Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MATA KULIAH TEKNIK LABORATORIUM

TENTANG
SPEKTROFOTOMETER

OLEH :
KELOMPOK 6
Nama Anggota :
1. Aulia Abdini (160342606276)
2. Gufron Alifi (160342606296)
3. Nor Fadillah (160342606217)
4. Ratri Arum Apsari (160342606243)
5. Tasafima Tesari (160342606280)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulisan makalah ini yang berjudul “spektrofotometer”
selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan guna penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih banyak.

Malang, 22 November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ………………………………….………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………..……………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN ………………….……………………………………………… 2
2.1 Pengertian Spektrofotometer …………………….…………………............ 2
2.2 Bagian – Bagian Spektrofotometer …………………………………….…… 5
2.3 Prinsip Kerja Spektrofotometer…………………………………………….
2.4 Cara Kerja Spektrofotometer………………………………………………
2.5 Kalibrasi Spektrofotometer………………………………………………..
2.6 Cara Perawatan Spektrofotometer………………………………………..
2.7 Jenis – Jenis Spektrofotometer……………………………………………..
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………..…. 9
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 9
3.2 Saran ………………………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada
interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam
spektrofometri disebut spektrofotometer.
Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai bantuan dalam mengenali
zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu perluasan pemeriksaan visual yang
dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia
memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih
besar.
Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan
mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer
campuran, pemodifikasi dan aditif digunakan untuk plastik dan elastomer. Spektroskopi infra
merah, metoda pengukuran fotometer UV, gas dan liquid kromatografi dan spektroskopi masa
bersama sama dengan dari metoda pengukuran termoanalisis (DSC-TGA) merupakan alat yang
teliti sebagai pilihan untuk analisis kwalitatif dan kwantitatif bahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan spektrofotometer ?
2. Sebutkan bagian atau komponen dari alat spektrofotometer ?
3. Bagaimana prinsip dan cara kerja dari alat spektrofotometer ?
4. Sebutkan cara kalibrasi dari alat spektrofotometer ?
5. Bagaimana cara perawatan alat spektrofotometer ?
6. Sebutkan jenis – jenis spektrofotometer?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian alat spektrofotometer.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari spektrofotometer.
3. Untuk mengetahui prinsip dan cara kerja dari alat spektrofotometer.
4. Untuk mengetahui berbagai cara kalibrasi alat spektrofotometer.
5. Untuk mengetahui cara perawatan dari alat spektrofotometer.
6. Untuk mengetahui jenis jenis spektrofotometer.
BAB II
BAHASAN

2.1 Pengertian Alat Spektrofotometer


Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan
cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau
kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi
larutan di dalam kuvet.
Sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari
sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating
ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan
diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar
monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan
bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau
blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
pembanding.

2.2 Bagian-bagian Spektrofotometer


Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi
yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak,
ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat
dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang
gelombang (l ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm).
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis
menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang bebeda
(terdispersi).
c. Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau
cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic
dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di
daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai
sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di
daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai
panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya
akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan
konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur
intensitas cahaya melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum
melewati sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase
(% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.

2.3 Prinsip dan Cara Kerja Spektrofotometer


Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun
campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan,
sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang
diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi
sampel. Prinsip kerja dari spektrofotometer dapat di gambarkan sebagai berikut:
Sinar berasal dari dua lampu yang berbeda, yaitu lampu wolfram untuk sinar Visible
(sinar tampak = 38 – 780nm) dan lampu deuterium untuk sinar Ultra Violet (180-380nm) pada
video lampu yang besar. Pilih panjang gelombang yang diinginkan/diperlukan. Kuvet, ada dua
karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan sample dan yang satu
lagi untuk blanko. Detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh sampel, disini terjadi
pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan pada reader.
Yang harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat, biasanya pada saat
menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis jumlah cahaya yang diukur menjadi
bertambah.

