Anda di halaman 1dari 5

Artikel Ilmiah Populer

Dampak Perkembangan Teknologi Bagi Generasi Milenial


Perkembangan Teknologi saat ini memberikan pengaruh yang cukup banyak dalam berbagai
aspek kehidupan manusia, teknologi bukan hanya membantu manusia dalam bidang
pekerjaan tetapi sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan oleh manusia.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan, karena
kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan perkembangan manusia dan ilmu
pengetahuan, revolusi industry 4.0 menuntut manusia masuk dalam perkembangan teknologi.
Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir,
hidup, dan berhubungan satu dengan yang lain. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai interkasi sosial nya. Negara Indonesia dengan keberagamannya
menghadapi tantangan perubahan perilaku sosial sebagai dampak perkembangan teknologi
dan perubahan generasi. Generasi millenial yang saat ini mendominasi merupakan generasi
yang lekat dengan teknologi sebagai gaya hidup. Gaya hidup dipengaruhi oleh arus informasi
yang cepat, ketidakpastian dan tuntutan tinggi juga mempengaruhi sikap dan pengambilan
keputusan yang menjadi sulit.

Menghadapi adanya pergeseran generasi , bangsa Indonesia dengan berbagai keberagaman


yang ada saat ini menghadapi tantangan berbagai perubahan perilaku sosial. Perubahan
perilaku sosial sebagai dampak arus informasi yang begitu cepat, adanya ketidakpastian
fenomena sosial, perkembangan teknologi yang mempengaruhi perubahan gaya hidup serta
adanya perubahan generasi yang saat ini didominasi kaum millenial. Generasi millenial atau
generasi Y yang lahir tahun 1980-2000 dikenal sebagai generasi yang berbeda dengan
generasi sebelumnya diantaranya generasi ini tidak pernah lepas dari teknologi terutama
internet dan entertaiment sebagai gaya hidup. Gaya hidup generasi millenial dengan berbagai
tantangan sosial dapat memiliki resiko penggunaan sosmed yang mengarah pada perilaku
yang kurang tepat. Kebebasan akses internet disatu sisi berdampak positif pada kemudahan
mendapatkan informasi dan pemenuhan kebutuhan hidup, namum disisi lain ada dampak
negatif yang mempengaruhi sikap dan pengambilan keputusan generasi millenial yang saat
ini rata-rata menginjak masa remaja atau dewasa awal. Berbagai permasalahan muncul
karena berbagai hal dilakukan secara maya melalui internet, diantaranya masalah relasi,
ambigusitas informasi, permasalahan politik dan perbedaan budaya, serta permasalahan lain
yang begitu dapat menyebar dengan cepat sejalan dengan arus informasi yang cepat pula.
Permasalahan yang muncul inipun perlu dikelola dengan pemanfaatan teknologi sehingga
dapat menetralisir permasalahan dengan cepat. Perubahan perilaku atau gaya hidup sebagai
dampak perkembangan teknologi dan informasi dapat direspon dengan bantuan psikologi,
psikoedukasi dan bantuan kesehatan mental melalui pemanfaatan teknologi (Kraus, Stricker
& Speyer, 2010). Proses konseling penting untuk mempertimbangkan perbedaan budaya
termasuk mempertimbangkan adanya perubahan generasi yang terjadi (Gelso, 2015).
Pemahaman budaya dan perubahannya merupakan hal yang penting dipahami oleh konselor
(Corey, 2009).

Perubahan gaya hidup yang menawarkan kemudahan akses informasi dan berbagai kebutuhan
dapat diselesaikan dengan melalui internet, menuntut adanya inovasi diberbagai bidang
kehidupan termasuk inovasi dibidang jasa psikologi. Dunia sudah menjadi layar datar dimana
semua kebutuhan dapat diakses melalui handphone, tablet, PC dengan internet. Sementara
jika peran dan bantuan psikologi tetap dilakukan secara konvensional bisa jadi hal ini kurang
sesuai dengan kebutuhan generasi millenial yang saat ini mulai mendominasi. Perlu adanya
inovasi untuk menjawab kebutuhan generasi millenial dalam mendapatkan bantuan psikologi
sehingga perlu dikembangkan praktek psikologi dengan memanfaatkan teknologi.
Pemanfaatan teknologi dengan konseling online dapat dilakukan oleh konselor profesional
dalam memberikan bantuan kesehatan mental (Dokou A & Lazuras L, 2014). Generasi
millenial akan mudah mengakses kebutuhan mereka dengan aplikasi android, akses
internet,etc. Berbagai tawaran barang dan jasa saat ini dapat dipenuhi dengan melalui
handphone dan internet. Kemudahan akses barang dan jasa menjadi pilihan generasi millenial
karena kecepatan dan kemudahan yang didapat. Teknologi seperti internet, handphone,
televisi, radio etc, saat ini menjadi menyatu dengan kehidupan sehari hari dan menfasilitasi
komunikasi dalam kehidupan. Kehidupan dan gaya hidup saat ini bergeser dengan
penggunakaan internet dan teknologi sehingga bantuan psikologi dapat memanfaatkan
internet dan teknologi sebagai alat dalam menjalin komunikasi dan relasi dengan klien (Kraus
dkk., 2010).

