Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN PENGETAHUAN POLUSI UDARA DAN KELUHAN PERNAPASAN

PADA WARGA JALAN RAYA BULUSARI KECAMATAN GEMPOL KABUPATEN


PASURUAN

MAKALAH PROYEK

Ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah Pencemaran Lingkungan


Pada topik Pencemaran Udara
Yang dibina oleh Bapak Dr. H. Sueb, M.Kes
(Email: sueb.fmipa@um.ac.id)
Disajikan pada tanggal 22 November 2018

Oleh :
Ratri Arum Apsari (160342606243)
Offering GHK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
November 2018
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN POLUSI UDARA DAN KELUHAN
PERNAPASAN PADA WARGA JALAN RAYA BULUSARI KECAMATAN
GEMPOL KABUPATEN PASURUAN

Ratri Arum Apsari1 Dr. Sueb M.Kes


Prodi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
sueb.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain
ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengetahuan mengenai polusi udara dan hubungannya dengan keluhan pernapasan
masyarakat. Populasinya adalah warga Jalan Raya Bulusari dan sampel diambil dengan
menggunakan teknik Accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pembagian
kuesioner pada 55 responden. Mean (rerata) untuk pengetahuan polusi udara didapatkan hasil
sebesar 3.88 menunjukkan bahwa pengetahuan warga di daerah tersebut tinggi sedangkan
untuk keluhan pernapasan didapatkan hasil sebesar 2.53 menunjukkan bahwa keluhan
pernapasan tergolong rendah. Kedua data normal namun signifikansinya sebesar 0.144,
artinya p > 0.05 sehingga menunjukkan tidak ada korelasi berarti adanya keluhan pernapasan
pada masyarakat tidak disebabkan karena tinggi atau rendahnya suatu pengetahuan polusi
udara melainkan udara di sekitar Desa Bulusari tercemar dan tidak baik bagi pernapasan.
Kata Kunci: Polusi; Pengetahuan Masyarakat; Keluhan Pernapasan; Dampak
ABSTRACT
Air pollution is the entry or inclusion of substances, energy, and/or other components
into the air by human activities, so the air quality drops to a certain level that causes or affects
human health. The purpose of this study is to find out knowledge about air pollution and its
relationship with community respiratory complaints. The population is the residents of Jln
Raya Bulusari and the samples were taken by using Accidental sampling. Data collection was
carried out by distributing questionnaires to 55 respondents. Mean for knowledge of air
pollution obtained a result of 3.88 shows that the knowledge of residents in the area is high
while for respiratory complaints the results of 2.53 indicate that breathing complaints are
classified as low. Both data are normal but the significance is 0.144, which means that p>
0.05 so that there is no correlation means that breathing complaints in the community are not
caused by high or low knowledge of air pollution but the air around Jln Raya Bulusari is
polluted and not good for breathing.
Keywords: Pollution; Community Knowledge; Respiratory Complaints; Impact
PENDAHULUAN
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau domain kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behaviour) (Notoatmodjo S, 2007).

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya
(PP RI No. 41 Tahun 1999).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, zat polutan meliputi Sulfur
dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro
karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), dan ada beberapa yang dapat
menyebabkan gangguan pernafasan yaitu : pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia
adalah iritasi sistim pernafasan. Hidrokarbon ini masuk dalam paru akan menimbulkan luka
dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker. Bau Khlorin yang menyengat dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Ukuran partikulat debu yang
membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron,
partikulat debu yang masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli dan partikulat yang
lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.

Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,
transportasi, perkantoran dan perumahan. Peningkatan kejadian ISPA dan polusi udara
disebabkan salah satunya pengetahuan yang kurang dan informasi masyarakat yang tidak
tepat. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah pendidikan. Semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula sebaliknya (Nursalam dan Pariani, 2001).

Hasil penelitian di Puskesmas Betungan Kota Bengkulu menunjukkan bahwa dari 94


responden terdapat sebagian kecil responden dari 23 (24,5%) responden memiliki
pengetahuan kurang tentang pengaruh polusi udara, hampir sebagian dari responden dari 45
(47,9%) mengalami penyakit ISPA. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa
pengetahuan masyarakat mengenai polusi udara paling banyak pada adalah pengetahuan
cukup, selain itu juga hasil penelitian ini juga diketahui bahwa masih banyak masyarakat
yang memiliki pengetahuan kurang tentang pengaruh polusi udara terhadap ISPA dan hanya
sebagian kecil saja yang mempunyai pengetahuan baik tentang pengaruh polusi udara
terhadap ISPA (Astuti, 2018). Masih banyaknya masyarakat yang mempunyai pengetahuan
cukup dan kurang hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti menurut Mubarak
(2012) yang menyatakan bahwa pendidikan, informasi, umur, minat, pengalaman dan
kebudayaan.

Pengetahuan masyarakat mengenai polusi udara sangat penting bagi masyarakat terutama
memiliki lingkungan yang tercemar udaranya seperti di wilayah Jln. Raya Bulusari
Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan yang sering dilewati truk pembawa tanah dan
bebatuan. Sehingga penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan masyarakat mengenai polusi udara dan hubungannya dengan keluhan
pernafasan warga sekitar Bulusari.

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengetahuan polusi udara pada warga di Jln. Raya Bulusari
Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan?
2. Bagaimanakah keluhan pernapasan yang sering dialami oleh warga di Jln. Raya
Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan?
3. Apakah ada hubungan antara pengetahuan polusi udara dan keluhan pernapasan
warga sekitar kawasan Jln. Raya Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan?
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetahuan polusi udara pada warga sekitar di kawasan Jln. Raya
Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.
2. Untuk mengetahui keluhan pernapasan yang sering dialami oleh warga sekitar
kawasan Jln. Raya Bulusari Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.
3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan polusi udara dan keluhan pernafasan warga
sekitar kawasan Jln. Raya Bulusari.
KAJIAN PUSTAKA

Pengetahuan Polusi Udara

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau domain kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behaviour) (Notoatmodjo S, 2007).

Menurut Nursalam dan Pariani (2001), semakin cukup usia, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum
cukup dewasa. Lalu semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima
informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan begitu pula
sebaliknya.

Pengertian

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya
(PP RI No. 41 Tahun 1999).

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam
lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh
manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia,
binatang, vegetasi dan material (Chambers dan Masters dalam Mukono, 2008 ).

Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi
tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada
manusia dan lingkungannya (Kumar dalam Mukono, 2008).

Pencemaran udara adalah terdapatnya bahan kontaminan di atmosfer karena ulah manusia
(man made) , yang membedakan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat
kerja (occupational air pollution) (Mukono, 2008).
Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Sunu (2001), secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:
1. Karena faktor internal (secara alamiah) yaitu debu yang beterbangan akibat tiupan
angin, abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi beserta gas-gas
vulkanik dan proses pembusukan sampah organik.
2. Karena faktor eksternal (akibat ulah manusia) yaitu hasil pembakaran bahan bakar
fosil, debu/serbuk dari kegiatan industry dan pemakaian zat-zat kimia yang
disemprotkan ke udara.
Asal pencemar udara dapat diterangkan dengan 3 (tiga) proses yaitu atrisi (attrition)
penguapan (vaporization) dan pembakaran (combustion), dari ketiga proses tersebut
pembakaran merupakan proses yang sangat dominan dalam kemampuannya menimbulkan
bahan polutan (Corman dan Masters dalam Mukono, 2008).
Sumber Pencemaran Udara

Sumber pencemaran yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari
polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari
hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri,
pembuangan limbah dan lainnya (Agusnar, 2007).

Gambar 1. Sumber Dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang (Bapedal, 2002)

Dampak Bahan Pencemaran Udara

Efek pencemaran pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi efek secara umum, efek
terhadap lingkungan, efek terhadap ekonomi dan efek terhadap kesehatan (Mukono, 2008).
1. Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain meningkatkan
angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora dan fauna, memengaruhi kuantitas
dan kualitas matahari yang sampai ke permukaan bumi dan memengaruhi proses
fotosintesis tumbuhan, memengaruhi dan mengubah iklim akibat terjadinya
peningkatan kadar CO di udara, kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di
lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect),
pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda yang
terbuat dari logam serta dapat menyebabkan warna kain dan pakaian menjadi cepat
buram dan bernoda (Mukono, 2008)..
2. Efek terhadap kondisi fisik atmosfer antara lain adalah gangguan jarak pandang
(visibility), memberikan warna tertentu pada atmosfer, mempengaruhi struktur dari
awan, mempengaruhi keasaman air hujan.mempercepat pemanasan atmosfer
(Mukono, 2008)..
3. Efek negatif bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi antara lain adalah
perubahan morfologi, pigmen dan kerusakan fisiologi sel tumbuhan terutama pada
daun, mempengaruhi pertumbuhan vegetasi, mempengaruhi proses reproduksi
tanaman, mempengaruhi komposisi komunitas tanaman. Terjadi akumulasi bahan
pencemar pada vegetasi tertentu (misalnya lumut kerak (lichen) dan mempengaruhi
kehidupan serta morfologi vegetasi tersebut) (Mukono, 2008)..
4. Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun bukan (binatang
liar) dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan
berbahaya, contohnya adalah terjadinya migrasi burung karena udara ambien terpapar
oleh gas SO2 (Mukono, 2008).
5. Efek negatif bahan pencemar terhadap faktor yang berhubungan dengan ekonomi
antara lain meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos),
meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan), kerugian akibat
kontaminasi bahan pencemar udara pada makanan/minuman oleh bahan beracun
(kontaminasi oleh dioksin) dan meningkatnya biaya perawatan/ pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh pencemaran udara (Mukono, 2008).
6. Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat
maupun lambat. Untuk efek cepat dari hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa
peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan kasus
kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernafasan. Pada situasi tertentu, gas
CO dapat menyebabkan kematian mendadak karena adanya afinitas gas CO terhadap
hemoglobin darah (menjadi methaemoglobin) yang lebih kuat dibandingkan dengan
afinitas O2 sehingga terjadi kekurangan gas oksigen dalam tubuh (Candra, 2007).
Selanjutnya efek lambatnya adalah pencemaran udara salah satu penyebab bronkhitis
kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara antara lain,
emfisema paru, black lung disease, asbestosis, silikosis, bisinosis, dan pada anak-anak
penyakit asma dan eksema (Candra, 2007).
Penanggulangan Pencemaran Udara

Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat dan
sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu dengan
menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan
(Sunu, 2001).

Pencegahan disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan pengaruhnya terhadap


kesehatan dan peralatan yang digunakan. Tindakan yang dilakukan untuk mencegah
pencemaran udara seperti mengurangi polutan (beban yang mengakibatkan polusi) dengan
peralatan, mengubah polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan (menguraikan)
polutan (Sunu, 2001).

Menurut Mulia (2005), ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengawasi
pencemaran udara, yaitu :

1. Mengurangi sumber pencemar, misalnya mempergunakan bahan bakar yang tidak


terlalu banyak menghasilkan aldehida, sulfur oksida, karbon oksida dan lainnya,
kecuali mesin yang dirancang khusus sehingga tidak terlalu menghasilkan gas
sisa. Dalam upaya mengurangi sumber pencemar udara dapat juga dicegah dengan
pembakaran sampah yang tidak sembarangan, atau jika membakar sesuatu harus
diusahakan cukup tersedia oksigen untuk mencegah dihasilkannya karbon
monoksida yang bersifat racun bagi manusia.
2. Membersihkan udara yang telah tercemar, ini merupakan salah satu yang
diwajibkan pemerintah kepada perusahaan industri yang menggunakan mesin,
yaitu mengolah terlebih dahulu udara kotor yang dihasilkan sebelum dibuang ke
alam.
3. Perencanaan kota yang baik akan dapat mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh
pencemaran udara terhadap kesehatan, misalnya dengan membangun daerah
industri yang jauh dari tempat tinggal atau dengan penghijauan kota.

Keluhan Pernapasan
Berbagai masalah pernafasan dapat terjadi. Dalam dunia farmasi yang paling sering
menangani asma, penyakit paru onbstruktif kronik (PPOK), dan pneumonia (Lyrawati dan
Leonita, 2012).
Asma
Asma adalah kelainan peradangan kronis pada saluran pernapasan dimana beberapa sel
yang berbeda (sel mast, eosinophil, Limfosit T, neutrofil dan sel epitel) memegang peranan.
Peradangan ini menyebabkan episode berulang dari obstruksi aliran pernapasan yang luas
namun bervariasi, dimana akan menyebabkan peningkatan respon dari trakhea dan bronkus
terhadap berbagai stimulus (iritan fisik, kimia, imunologis, dan farmakologis). Bahkan emosi
seperti ansietas dan tekanan yang buruk dapat memicu episode serangan. Peradangan
bronkial yang persisten, yang mengakibatkan hipersekresi mukus dan hipertrofi otot polos
bronkus, merupakan mekanisme utama yang menyebabkan hiperreaktivitas (Lyrawati dan
Leonita, 2012).

Tanda dan gejala secara umum berkaitan dengan asma dicantumkan pada gambar 2.
Asma adalah penyakit paru obstruktif, hambatan aliran udara utamanya terjadi selama
ekspirasi. Hal ini menyebabkan gejala klasik berupa dispnea (yaitu nafas yang pendek-
pendek) dan mengi ekspirasi. Mengi adalah suara respirasi seperti siulan yang disebabkan
oleh aliran udara tubulen yang melalui lubang bronkus yang menyempit (Lyrawati dan
Leonita, 2012).

Gambar 2. Tanda dan Gejala Umum Asma (Lyrawati dan Leonita, 2012)

Serangan asma dapat berakhir dalam satu hingga beberapa jam, dan serangan ini
dapat reda dengan spontan ataupun membutuhkan pengobatan. Tingkat keparahan asma dapat
diklasifikasikan berdasarkan frekuensi gejala (terutama saat malam) dan fungsi paru. Faktor
yang berperan dalam menentukan tingkat keparahan asma meliputi rhinitis, sinusitis, refluks
gastroesofageal, infeksi virus di saluran nafas, beberapa obat (sensitif terhadap aspirin, obat
anti radang non steroid, dan sulifit, serta golongan penyakat beta). Faktor risiko utama adalah
paparan allergen inhalan pada pasien yang sensitive. Saat hal ini terjadi, pasien dapat
mengalami peningkatan inflamasi saluran nafas, hiper responsive, gejala asma, membutuhkan
pengobatan, dan bahkan kematian juga dapat disebabkan oleh asma. Alergen yang paling
umum ditemukan meliputi infeksi viral pada saluran pernapasan, alergen dari lingkungan
(asap rokok dari lingkungan, polusi udara, animal dander, debu tungau, jamur dalam ruangan,
dan serbuk), olah raga, alergen dari tempat kerja, atau alergen kimia. Perubahan lingkungan
(rumah baru, tempat kerja atau liburan) dan iritan (asap rokok, aroma yang kuat, polusi udara,
dan aeorosol), emosi (ketakutan, ansietas, dan kemarahan), makanan atau bahan pengawet
makanan, serta faktor endokrin (menstruasi, kehamilan, dan penyakit tiroid) (Lyrawati dan
Leonita, 2012).

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronik ditandai dengan keterbatasan aliran udara (terutama aliran
ekspirasi) yang tidak sepenuhnya reversibel. Keterbatasan aliran udara terjadi progresif dan
berkaitan dengan respon peradangan yang abnormal terhadap partikel atau gas-gas
berbahaya, terutama asap rokok. Peradangan kronis terjadi pada saluran nafas, parenkim dan
pembuluh darah paru. Sel inflamasi yang teraktivasi (makrofag, limfosit T, dan neutrofil)
melepaskan berbagai mediator (leukotrien, interleukin-8, dan faktor tumor nekrosis) yang
menghancurkan struktur paru dan menyebabkan peradangan neutrofil yang berkelanjutan. Di
trakhea, bronkus, dan bronkiolus yang lebih besar, peradangan kronis menyebabkan
pembesaran kelenjar yang menskresi mukus dan peningkatan jumlah sel piala (goblet), yang
menyebabkan hiperskresi mukus. Di bronkus kecil dan bronkiolus, peradangan kronis
menyebabkan siklus jejas dan perbaikannya terjadi secara berulang di dinding saluran nafas
(Lyrawati dan Leonita, 2012).

Proses perbaikan yang berlangsung kontinu ini secara struktural mengubah dinding
saluran pernapasan dengan meningkatkan jumlah kolagen dan menciptakan jaringan parut,
yang mempersempit lumen dan menyebabkan obstruksi saluran pernapasan yang menetap.
Pasien dengan PPOK mengalami gejala batuk, produksi sputum, dan dispnea; karakteristik
penting sebagai indikator PPOK dicantumkan . Batuk kronik biasanya merupakan gejala
pertama dari PPOK dan awalnya tejadi secara intermiten namun selanjutnya akan
berlangsung setiap hari (seringkali berlangsung sepanjang hari). Sputum yang kental biasanya
diproduksi oleh batuk. Saat fungsi paru mengalami penurunan, sesak dan dispnea semakin
terjadi, dan hal ini yang menyebabkan sebagian besara orang mencari pengobatan (Lyrawati
dan Leonita, 2012).

Selain itu, PPOK merupakan istilah umum untuk menggambarkan pasien dengan
bronchitis kronis, emfisema, atau kombinasi dari keduanya. Bronkhitis kronis ditandai
dengan peradangan dan edema pada bronkiolus, yang menyebabkan produksi mukus yang
berlebih dan obstruksi saluran nafas. Pasien dengan bronkhitis kronis sering mengalami batuk
produktif yang persisten paling tidak 3 bulan dalam setahun pada paling tidak 2 tahun
berturut-turut. Pasien dapat tampak sianotik (kebiruan) karena hipoksemia kronis (konsentrasi
oksigen yang rendah di dalam darah) dan kadang disebut “blue bloaters” (Lyrawati dan
Leonita, 2012).

Gambar 3. Tanda dan Gejala Umum pada PPOK (Lyrawati dan Leonita, 2012).

