DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum lapangan Sistematika Averterata adalah untuk
mengetahui serta mempelajari keragaman spesies dan ciri morfologi dari Porifera yang
ditemukan pada Pantai Batu Burung, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang
Selatan, Kalimantan Barat.
1.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya praktikum lapangan Sistematika Avertebrata khususnya
pada filum Porifera di kawasan pantai Batu Burung, Kelurahan Sedau, Kecamatan
Singkawang Selatan, Kalimantan Barat agar dapat memberikan dan menambah
informasi tentang filum Porifera baik ciri-ciri morfologi, klasifikasi,maupun
identifikasi kepada pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Peran
Peran Porifera sebagai alat pembersih (Demospongiae), ada juga peranan lain
sebagai bahan pengawet buah dan makanan. Porifera tertentu mengandung zat
antikanker dalam tubuhnya yang sekarang ini jadi topik yang menarik untuk diteliti di
seluruh dunia contohnya African spirastrella-spini spirulifera dari Afrika yang
menghasilkan zat spongistatin. Peran Porifera bagi predatornya sendiri yaitu; terdapat
zat beracun dipermukaan tubuhnya yang dapat digunakan oleh Nudibranchea untuk
perlindungan (Rasyid, 2009).
Peran lainnya yang sedang diteliti oleh para ilmuwan adalah kemampuan Porifera
sebagai insectisidaalami, mengingat beberapa kandungan alkaloid yang terkandung
pada spesies Axinella carteri. Senyawa Kalihinol A yang terdapat pada tubuh Porifera
dapat menjadi senyawa anti malaria juga menghambat pertumbuhan mikroba
(antimikroba), antijamur, sitotoksik, antelmintik, dan antifouling.
Penggunaan Porifera dalam dunia kesehatan juga telah merambah pada ranah
kontrasepsi, yaitu; Sebagaiobat kontrasepsi (KB) alami (Sari, 2013).
BAB III
METODE KERJA
U
Legend
titik pengambilan sampel
jalanan
pulau pulau kecil
pemukiman warga
Hutan
pantai
lautan dangkal
Laut dalam
www.Earth.google.com
Gambar 3.2 Peta Lokasi Pengambilan Sampel (Sumber : Earth Google)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pratikum lapangan sistematika avertebrata yang telah dilakukan di
Pantai Batu Burung Desa Sedau, hasil yang diperoleh sebanyak 4 spesies dari filum
Porifera yang diuraikan dalam tabel hasil 4.1 sebagai berkut:
Tabel 4.1 Jenis-Jenis Porifera Terdapat Pada Pantai Batu Burung
Karakter Morfologi
. Kelas
Spesies Bentuk Warna Tipe Spikula
Tubuh
Demospongiae Dysidea etheria Syconoid Coklat Tua Silicon
Demospongiae Spongilla Asconoid Coklat Muda Silicon
lacustris.
A
B
C
D
Gambar 4.1 (A) Dysidea etheria, (B) spongilla lacustris, ( C ) Aiolochroia sp.,(D)
Cinachyrella australiensis
Tabel 4.1.2 Pengukuran Parameter Lingkungan
Parameter Lingkungan Hasil Pengukuran
Suhu udara 32,5 oC
Suhu air 30,8 oC
Salinitas 25,4 %
Kecerahan air 150m 0,52 m
Kecerahan air 50m 0,35 m
Kelembaban udara 54,1 %
pH air 7
Kedalaman 150m 1,23 m
Kedalaman 50m 0,68 m
4.2 Pembahasan
Spons atau Porifera termasuk hewan multi sel yang mana fungsi jaringan dan
organnya masih sangat sederhana. Hewan ini hidupnya menetap pada suatu habitat
pasir, batu-batuan atau juga pada karang-karang mati di dalam laut. Dalam mencari
makanan, hewan ini aktif mengisap dan menyaring air yang melalui seluruh permukaan
tubuhnya. Hal ini dapat dicontohkan pada bentuk spons yang memiliki kanal internal
yang paling sederhana, dimana dinding luarnya (pinakodermis) mengandung pori-pori
(ostia). Melalui ostia inilah air dan materi-materi kecil yang terkandung di dalamnya
dihisap dan disaring oleh sel-sel berbulu cambuk atau sel kolar (choanocytes),
kemudian air tersebut dipompakan keluar melalui lubang tengah
(oskulum). Sistim pengisapan dan penyaringan air ini terjadi juga pada spons yang
memiliki kanal internal yang lebih rumit, dimana sistim aliran air tersebut melalui
beberapa sel kolar sebelum keluar melalui oskulum. Pada umumnya, spons mampu
memompakan air rata-rata sebanyak 10 kali volume tubuhnya dalam waktu 1 menit,
sehingga tidak salah kalau hewan ini terkenal sebagai hewan "filter feeder" yang paling
efisien dibandingkan hewan laut lainnya (Bergquist, 1978).
Hampir 75% jenis spons yang dijumpai di laut adalah dari kelas Demospongiae.
Spons dari kelas ini tidak memiliki spikula "triaxon" (spikula kelas Hexactinellidae),
tetapi spikulanya berbentuk "monaxon", "tetraxon" yang mengandung silikat.
Beberapa jenis spons kelas ini ada yang tidak mengandung spikula tetapi hanya
mengandung serat-serat kolagen atau spongin saja (Bergquist,1978)
Konsistensi tubuh spons pada umumnya elastis seperti busa karet tetapi ada
beberapa jenis yang keras dan agak rapuh. Tubuh spons ini diperkokoh oleh suatu
kerangka spikula yang mengandung kalsium karbonat atau silica dan juga didukung
oleh kerangka serat-serat keratin atau spongin. Materi spongin khususnya pada "bath
sponges", sangat kenyal atau lembut dan tahan terhadap pembusukan, sehingga baik
untuk bahan penggosok kulit tubuh ( Bergquist,1978).
Gambar 4.2.1 Spikula dysidae etheria yang ditemukan di Pantai Batu Burung.
Dysidae etheria berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual secara
hermafrodit, namun, spons hermafrodit akan menghasilkan sperma dan telur pada
waktu yang bereda. Sperma yang dilepaskan ke dalam kolom air melalui bukaan
ekskursi, sperma ini kemudian ditangkap oleh spons betina dari spesies yang sama.
Spons melepas larva ke dalam kolom air di mana larva menghabiskan sedikit waktu
sebelum menetap dan berkembang menjadi spons remaja. Reproduksi aseksual di
Dysidea etheria terjadi oleh fragmentasi. Fragmentasi, biasanya disebabkan oleh badai
dan pemangsaan, mudah diatasi oleh spons. Spons memiliki sel totipoten yang mampu
menjadi sel apa pun yang dibutuhkan spons untuk bertahan hidup. Sel-sel totipoten
memungkinkan potongan-potongan spons untuk mengendap dan menumbuhkan spons
yang sama sekali baru (Cowden 1970).
4.2.2 Spongilla lacustris.
Spesies Spongilla lacustris memiliki tubuh yang lembut dan rapuh dengan
warna umumnya kehijauan. Permukaan tidak rata dan tertutup spikula kasar (paku).
Spongilla lacustris termasuk ke dalam kelas Demospongiae yang memiliki ciri khas
yaitu tubuh yang tidak beraturan dan bercabang-cabang dengan rangka yang tersusun
dari serabut spongin (Samawi,2009).
Gambar 4.2.2 Spikula spongilla lacutris yang diteukan di Pantai Batu Burung
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum lapnagan sistematika avertebrata, dapat
disimpulkan bahwa spesies yang ditemukan pada Pantai Batu Burung Kelurahan
Sedau, hanya ditemukan 4 spesies saja, yaitu. dysidae etheria, spongilla lacutris,
Cinachyrella australiensis Hal ini menunjukan bahwa keragaman jenis porifera pada
lokasi tersebut rendah. Berhubungan dengan lokasi ditemukannya preparat, preparat
tersebut memiliki morfologi dengan warna coklat tua,coklat kekuningan dan coklat
muda,untuk tipe spikulanya yaitu silicon.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum lapangan sistematika avertebrata selanjutnya di
lakukan di perluaan pengambilan sampel agar porifera yang didapat beragam dan lebih
banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Berquist, PR, 1968, The Marine Fauna of New Zealand, Porifera, Demospongiae,
Part 1 (Tetractinomorpha and Lithistida), New Zealand Department of
Scientific and Industrial Research, (37): 9-104.
De Voog, dan Soest, R.W., 2006, Sponge Beta Diversity in The Spermonde
Archipelago, South West Sulawesi, Indonesia., Marine Ecology Progress Series,
309, 131-142
Haris A, 2013. Sponge : Biologi dan Ekologi, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikananan, Universitas Hasanuddin, Makassar
Romihmohtarto, K, dan Juwana S, 1999, Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang Biota
Laut, Pusat Penelitian dan Pengembang Oseanologi
LIPI, Jakarta.