OLEH :
ARDANA KURNIAJI
I1A2 10 097
I. PENDAHULUAN
Spons adalah hewan dari filum Porifera yang berarti "pembawa pori". Tubuh
mereka terdiri dari jelly seperti mesohyl terdapat di antara dua lapisan tipis sel.
Sementara semua hewan memiliki sel terspesialisasi yang dapat berubah menjadi sel-
sel khusus, spons yang unik dalam memiliki beberapa sel-sel khusus yang dapat
berubah menjadi jenis lain. Spons tidak memiliki saraf, pencernaan atau sistem
peredaran darah. Sebaliknya, sebagian besar mengandalkan aliran air konstan yang
masuk melalui tubuh mereka untuk mendapatkan makanan dan oksigen dan untuk
menghilangkan limbah.
Bentuk tubuh mereka yang diadaptasi untuk memaksimalkan efisiensi dari
aliran air. Semua sessile, meskipun ada spesies yang hidup diair tawar, namun
sebagian besar hidup dilaut, mulai dari zona pasang surut sampai kedalaman lebih
dari 8.800 meter (5,5 mi). Sementara sebagian besarnya hidup sekitar 5,000-10,000
meter yang biasa dikenal spesies pemakan bakteri dan partikel makanan lainnya di
air. Sebagai hewan yang tergolong purba cara hidupnya juga relatif simpel karena tidak memiliki
organ tubuh. Sponge
biasanya mendapatkan suplay makanan dari lingkungan sekitarnya atau organisme
yang berasosiasi dengannya.
Sebagai hewan berongga, kemampuannya sangat menakjubkan karena mampu
menyaring air dalam volume besar dengan struktur tubuh yang terbatas. Hal ini
sangat membantu dalam mengatasi jumlah partikel tersuspensi akibat intrusi dari
daratan atau lumpur yang terbawa arus sehingga mengurangi tingkat kekeruhan, ini
sangat menolong kehidupan karang karena kondisi perairan terjaga baik. Filum ini
dapat dibagi menjadi tiga kelas besar, yaitu Calcarea, Demospongiae dan
Hexactinellida. Demospongiae adalah yang paling banyak ditemukan, tersebar luas
dan merupakan spons yang terdiri dari jenis-jenis yang paling beragam dan telah
mendapat perhatian relatif banyak dari ahli kimia dan biokimia.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka sangat penting untuk dilakukan
praktikum Avertebrata air mengenai filum porifera dengan tujuan untuk mengamati
dan mengenal lebih jauh mengenai struktur tubuh morfologi dan anatomi filum
porifera.
2.1. Klasifikasi
Porifera berasal dari bahasa latin dari kata porus yang berarti lubang kecil dan
kata ferre yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera merupakan hewan berpori atau
hewan yang memiliki lubang-lubang kecil pada tubuhnya (Setiowati, 2007 hal 126)
Menurut Firmansyah (2005), spons di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Dictioceratida
Famili : Dictioceratidaceaer
Genus : Spongilla
Species : Spongilla sp.
Tubuh Porifera berbentuk seperti vas bunga yang menempel pada dasar
perairan. Tubuhnya lunak dan permukaannya berpori (ostium). Porifera memiliki
rongga tubuh (Spongocoel) dan lubang keluar (Oskulum). Air akan mengalir dari
ostium masuk ke spongocoel dan akhirnya akan mengalir ke luar melalui oskulum.
Porifera memiliki dua lapisan jaringan tubuh (diploblastik). Lapisan luar tersusun
oleh sel-sel epidermis yang disebut pinakosit, sedangkan lapisan dalamnya tersusun
oleh sel-sel endodermis berbentuk corong. (Setiowati, 2007).
Tubuh Porifera dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu tipe ascon, tipe sycon
dan tipe rhagon atau leukon. Walaupun strukturnya berbeda, fungsinya tetap sama,
yaitu sebagai saluran air. Ascon merupakan saluran air dengan lubang ostium yang
dihubungkan langsung oleh saluran ke spongocoel. Sycon merupakan saluran air
yang bercabang-cabang ke rongga-rongga yang berhubungan langsung dengan
spongocoel. Rhagon merupakan tipe saluran air yang kompleks. Air mengalir melalui
ostium kemudian masuk melalui saluran menuju rongga-rongga yang dibatasi oleh
4
Pori-pori yang terdapat pada Porifera membentuk saluran air yang bermuara
dirongga tubuh (spongocoel). Pada ujung rongga tubuh terdapat lubang besar yang
disebut oskulum. Tubuh Porifera tersusun oleh sel-sel berbentuk pipih dan berdinding
tebal yang disebut sel pinakosit. Pada lapisan dalam spongocoel, dilapisi oleh sel
yang berbentuk seperti lampu dan berflagel yang disebut sel koanosit (Firmansyah,
2005).
Filum Porifera disebut juga hewan spons. Kata porifera berasal dari bahasa latin
yaitu porus yang berarti pori dan fer berarti membawa. Hewan ini dikatakan juga
sebagai hewan berpori. Hewan porifera merupakan hewan multiseluler yang paling
sederhana. Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat). Hewan
spons memiliki ukuran bervariasi, yaitu berkisar dari 1 cm hingga 2 m. sebagian besar
hewan ini hidup dilaut. Menurut Campbell (1998:594), dari 9.000 spesies hewan
spons, hanya 100 spesies saja yang hidup di air tawar, sisanya hidup diperairan laut
(Firmansyah, 2005).
Porifera hidup di lautan yang airnya tenang dan jernih serta tidak berarus kuat.
Selain itu, ada yang hidup di laut dangkal dan ada pula yang hidup di laut dalam.
Porifera juga dapat ditemukan di perairan tawar seperti di danau dan aliran sungai
yang jernih. Porifera dapat ditemukan perairan laut Sulawesi, NTB, dan NTT
(Setiowati, 2007).
Porifera memiliki sekitar 10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut.
Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat). Spesies tersebut
6
bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan warna. Porifera biasanya dikelompokkan
berdasarkan materi yang ditemukan di dalam rangkanya. Porifera yang terkenal
adalah bunga karang yang memiliki serta fleksibel dalam mesenkimnya. Serat
tersebut dibuat dari protein yang disebut sponging (Zakrinal, 2008).
Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas
Demospongia.Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil),
hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut.Karena porifera yang
bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan.
(Ferdinand, 2008).
Makanan bersama air masuk kedalam tubuh Porifera melalui sistem saluran air
yang berupa pori (ostia), spongosoel dan oskulu, makanan ditangkap oleh sel koanosit
diruang spongosoel. Selanjutnya akan dicerna secara intraseluler oleh koanosit dan
selanjutnya hasilnya diedarkan oleh sel-sel amoebosit yang dapat bergerak bebas
keseluruh bagian tubuh (Susilowarno, 2010).
8
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 November 2011, pukul
15.30 17.30 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan beserta kegunaanya
No Nama Alat Kegunaan
A. Alat
1. Baki Untuk meletakkan organisme yang akan diamati
2. Pisau Bedah Untuk membedah organisme yang diamati
3. Alat tulis Untuk mencatat dan menggambar hasil pengamatan
4. Toples Untuk menyimpan bahan pengamatan yang diambil
dari laut
5. Pinset Untuk mengambil bahan dari toples
6. Buku Untuk Mengidentifikasi Struktur Tubuh obyek yang
Identifikasi diamati
B Bahan
1. Spons Sebagai obyek yang diamati
(Spongilla sp.)
2. Alkohol 70% Untuk mengawetkan bahan pengamatan
Keterangan:
1. Lubang keluar
(osculum)
2. Pori-pori (ostium)
3. Spikula
Keterangan:
1. Lubang keluar (osculum)
2. Spikula
3. Rongga tubuh (spongosol)
4. Pori-pori (ostium)
4.2. Pembahasan
umumnya sikonoid dan leukonoid. Tubuh spons kelas calcarea bervariasi warnanya
yaitukuning cerah, merah dan ungu. Contoh dari kelas ini adalah genus
Leucosolenia (kanal tipe askonoid), Sycon dan Grantia (kanal tipe sikonoid).
Kelas yang kedua adalah Demospongiae, dimana Spons yang termasuk
kelas demospongiae mempunyai penyebaran tempat hidup yang luas dari perairan
tawar sampai dengan perairan laut. Kelas Demospongiae mencakup 95% dari semua
hewan-hewan spons. Struktur kanal kelas demospongiae seluruhnya bersifat
leukonoid. Warna tubuh kelas ini kebanyakan berwarna cerah, perbedaan warna
dipunyai oleh perbedaan spesies yang disebabkan oleh warna pigmen atau granula
pigmen yang terletak di amebosit.
Struktur rangka dari kelas demospongiae beraneka ragam. Struktur tersebut
disusun oleh spikula atau serat-serat sponging atau gabungan dua struktur tersebut.
Spikula dari kkelas ini relatif besar dengan struktur monokson atau tetrakson (cabang
runcing satu atau cabang runcing empat). Contoh dari kelas Demospongiae antara lain
Haliclona permollis dan Microciona prolifera.
Adapun Kelas yang terakhir adalah Kelas Hexatinellida Perwakilan dari kelas
ini biasa disebut spons gelas. Nama Hexatinellida berhubungan dengan bentuk
spikulanya yang heksason (bercabang enam). Spons kelas ini hidup menyendiri
dengan bentuk mangkuk, vas bunga dan piala. Kanal pada kelas ini bertipe sikonoid,
dengan ukuran tubuh spons berkisar dari 10 sampai 30 cm. Sebagian besar berwarna
pucat. Spons dari hexatinellida terutama hidup di prairan dalm sekitar 450-900 cm di
bawah permukaan laut. Spesies atau jenis yang dikenal sebagai contoh anggota kelas
ini adalah keranjang bunga venus Euple dengan jenis udang Spongicola.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya untuk
pelaksanaan respon sebelum praktikum waktunya dipercepat dan sebaliknya untuk
waktu praktikum di laboratorium, waktu yang ditentukan diperlama guna menambah
dan memperdalam pengetahuan praktikan untuk mencapai tujuan praktikum.
