Sediaan di clearing
menggunakan xylol
selama 2x5 menit
Sediaan diberi
entelan sebagai
perekat
Sediaan ditutup
menggunakan kaca
penutup
Sediaan diamati
dibawah mikroskop
didapatkan hasil
IV. HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sediaan Jentik (larva nyamuk), Lalat Buah, dan Laba-
laba Menggunakan metode whole mount
No. Gambar Gambar Referensi Keterangan
2
5
3 1. Kepala
2. Antena
1. 3. Thorax
1 4. Abdomen
5. Papilla
4
Gambar 1. Morfologi Jentik (Bawin dkk., 2016)
(Perbesaran 4x)
1 1. Kepala
3 2. Antena
2. 3. Thorax
4 4. Sayap
5. Abdomen
Gambar 2.1 Morfologi Lalat Buah 6. Kaki
(Perbesaran 4x) 3
5
6
6 (Kacsoh dan Schlenke, 2012).
3
1
2 5
5 3
4 1 3
3
(Walker, 2008)
4
2
V. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap pembuatan, bahan
dan alat untuk praktikum teknik pembuatan sediaan dengan metode whole mount.
Bahan pada praktikum ini berupa laba-laba kecil, larva nyamuk dan lalat buah
(Drosophilla melanogaster) yang memiliki beberapa langkah atau teknik
pembuatan yang dilakukan sehingga didapatkan hasil seperti pada tabel hasil.
Whole mount merupakan metode pembuatan preparat yang hasilnya akan diamati
dibawah mikroskop tanpa adanya pemotongan terlebih dahulu. Gambar yang
dihasilkan oleh metode ini terlihat dalam wujud utuh seperti ketika organisme
tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang terlihat hanya terbatas pada
bagian morofologi secara umum (Rosita, 2015).
Teknik pembuatan sediaan dengan metode whole mount pertama kali
dilakukan dengan meletakan objek pada kaca benda. Objek diletakaan diantara
dua kaca benda dengan hati-hati dengan menggunakan pinset, jarum tusuk atau
kuas kecil lalu di ikat ujung kaca benda menggunakan karet. Fiksasi sampel
kedalam formalin 10% menggunakan staining jar. Cara pertama ini merupakan
cara atau langkah dalam cara pembuatan sediaan pada umumnya, tujuan adanya
fiksasi pada objek untuk menghentikan kerja sel pada objek tanpa mengubah atau
menghancurkan bentuk sel atau yang disebut dengan mengawetkan sel.
Selanjutnya kaca objek disiapkan untuk meletakkan objek yang telah difiksasi
sesuai dengan jumlah sediaan yang akan dibuat. Langkah selanjutnya apabila
warna pigmen pada objek menganggu, objek ditetesi dengan clorox kurang lebih 3
menit.
Langkah berikutnya dilakukan dehidrasi bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air yang ada pada objek yang dilakukan etanol bertingkat, yaitu 50%,
70%, 96% dan 100%. Menurut Sugiharto (1989), penggunaan etanol bertingkat
bertujuan agar jaringan kandungan airnya dapat keluar sedikit demi sedikit hingga
pada konsentrasi 100% pengeluaran airnya pun maksimal. Proses dehidrasi yang
dilakukan yaitu pertama etanol 50% yang ditetesi ke objek dan dibiarkan selama 5
menit dan setelah itu larutan di serap menggunakan kertas saring atau tisu
selanjutnya diberikan etanol 70% ke objek selama 5 menit dan lakukan langkah
yang sama pada pemberian etanol 50%, dilanjutkan dengan pemberian etanol 96%
selama 5 menit dan dilakukan langkah yang sama pada langkah sebelumnya dan
terakhir diberikan etanol absolut yang mana etanol absolut ini merupakan etanol
yang 100% terbuat dari etanol tanpa ada penambahan air sebagai pelarut. Setelah
dilakukan dehidrasi dilakukan dealkoholisasi atau clearing yang bertujuan untuk
menghilangkan sisa alkohol yang masih menempel pada objek atau sediaan dari
langkah-langkah sebelumnya menggunakan larutan xylol yang ditetesi sebanyak 2
kali yang masing-masing ditunggu selama 5 menit.
Langkah selanjutnya dilakukan mounting yang betujuan mengawetkan
sediaan untuk dijadikan preparat secara utuh, sediaan yang telah jadi diberi
entellan dan ditutup menggunakan kaca penutup. Entellan berfungsi sebagai
perekat agar kaca penutup dapat menempel dengan kaca benda. Setelah kering,
sediaan diberi label untuk memberi nama pada preparat, lalu diamati dibawah
mikroskop dan difoto.
Hasil yang didapatkan pada praktikum ini ialah terlihat bagian-bagian dari
morfologi preparat laba-laba yang terlihat struktur tubuhnya terdapat
cephalothorax, chelicera, pedipalp, abdomen dan kaki. Sedangkan pada jentik
terlihat struktur tubuhnya berupa kepala, antena, thorax, abdomen dan papilla.
Terakhir pada lalat buah (Drosophilla melanogaster) yang terlihat pada preparat
terdapat kepala, antena, thorax, abdomen, sayap dan kaki. Menurut Iswara & Fitri
(2017), preparat yang baik menunjukan tubuh yang jernih, kuaitas warna yang
tidak mengganggu pengamatan serta bagian-bagian tubuh yang utuh sehingga
dapat diamati setiap bagiannya dan dipelajari morfologi tubuhnya. Morfologi
tubuh yang tidak jernih dan kitin yang masih tebal dapat mengganngu
pengamatan. Apabila suatu preparat tidak jernih dan kitin masih tebal
dikategorikan sebagai preparat yang buruk. Contoh preparat yang baik yaitu pada
preparat lalat buah yang menunjukan bagian-bagian tubuh dengan jelas,
sedangkan preparat yang buruk adalah jentik karena badannya terlipat sedangkan
preparat laba-laba masih memiliki pigmen yang mengganggu.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah, metode whole mount digunakan
untuk membuat preparat organisme utuh yang diamati di bawah mikroskop tanpa
adanya pengirisan. Praktikum menggunakan beberapa bahan seperti formalin
10%, etanol (50%, 70%, 96%, 100%), chlorox, entellan, dan xylol. Alat yang
digunakan adalah kaca benda, kaca penutup, staining jar, pinset, jarum kecil, karet
gelang dan mikroskop. Preparat yang baik yaitu preparat lalat buah yang
menunjukan bagian-bagian tubuh dengan jelas, sedangkan preparat yang buruk
adalah jentik yang badannya terlipat sedangkan preparat laba-laba masih memiliki
pigmen yang mengganggu.
VII. SARAN
Disarankan pada saat penghilangan pigmen warna yang menggaggu
menggunakan chlorox diperhatikan waktu yang tepat agar preparat jelas tanpa ada
pigmen warna yang menggaggu.