2.4 Cara Kalibrasi Spektrofotometer


Kalibrasi yang dimaksud ini adalah men-seting blank alat spektrofotometer, sebelum
digunakan untuk analisis. Secara umum sbb:
1. Nyalakan alat spektrofotometer
2. Isi kuvet dengan larutan blanko (aquades)
3. Diseting/diatur panjang gelombang untuk kalibrasi.
4. keterangan: 0%T itu diukur saat kuvet dalam keadaan kosong. 100%T itu diukur
saat kuvet dalam keadaan terisi larutan.
5. Kuvet berisi larutan blanko dimasukkan ke spektrofotometer
6. Lalu tekan tombol 0 ABS 100%T, tunggu sampai keluar kondisi setting blank
(dalam bentuk teks)

2.5 Cara Perawatan Alat Spektrofotometer


>> Cara Perawatan dan Penyimpanan Alat :
1. Sebelum digunakan, biarkan mesin warming-up selama 15-20 menit.
2. Spektrofotometer sebisa mungkin tidak terpapar sinar matahari langsung, karena
cahaya dari matahari akan dapat mengganggu pengukuran.
3. Simpan spektrofotometer di dalam ruangan yang suhunya stabil dan diatas meja yang
permanen.
4. Pastikan kompartemen sampel bersih dari bekas sampel.
5. Saat memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering.
6. Lakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban secara teratur.
>> Hal-hal yang harus diperhatikan :
- Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna,
maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna.
Kecuali apabila diukur dengan menggunakan lampu UV.
- Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang
mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang
maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut,
perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain
itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang
datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan
pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.
- Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang
dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum
elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu
perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer
agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

2.6 Jenis-jenis Spektrofotometer


Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang digunakan.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Vis (Visible)
2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
3. Spektrofotometri UV-Vis
4. Spektrofotometri IR (Infra Red)

1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)


Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap
oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga
semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia
dapat dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu
Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan
simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding
logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sample yang
dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memilii warna. Hal ini menjadi
kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sample yang
tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent
spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-
betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk
senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar stabil.
Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble protein).
Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat
berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah reagent Folin.
Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam suasana sedikit basa, ikatan
peptide pada protein akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru yang dapat
dideteksi pada panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru
menandakan banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang berarti semakin besar
konsentrasi protein terlarut dalam sample.

2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen
hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa
Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel. Karena
sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini
terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa
preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut
sempurna.
Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi. Sebagai contoh pada analisa protein terlarut
(soluble protein). Jika menggunakan spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat
berwarna dengan reagent Folin, maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat
langsung dianalisa. Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang
gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample (Absorbansi
tinggi), maka konsentrasi protein terlarut semakin besar. Spektrofotometri UV memang lebih
simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample.
Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari
senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi
menimbulkan bias pada hasil analisa.

3. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.
Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya
visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk
sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample
tak berwarna.

4. Spektrofotometri IR (Infra Red)


Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini berdasar pada
penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra merah terbagi menjadi infra merah
dekat, pertengahan, dan jauh. Infra merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan
pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 μm. Pada spektro IR meskipun
bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif.
Umumnya spektro IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa,
terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan
adanya suatu gugus fungsi spesifik.
Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR terhadap
panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan dibandingkan dengan signal
standard. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini harus dalam bentuk murni.
Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi kontaminan akan mengganggu signal kurva yang
diperoleh. Terdapat juga satu jenis spektrofotometri IR lainnya yang berdasar pada penyerapan
sinar IR pendek. Spektrofotometri ini di sebut Near Infrared Spectropgotometry (NIR).
Aplikasi NIR banyak digunakan pada industri pakan dan pangan guna analisa bahan baku yang
bersifat rutin dan cepat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Spektofotometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energi secara


relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang.
- Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,
sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium.
- Spektrofotometri memiliki 4 bagian penting yaitu: sumber cahaya, monokromator,
kuvet dan detector.
- Spektofotometri dibagi menjadi 2 jenis, menurut optika sinarnya dan daerah spectrum.
Jenis tersebut juga dibagi menjadi beberapa jenis,
- Cahaya dari spektofotometri dilewatkan ke sampel dan diteruskan ke detector.
- Kalibrasi terdiri dari kalibrasi alat, matching kuvet, dan membuat spectrum serapan.
- Perawatan yang harus dilakukan cairan jangan sampai ada yang tumpah pada alat.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa lebih memahami dulu materi untuk spektrofotometer ini agar
lebih berhati-hati dan paham betul cara menggunakan alat spektrofotometer ini sehingga tidak
menimbulkan kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Herliani, An an. 2008. Spektrofotometri. Pengendalian Mutu Agroindustri-Program D4 PJJ.


Day RA dan Underwood AL.1986. Analisis Kimia Kuantitatif edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Khopkar SM. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai