LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Fisiologi Reproduksi
Yang dibina oleh Ibu Dr. Umie Lestari, M. Si dan Dra. Hj. Nursasi Handayani, M.Si.
Oleh:
Kelompok 2/Offering GHK 2016
Faris Nizarghazi (160342606288)
Dymas Ambarwati (160342606289)
Fatiyatur Rosyidah (160342606212)
Ratri Arum Apsari (160342606243)
Sinta Dewi Misbahol Kurnia (160342606214)
Sumardi (160342606238)
V. PROSEDUR KERJA
Sperma mencit
Perbesaran 40 x 10
2. Setelah Pewarnaan
1. Kelainan pada bagian leher Sperma tidak normal yang
telah mati yang terlihat
A setelah diberi pewarna.
B Berikut bagian-bagiannya:
A. Kepala
C
B. Leher
C. Ekor
2. Kelainan pada bagian kepala
VIII. PEMBAHASAN
1) Morfologi Sperma Mencit
Semen terdiri atas dua komponen, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen
adalah cairan yang berfungsi sebagai medium bagi spermatozoa, diproduksi oleh kelenjar–
kelenjartambahan yaitu kelenjar bulbourethralis (kelenjar cowper), kelenjar prostat dan kelenjar
vesikularis. Spermatozoa adalah sel kelamin (gamet) yang diproduksi di dalam testis melalui
proses spermatogenesis, yang bersama–sama dengan plasma semen akan dikeluarkan melalui
saluran kelamin jantan untuk membuahi sel telur (Soeharso, 1985).
Spermatozoa adalah sel kelamin yang memegang peranan penting dalam proses pembuahan.
Cikal bakal spermatozoa sudah ada sejak embrio berupa sel–sel gonosit yang sudah aktif
mengadakan pembelahan, sehingga menghasilkan spermatogonia (Hafez, 1987). Dijelaskan lebih
lanjut bahwa pada masa pubertas, spermatogonia akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi
Spermatosit I yang kemudian memasuki fase miosis, sehingga membentuk spermatid yang
mempunyai jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel sebelum miosis (haploid).
Spermatid kemudian akan mengalami proses perubahan bentuk melalui tahap–tahap yang
panjang yang disebut dengan proses spermiogenesis dan pada akhir spermiogenesis ini akan
dihasilkan spermatozoa yang mempunyai struktur spesifik sesuai dengan fungsinya untuk
membuahi sel telur. Spermatozoa terdiri atas bagian kepala, leher dan ekor spermatozoa (Hafez,
1987).
Soeharso (1985) melaporkan bahwa kepala spermatozoa berasal dari kondensasi nukleus
spermatid. Kondensasi tersebut meliputi perubahan-perubahan kromatid menjadi lebih ringkas,
pemantapan membran luar menjadi kuat dan pembentukan tudung depan (akrosom). Akrosom
merupakan suatu kantung kecil yang mengandung enzim–enzim yang sangat penting untuk
menembus dinding sel telur pada saat pembuahan. Enzim hialuronidaseberfungsi membuka
dinding luar telur. Bagian leher spermatozoa merupakan bagian yang menghubungkan kepala
dan ekor. Bagian ekor spermatozoa terdiri dari dua bagian ujung (end piece). Pada bagian
pangkal (middle piece) terdapat mitokondria yang telah memanjang dengan susunan teratur
membentuk spiral yang berfungsi dalam kegiatan metabolisme spermatozoa dalam menghasilkan
energi berupa ATP (Adenosin Tri Phosphate) melalui proses respirasi. Gadjahnata (1989)
menyatakan bahwa bagian ujung (end piece) berfungsi sebagai alat mekanik untuk pergerakan
spermatozoa.
Mencit memiliki keuikan sendiri di bagian kepala yang seperti mata kail sama seperti
pada tikus. Sama dengan spermatozoa pada umumnya, bagian-bagian dari spermatozoa mencit
adalah kepala, leher dan ekor. Dimana pada mikroskop banyak sekali ditemukan ribuan
spermatozoa dari mencit yang hidup dan dapat bergerak aktif. Namun disamping itu juga
terdapat beberapa spermatozoa yang mengalami abnormalitas seperti bentuk kepala yang tidak
sempurna, bagian kepala yang tidak terbentuk sampai bagian leher yang melengkung atau
bengkok.
Akbar, B. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi Sebagai Bahan
Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.
Arrrington, LR. 1972. Introductory Laboratory Animal Sciene, The Breeding, Care and
Management of Experimental Animal. The Interstate Printers and Publishers. Inc.
Danville.
Campbell, A. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Gadjahnata, K.H.O. 1989. Biologi Kedokteran I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor.
Hafez, E.S.E. 1987. Semen Evaluation. InHafez, E.S.E (Ed.). Reproduction in Farm Animals.
Lea and Febiger. Philadelphia.
Junqueira, L. C., J. Carneiro, R. O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. 5th. Penerjemah: Tambayang
J., Terjemahan dari Basic Histology. EGC. Jakarta.
Lutjen. 2001. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Malole, M. B. M & C. S. U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan Percobaan di Laboratorium.
Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Partodiharjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Penerbit Mutiara.
Praptomo. 2011. Sains Biologi. Jakarta: Erlangga.
Soeharso, P. 1985. Beberapa Aspek Biokimia Plasma Semen dan Spermatozoa dalam Proses
Reproduksi, Kesuburan dan Seks Pria dalam Perkawinan. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia.
The Fertility Institute. 2009. Analisis Kehamilan. Bandung: ITB.
Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Penerbit Angkasa.