14
I. PENDAHULUAN
2.1. Klasifikasi
Ubur-ubur dapat ditemukan disemua samudera dan laut yang ada didunia.
Mereka dapat hidup dilaut tropis yang hangat dan juga diperairan yang sangat dingin
disekitar kutub utara dan selatan. Ubur-ubur dapat berenang menuju permukaan air
16
yang terdapat banyak makanan. Diperairan terhangat di dunia, kapal selam portugis
mengambang dipermukaan gelombang laut. Kapal selam portugis sebenarnya adalah
sebutan untuk jenis ubur-ubur. Jenis ubur-ubur ini ada juga yang menyebutnya
sebagai ubur-ubur biru. (Fitriana, 2007).
Menurut Kadaryanto dkk (2006), klasifikasi anemon laut sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Colenterata
Sub filum : Invertebrata
Sub kelas : Zoantharia
Kelas : Anthozoa
Ordo : Actiniaria
Famili : Actiniaceae
Genus : Metridium
Spesies : Metridium Sp.
Coelentera hidup secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil
lainnya yang berada di air. Coelenterata lumpuhkan mangsanya dengan menggunakan
tentakelnya yang memiliki sel knidosit. Setelah mangsanya itu lumpuh, tentakel
menggulung dan membawa mangsa ke mulut. Coelenterata seluruhnya hidup di air,
baik itu air laut ataupun air tawar. Sebagian besar hidup berkoloni atau soliter.
Coelenterata yang berbentuk polip hidup soliter atau berkoloni di dasar air. Polip
tidak dapat berpindah tempat. Sedangkan coelenterata yang berbentuk medusa dapat
melayang bebas di dalam air (Aditya, 2010).
Coelenterata umumnya hidup dilaut dan hanya beberapa jenis hidup diair tawar.
Ada yang hidup sebagai polip karena melekat pada sebuah obyek atau hidup sebagai
medusa karena mampu berenang bebas mengikuti arus. Obelia sp. Merupakan
anggota dari kelas Hydrozoa yang hidup dilaut dan hidup berkelompok (koloni).
Sebagian besar waktu hidupnya sebagai koloni yang polip. Bagian polip yang
berfungsi untuk mencari makanan disebut hidern (Wijaya, 2007).
19
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 Desember 2011, pukul
10.00 12.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan bahan beserta kegunaanya
No Nama Alat Kegunaan
A. Alat
1. Baki Untuk meletakkan organisme yang akan diamati
2. Pisau Bedah Untuk membedah organisme yang diamati
3. Alat tulis Untuk mencatat dan menggambar hasil pengamatan
4. Toples Untuk menyimpan bahan pengamatan yang diambil
dari laut
5. Pinset Untuk mengambil bahan dari toples
Untuk Mengidentifikasi Struktur Tubuh obyek yang
6. Buku diamati
Identifikasi
B Bahan
1. Ubur-ubur Sebagai obyek yang diamati
(Aurelia sp.)
2. Anemon Sebagai obyek yang diamati
(Metridium sp.)
3. Karang Sebagai obyek yang diamati
(Acropoda sp.)
4. Alkohol 70% Untuk mengawetkan bahan pengamatan
Keterangan:
1. Mulut
2. Tentakel
4. Saluran sirkular
5. Lamel endoderm
6. Lappet tentakel
7. Lengan mulut
Keterangan:
1. Mulut
2. Tentakel
3. Otot Melingkar
4. Basal Disc
Keterangan:
1. Sekat
2. Septal
3. Filament
4. Sekat Kapur
4.2. Pembahasan
alamnya terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus. Di bagian atas
terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa. Polip merupakan fase
vegetatif pada coelenterata fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana
pada fase ini mengha-silkan sel telur dan sel sperma. Medusa dapat melepaskan diri
dari induk dan berenang bebas di perairan. Bentuknya seperti payung dan punya
tentakel yang melambai-lambai. Kita biasa menamakannya dengan ubur-ubur.
Pada pengamatan morfologi ubur-ubur, terlihat bentuk mulut dibagian bawah,
dimana pada posisi yang sebenarnya, kemudian disekitar mulutnya terdapat tentakel
yang berfungsi untuk menangkap mangsanya saat makan. Dibagian dalam tubuhnya
pula terdapat saluran sirkular yang apabila diamati akan nampak pula saluran radial.
Sedangkan untuk bagian luarnya terdapat lappet tentakel dengan lengan mulut.
Menurut Trimaningsih (2008) bahwa ubur-ubur Scyphozoa mempunyai ciri antara
lain tubuhnya berbentuk payung atau genta yang disertai dengan umbai-umbai berupa
tentakel. Bagian payung sebelah atas berbentuk cembung dan disebut eksumbrella,
sedangkan bagian bawah berbentuk cekung dan disebut sumbumbrella. Diantara
keduanya terdapat mesoglea yang menyerupai lendir yang sangat kental. Ditengah
sumbumbrella terdapat bukaan mulut. Sedangkan menurut Nontji (2008) bahwa ubur-
ubur mempunyai bentuk tubuh seperti paying atau genta dengan disertai umbai-umbai
berupa tentakel, bagian atas yang cembung disebut eksumbrella dan bagain bawah
yang cekung disebut subumbrella.
Pada pengamatan morfologi anemon, terlihat mulut, tentakel, otot melingkar,
dan basal disc. Bentuk tubuh anemon seperti bunga, sehingga juga disebut mawar
laut. Menurut Kuncoro (2004) bahwa lipatan yang bundar di antara badan dan keping
mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian
bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum terdapat
"fossa". Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan
dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis limnactinia, keping mulut tidak
dilengkapi dengan tentakel. Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput,
bergerak secara perlahan dengan cara menempel. Sebagian besar anemon laut
memiliki sel penyengat yang berguna untuk melindungi dirinya dari predator.
Kemudian pada pengamatan morfologi karang (Acropoda sp.) terlihat adanya
sekat pada bagian luar tubuhnya kemudian ada bagian tubuh yang disebut septal,
filament dan sekat kapur. Menurut Darmadi (2010) bahwa Kedalaman karang ini
banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter. Ciri-ciri Koloni dapat terhampar
sampai beberapa meter, koloni arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang
silindris. Koralit berbentuk pipa, aksial koralit dapat dibedakan. Warna coklat muda.
Kemiripan A. prolifera, A. formosa. Distribusi Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep.
Cayman. Habitat Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang
jernih.
25
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya
praktikum dilakukan dengan metode baru, yakni dengan pengadaan buku identifikasi
serta gambar dan bentuk morfologi hewan amatan yang telah diawetkan.
26
I. PENDAHULUAN
2.1. Klasifikasi
Menurut Yulia dkk (2011) klasifikasi salah satu spesies dari Filum
Brachiopoda sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Brachiopoda
Sub filum : Invertebrata
Kelas : Inarticulata
Ordo : Lingulida
Famili : Lingulidae
Genus : Lingula
Spesies : Lingula unguis
Lingula unguis merupakan spesies yang termasuk pada filum ini yang
marganya menjadi marga hewan tertua yang masih hidup. Ia memiliki cangkang dari
zat tanduk yang terdiri dari dua tangkup, tetapi tidak berengsel. Kedua tangkup ini
tidak seperti kerang yang terdiri dari tangkup kiri dan kanan, terdiri dari bagian atas
dan bawah. Tidak seperti kerang yang bukaannya ada di bawah, bukaan cangkang
Lingula ada di depan. Bagian utama dari tubuhnya berisi veisera (veicera), yang
terletak di separuh belakang dari cangkangnya. Sebuah ruang yang luas tertutup di
antara kedua tangkup cangkang di depan tubuh adalah rongga mantel (mantle cavity),
yang bagian dalamnya dilapisi oleh mantel, sebuah tutup dari dinding tubuh. Ke
dalam rongga ini menjulur kedua lengan ulir dari dinding tubuh depan. Pada
pinggiran seriap lengan terdapat dua baris tentakel yang dipenuhi oleh bulu getar
(Romimohtarto, 2001).
29
Pada permukaan dalam dari tangkup atas dekat ujung belakang, melekat satu
tangkai berotot berbentuk silindrik yang panjang dinamakan pedikel (pedicle) yang
berisi perpanjangan berbentuk tabung dari rongga tubuh. Selama air surut, tangkai ini
memendek untuk menarik cengkang ke dalam lubang. Dan selama air pasang, tangkai
memanjang untuk mendorong cangkang ke permukaan air. Biasanya ujung depan dari
cangkang tidak pernah menonjol di atas permukaan pasir atau lumpur
(Romimohtarto, 2001).
Berikut adalah morfologi dan karakteristik dari Klas Articulata Cangkang
dipertautkan oleh gigi dan socket yang diperkuat oleh otot, Cangkang umunya,
tersusun oleh material karbonatan, tidak memiliki lubang anus, memiliki
keanekaragaman jenis yang besar, Banyak berfungsi sebagai fosil index, Mulai
muncul sejak zaman kapur hingga saat ini. Sedangkan untuk kelas Inarticulata
Cangkang atas dan bawah (valve) tidak dihubungkan dengan otot dan terdapat socket
dan gigi yang dihubungkan dengan selaput pengikat (Yulia, dkk, 2011).
Morfologi kerang lentera, terdiri dari kerangka keras dari bahan kapur
sepertihalnya kerang-kerangan. Kedudukan cangkang pada posisi menelungkup
(dorso-ventral) dimana cangkang bagian bawah (ventral) pada umumnya lebih besar
dari bagian atas (dorsal). Kedudukan tersebut secara taksonomi membedakan hewan
brachiophoda dengan kerang-kerangan dari filum moluska yang kedudukan
cangkngnya pada umumnya pada posisi miring atau lateral. Ukuran cangkang kerang
lentera umunya kecil bervariasi antara 0,5 sampai 8 cm tergantung jenisnya, tetapi
yang ditemukan dalam bentuk fosil umumnya mempunyai ukuran cangkang lebih
besar (Mudjono dkk, 2000).
30
Secara umum brachiopoda merupakan salah satu fosil hewan yang sangat
melimpah keberadaannya pada sedimen yang berasal dari zaman paleozoikum. Salah
satu kelasnya, yaitu Inartikulata bahkan menjadi penciri penting (fosil index) zaman
Cambrian awal, Hidup di air laut Bentos sesil. Ada yang hidup diair tawar, namun
sangat jarang, Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 meter secara benthos
sessil, Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis/hangat dengan kedalaman
maksimal 40 meter, Hingga saat ini diketahui memiliki sekitar 300 spesies dari
Brachiopoda, Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata-rata dari 5mm
hingga 8 cm, Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan proses
Bioconose dan Thanathoconose (Mudjono dkk, 2000).
.
2.4. Reproduksi dan Daur Hidup
tumbuh pedicle serta cangkang dan larva turun ke substrat untuk kemudian hidup
dalam lubang (Aslan, dkk, 2007)
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 November 2011, pukul
13.00 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Alat dan bahan beserta kegunaanya
No Nama Alat Kegunaan
A. Alat
1. Baki Untuk meletakkan organism yang akan diamati
2. Pisau Bedah Untuk membedah organism yang diamati
3. Alat tulis Untuk mencatat dan menggambar hasil pengamatan
4. Toples Untuk menyimpan bahan pengamatan yang diambil
dari laut
5. Pinset Untuk mengambil bahan dari toples
6. Buku Identifikasi Untuk Mengidentifikasi Struktur Tubuh obyek yang
diamati
B Bahan
1. Kerang Lentera Sebagai obyek yang diamati
(Lingula unguis)
2. Alkohol 70% Untuk mengawetkan bahan pengamatan
Keterangan:
1. Tentakel
2. Cangkang
3. Tangkai
Keterangan:
1. Tentakel
2. Otot
3. Nephridium gonad
4. Lambung
5. Cangkang
6. Lophophore
4.2. Pembahasan
Berikut adalah ciri-ciri dari kelas Articulata cangkang dipertautkan oleh gigi
dan socket yang diperkuat oleh otot, cangkang umunya tersusun oleh material
karbonatan, Tidak memiliki lubang anus, memiliki keanekaragaman jenis yang besar,
banyak berfungsi sebagai fosil index dan mulai muncul sejak zaman kapur hingga
saat ini.
Klas Inartikulata/Gastrocaulina memiliki cangkang atas dan bawah (valve)
tidak dihubungkan dengan otot dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan
dengan selaput pengikat. Sedangkan untuk ciri-ciri dari klas Inarticulata tidak
memiliki gigi pertautan (hinge teeth) dan garis pertautan (hinge line), Pertautan kedua
cangkangnya dilakukan oleh sistem otot, sehingga setelah mati cangkang akan
terpisah, cangkang umunya berbentuk membulat atau seperti lidah, tersusun oleh
senyawa fosfat atau khitinan, mulai muncul sejak zaman cambrian awal hingga
sekarang.
35
Menurut Romimohtarto (2011) pada permukaan dalam dari tangkup atas dekat
ujung belakang, melekat satu tangkai berotot berbentuk silindrik yang panjang
dinamakan pedikel (pedicle) yang berisi perpanjangan berbentuk tabung dari rongga
tubuh. Selama air surut, tangkai ini memendek untuk menarik cengkang ke dalam
lubang. Dan selama air pasang, tangkai memanjang untuk mendorong cangkang ke
permukaan air. Biasanya ujung depan dari cangkang tidak pernah menonjol di atas
permukaan pasir atau lumpur.
Pada pengamatan morfologi yang kami lakukan untuk Lingula unguis terlihat
tentakel, cangkang dan tangkai. Sedangkan anatominya yang nampak yaitu tentakel,
nephridium gonad, cangkang, otot, lambung dan lophophore. Hal ini didukung oleh
Yulia dkk (2011), yang menyatakan bahwa tubuh bagian dalam (anatomi) kerang
lentera terdiri dari atas organ-organ seperti hati, saluran pencernaan (usus dan
lambung), kelenjar pancreas, gonad dan otot-otot yang berfungsi sebagai penggerak
organ seperti membuka dan menutup cangkang serta gerakan memutar tubuhnya yang
disebut pendukel. Bagian depan (anterior) sebelah dalam cangkang terdapat suatu
organ yang terlipat-lipat menyerupai bentuk tapak sepatu kuda dan disebut lofofor.
Organ ini dilengkapi dengan tentakel bulu (bercillium) sebagai organ respirasi dan
alat bantu untuk menangkap makanannya. Di sisi dinding usus terdapat lubang kecil
yang disebut nephridium dan merupakan lubang pembuangan zat-zat yang tidak
berguna. Nephridium selain sebagai organ eksresi juga sebagai organ reproduksi.
36
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan yang dilakukan dan
pembahasan di atas adalah sebagai berikut :
1. Filum Brachiophoda adalah salah satu kelompok hewan invertebrata yang hidup
sebagai hewan bentik di laut. Ditinjau dari asal katanya brachiophoda berasal
dari bahasa yunani Brachios yakni tangan, dan Poda yang berarti kaki. Jadi
hewan brachiophoda adalah hewan yang mempunyai organ yang berfungsi
sebagai tangan dan kaki.
2. Struktur Morfologi dari Kerang Lentera (Linguila unguis) terdiri dari tentakel,
cangkang, dan tangkai.
3. Struktur Anatomi dari Kerang Lentera (Linguila unguis) adanya Nephridium
gonad, Lambung dan Lophophore
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya alat
yang digunakan pada praktikum dimaksimalkan penggunaannya, sebagai contoh
misalnya toples yang dibawa praktikan tidak pernah digunakan begitu juga dengan
kantong dan alat lain yang belum pernah digunakan. Hal ini dimaksudkan agar semua
peralatan praktikan akan terpakai untuk kepentingan praktikum.
37
I. PENDAHULUAN
keci. Kelas dari filum moluska yaitu Bivalvia, Gastropoda, Cephalopoda, Scaphoda,
Polyplacophora, Monoplacophora.
Moluska memiliki beragam struktur tubuh yang sulit untuk dikelompokkan.
Khususnya untuk semua jenis yang telah modern. Karakteristik yang paling umum
dari moluska adalah bahwa mereka berbentuk bilateral simetris. Oleh sebab itu, untuk
mengetahui lebih jauh mengenai struktur tubuh filum moluska baik secara morfologi
maupun anatomi, maka dilakukan praktikum guna pengamatan spesies pada setiap
kelas dalam filum moluska.
2.1. Klasifikasi
Filum ini dibagi atas tiga kelas besar dan beberapa kelas kecil. Kelas dari filum
moluska yaitu Bivalvia, Gastropoda, Cephalopoda, Scaphoda, Polyplacophora,
Monoplacophora.Kelas Bivalvia contohnya kijing, kerang, kepah, remis, dan
sebagainya, umunya disebut bivalvia karena tubuh dilindungi oleh dua cangkang.
Hewan bivalvia mempunyai bentuk simetris bilateral, tetapi dalam hal ini tidak ada
kaitannya dengan lokomosi yang cepat. Hewan ini kalaupun bergerak ialah dengan
cara menjulurkan satu kaki tebal yang berotot di antara kedua kutub. Kelas
Gastropoda, kelas besar moluska yang kedua meliputi semua keong dan kerabatnya
yang tidak bercangkang yaitu siput telanjang. Kelas Cephalopoda berbagai jenis
spesies gurita dan cumi-cumi dan juga nautilus beruang termasuk dalam kelas
Cephalopoda. Kelas Scaphoda merupakan kelas kecil moluska laut yang
menghabiskan kehidupan dewasanya terbenam di dalam pasir. Kelas polyplacophora,
kinton adalah organisme lamban yang hidup secara tidak menyolok di pantai laut.
Kelas Monoplacophora kelas ini disangka telah punah selama berjuta-juta tahun dan
barulah didirikan lagi sejak Neopilina ditemukan pada tahun 1952 (Firmansyah,
2005).
Menurut Natadisastra (2005) Burungo (Telescopium telescopium) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Sub filum : Invertebrata
Kelas : Gastropoda
Sub kelas : Prosobranchia
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Telescodidae
Genus : Telescopium
Spesies : Telescopium telescopium
Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster berarti perut, podos berarti kaki)
adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya.
Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia
fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel
tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat
terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung
tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang.
Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau.
Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas
menggunakan rongga mantel (Aryulina, 2006).
Menurut Natadisastra (2005) Kalandue (Polymesoda sp.) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Sub filum : Invertebrata
Kelas : Pelecypoda
Sub kelas : Lamellibranchia
Ordo : Heterodonta
Famili : Heterodae
Genus : Polymesoda
Spesies : Polymesoda sp.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 November 2011, pukul
13.00 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Alat dan bahan yang digunakan beserta fungsinya
No. Alat dan Bahan Fungsi
A Alat
1. Baki Tempat untuk membedah bahan
2. Pisau bedah Untuk membedah bahan
3. Alat menggambar Untuk menggambar morfologi dan
anatomi obyek yang diamati
B Bahan
1. Burungo (Telescopium Sebagai obyek yang diamati
telescopium) Sebagai obyek yang diamati
2. Kalandue (Polymesoda Sebagai obyek yang diamati
sp.) Sebagai obyek yang diamati
3. Cumi-cumi (Loligo sp.)
4. Gurita (Octopus sp.)
Keterangan:
1. Cangkang
2. Garis pertumbuhan
3. Umbo
4. Kaki
Keterangan:
1. Ctenidia
2. Tepi mantel
3. Metaniphridia
4. Gonad
5. Pedal ganglion
6. Atrium
Keterangan:
1. Kaki
2. Cangkang
3. Apex
4. Ulir
5. Aperture
Gambar 38. Morfologi Burungo
(Telescopium telescopium)
49
Keterangan:
1. Tentakel
2. Mata
3. Tubuh
4. Sucle
5. Mantel
6. Sirip
Keterangan:
1. Mulut
2. Faring
3. Anus
4. Kantung tinta
5. Ginjal
6. Hati
Keterangan:
1. Mata
2. Shipon
3. Lengan
4. Mata
5. Sirip
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
4.2. Pembahasan
Mollusca berasal dari bahasa Latin mallis yang berarti lunak. Jadi mollusca
dapat diartikan sebagai hewan bertubuh lunak. Tubuh lunak tersebut tidak bersegmen-
segmen dan terbungkus oleh mantel yang terbuat dari jaringan khusus, dan umumnya
dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang dapat menghasilkan cangkang. Di antara
mantel dan dinding tubuh terdapat rongga mantel. Beberapa jenis hewan ini,
tubuhnya terlindung oleh cangkang dari zat kapur (kalsium karbonat) yang keras tapi
ada pula mollusca yang tidak bercangkang, misalnya cumi-cumi.
Ciri tubuh Mollusca meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya
hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk
torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cumi-cumi raksasa. Tubuh
mollusca terdiri dari tiga bagian utama. Kaki merupakan penjulur bagian ventral
tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau yang berfungsi
untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak.
Massa viseral merupakan kumpulan sebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan,
ekskresi, dan reproduksi.
Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama yakni kaki merupakan penjulur
bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau
menggali. Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel
yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh
mollusca yang lunak. Massa viseral merupakan kumpulan sebagaian besar organ
tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Mantel membentuk rongga
mantel yang berisi cairan. Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi,
51
dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada
mollusca bercangkang.
memiliki cangkang berbentuk kerucut dilengkapi dengan tentakel dan bintik mata
serta kaki untuk berjalan. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya.
Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek.
Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap
dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan
pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat
bernapas menggunakan rongga mantel. Sedangkan secara anatomi, kelas gastropoda
memiliki penis, anus mulut dan terdapat hati dibagian dekat mantelnya.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan yang dilakukan dan
pembahasan di atas adalah sebagai berikut :
1. Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus berarti lunak) merupakan hewan yang
bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga
yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata.
2. Telescopium telescopium memiliki morfologi yang terdiri dari apex berfungsi
sebagai pusat pertumbuhan, ulir sebagai garis tumbuh, cangkang untuk
melindungi organ dalam tubuh dari luar dan aperture.
3. Polymesoda sp. memiliki morfologi yang terdiri dari umbo, cangkang untuk
melindungi organ dalam, garis pertumbuhan dan sifon sebagai alat pengisap
sedangkan Struktur anatominya terdiri Ctenidia, Tepi mantel, atrium dan gonad.
4. Loligo sp. memiliki morfologi baik secara dorsal maupun ventral terdiri dari
lengan, lengan tentakel yang digunakan untukl menangkap mangsanya, trunk
sebagai badan, fin untuk berenang/bergerak, tentacular club sebagai alat
penangkap dan lata indra, rostrum, mata, kepala, mantel dan sifon untuk
mengisap makanannya sedangkan anatominya terdiri atas kantung tinta, ginjal
dan hati.
5. Octopus sp. tampak morfologinya terdiri dari tangan ke-1, tangan ke-2, tangan
ke-3, tangan ke-4, hectocotylus, alat pengisap, bintik mata, jumbai, mata, funnel,
insang untuk bernafas dan tubuh (mantel) sedangkan untuk anatominya terdiri
atas bintik mata, jumbai, Funnel, dan Insang.
6. Filum Mollusca dibagi 8 kelas, yaitu Chaetodermomorpha, Neomeniomorpha,
Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Pelecypoda/Bivalvia,
Scaphopoda dan Cephalopoda. Mollusca yang tidak memiliki cangkok, seperti
cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Mollusca memiliki struktur
berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap
kelasnya. Cangkok kerang ini terdiri dari dua belahan, sedangkan cangkok siput
berbentuk seperti kerucut yang melingkar. Perbedaan lainnya, kaki siput tipis dan
rata. Fungsinya adalah untuk berjalan dengan cara kontraksi otot.
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya alat
yang digunakan pada praktikum dimaksimalkan penggunaannya, sebagai contoh
misalnya toples yang dibawa praktikan tidak pernah digunakan begitu juga dengan
kantong dan alat lain yang belum pernah digunakan. Hal ini dimaksudkan agar semua
peralatan praktikan akan terpakai untuk kepentingan praktikum
54
I. PENDAHULUAN
Annelida (dalam bahasa latin, annulus bararti cincin) atau cacing gelang
adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes
dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki
rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang
struktur tubuhnya paling sederhana.
Cacing-cacing anggota filum ini tubuhnya beruas-ruas. Beberapa organ
(misalnya pencernaan) membentang sepanjang tubuh. Organ yang lain seperti saluran
pembuangan, ada di setiap ruas. Annelida mempunyai rongga tubuh atau coelem.
Rongga ini tidak saja berisi organ-organ yang terbentuk dari mesoderm tetapi juga
dilapisi oleh lapisan mesoderm. Annelida merupakan hewan simetris bilateral,
mempunyai sistem peredaran darah yang tertutup dan sistem syaraf yang tersusun
seperti tangga tali. Pembuluh darah yang utam membujur sepanjang bagian dorsal
sedangkan sistem syaraf terdapat pada bagian ventral. Telah diketemukan 7.000
species yang hidup di air tawar, laut dan tanah. Contoh annelida adalah cacing tanah
(Pheretima) cacing ini hidup di tanah, makananya berupa sisa tumbuhan dan hewan.
Charles Darwin ahli biologi yang termahsur adalah orang yang pertama kali
menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting dalam
menggemburkan/menyuburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing ini
membuat liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah diolah. Cacing tanah
juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi menaikan kandungan humus tanah.
Sebagian besar anelida hidup dilaut, yaitu diliang-liang atau dibawah karang
yang dekat dengan pantai, misalnya neries. Golongan lain dari annelida yang banyak
dikenal adalah lintah pengisap darah. Lintah mempunyai balik penghisap dikedua
ujung badanya. Batil penghisap posterior dipergunakan untuk melekatkan diri pada
inang, sedangkan batil penghisap anterior dipergunakan untuk menghisap darah.
Contoh lain Annelida adalah cacing tanah (Lumbricus terrestris), cacing ini
hidup di tanah, makanannya berupa sisa tumbuhan dan hewan. Charles Darwin ahli
biologi yang termashur adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa cacing
tanah mempunyai peranan yang penting dalam menyuburkan/menggemburkan tanah.
Karena hidup di dalam tanah, cacing ini membuat liang-liang sehingga tanah menjadi
berpori dan mudah di olah. Cacing tanah juga mencampur dedaunan dengan tanah,
jadi secara biologis cacing tanah menaikkan kandungan humus tanah.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka sangat penting untuk dilakukan
praktikum avertebrata air mengenai filum Annelida dengan tujuan untuk mengamati
dan mengenal lebih jauh mengenai struktur tubuh morfologi dan anatomi filum
Annelida.
55
2.1. Klasifikasi
Nereis virens Merupakan cacing yang hidup d laut, di dalam liang pasir dan
hanya menyembulkan kepala di atas permukaan pasir atau berenang di dalam laut.
Tubuhnya jelas mempunyai capuz dan alat-alat tambahan, terbagi menjadi banyak
57
segmen. Segmen pertama disebut peristonium dan pada tiap nagian lateral terdapat 2
pasang tentakel. Termasuk dalam kelas polychaeta yang berarti berambut banyak.
Pada bagian anterior terdapat kepala yang dilengkapi dengan mata, tentakel serta
mulut berahang. Tubuh berwarna menarik yaitu merah kecoklatan. Cacing jenis ini
mempunyai lapisan otot memanjang maupun otot melingkar. Ususnya hampir lurus
merentang dari depan ke belakang. Terdapat sistem pembuluh darah, di bagian
anterior terdapat ganglion otak yang terletak di sebelah atas saluran pencernaan
Panjang tubuh antara 5 10 cm dengan diameter 2 10 mm. Fertislisasi bersifat
internal membentuk larva. Bergerak dengan menggunakan parapodia. Sudah memiliki
coelom yang sebenarnya, yang sudah di batasi oleh epithelium mesodermal. Masing-
masing ruas terdapat sepasang parapodia. Tubuh memiliki banyak rambut pada
parapodia. Bersifat karnifora. Dapat dibedakan jantan dan betina. (Wijaya, 2007).
kokon per minggu. Di dalam kokon terdapat telur dengan jumlah antara 2 20 butir.
Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi cacing) setelah 2 5 minggu. Rata-
rata hidup cacing adalah 2 ekor perkokon. Cacing akan menjadi dewasa dan siap
kawin wetelah berumur 2 3 bulan (Wijaya, 2007).
Cacing tanah sebenarnya berpotensi untuk mensubstitusi bahan baku sumber
protein hewani yang umum digunakan khususnya tepung ikan dan tepung daging
tulang. Asalkan harga tepung cacing tanah yang dihasilkan dapat kompetitif. Strategi
harga ini bisa diwujudkan jika budidaya cacung tanah dalam skala besar dan proses
penepungan yang efisien. Tepung cacing tanah merupakan sumber protein asal
hewani yang berkualitas tinggi dan tingkat kecernaannya sebanding dengan kualitas
bungkil kedele (Kurmana, 2007).
Menurut (Astuti, 2007), klasifikasi Lintah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Sub filum : Invertebrata
Kelas : Clitellata
Ordo : Haplotaxida
Sub Kelas : Hirudinea
Genus : Hirudo
Spesies : Hirudo sp.
Lintah adalah binatang melata yang berdasarkan habitatnya hidup di air untuk
menjaga kelembaban dan suhu tubuhnya. Sedangkan pacet (Haemodipsa zeylanica)
adalah binatang melata yang hidup melekat pada daun-daun, batang-batang pohon,
dan ada di dalam tanah yang lembab atau basah. Lintah dan pacet adalah hewan yang
tergabung dalam filum Annelida subkelas Hirudinea. Terdapat jenis lintah yang dapat
hidup di daratan, air tawar, dan laut. Seperti halnya kerabatnya, Oligochaeta, mereka
memiliki klitelum. Seperti cacing tanah, lintah juga hermaprodit (berkelamin ganda).
Lintah obat Eropa, Hirudo medicinalis, telah sejak lama dimanfaatkan untuk
pengeluaran darah (plebotomi) secara medis (Wijaya, 2007).
59
Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Anda pasti
sudah mengetahui bila lintah merupakan hewan pengisap darah, pada tubuhnya
terdapat alat pengisap di kedua ujungnya yang digunakan untuk menempel pada
tubuh inangnya. Pada saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa
sakit dan mengeluarkan zat antipembekuan darah sehingga darah korban tidak akan
membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan menjatuhkan dirinya ke
dalam air (Aryulina, 2006).
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit
dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya
berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau
tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang
sendiri (Aryulina, 2006).
Polychaeta Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut (poly =
banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Nereis viren, Eunice
viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua jenis terakhir sering
dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku. Oligochaeta Habitatnya di tanah,
memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing
tersebut adalah : Lumbricus terestris dan Pheretima sp. (keduanya disebut cacing
tanah). Mempunyai organ KIitellum yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar
kelamin. Pernafasan dilakukan oleh pemukaan tubuhnya. Makanan diedarkan ke
seluruh tubuh dengan sistem peredaran darah. Contoh lain Moniligaster houtenii
(endemik di Sumatera). Hirudinae Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi
menghasilkan zat antikoagulasi (anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin
(Ferdinand, 2008).
beberapa ruas. Oviduct memanjang ke anterior dan menyatu membentuk vagina dan
gonopore pada pertengahan ruas XI di belakang spermatopore. Pada beberapa linta
terdapat kelenjar di sekitar bagian oviduct dan vagina yang berperan dalam pelekatan
telur (Mikrajuddin, 2007).
Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga
memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin,
sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi
memompa darah ke seluruh tubuh Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di
dalam tanah dengan cara menggali tanah. Kemampuannya yang dapat menggali
bermanfaat dalam menggemburkan tanah. Manfaat lain dari cacing ini adalah
digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi
hewan. (Aryulina, 2006).
Cara makan sesuai dengan kebiasaan hidup Raptorial feeder: avertebrata kecil
ditangkap dengan pharink/probosis yang dijulurkan, terdapat rahang kitin Deposit
feeder: menelan pasir & lumpur dalam lorong; bahan organik dicerna & partikel
mineral dikeluarkan via anus, atau melalui tentakel cilia yang berlendir Filter feeder:
tidak punya probosis tutup kepala dilengkapi radiola untuk menyaring detritus &
plankton (Wijaya, 2007)
Cacing Polychaeta merupakan makanan alami yang baik bagi udang windu
(Panaeus monodon) di tambak, menjadikan warna udang lebih cemerlang sehingga
meningkatkan mutu dan nilai jual dari udang tersebut. Menurut penelitian yang
pernah dilakukan bahwa cacing adalah sumber protein yang cukup tinggi. Cacing
tanah juga mengandung banyak asam amino dengan kadar yang tinggi sekitar 76%
atau 50% (Aslan, dkk, 2006).
62
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 November 2011, pukul
13.00 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Alat dan bahan beserta kegunaanya
No Nama Alat Kegunaan
A. Alat
2. Baki Untuk meletakkan organism yang akan diamati
3. Pisau Bedah Untuk membedah organism yang diamati
4. Alat tulis Untuk mencatat dan menggambar hasil pengamatan
5. Toples Untuk menyimpan bahan pengamatan yang diambil
dari laut
6. Pinset Untuk mengambil bahan dari toples
7. Buku Untuk Mengidentifikasi Struktur Tubuh obyek yang
Identifikasi diamati
B Bahan
1. Cacing Laut Sebagai obyek yang diamati
(Nereis sp.)
2. Cacing Sebagai obyek yang diamati
Tanah
(Lumbricus Sebagai obyek yang diamati
terrestris)
3. Lintah Sebagai obyek yang diamati
(Hirudo sp.)
4. Alkohol Untuk mengawetkan bahan pengamatan
70%
Keterangan:
1. Antena
2. Mulut
3. Segmen Tubuh
4. Anus
Keterangan:
1. Mulut
2. Clitelum
3. Segmen tubuh
4. Anus
Keterangan:
1. Mulut
2. Anus
3. Antena
4. Bintik tubuh
5. Kaki Jalan
4.2. Pembahasan
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang berarti
bentuk. Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang bentuk tubuhnya
bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang. Annelida dapat hidup di berbagai
tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan. Umumnya hidup bebas, meskipun ada
juga yang bersifat parasit. Cacing ini Filum Annelida terdiri dari cacing berbuku-buku
seperti cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya
pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan (segmentasi) yang berbeda.
Annelida memiliki coelom yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih
kompleks. Terdapat sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar dan daratan, terbagi menjadi
tiga kelas.
Annelida adalah hewan triploblastik yang sudah mempunyai rongga sejati
sehingga disebut triploblastik selomata. Annelida memiliki sistem peredaran darah
tertutup, dengan pembuluh darah memanjang sepanjang tubuhnya serta bercabang-
cabang di setiap segmen. Annelida mempunyai bentuk tubuh simetri bilateral, dengan
tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan kutikula. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-
ruas tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Meskipun
demikian, antara ruas satu dan lainnya tetap berhubungan sehingga terlihat bentuk
seperti cincin yang terkoordinasi. Sistem saraf annelid terdiri dari sebuah otak yang
terhubunga dengan serabut saraf ventral, dengan sebuah ganglion di setiap segmen.
Annelida memiliki sistem pencernaan yang lengkap termasuk faring, lambung, usus,
dan kelenjar pencernaan. Pengeluaran dengan nefridia di setiap segmen
mengumpulkan zat sampah dari coelom dan mengekskresikannya keluar tubuh.
Untuk Pengamatan Cacing Laut (Nereis sp.), hewan ini termasuk dalam kelas
Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Struktur morfologi pada
Cacing Laut terdiri dari Mulut, antenna dan segmen tubuh serta anus. Mulut berfungsi
sebagai organ pencernaan yang pertama kali digunakan. Dimana saat makanan
dimasukkan kedalam mulut terjadi proses pencernaan mekanik. Sedangkan antenna
berfungsi sebagai alat indra untuk mendeteksi mangsa dan merasakan kehadiran
predator. Begitupula untuk segmen tubuh yang merupakan cirri khas filum annelid,
dimana berfungsi sebagai pembentuk struktur tubuh. Menurut Aryulina (2006) bahwa
Cacing laut memiliki Parapodia adalah kaki seperti dayung (sirip) digunakan untuk
berenang sekaligus bertindak sebagai alat pernafasan. Setae adalah bulu-bulu yang
melekat pada parapodia, yang membantu polychaeta melekat pada substrat dan juga
membantu mereka bergerak. Cacing kerang, seperti Nereis adalah pemangsa yang
aktif. Banyak yang memiliki kepala yang berkembang baik, dengan rahang bagus,
mata dan organ peraba lainnya.
Untuk Pengamatan Cacing Tanah (Lumbricus terrestris), merupakan hewan
yang masuk dalam kelas Oligochaeta contohnya adalah cacing tanah, yang cenderung
memiliki sedikit setae yang bergerombol secara langsung dari tubuhnya. Dalam
pengamatan cacing tanah memiliki mulut, segmen tubuh dan anus. Menurut Wijaya
(2007) Cacing tanah memiliki kepala atau parapodia yang kurang berkembang.
Pergerakannya dengan gerak terkoordinasi dari otot-otot tubuh dibantu dengan setae.
Cacing tanah tinggal dalam tanah lembab, karena badan yang lemnan digunakan
65
untuk pertukaran udara. Cacing tanah adalah pemakan sampah yang mengekstraks
sisa-sisa bahan organic dari tanaha yang dimakan. Faring berotot menarik makanan
ke mulut, makanan yang sudah dicerna disimpan di tembolok lalu ke rempela. Sistem
pembuangan (ekskresi) berupa tabung nephridia bergelung di setiap segmen dengan
dua lubang; satu corong bersilia yang mengumpulkan cairan coelom, dan satu lainnya
adalah lubang keluar tubuh. Antar dua lubang itu, tabung nephridia membuang zat
sampah dari saluran peredaran darah. Darah merah bergerak ke arah dengan sebuah
pembuluh darah dorsal dan dipompa oleh lima pasang jantung (lengkung aorta)
menuju pembuluh ventral. Cacing tanah bersifat hermaphrodit, memilliki testis
dengan saluran semen, dan ovarium dengan penerima semen. Perkawinan dilakukan
dengan melibatkan dua cacing yang saling parallel dalam posisi berlawanan dan
saling bertukar sperma. Setiap cacing memiliki klitellum yang mengeluarkan lendir,
untuk melindungi sperma dan telur dari kekeringan.
Pengamatan Lintah (Hurrudo sp.) masuk dalam Kelas Hirudinea. Kebanyakan
tinggal di air tawar, tetapai ada yang di laut atau daratan. Dari pengamatan terlihat
Lintah memiliki mulut, anus, antenna dan kaki jalan. Seluruhnya memiliki fungsi
yang sama pada Cacing Laut. Menurut Aryulina (2006) bahwa Setiap gelang tubuh
memiliki beberapa alur mendatar. Lintah memunculkan pengisap anterior kecil sekitar
mulutnya dan pengisap posterior yang besar. Meskipun beberapa diantaranya adalah
predator yang hidup bebas, kebanyakan adalah pemakan cairan. Pengisap darah dapat
mencegah penggumpalan darah dengan zat hirudin yang dikeluarkan dari ludah.
66
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya alat
praktikan dilengkapi dengan lup ataupun mikroskop, agar nantinya praktikan dapat
mengamati struktur anatomi dari semua organisme yang diamati.
67
I. PENDAHULUAN
Crustacea adalah suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari kurang
lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu
subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster,
kepiting, udang, udang karang, serta teritip.Mayoritas merupakan hewan akuatik,
hidup di air tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan
kehidupan darat, seperti kepiting darat.Mayoritas dapat bebas bergerak, walaupun
beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya. Tubuh
Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi
satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih
lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit.
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu
(sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks
dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1
pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga
terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian
abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada
udang betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya.
Sistem pencernaan Crustacea dimulai dari mulut, kerongkong, lambung, usus, dan
anus. Sisa metabolisme akan diekskresikan melalui sel api.
Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana
ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba), mata (indra
penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan). Hewan-hewan Crustacea bernapas
dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya dan sistem peredaran darah yang
dimilikinya adalah sistem peredaran darah terbuka. O2 masuk dari air ke pembuluh
insang, sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan diedarkan ke
seluruh tumbuh tanpa melalui pembuluh darah. Golongan hewan ini bersifat diesis
(ada jantan dan betina) dan pembuahan berlangsung di dalam tubuh betina (fertilisasi
internal). Untuk dapat menjadi dewasa, larva hewan akan mengalami pergantian kulit
(ekdisis) berkali-kali.
Crustacea dibagi menjadi 2 sub-kelas, yaitu Entomostraca (udang-udangan
rendah) dan Malacostrata (udang-udangan besar). Entomostraca umumnya
berukuran kecil dan merupakan zooplankton yang banyak ditemukan di perairan laut
atau air tawar. Golongan hewan ini biasanya digunakan sebagai makanan ikan,
contohnya adalah ordo Copepoda, Cladocera, Ostracoda, dan Amphipoda.
Sedangkan, Malacostrata umumnya hidup di laut dan pantai. Yang termasuk ke
dalam Malacostrata adalah ordo Decapoda dan Isopoda. Contoh dari spesiesnya
adalah udang windu ( Panaeus), udang galah (Macrobanchium rosenbergi), rajungan
( Neptunus pelagicus), dan kepiting ( Portunus sexdentalus).
Struktur tubuh crustacea secara philogeny lebih maju dibandingkan dengan
filum annelid. Dimana dalam sistem anatomi telah dilengkapi dengan organ-organ
68
2.1. Klasifikasi
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh
selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas
pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang
mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas
terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson (Nurtidjo,
2003).
Menurut Brotowijoyo (2004), klasifikasi dari udang putih (Panulirus sp.)
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Famili: Parasticidae
Genus :
Panulirus
Spesies: Panulirus sp.
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu
(sefalotoraks) dan perut atau badan belakang (abdomen). Bagian sefalotoraks
dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1
pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga
terdapat sepasang antena, rahang atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian
abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada
udang betina, kaki di bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya.
Sistem pencernaan Crustacea dimulai dari mulut, kerongkong, lambung, usus, dan
anus. Sisa metabolisme akan diekskresikan melalui sel api. Sistem saraf Crustacea
disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana ganglion kepala (otak) terhubung
dengan antena (indra peraba), mata (indra penglihatan), dan statosista (indra
keseimbangan). Hewan-hewan Crustacea bernapas dengan insang yang melekat pada
anggota tubuhnya dan sistem peredaran darah yang dimilikinya adalah sistem
peredaran darah terbuka. O2 masuk dari air ke pembuluh insang, sedangkan CO2
berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan diedarkan ke seluruh tumbuh tanpa
melalui pembuluh darah. Golongan hewan ini bersifat diesis (ada jantan dan betina)
dan pembuhan berlangsung di dalam tubuh betina (fertilisasi internal). Untuk dapat
menjadi dewasa, larva hewan akan mengalami pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali
(Galih, 2008).
Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan
dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar
dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala
terdapat beberapa alat mulut, yaitu, 2 pasang antenna, 1 pasang mandibula, untuk
menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla, 1 pasang maksilliped. Maksilla dan
maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke
mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi
untuk berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan (Ferdinand, 2008).
74
organ kelamin berbentuk segi tiga yang sempit dan dapat meruncing di bagian depan.
Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan di bagian depan agak
tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan oleh ruas abdomennya. Ruas abdomen
kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada kepiting betina berbentuk agak
membulat dan lebih lebar. Dan perkawinan terjadi di saat suhu air mulai
naik,biasanya betina akan mengeluarkan cairan kimiawi perangsang,yaitu pheromone
kedalam air untuk menarik perhatian kepiting jantan,setela jantan berhasil terpikat
maka kepiting jantan akan naik ke atas karapas kepiting betina untuk berganti kulit
(molting),selama kepiting betina molting maka kepiting jantan akan melindungi
kepiting betina selama 2-4 hari sampai cangkang terlepas,kepiting jantan akan
membalikkan tubuh kepiting betina untuk melakukan kopulasi/perkawinan.
biasanya,kopulasi berlangsung 7-12 jam dan hanya akan terjadi jika karapas kepiting
betina dalam ke adan lunak. spermatofor kepiting jantan akan di simpan di dalam
supermateka kepiting betina sampai telur siap di buahi.telur di dalam tubuh kepiting
betina yang suda matang akan turun ke oviduk dan akan di buahi oleh sperma
(Ferdinand, 2008).
Di dalam perut Crustacea terdapat gigi-gigi kalsium yang teratur berderet secara
longitudinal. Selain gigi kalsium ini terdapat pula batu-batu kalsium gastrolik
yang berfungsi mengeraskan eksoskeleton (rangka luar) setelah terjadi eksdisis
(penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut,
kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati (hepar) terletak
di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh diekskresikan lewat kelenjar hijau
(Zaldi, 2009).
76
Jenis Crustacea yang menguntungkan manusia dalam beberapa hal, antara lain
Sebagai bahan makanan yang berprotein tinggi, misal udang, lobster dan kepiting
Dalam bidang ekologi, hewan yang tergolong zooplankton menjadi sumber makanan
ikan, misal anggota Branchiopoda, Ostracoda dan Copepoda (Galih, 2008).
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 November 2011, pukul
13.00 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Alat dan bahan beserta kegunaanya
No Nama Alat Kegunaan
A. Alat
1. Baki Untuk meletakkan organism yang akan diamati
2. Pisau Bedah Untuk membedah organism yang diamati
3. Alat tulis Untuk mencatat dan menggambar hasil pengamatan
4. Toples Untuk menyimpan bahan pengamatan yang diambil
dari laut
5. Pinset Untuk mengambil bahan dari toples
6. Buku Identifikasi Untuk Mengidentifikasi Struktur Tubuh obyek yang
diamati
2 Bahan
1. Kepiting Rajungan
(Portunus Sebagai obyek yang diamati
pelagicus)
2. Kepiting Bakau Sebagai obyek yang diamati
(Scylla serrata)
3. Udang Putih Sebagai obyek yang diamati
(Penaeus
merguensis)
4. Udang Windu Sebagai obyek yang diamati
(Penaeus
monodon)
5. Lobster Air Laut Sebagai obyek yang diamati
(Penularis spp.)
6. Alkohol 70% Untuk mengawetkan bahan pengamatan
78
Keterangan:
1. Mata
1. Karapaks
2. Kaki jalan 1
3. Kaki Jalan 2
4. Kaki Jalan 3
5. Kaki Renang
Keterangan:
1. Mata
2. Karapaks
3. Kaki Jalan 1
4. Kaki jalan 2
5. Kaki Jalan 3
6. Propondus
7. Carpus
8. Merus
9. Kaki Renang
Keterangan:
1. Antena
2. Antenula
3. Kaki Jalan
4. Perut
5. Telson
6. Karapaks
Keterangan:
1. Antena
2. Antenula
3. Kaki Jalan
4. Perut
5. Telson
6. Karapaks
Keterangan:
1. Antena
2. Karapaks
3. Badan
4. Ekor
5. Kaki Jalan
6. Mata
7. Ruas-Ruas Tubuh
4.2. Pembahasan
kepala/anterior terdapat karapak yang keras. Menurut Murtidjo (2003) bahwa Tubuh
udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan.
Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari
13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan
abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota
badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor
kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing. Bagian Kepala Bagian kepala
dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan
melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada
bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P.
monodon.
Bagian kepala lainnya adalah, Sepasang mata majemuk (mata facet)
bertangkai dan dapat digerakkan. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan
rahang (mandibula) yang kuat. Sepasang sungut besar atau antena. Dua pasang sungut
kecil atau antennula. Sepasang sirip kepala (Scophocerit). Sepasang alat pembantu
rahang (Maxilliped). Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua
dan ketiga bercapit yang dinamakan chela. Pada bagian dalam terdapat
hepatopankreas, jantung dan insang. Bagian Badan dan Perut (Abdomen) Bagian
badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis.
Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai
dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan
bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang
meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati
adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas
keenam.
Pengamatan untuk udang putih memiliki kesamaan dengan udang windu,
hanya saja dibedakan atas ukuran tubuh dan warna keduanya. Pada udang windu
struktur tubuhnya terlihat lebih jelas dikarenakan ukuran organ tubuhnya lebih besar
dibandingkan dengan udang putih. Kemudian untuk pengamatan Lobster (Penularis
spp.) Hampir sama dengan struktur morfologi udang, hanya saja ukuran antenanya
lebih panjang dan besar dibagian anteriornya terdapat sepasang mata, memiliki
karapaks yang berduri, dibawahnya terdapat kaki-kaki jalan dan pada bagian badanya
memiliki ruas-ruas tubuh yang keras sama dengan karapaksnya. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Murtidjo (2003) bahwa Tubuh lobster terbagi dua bagian, yaitu
bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan terdiri dari bagian kepala dan dada.
Kedua bagian itu disebut chepaalotorax. Kepala udang ditutupi oleh cangkang kepala,
yang disebut karapas.
Kelopak kepala bagian depan disebut rostrum atau cucuk kepala. Bentuknya
runcing dan bergerigi. Kepala lobster terdiri dari enan ruas. Pada bagian itu terdapat
beberapa organ lain. Sepasang mata berada pada ruas pertama. Kedua mata itu
memiliki tangkai dan bisa bergerak. Pada ruas kedua dan ketiga terdapat sungut kecil,
yang disebut antenula, dan sungut besar yang disebut antena. Bagian belakang terdiri
dari badan dan ekor. Kedua bagian itu disebut abdomen. Pada bagian atas abdomen
ditutupi dengan enam buah kelopak. Sedangkan bagian bawahnya tidak tertutu, tetapi
berisi kaki enam kaki renang. Ekor terdiri dari bagian tengah yang disebut telson, dan
84
bagian samping yang disebut uropda. Bagian depanBagian depan terdiri dari bagian
kepala dan dada. Kedua bagian itu disebut chepaalotorax. Kepala udang ditutupi oleh
cangkang kepala, yang disebut karapas. terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua
bagian itu disebut chepaalotorax. Kepala udang ditutupi oleh cangkang kepala, yang
disebut carapace atau karapaks.
85
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya
praktikan dilengkapi dengan alat pembuka cangkang dan capit dari kepiting, agar
nantinya praktikan dapat mengamati struktur anatomi dari organism yang
dipraktekkan.
86
I. PENDAHULUAN
Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah
filum hewan laut yang mencakup bintang laut, Teripang, dan beberapa kerabatnya.
Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul
di periode Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan
13.000 spesies yang sudah punah. Lima atau enam kelas (enam bila
Concentricycloidea dihitung) yang masih hidup sekarang mencakup Asteroidea
bintang laut: sekitar 1.500 spesies yang menangkap mangsa untuk makanan mereka
sendiri Concentricycloidea, dikenal karena sistem pembuluh air mereka yang unik
dan terdiri dari hanya dua spesies yang baru-baru ini digabungkan ke dalam
Asteroidea. Crinoidea (lili laut): sekitar 600 spesies merupakan predator yang
menunggu mangsa. Echinoidea (bulu babi dan dolar pasir): dikenal karena duri
mereka yang mampu digerakkan; sekitar 1.000 spesies. Holothuroidea (teripang atau
ketimun laut): hewan panjang menyerupai siput; sekitar 1.000 spesies. Dan
Ophiuroidea (bintang ular dan bintang getas), secara fisik merupakan ekinodermata
terbesar; sekitar 1.500 spesies.
Semua echinodermata hidup di laut. Sebagian besar spesies mampu bergerak
dengan merangkak dan sangat lambat. Kelompok echinodermata yang sessil hanyalah
lilia laut. Nama echinodermata sendiri berarti berkulit duri, tampilan khusus anggota
filum ini. Tepat dibawah kulitnya, duri dan lempeng kapurnya membentuk kerangka.
Ciri lain echinodermata adalah simetri pentaradial: tubuhnya berkembang dalam
bidang lima antimere yang memancar dari sebuah cakram pusat dimana mulutnya
berada di tengah. Sistem pencernaannya lengkap, walaupun anus tidak berfungsi.
Echinodermata tidak memiliki kepala dan tidak memiliki sistem pembuangan dan
pernapasan. Mereka memiliki sistem peredaran air yang terdiri dari sederet tabung
berisi cairan yang dipakai dalam pergerakan. Perubahan tekanan di sistem ini
memungkinkan seekor echinodermata merenggangkan dan menarik kaki tabung. Kaki
tabung dipakai untuk bergerak dan pada beberapa spesies dipakai untuk menangkap
mangsa. Pada echinodermata, jenis kelamin terpisah.
Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan
dan betina. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Sistem pencernaan
makanan hewan ini sudah sempurna. Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang
posisinya berada di bawah permukaan tubuh. Kemudian diteruskan melalui faring, ke
kerongkongan, ke lambung, lalu ke usus, dan terakhir di anus. Echinodermata
bernafas menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchiae (Papulae) yaitu
penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Sistem peredaran darah terdiri
dari pembuluh darah yang mengelilingi mulut dan dihubungkan dengan lima buah
pembuluh radial ke setiap bagian lengan Sistem saraf terdiri dari cincin saraf dan tali
saraf pada bagian lengan-lengannya. Hubungan kekerabatan dengan filum lain
Echinodermata memiliki hubungan kekerabatan dengan Mollusca hal ini dapat dilihat
dari habitatnya yaitu di laut, dan beberapa hewan anggota kelas echinodermata
87
2.1. Klasifikasi
Teripang atau trepang adalah istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata
timun laut (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut
diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik Barat. Di dalam jurnal-jurnal internasional, istilah
trepang atau beche-de-mer tidak pernah dipakai dalam topik-topik keanegaragaman,
biologi, ekologi maupun taksonomi. Dalam subyek-subyek ini, terminologi yang
dipakai untuk menggambarkan kelompok hewan ini adalah sea cucumbers atau
holothurians (disebut holothurians karena hewan ini dimasukkan dalam kelas
89
Holothuroidea). Kelompok timun laut yang ada di dunia ini lebih dari 1200 jenis, dan
sekitar 30 jenis di antaranya adalah kelompok teripang (Martoyo dkk, 2006).
Menurut Astuti (2007), Bintang Laut (Protoreaster nodosus) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Sub filum : Invertebrata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Valvatida
Famili : Presteridae
Genus : Protoreaster
Spesies : Protoreaster nodosus
Asteroidea sering disebut sebagai bintang laut, sesuai dengan namanya itu,
hewan ini memiliki bentuk seperti bintang dengan lima lengan pada tubuhnya. Pada
permukaan tubuhnya dilengkapi dengan duri. Organ tubuh yang dimiliki bercabang
kelima buah lengannya. Hewan ini banyak sekali dijumpai di daerah pantai. Pada
permukaan bawah tubuhnya terdapat mulut dan kaki tabung yang digunakan untuk
bergerak. Pada bagian atas atau aboral terdapat anus dan madreporit yang merupakan
saluran penghubung air laut dengan sistem pembuluh air yang ada dalam tubuh.
Contoh: Astropecten irregularis, Culeitin (Ferdinand, 2008).
90
Hewan ini disebut juga sebagai bintang ular laut karena tubuhnya memiliki lima
lengan yang apabila digerak-gerakkan menyerupai gerakan ular. Selain itu, hewan ini
tidak memiliki anus sehingga sisa pencernaannya dikeluarkan lewat mulutnya. Hewan
ini biasa hidup di laut yang dalam ataupun laut dangkal. Banyak dijumpai di balik
batu karang ataupun mengubur dirinya dalam pasir. Hewan ini makanannya adalah
udang, kerang, ataupun sampah dari organisme lain, contohnya adalah Ophioplocus
(Kurmana, 2007).
Menurut Kuncoro (2004), Bulu Babi (Deadema setosum) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Sub filum : Invertebrata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Deadematoidea
Famili : Deadematodaci
Genus : Deadema
Spesies : Deadema setosum
91
Hewan ini termasuk dalam kelas Echinoidea, Bentuk tubuh bulat dan diliputi
duri yang banyak, contoh Diadema (bulu babi) dan Echinus (landak laut). Mulut
terletak di bagian oral dan dilengkapi dengan 5 buah gigi, sedangkan madreporit,
anus, dan lubang kelamin terletak di bagian aboral (Kurmana, 2007).
Tubuh binatang ini dipenuhi duri tajam yang tersusun dari zat kapur. Ada duri
yang pendek dan ada pula yang panjang seperti landak sehingga jenis hewan ini
sering disebut landak laut. Jenis hewan ini biasanya hidup di sela-sela pasir atau sela-
sela bebatuan sekitar pantai atau di dasar laut. Tubuhnya tanpa lengan hampir bulat
atau gepeng, mulutnya yang terdapat di permukaan oral dilengkapi dengan 5 buah
gigi sebagai alat untuk mengambil makanan. Hewan ini memakan bermacam-macam
makanan di aut, misalnya hewan lain yang telah mati, atau organisme kecil lainnya.
Alat pengambil makanan digerakkan oleh otot yang disebut lentera arisoteteles.
Sedangkan anus, madreporit, dan lubang kelamin terdapat di permukaan atas
(Aryulina, 2006).
tubuhnya dan tidak mempunyai otak. Lubang pengeluaran dan pori genitalnya berada
di bagian atas tubuhnya. Bulu babi berkembangbiak secara fertilisasi eksternal. Bulu
babi merupakan binatang invertebrata berkulit keras yang nokturnal dan bergerak
lambat (Fitriana, 2007).
Teripang kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis
Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun dan disebut mentimun laut atau disebut
juga teripang. Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai. Gerakannya tidak kaku,
fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan. Rangkanya direduksi berupa butir-
butir kapur di dalam kulit. Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung
posterior (aboral). Di sekeliling mulut terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10
sampai 30 buah. Tentakel dapat disamakan dengan kaki tabung bagian oral pada
Echinodermata lainnya. Tiga baris kaki tabung di bagian ventral digunakan untuk
bergerak dan dua baris di bagian dorsal berguna untuk melakukan pernafasan.
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam
lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Memiliki banyak endoskeleton
yang tereduksi. Tubuhnya juga memanjang tertutup oleh kulit yang berkutila dan
tidak bersilia dibawah kulit terdapat dermis yang mengandung osikula, selapis otot
94
melingkar, dan 5 otot ganda yang memanjang. Dengan adanya lengan otot ini, timun
laut dapat bergerak memanjang memendek seperti cacing (Suwignyo, 2005).
Habitat bintang laut ini adalah di terumbu karang, terutama di lereng terumbu
pada kedalaman 2 sampai 6 m. Ada yang ditemukan di paparan terumbu yang terbuka
pada saat air surut dan ada yang ditemukan di terumbu karang hidup pada kedalaman
33 m. Di Great Barrier Reef, Australia, hewan ini dijumpai di semua kedalaman yang
tidakmelebihi 60 m (Aryulina, 2006).
Teripang dapat ditemukan hampir di seluruh perairan pantai. Teripang lebih
menyukai perairan jernih dan air yang relatif tenang. Namun, setiap jenis teripang
memiliki habitat yang spesifik. Sumber makanan utama teripang di alam adalah
kandungan organik dalam lumpur, detritus (sisa pembusukan bahan organik), dan
plankton. Sumber makanan lainnya diantaranya adalah organisme-organisme kecil,
protozoa, nematoda, algafilamen, rumput laut, partikel-partikel pasir (Muliandari,
2008).
Reproduksi seksual pada anggota filum ini umumnya melibatkan hewan jantan
dan betina yang terpisah (dioecious) dan pembebasan gamet dilakukan di air. Hewan
dewasa yang radial berkembang dari larva bilateral melalui proses metamorfosis.
Filum Echinodermata umumnya terbagi menjadi 5 kelas, antara lain asteroidea
(bintang laut0 ophiuroidea (bintang mengular), echinoidea (bulu babi dan dolar pasir),
crinoidea (lili laut dan bintang berbulu), serta holothuroidea (timun laut atau teripang)
(Aryulina, 2006).
Echinodermata mempunyai jenis kelamin terpisah, sehingga ada yang jantan
dan betina. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, yaitu di dalam air laut. Telur yang telah
dibuahi akan membelah secara cepat menghasilkan blastula, dan selanjutnya
berkembang menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi larva. Larva atau
disebut juga bipinnaria berbentuk bilateral simetri. Larva ini berenang bebas di dalam
95
air mencari tempat yang cocok hingga menjadi branchidaria, lalu mengalami
metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa (Susilowarno, 2007).
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2 Desember 2011, pukul
13.00 15.00 WITA dan bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Alat dan bahan beserta kegunaannya yang digunakan pada praktikum ini dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Alat dan bahan beserta kegunaanya
No Nama Alat Kegunaan
A. Alat
1. Baki Untuk meletakkan organism yang akan diamati
2. Pisau Bedah Untuk membedah organism yang diamati
3. Alat tulis Untuk mencatat dan menggambar hasil pengamatan
4. Toples Untuk menyimpan bahan pengamatan yang diambil
dari laut
5. Pinset Untuk mengambil bahan dari toples
6. Buku Identifikasi Untuk Mengidentifikasi Struktur Tubuh obyek yang
diamati
2 Bahan
1. Teripang
(Holothuria Sebagai obyek yang diamati
scabra)
2. Bintang Laut Sebagai obyek yang diamati
(Protoreaster
nodosus)
3. Bulu babi Sebagai obyek yang diamati
(Diadema sitosum)
4. Bintang Ular Laut Sebagai obyek yang diamati
(Ophiutricodea
nereidina)
5. Alkohol 70% Untuk mengawetkan bahan pengamatan
98
Keterangan:
1. Duri tubuh
2. Anus
3. Kepala/mahkota
Keterangan:
1. Madreporit
2. Anus
3. Duri
4. Lengan
5. Kaki Tabung
Keterangan:
1. Duri
2. Mata
3. Mulut
Keterangan:
1. Mulut
2. Lengan atas
3. Lengan
4. Duri
4.2. Pembahasan
kekuningan dan berubah menjadi kecoklatan bila sudah matang. Sementara organ
kelamin jantan berwarna bening keputihan.
Pengamatan selanjutnya adalah mengamati bentuk dan struktur tubuh bintang
laut. Terlihat tubuhnya membujur 5 bagian. Diantara duri-duri tubuhnya terdapat pori-
pori yang berwarna cokelat/hitam keabuan membentuk bulatan kecil yang disebut
madreporit berfungsi sebagai tempat masuknya air kedalam tubuh. Sedangkan
dibagian bawahnya terdapat kaki tabung yang digunakannya untuk berjalan. Menurut
Aryulina (2006) bahwa Bentuk seperti bintang laut atau segi lima, permukaan bawah
(oral) terdapat mulut,permukaan atas (adoral) terdapat anus. Kaki pembuluh terdapat
pada permukaan oral, pada permukaan adoral selain terdapat anus juga terdapat
madreporit yaitu lobang yang mempunyai saringan yang menghubungkan air laut
dengan sistem pembuluh air dan lobang kelamin.
Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan pada bintang ular laut, tubuhnya
memiliki 5 lengan yang panjang-panjang. Kelima tangan ini juga bisa digerak-
gerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu hewan jenis ini sering disebut
bintang ular laut (Ophiuroidea nereidina). Menurut Aryulina (2006) bahwa Mulut dan
madreporitnya terdapat di permukaan oral. Hewan ini tidak mempunyai anus,
sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan
melalui mulutnya. Hewan ini hidup di laut yang dangkal atau dalam. Biasanya
bersembunyi di sekitar batu karang, rumput laut, atau mengubur diri di lumpur/pasir.
Ia sangat aktif di malam hari. Makanannya adalah udang, kerang atau serpihan
organisme lain (sampah).
Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan struktur tubuh bulu babi, terlihat
tubuhnya dipenuhi dengan duri-duri yang panjang layaknya landak. Diantara duri-
duri ini terdapat duri halus dibagian bawah tubuhnya yang berfungsi untuk
melekatkan tubuhnya saat berjalan disubstrat/mendaki. Memiliki mata dan mulut.
Menurut Fitriana (2007) bahwa untuk struktur bulu babi, tubuhnya dipenuhi duri
tajam. Duri ini tersusun dari zat kapur. Duri ini ada yang pendek dan ada pula yang
panjang seperti landak. Itulah sebabnya jenis hewan ini sering disebut landak laut.
Jenis hewan ini biasanya hidup di sela-sela pasir atau sela-sela bebatuan sekitar pantai
atau di dasar laut. Tubuhnya tanpa lengan hampir bulat atau gepeng.
103
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah sebaiknya hewa-
hewan yang telah diamati, diawetkan dan diberikan keterangan berdasarkan hasil
identifikasi praktikan untuk kepentingan praktikum selanjutnya, kemudian untuk
penyusunan laporan lengkap sebaiknya seluruh asisten memiliki cara pengoreksian
laporan yang sama, agar kami praktikan tidak terus-menerus mengulangi perbaikan
laporan karena perbedaan cara pengoreksian asisten, selain menghabiskan biaya, juga
menghabiskan waktu dan tenaga.
104
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. 2004. Budidaya Udang Windu. Agromedia Pustaka. Bogor. 70 hal. Aryasari,
R. 2006. Sistematika dan taksonomi invertebrata (karang, moluska, spons);
biodiversitas pada ekosistem terumbu karang; biospeleologi. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta. 113 hal.
Aslan, M., Wa Iba., Kamri, S., Irawati., Subhan., Purnama, F. M., Jaya, I. M.,
Rahmansyah., Sputra, R., Tiar, S., Mulyani, T., Kasendri, R. A., Zhuhuriani,
Riana, A. 2011. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari. 25 hal.
Astuti, L., S. 2007. Klasifikasi Hewan. PT Kawan Pustaka. Jakarta Selatan. 112 hal.
Aryulina, D. 2006. Biologi 1. Esis. Jakarta. 340 hal.
Brotowidjoyo. 2000. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta. 439 hal.
Campbell, N. 2003. Biologi edisi 5 Jilid 2. Erlangga. Jakarta. 366 hal.
Darmadi. 2010. Ekosistem Terumbu Karang Di Indonesia. Pustaka Media. Surabaya.
22 hal.
Ferdinand, F. P., Ariwibowo, M. 2008. Biologi 1. Grafindo. Jakarta. 178 hal. Fitriana,
P., Rahmatiyah, D. 2007. Hewan Laut. JP Books. Jakarta. 52 hal. Firmansyah, R.
2005. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama.
Jakarta. 209 hal.
Galih, P. 2008. Mengnal Filum Crustacea. IPB Press. Bogor. 46 hal.
Isharwanto, H. 2010. Biologi. Grafindo. Jakarta. 213 hal.
Kadaryanto, Jati, W., Mukido, Chalsum, U., Sarmini, S., Harsono. 2006. Biologi I.
Yudistira. Jakarta. 238 hal.
Kuncoro, E. 2004. Akuarium Laut. Kanasius. Yogyakarta. 160 hal.
Kurmana, O. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama. Jakarta. 338
hal.
Kusnadi, Muhsinin S., Yayan S. 2010. Buku saku biologi SMA. Kawan Pustaka.
Jakarta. 561 hal.
Martoyo, J., Aji, N., Winanto, T., 2006. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya.
Depok. 77 hal.
Mikrajuddin, Saktiyono, Lutfi. 2007. Ipa Terpadu. Erlangga. Jakart. 280 hal.
Mudjiono, Suparman, M., 2000. Sekilas tentang Kerang Lentera. Lipi. Jakarta. Vol.
XVII, hal 159-166.
Muliandari, N. 2008. Teknik Budidaya Teripang. Bioteknologi Hewan. Jakarta.
Natadisastra, D., dan Agoes R., 2005. Kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang
diserang. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 328 hal.
Nurtidjo, B., A. 2003. Benih Udang Windu Skala Kecil. Kanisius. Yogyakarta. 18 hal.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lipi Press.
Jakarta. 331 hal.
Nuri, H. 2009. Buku Kantong Biologi. Pustaka Widyatama. Yogyakarta.
Pratiwi. D.A. 2004. Biologi SMA Kelas XI. Gramedia. Jakarta. 132 hal.
Regia. 2008. Keanekaragaman Moluska. Kendi Mas Media. Yogyakarta. 85 hal.
105
Romimohtarto, K. Dan Juana S., 2001, Biologi Laut. Jambatan. Jakarta. 256 hal.
Rukmana, R. 2006 Budidaya Cacing Tanah. Kanisius. Yogyakarta. 20 hal.
Rusyana, A. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Parktik). Alfabeta. Bandung. 282
hal.
Setiowati, Tety dan Deswaty Furqonita. 2007. Biologi Interaktif. Azka Press. Jakarta.
217 hal.
Susilowarno, G., Sapto H., Mulyadi, Murtianingsih, Umiyari, Enik M. 2007. Biologi.
Grafindo. Jakarta. 343 hal.
Suprapto, D. 2000. Budidaya Kepiting Bakau. Undip Press. Yogyakarta. 114 hal.
Suwignyo, S., Bambang, W., Yusli, W., dan Majariana, K. 2005. Avertebrata Air
Jilid I. Swadaya. Jakarta. 227 hal.
Trimaningsih. 2008. Mengenal Ubur-Ubur. Pulsit Oseanografi LIPI. Jakarta. 7 hal.
Winarni, I. 2010. Filum Coelenterata. Belajar Biologi. Pustaka Widyatama. Surabaya
124 hal.
Wijaya, J. 2007. Biologi Interaktif. Azka Press. Jakarta Timur. 217 hal.
Yulia k., Dias N., Siti N., Ilhanul H., Izzuddin A., Radiyta A., Annisa P., Ulin D.,
Anggarawati, Nugraha R., Chandra E. 2011. the biology of brachiopods
biologi brachiopoda.
Zakrinal & Sinta Purnama S. 2008. Jago Biologi SMA. Media Pusindo, Group Puspa
Swara. Depok. 247 hal.
Zaldi, 2009. Filum Crustacea. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Univeritas Muhammadiyah. Pontianak. 38 hal