Emfisema ditandai dengan pembesaran abnormal yang permanen rongga udara distal
dari bronkiolus. Pembesaran permanen menghancurkan dinding alveolus. Sebagai akibatnya,
daya recoil paru menurun, dan kolapsnya bronkiolus selama ekspirasi. Dispnea biasanya
merupakan gejala pertama yang muncul, dimana batuk (biasanya non produktif) muncul
bervariasi dari pasien ke pasien. Pasien seringkali harus menggunakan otot-otot pernafasan
tambahan untuk membantu pernafasannya, dimana fase ekspirasinya umumnya memanjang.
Pasien biasanya tidak sianosis dan kadangkala disebut sebagai “pink puffers” (Lyrawati dan
Leonita, 2012).

Gambar 4. Tanda dan Gejala Umum pada Emfisema (Lyrawati dan Leonita, 2012).
Faktor risiko dari PPOK meliputi faktor genetic (defisiensi a1-antitripsin dan
hiperresponsif saluran nafas) dan pajanan lingkungan. Sejauh ini, merokok merupakan
pajanan lingkungan yang paling signifikan untuk terjadinya PPOK. Faktor risiko lingkungan
lain meliputi polusi udara dan pajanan berat pada debu-debu di tempat kerja dan bahan kimia
(antara lain: serbuk, coal, dan asbestos) (Lyrawati dan Leonita, 2012).

Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan paru yang paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri
yang didapat dari komunitas, Streptococcus pneumoniae, yang secara umum disebut sebagai
pneumonia pneumokokal. Bakteri patogen lain dari pneumonia komunitas dan pneumonia
yang didapat di RS. Infeksi menyebabkan eksudasi interalveolar (pelepasan lambat cairan
yang mengandung protein dan sel darah putih) yang mengakibatkan konsolidasi atau
pemadatan paru. Biasanya, konsolidasi terbatas pada satu lobus (misal, pneumonia lobus
kanan bawah). Faktor risiko terjadinya pneumonia meliputi usia (lansia dan bayi), merokok,
bronkitis kronis, penyakit kronik (misal, gagal jantung kongestif (CHF), diabetes dan PPOK),
stroke, penyakit kritis, alkoholisme dan pembedahan (batuk dan nafas dalam yang tidak
efektif pasca pembedahan) (Lyrawati dan Leonita, 2012).

Pada umumnya, pneumonia mengikuti infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh
virus, di mana pasien mengalami demam tinggi yang tiba-tiba; “menggigil”; batuk produktif
dengan sputum purulen yang berwarna seperti karat; dan nyeri dada yang tajam. Tanda dan
gejala lain terkait dengan pneumonia dicantumkan pada tabel. Terapi pneumonia bakterialis
diawali dengan penggunaan antibiotik empirik spektrum luas yang efektif melawan bakteri
yang mungkin menjadi penyebab setelah dilakukan kultur dari specimen yang benar untuk
evaluasi laboratorium. Faktor yang membantu untuk menentukan patogen potensial meliputi
usia pasien, riwayat pengobatan dahulu dan sekarang, penyakit yang mendasari, fungsi organ
mayor, dan status klinis saat ini. Pneumonia yang didapat di komunitas umumnya diobati
dengan golongan makrolida/azalida (klaritromisin, eritromisin, azitromisin), fluorokuinolon
(gatifloksasin, levofloksasin, siprofloksasin), sefalosporin spektrum luas (seftriakson,
seftazidim, sefepim), atau doksisiklin (Lyrawati dan Leonita, 2012).
Gambar 5. Tanda dan Gejala Umum pada Pneumonia (Lyrawati dan Leonita, 2012).
METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif korelasional. Rancangan penelitian


yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan
menggunakan tes dan pembagian kuisioner.

Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di daerah Kabupaten Pasuruan Kecamatan Gempol


tepatnya di sepanjang Jalan Raya Bulusari.

Gambar 6. Peta Kecamatan Gempol (Website Resmi Dusun Pabean, 2012)

Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi dari penelitian ini adalah warga sekitar Jln. Raya Bulusari Kecamatan Gempol
Kabupaten Pasuruan. Teknik Sampling yang digunakan adalah metode Accidental sampling
karena pengambilan sampelnya langsung dari responden yang ditemui yakni sebanyak 55
responden.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner dengan dua macam tes soal yakni
10 soal pengetahuan dan dan 12 soal keluhan pernafasan. Berikut pemberian skor untuk
masing-masing tes.
1. Tes Pengetahuan
a. Benar = 1
b. Salah = 0
2. Tes Keluhan Pernafasan
a. Tidak Pernah (TP) =1
b. Jarang (J) =2
c. Kadang (K) =3
d. Sering (SR) =4
e. Selalu (SL) =5
Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan lembar kuesioner
kepada setiap warga yang ada disekitar daerah penelitian, selain itu juga diberikan pada ibu-
ibu PKK yang sedang melakukan kegiatan arisan di balai desa. Kemudian responden diminta
menjawab lembar kuisioner yang telah diberikan.
Teknik Analisis Data
1. Tujuan 1 dianalisis dengan rerata yang dikategorikan dengan rujukan
Tabel 1. Skor dari Interpretasi Kriteria
No. Skor rerata Kriteria
1 76-100 % Tinggi
2 56-75 % Cukup Tinggi
3 40-55 % Rendah
4 <40 % Sangat Rendah

(Sumber : Arikunto, 1993)

2. Tujuan 2 dianalisis dengan rerata dikategorikan dengan rujukan


Tabel 2. Skor dari Interpretasi Kriteria
No. Skor rerata Kriteria
1 76-100 % Tinggi
2 56-75 % Cukup Tinggi
3 40-55 % Rendah
4 <40 % Sangat Rendah

(Sumber : Arikunto, 1993)


3. Tujuan 3 dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov terlebih dahulu
kemudian dengan uji Korelasi Pearson jika kedua data normal namun jika data tidak
normal dianalisis dengan Korelasi Spearman yang diolah dengan menggunakan SPSS
versi 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 55 orang, maka
dapat diketahui gambaran karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur dan
pendidikan terakhir.
Tabel 3. Karakteristik Identitas dari Responden
No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
1 Jenis Laki-laki 5 9
Kelamin Perempuan 50 91
Total 55 100
2 Umur 20-30 tahun 8 14,5
31-40 tahun 21 38,2
41-50 tahun 16 29,1
>50 tahun 10 18,2
Jumlah 55 100
3 Pendidikan SD 3 5,5
Terakhir SMP 8 14,5
SMA/SMK 40 72,7
S1 4 7,3
Jumlah 55 100
Berdasarkan tabel 3 di atas responden terdiri dari 5 orang laki-laki (9%) dan perempuan
50 orang (91%). Distribusi umur responden untuk kelompok terbanyak terdapat pada umur
31-40 tahun (38,2%). Sedangkan distribusi umur responden terendah terdapat pada umur 20-
30 tahun (14,5%). Kemudian untuk distribusi pendidikan terakhir dari responden untuk
kelompok terbanyak terdapat pada SMA/SMK dengan jumlah 40 orang (72,7%) dan
distribusi kelompok terendah terdapat pada SD sebanyak 3 orang (5,5%).
Pengetahuan tentang polusi udara
Berikut adalah tabel distribusi jawaban responden mengenai pengetahuan polusi udara
warga sekitar daerah Bulusari.
Tabel 4. Rerata Jawaban Responden Pengetahuan Polusi Udara
Jumlah Responden Mean (%)
55 77.1
Berdasarkan tabel 4 diatas dihasilkan rerata (Mean) dari variabel pengetahuan sebesar
77.1. Menurut tabel rujukan hasil rerata tersebut masuk kategori tinggi yakni berkisar 76-
100% menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai polusi di desa Bulusari tergolong tinggi.
Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui dan itu terjadi setelah merasakan objek
tertentu. Terjadi pada seseorang melalui indra manusia mereka, yaitu penglihatan,
penciuman, rasa, dan sentuhan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Heimlich dan Ardoin, 2008). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan masyarakat antara lain pendidikan, informasi, umur, minat, pengalaman dan
kebudayaan (Mubarak, 2012).
Pengetahuan mengenai polusi di desa Bulusari tergolong tinggi, yang berarti masyarakat
memiliki pengetahuan yang luas mengenai polusi udara. Dari penelitian didapatkan
responden sekitar 72.9% yang memiliki pendidikan akhir SMA dan 7.3% dengan pendidikan
akhir S1. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan.
Selain itu pengetahuan juga diukur berdasarkan penglihatan dan pengamatan. Di Desa
Bulusari ini sebagai jalan utama truk pengangkut tanah dan batuan yang menimbulkan asap
dan juga debu. Keberadaan partikel debu di udara dalam kadar yang berlebih mengakibatkan
pencemaran udara. Pencemaran udara adalah terdapatnya bahan, zat, atau komponen lain di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan udara (Wardhana, 2007). Sehingga
dengan tingginya pengetahuan mengenai polusi udara berarti masyakat sudah paham dan
sadar mengenai pencemaran udara yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pada tingkat konsentrasi tertentu zat pencemar udara dapat berakibat langsung terhadap
kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis dengan gejala yang
samar. Dimulai dari iritasi saluran pernapasan, iritasi mata, dan alergi kulit. Dampak buruk
polusi udara bagi kesehatan manusia tidak dapat dibantah lagi, baik polusi udara yang terjadi
di alam bebas (outdoor air polution) ataupun terjadi di dalam ruangan (indoor air pollution)
(Budiyono, 2001).
Keluhan Pernapasan pada Masyarakat
Berikut adalah hasil jawaban responden mengenai keluhan pernafasan setiap individu
yang kemudian dicari reratanya sebagai berikut :
Tabel 5. Rerata Jawaban Responden dari Variabel Keluhan Pernafasan
Jumlah Responden Mean (%)
55 47
Berdasarkan tabel 5 diatas dihasilkan rerata (Mean) dari variabel pengetahuan sebesar
47%. Menurut tabel rujukan hasil rerata tersebut masuk kategori rendah yakni berkisar 40-
55% menunjukkan bahwa keluhan pernafasan masyarakat di sekitar desa Bulusari masih
rendah.
Penyakit saluran pernapasan yang mungkin dapat terjadi antara lain asma, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), dan pneumonia. Keluhan yang mungkin dapat diamati secara
langsung antara lain batuk, pilek, dispnea, mengi, dan nyeri dada saat bernafas (Lyrawati dan
Leonita, 2012). Di Desa Bulusari keluhan pernapasannya tergolong rendah atau artinya
berbagai keluhan masyarakat di sekitar wilayah ini masih batas wajar. Hal ini berkaitan
dengan kesadaran akan lingkungan sekitar yang sudah sering dilewati oleh truk sehingga
warga melakukan upaya atau pencegahan. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah
dilakukan yaitu dengan menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari
terjadinya gangguan kesehatan (Sunu, 2001). Selain itu dengan melakukan kegiatan di luar
rumah seperlunya.

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Petani dalam Penyemprotan Pestisida


Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk melihat hasil distribusi dari data hasil jawaban
responden normal atau tidak. Adapun hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk variabel pengetahuan dan keluhan pernafasan sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Pengetahuan Keluhan Pernafasan
Kolmogorov 0,200 0,129
p 0,000 0,023
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai
signifikansi pengetahuan sebesar 0.000 dan nilai signifikansi untuk keluhan pernafasan
sebesar 0.023. Menunjukkan hasil uji signifikan lebih kecil dari 0.05 artinya data
berdistribusi tidak normal dan dilanjutka uji korelasi Spearman..
Uji Korelasional Spearman
Karena setelah pengujian normalitas ternyata hasil data tidak normal maka dilanjutkan
untuk uji korelasi menggunakan Korelasional Spearman. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan dengan keluhan pernafasan. Adapun hasilnya sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Uji Korelasional Spearman


Pengetahuan Keluhan Pernafasan
Correlation Coefficient - 0.154 - 0.154
p 0.263 0.263
Dari hasil uji pada tabel 6 diatas didapatkan data signifikan sebesar 0.263 yang lebih
besar dari 0.05. Hal ini berarti tidak ada korelasi (hubungan) antara kedua variabel.Tingginya
pengetahuan polusi udara didukung atas banyaknya warga yang memiliki pendidikan akhir
SMA selain itu masyarakat paham dengan situasi pencemaran lingkungan yang didapat dari
informasi media elektronik maupun pengamatan secara terus-menerus. Lalu keluhan
pernapasan setiap warga pun dikatakan rendah atau normal.
Menurut Purnomo (dalam Rinaldi, 2010) masyarakat memiliki peranan yang cukup
penting dalam usaha untuk meningkatkan kesehatan bagi keluarganya. Mungkin hal
inilah yang mendukung rendahnya keluhan pernapasan di Desa Bulusari meskipun diketahui
bahwa daerah ini tergolong ke dalam kondisi lingkungan yang tercemar. Hal ini sama seperti
menurut Wawan dan Dewi (2011), pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan
formal saja, pendidikan dapat diperoleh melaluipendidikan non formal dan pengetahuan
juga mengandung aspek positif serta negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan
sikap seseorang.
Namun berdasarkan hasil nilai Pearson didapatkan nilai sebesar 0.2 yang lebih berada di
kategori korelasi rendah. Hal ini berarti masih ada hubungan antara pengetahuan warga
dengan keluhan pernapasan meskipun sangat rendah. Seperti kita tahu partikel debu yang
berada di lokasi kerja dapat berpotensi masuk ke dalam saluran pernapasan melalui hidung
dan mulut sehingga dapat mengakibatkan keluhan pernapasan. Pajanan partikel debu di
percetakan dalam jumlah berlebih dapat berdampak pada kerusakan patologis manusia.
Namun, kerusakan ini tergantung dari sifat, intensitas, lama pajanan, dan kerentanan individu
(Ekowati, 2012). Dapat disimpulkan bahwa keluhan pernapasan pada tiap warga tergantung
pada lama waktu seseorang terpajan udara tercemar. Sehingga warga harus paham bahwa
masker, topi dan kacamata dapat membantu berkurangnya udara masuk ke saluran
pernapasan.
PENUTUP
Simpulan

1. Hasil rerata dari pengetahuan polusi udara masyarakat di sekitar Desa Bulusari
sebesar 3.88 menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai polusi di wilayah ini
tergolong tinggi yang dipengaruhi oleh riwayat pendidikan akhir dan tingkat paham
tiap warga mengenai udara yang tercemar.
2. Hasil rerata dari keluhan pernapasan warga sebesar 2.53 berarti keluhan pernafasan
masyarakat di sekitar desa Bulusari rendah (jarang).
3. Tidak ada hubungan (korelasi) antara pengetahuan polusi udara dan keluhan
pernapasan warga sekitar kawasan Jln Raya Bulusari.

Saran

Sebaiknya pemerintah melakukan upaya penanggulangan dan pembenahan untuk jalan


atau laju transportasi di sekitar Jln Raya Bulusari. Hal ini bertujuan untuk mengurangi adanya
dampak penyakit saluran pernapasan yang mungkin timbul akibat pajanan yang berlangsung
dalam waktu lama.
DAFTAR RUJUKAN

Agusnar, H. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: USU Press.

Astuti, S.J. 2018. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Pengaruh Polusi Udara
Terhadap Penyakit ISPA Di Puskesmas Perawatan Betungan Kota Bengkulu.
Journal of Nursing and Public Health. Vol 6 No. 1: 2018 (72-75).

Bapedal, 2002. Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Pertambangan. Jakarta: Bapedal (Badan
Pengendali Dampak Lingkungan) Pusat.

Budiyono, A. 2001. Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan.


Berita Dirgantara; 2001; Vol. 2, No. 1

Candra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Ekowati, R. 2012. Analisis Risiko Paparan Debu (Linen Dust) terhadap Gangguan Fungsi
Paru. Thesis. Surabaya: Universitas Airlangga.

Heimlich, J. E., and Ardoin, N. M. 2008. Understanding behavior to understand behavior


change: a literature review. Environ. Edu. Res., 14, 215-237.

Lyrawati, D. dan Leonita N.L.M.A. 2012. Sistem Pernafasan: Assessment, Patofisiologi, dan
Terapi Gangguan Pernafasan. Malang: PSF-FKUB UB.

Mubarak. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga University


Press.

Mukono. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Universitas Airlangga Press.

Mulia, R.M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Edisi pertama. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.

Nawawi, H. 2001. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada.

Nawawi, H. 2005. Metode Penelitian untuk Mahasiswa Institusi Kesehatan Keperawatan dan
Kebidanan Cet. ke-3. Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurbiantara, S. 2010. Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru Pada Polusi Lalu
Lintas di Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
CV. Infomedika.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999. Pengendalian Pencemaran


Udara.

Rinaldi, 2010. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ISPA pada Anak Umur 5-10 Tahun di
Puskesmas Medan Denai. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sevillia, G.C. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sunarto, S. et al. 2014. Society Behaviour towards Household Waste Management in


Tulungagung. Internasional Journal of Applied Sociology; 2014; 4(3): 67-73.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 1400. Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Wardhana, W.A. 2007. Dampak Pencemaran Lingkungan (edisi revisi). Edisi III.
Yogyakarta: Andi offset 27–127.
Lampiran 1

TABEL JABARAN VARIABEL

No. Variabel Sub Variabel Indikator Skala variabel Cara


dan pilihan Pengambilan
jawaban data
1. Pengetahuan 1. Pengertian - Menurut Data Interval Kuisioner
Polusi Pencemaran KEPMENKLH dengan pilihan
Udara udara - Menurut Chambers jawaban :
dan Masters pilihan ganda
- Menurut Kumar dengan skor 5
- Menurut Mukono untuk jawaban
2. Penyebab - Faktor Internal benar dan skor
pencemaran - Faktor Eksternal 0 untuk
udara jawaban salah