Globalisasi tidak dapat dielakkan lagi, pasti akan terjadi dan harus dihadapi oleh masyarakat
dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Merupakan keharusan bagi suatu negara untuk mengikuti
perkembangan demi perkembangan, berlomba menjadi yang termaju dan pada kenyataannya
globalisasi mampu memaksa kepada setiap negara untuk membuka diri dalam setiap lini
kehidupan yaitu bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEKS). Kemajuan teknologi saat ini sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat dan
pengaruhnya pun dari masa ke masa berbeda-beda berdasarkan pada kecanggihannya,
sehingga, semua kejadian yang terjadi di dunia ini atau informasi apapun langsung tersebar
melalui internet yang tanpa batas. Kini di era kehidupan masyarakat digital sangat tidak
mungkin dan bahkan dikatakan sangat tidak bijaksana bila orang mengatakan say no to
technology. Tidak dipungkiri lagi, memang teknologi dibutuhkan, namun yang terpenting
perlu mempertimbangkan dampak baik-buruk yang ditimbulkannya serta memahami bahwa
penggunaan teknologi haruslah berlandaskan etika. Teknologi haruslah bermanfaat dan
menjadi suatu alat yang dapat membantu meringankan kegiatan manusia dalam beragam
aspek kehidupan seperti pekerjaan, hiburan, belajar dan lain sebagainya. Mulanya teknologi
berkembang secara perlahan tapi pasti seiring dengan lajunya kebudayaan itu sendiri dan
tingkat peradaban manusia, namun pada akhirnya perkembangan teknologipun melesat
dengan sangat cepat. Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya
karena teknologi merupakan perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat (Adib,
2011:254).

Hal yang mencirikan eksistensinya generasi milenial adalah generasi gadget, maksudnya
adalah generasi yang kesehariannya tidak terlepas dari peralatan yang berteknologi canggih.
Berbagai peralatan high-technology tersebut telah menjadi bagian terpenting dan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan mereka. Generasi Milenial dianggap spesial karena terutama
kemampuan mereka dalam hal yang berkaitan dengan teknologi jauh berbeda dengan
generasi sebelumnya, sebagaimana ditulis Yoris Sebastian: (Sebastian, 2016:17- 30).
Generasi Millenials memang berbeda antara lain love learning, tech-savvy multytasker, dan
challenge seeker.

Dampak melajunya teknologi informasi dan komunikasi yaitu dapat memberikan potensi
generalisasi pada budaya di Indonesia. Indonesia dengan keaneka-ragaman budaya lama
kelamaan akan kehilangan identitas aslinya sebagai ciri khas bangsa Indonesia, karena
teknologi dapat memiliki dampak yang cukup serius seperti menyamaratakan budayabudaya
global menjadi satu. Dampak globalisasi budaya pada intinya menyangkut berubahnya
kondisi masyarakat dan budaya itu sendiri sebagai gejala umum yang selalu dialami
sepanjang masa oleh masyarakat dunia yang kini disebabkan karena teknologi informasi yang
melaju sedemikian dahsyat sebagai faktor pendorong utamanya. Perubahan sosial akan
berlangsung apabila terjadi kontak dengan budaya luar. Perubahan ini sangat berpengaruh
bagi generasi milenial yaitu menyebabkan berubahnya karakter dan perilaku mereka. Ciri
khas generasi milenial mereka lahir dalam kondisi sudah ada TV berwarna, sudah ada
handphone dan yang lebih canggih lagi internet sudah tersedia, sehingga mereka sangat mahir
dalam berteknologi. Mereka cenderung lebih merasa hebat dan bangga apabila beraktivitas
meniru budaya asing yang dianggap modern dengan menganut gaya hidup bebas
dibandingkan dengan kebudayaan sendiri yang eksistensinya mulai terancam karena
dianggap sudah ketinggalan jaman atau sudah kuno. Para milenial merespon dampak negatif
globalisasi budaya kini akan sama dan ini yang menjadi permasalahan serius karena memicu
degradasi budaya yang dapat membahayakan kelestarian budaya di Indonesia.