3. Sumber - Transportasi
pencemaran - Pembakaran
udara - Proses Industri
- Pembuangan
Limbah
4. Dampak - Efek secara umum
dari - Efek terhadap
pencemara lingkungan
n udara - Efek terhadap
ekonomi
- Efek terhadap
kesehatan
5. Pencegahan - Penggunaan alat-
dan alat seperti masker
penanggula - Mengurangi sumber
ngan polusi pencemaran
udara. - Membersihkan
udara yang telah
tercemar
- Perencanaan kota
2. Keluhan 1. Asma Dispnea (tidak bisa Data interval Kuisioner
Pernapasan bernafas), batuk, dada dengan pilihan
seperti diikat/ditekan jawaban : skor
dan ansietas/ kecemasan 1 untuk
2. Penyakit 1. Bronkitis Kronis: jawaban tidak
Paru Batuk, dyspnea, pernah, skor 2
Obstruktif sering mengalami untuk jawaban
Kronik infeksi saluran jarang, skor 3
(PPOK). nafas, dan memiliki untuk jawaban
riwayat merokok. kadang, skor 4
2. Emfisema: untuk jawaban
dispnea parah, sering dan skor
penurunan berat 5 untuk
badan, dan batuk. jawaban selalu.
3. Pneumonia Menggigil, batuk
produktif, sputum
purulen, berwarna
seperti karat, dan nyeri
dada pleuritik (tajam,
seperti terkena pisau).
Lampiran 2

KUISIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLUSI UDARA DAN KELUHAN PERNAFASAN
PADA WARGA SEKITAR JALAN RAYA BULUSARI KECAMATAN GEMPOL
KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2018
No. Responden :

I. Karakteristik Responden
1. Umur : tahun
2. Jenis Kelamin :
3. Pendidikan terakhir :
II. Pengetahuan
1. Menurut bapak/ibu udara di sekitar rumah termasuk udara yang tercemar?
a. Ya
b. Tidak
2. Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud dengan pencemaran udara?
a. Udara yang berkabut dan menghalangi pemandangan
b. Udara yang terkena debu dan asap kendaraan
c. Udara yang mengandung satu atau lebih bahan kimia dalam konsentrasi
yang cukup tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan atau bahaya
terhadap manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
d. Udara yang kotor
3. Menurut bapak/ibu apakah penyebab pencemaran udara secara alamiah?
a. Membuang sampah di sungai
b. Membuang air bekas cucian pada tanaman
c. Partikel debu yang beterbangan tertiup angin
d. Tidak menjaga kebersihan
4. Penyebab pencemaran udara akibat ulah manusia, kecuali?
a. Pembusukan sampah organik
b. Asap kendaraan bermotor
c. Debu dari kegiatan industri
d. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
5. Menurut bapak/ibu, apa sajakah yang termasuk zat-zat pencemaran udara?
a. Karbon dioksida, hidrokarbon, dan partikel
b. Karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida, hidrokarbon, dan
partikel
c. Nitrogen dan belerang
d. Asap dan debu
6. Menurut bapak/ibu, berikut dampak pencemaran udara terhadap makhluk
hidup?
a. Gangguan sistem pernafasan
b. Iritasi mata
c. Mengganggu proses fotosintesis, keracunan
d. Semua benar
7. Apa salah satu dampak pencemaran udara yang berhubungan dengan
ekonomi?
a. Mempengaruhi dan mengubah iklim
b. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos)
c. Keracunan bahan berbahaya
d. Mempengaruhi struktur dari awan
8. Menurut bapak/ibu, bagaimana cara mengendalikan pencemaran udara di
sekitar kita?
a. Menanam pepohonan
b. Tidak membakar sampah di sekitar pemukiman
c. Membuat ventilasi rumah yang cukup
d. Melakukan uji emisi kendaraan bermotor
9. Menurut saudara gangguan kesehatan apa saja yang disebabkan oleh
pencemaran udara?
a. Infeksi saluran nafas, sesak (asma), dan gangguan paru
b. Gangguan saluran nafas
c. Pusing dan sesak nafas
d. Tidak tahu
10. Menurut saudara upaya paling penting dilakukan unruk mencegah pajanan
debu adalah?
a. Memakai masker
b. Membiarkannya
c. Tetap berada di area luar rumah
d. Tidak tahu
III. Keluhan Pernafasan
Pilihan Jawaban
No. Pertanyaan
TP J K SR SL
1. Apakah anda pernah mengalami gangguan
pernafasan?
2. Apakah anda terganggu dengan asap truk?
3. Apakah anda terganggu dengan debu dari
kendaraan truk yang melintas?
4. Apakah sebelum banyak truk pengambil batu-
batuan melintasi area ini, anda pernah batuk?
Apakah setelah banyak truk pengambil batu-
5.
batuan melintasi area ini, anda pernah batuk?
6. Dalam kurun waktu sebulan terakhir apakah
anda sering batuk?
7. Apakah anda sering mengalami sesak?
8. Apakah anda sering mengalami pilek?
9. Dalam kurun waktu sebulan terakhir, seberapa
sering anda mengalami nyeri dada?
10. Apakah anda pernah mengalami sakit
tenggorokan?
11. Apakah sebelum banyak truk pengambil batu-
batuan melintasi area ini, anda pernah sakit
asma?
12. Apakah setelah banyak truk pengambil batu-
batuan melintasi area ini, anda pernah sakit
asma?
Lampiran 3
Tabel Identitas Responden
No Umur Jenis kelamin Pendidikan terakhir
1 38 P SMA
2 40 P SMA
3 30 P SMA
4 45 P SMA
5 50 P SMA
6 30 P SMA
7 47 P SMA
8 35 P SMA
9 25 P S1
10 44 P SMA
11 30 P SMA
12 55 P SMP
13 27 P SMA
14 63 P SD
15 40 P SMA
16 32 P SMA
17 62 P SD
18 38 P SMA
19 40 P SMA
20 35 P SMA
21 40 P SMA
22 39 P SMA
23 49 P SMP
24 29 P SMA
25 34 P S1
26 60 P SD
27 40 P SMA
28 48 P SMA
29 32 P SMA
30 38 P SMA
31 30 P SMA
32 55 P SMA
33 39 P SMA
34 48 P SMP
35 30 P S1
36 40 P SMP
37 50 P SMP
38 39 P SMA
39 58 P SMA
40 40 P SMA
41 44 L SMP
42 37 L SMA
43 36 L SMA
44 52 L SMP
45 40 L SMA
46 51 P SMA
47 50 P SMA
48 53 P SMA
49 48 P SMP
50 50 P SMA
51 55 P SMA
52 42 P SMA
53 45 P SMA
54 45 P SMA
55 44 P S1
Lampiran 4
Tabulasi Jawaban Kuisioner Pengetahuan

No. K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 Skor %


1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80
2 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 70
3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
5 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 60
6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
7 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 6 60
8 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 80
9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90
10 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
12 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 70
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
14 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 4 40
15 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 7 70
16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
17 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 5 50
18 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90
19 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 80
20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80
21 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80
22 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80
23 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 70
24 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80
25 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90
26 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 4 40
27 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80
28 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 7 70
29 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 7 70
30 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80
31 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90
32 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 5 50
33 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80
34 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 7 70
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100
36 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 70
37 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 6 60
38 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 80
39 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 7 70
40 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80
41 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7 70
42 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 80
43 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90
44 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 50
45 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
46 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80
47 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7 70
48 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 80
49 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 7 70
50 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80
51 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80
52 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7 70
53 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80
54 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90
55 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90
77.1
Tabulasi Jawaban Kuisioner Keluhan Pernapasan

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Skor %
1 1 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 18 30
2 3 4 5 3 3 3 3 3 1 1 1 1 31 52
3 4 5 4 2 4 4 1 1 3 2 3 3 36 60
4 3 4 5 2 3 3 3 3 1 2 1 1 31 52
5 3 3 4 3 3 3 1 4 2 2 1 1 30 50
6 3 4 5 2 3 3 1 1 1 1 1 1 26 43
7 3 3 4 2 3 3 3 1 1 2 1 1 27 45
8 4 5 4 2 4 4 2 3 1 2 1 1 33 55
9 2 3 5 3 3 3 2 1 1 2 1 1 27 45
10 2 2 4 2 3 3 1 2 1 2 1 1 24 40
11 3 4 5 3 3 3 1 2 1 1 1 1 28 47
12 2 3 4 2 3 3 3 4 1 2 3 3 33 55
13 1 2 3 1 2 2 2 2 1 2 1 1 20 33
14 2 3 5 2 3 3 1 3 3 2 1 2 30 50
15 3 3 5 2 3 3 1 3 1 1 1 1 27 45
16 2 2 5 3 4 4 2 4 1 2 1 1 31 52
17 4 4 5 2 4 4 2 1 1 3 1 1 32 53
18 2 3 5 2 3 3 1 3 1 2 1 1 27 45
19 2 4 5 2 3 3 1 3 1 2 1 1 28 47
20 1 3 3 1 2 2 1 1 1 2 1 1 19 32
21 3 4 5 3 3 3 1 3 1 2 1 1 27 45
22 2 3 5 2 3 3 2 3 1 3 1 1 29 48
23 1 3 4 1 2 2 1 2 1 2 1 1 21 35
24 2 4 4 2 3 3 1 1 1 2 1 1 23 38
25 3 3 5 2 3 3 1 2 1 2 1 1 27 45
26 2 5 5 3 4 4 2 4 2 2 1 1 35 58
27 2 3 5 2 3 3 1 2 1 2 1 1 26 43
28 1 3 4 1 2 2 1 2 1 2 1 1 21 35
29 2 4 5 2 3 3 1 3 1 4 1 1 30 50
30 3 3 5 2 3 3 3 4 1 2 1 1 31 52
31 2 3 5 2 3 3 1 2 1 2 1 1 26 43
32 3 4 5 2 4 4 1 3 3 3 1 1 34 57
33 2 3 4 2 3 3 1 2 1 2 1 1 25 42
34 2 5 5 2 3 3 1 2 1 2 1 1 28 47
35 3 4 5 2 3 3 3 3 1 1 1 1 30 50
36 2 3 4 2 3 3 1 2 2 2 1 2 27 45
37 1 4 5 2 4 4 1 2 1 1 1 1 27 45
38 2 3 5 2 3 3 1 3 1 2 1 1 27 45
39 3 2 5 2 3 3 1 2 1 2 1 1 26 43
40 4 5 5 3 4 4 1 4 2 2 1 1 36 60
41 2 3 4 2 3 3 1 2 1 1 1 1 24 40
42 3 4 5 2 3 3 1 3 1 4 3 3 35 58
43 3 4 5 2 3 3 1 2 1 2 1 1 28 47
44 2 3 5 2 4 4 1 2 1 2 1 1 28 47
45 3 4 5 3 3 3 1 3 1 2 1 1 30 50
46 2 3 4 3 3 3 1 2 1 3 1 1 27 45
47 3 4 5 2 4 4 3 3 1 2 1 1 33 55
48 2 2 4 3 2 2 1 2 1 2 1 1 23 38
49 2 5 5 3 3 3 2 3 1 2 1 1 31 52
50 3 4 5 2 3 3 2 3 1 2 1 1 30 50
51 2 3 5 2 3 3 2 3 3 3 1 2 32 53
52 3 4 5 3 4 4 1 2 1 2 1 1 31 52
53 2 3 5 2 3 3 1 3 1 2 1 1 27 45
54 4 4 5 2 3 3 1 2 1 2 1 1 29 48
55 2 3 5 3 4 4 1 3 1 2 1 1 30 50
Mean 47
Lampiran 5
Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Pengetahuan Sikap
N 55 55
Normal Parametersa,b Mean 77.0909 47.0364
Std. Deviation 14.09922 6.87174
Most Extreme Differences Absolute .200 .129
Positive .127 .071
Negative -.200 -.129
Test Statistic .200 .129
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .023c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Uji Korelasi Spearman

Correlations

Pengetahuan Sikap
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 -.154

Sig. (2-tailed) . .263

N 55 55

Sikap Correlation Coefficient -.154 1.000


Sig. (2-tailed) .263 .

N 55 55
Lampiran 6

Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Pembagian kuisioner pada warga ketika ada kegiatan arisan (Dokumentasi
Pribadi)
Gambar 7. Keadaan jalan yang dilewati truk pengangkut batuan (Dokumentasi
Pribadi)

Anda mungkin juga menyukai