Generasi milenial sebagian besar menganut pola hidup bebas yang sudah sangat
mengkhawatirkan, padahal kehidupan bebas bukanlah mencirikan budaya kita, bahkan tidak
bermanfaat sama sekali bagi kita yang masih berpedoman pada keluhuran budaya timur.
Kehidupan bebas membuat para milenial dapat melakukan banyak hal yang menurut
keyakinan dan budaya kita sebenarnya tabu dilakukan. Akan tetapi oleh karena adanya
degradasi budaya, prilaku yang dikatakan tabu itu tetap dilakukannya dan dianggap biasa-
biasa saja. Perilaku seperti ini tidak dapat dibiarkan terus berlangsung, karena lama kelamaan
akan berimbas pada masyarakat berupa kerusakan diri yang bisa berakibat cacat mental.

Revolusi industry 4.0 merubah perkembangan manusia sebagaimana mestinya, pola interaksi
yang berubah menjadi lebih simple berkat bantuan teknologi media sosial, tetapi tidak semua
generasi yang mampu menyesuaikan diri dengan revolusi indutri 4.0 termasuk generasi
milenial, ada positif dan negative dalam perkembangan teknologi ini, perubahan cara pikir
generasi milenial melihat lingkungan sekitar seperti sistem kepercayaan (belifs), nilai
(values), dan sikap (attitudes). Dalam hal kepercayaan (beliefs) media sosial mampu
mengubah perilaku masyarakat sesuai dengan iman dan kepercayaan mereka. Dalam
pengelolaan emosi, generasi milenial sering terbawa emosi tidak bisa mengontrol hal ini
terlihat ketika rasa puas mereka tidak bisa terselesaikan di media sosial, dan mereka juga
tidak bisa mengontrol diri akibat perkembangan arus teknologi. Tetapi dalam kenyataan nya
generasi milenial masih membutuhkan peran orang terdekat dan ustad untuk membantu
menyelesaikan masalah mereka. Mau tidak mau generasi milenial harus menciptakan sebuah
sistem baru yang mampu mengelola ruang lingkup citizen dan nitizen sehingga dalam
pengelolaan emosi lebih bisa terkendali.

Kemajuan teknologi informasi yang luar biasa cepatnya berpotensi terjadi generalisasi
budaya, sebagaimana teknologi berdampak menyamaratakan budaya bangsa-bangsa yang ada
di dunia menjadi satu dan ini berdampak negatif yaitu terjadinya degradasi budaya.
Globalisasi budaya berpengaruh pada berubahnya karakter dan perilaku para generasi
milenial. Milenial yang berciri khas kreatif dan inovatif, namun pada umumnya bersifat
materialistis, konsumtif, dan cenderung lebih membanggakan budaya asing disbanding
dengan budaya sendiri dengan mengikuti pola dan gaya hidup bebas, hedonis, individualistis,
serta pragmatis. Sebagai aset bangsa yang dipersiapkan untuk berperan sebagai penyelamat
budaya bangsa, generasi milenial seharusnya dapat berfikir lebih kritis dalam melihat
kenyataan adanya proses perubahan budaya di masyarakat Indonesia, agar dapat mengurangi
dampak generalisasi budaya khususnya dalam menjaga kebhinekaan. Solusinya, para milenial
perlu diberi pemahaman untuk menghayati nilai-nilai Pancasila agar dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari melalui pembinaan dan kaderisasi. Degradasi budaya dapat
diminimalisir dengan upaya memperkokoh rasa nasionalisme dan menjaga kebhineka
tunggalika-an. Pemerintah perlu menerapkan peraturan yang tegas berikut sanksinya untuk
menindak penyalahgunaan internet. Di bidang hukum, memang sudah tersedia perangkat
hukumnya dengan UUITE dan UUD 1945, namun belum dapat menjadi pelindung budaya
bangsa atas gradasi nilai yang semakin nyata, oleh karena itu pemerintah perlu membuat
kebijakan hukum yang tepat berkaitan dengan pesatnya kemajuan teknologi sebagaimana
hukum harus dapat bersifat dinamis pada fenomena yang terjadi sehingga degradasi budaya
akan dapat dicegah.

Daftar Pustaka

Corey, G. (2009). Theory and practices of counseling and psychotheraphy. California:


Thomson Higher Education.

Gelso, C. J. ( 2015). Counseling psychology. New York : Elsevier Ltd

Kraus, R., Stricker, G., & Speyer, C. (2010). Online counseling: A handbook for mental
health professional. Second Edition. New York: Elsevier Academic Press

Dokou, A. & Lazuras. L.(2014). Mental health professionals acceptance of online counseling.
New York : Elsevier Ltd

Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sebastian, Yoris, dkk., 2016. Generasi Langgas Millenials Indonesia. Jakarta: Gagas Media.
Sulasman dan Gumilar. 2013. Teori-Teori Kebudayaan Dari Teori Hingga Aplikasi.
Bandung: CV. Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai